Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH SYEKH SALIM BIN FADHAL

Kita mengenal bahwa Imam Faqih Muqaddam Muhammad bin Ali adalah wali Allah yang
diutamakan di pemakaman zambal. Artinya jika kita tidak mempunyai banyak waktu untuk
berziarah kepada semua aulia' yang berada di zambal maka cukup berziarah ke makam Faqih
Muqaddam. Namun apakah kita mengenal wali Allah yang diutamakan di pemakaman Furaid
dari sekian banyaknya aulia' Allah yang dimakamkan di sana?. Dialah Syaikh Salim bin Fadal
Bafadal yang biasanya diziarahi Habib Ali bin Hafizd setiap akhir Jum'at bulan hijriah.
(Makam Syaikh Salim bin Fadal (kanan) dan saudaranya Syaikh Muhammad bin Fadal (kiri)
yang berada di turbah Furaid bagian barat.)
Nasab keluarga Bafadal ini adalah dari keturunan Sa'id Al Qusyairah Al Dzahzi dengan adanya
khilaf bahwa siapa Sa'id Al Qusyairah Al Dzahzi itu. Ada yang berpendapat, beliau adalah salah
satu sahabat Nabi SAW. Dan ada pula yang berpendapat, beliau adalah salah satu keturunan
Ya'rub bin Qahtan bin Nabi Hud As. Dan pendapat yang lain mengatakan, beliau adalah anak
dari Madzhaj yang merupakan qabilah terbanyak nantinya di dalam surga (sebagaimana hadits
Nabi SAW. yang diriwayatkan oleh Aisyah radiyallahu'anha: ‫) ﻟﺌﺎﺑﻘﻼ رﺛﻜﺄ ﺟﺤﺬم ةﻧﺠﻼ ﯾﻒ‬.
Kelahiran dan Pengembaraan Intelektual, Beliau dilahirkan dan tumbuh besar di kota Tarim
dengan berkepribadian akhlak yang mulia. Adapun tanggal kelahiran beliau tidak diketahui
secara pasti. Tetapi Al Alim Al Amil Abdullah bin Alawi bin Zain Al Habsyi berkata: "Syaikh
Salim Bafadal dilahirkan pada masa Syaikh Ghazali pengarang kitab Ihya 'Ulumuddin yang
wafat pada tahun 505 H." wallahu a'lam.
Beliau menimba ilmu pengetahuan dari orang tuanya Fadal bin Muhammad, Sayyid Muhammad
Shahibulmirbath dan orang-orang alim yang semasa dengannya, sehingga bersinar teranglah
cahaya kewalian dari rahasia mukanya. Kemudian untuk menyempurnakan rukun Islam, beliau
pergi dari kampung halamannya ke Baitulharam untuk menunaikan ibadah haji dan ziarah ke
Sayyidilanam melalui jalan darat, jalan Sya'ab Khilah Tarim. Berkata Sayyid Al Fadil Syaikh bin
Abdurrahman Al Kaff rahimahullah: "Syaikh Salim Bafadal bersafar untuk haji dari Tarim dengan
melalui jalan darat dan telah kami dengar bahwasanya beliau berbekal sedikit dakik (tepung)
dan sedikit kurma. Beliau melalui semua jalan sehingga sampai ke gunung Arafat dengan tidak
memakan sedikitpun dari bekal yang dia bawa. Karena dalam perjalanan, beliau selalu melalui
pemukiman yang didiami oleh penduduknya."
Dalam menuntut ilmu, beliau juga pergi ke Iraq dan memasuki beberapa daerah yang ada di
sana dengan waktu yang begitu lama, yaitu sekitar 40 tahun. Dengan dasar mencari ridla' Allah,
maka Beliau menuntut ilmu yang begitu banyak sehingga menempati martabat yang tinggi di
sisi Allah Ta'ala. Beliau juga merupakan salah satu dari muridnya Qutburrabbani Sayyid Syaikh
Abdul Qadir Al Jailani dan hal itu dikarenakan beliau masuk kota Iraq pada masa dan waktu
terkenalnya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani. Demikian juga beliau belajar dengan Syaikhulislam
As-Sayyid Muhammad bin Ali Shahibul Mirbath yang dikenal dengan zafarulqadimah (pemimpin
yang beruntung) dalam waktu yang cukup lama. Dan beliau mempunyai hubungan dengan Al
Muhadist Dzafar dan Al Alim Muhammad bin Ali Al Qal'i (seorang 'alim yang banyak mengarang
kitab diantaranya kitab Syarh Muhadzab).
Pulang dan Mengajar di Kampung Halaman. Dengan waktu yang begitu lama dalam
menuntut ilmu, yaitu selama 40 tahun, maka keluarganya pun mengira bahwa beliau sudah
wafat. Kemudian setelah itu, sebagian Saadah melihatnya di dalam mimpi datang ke kampung
halamannya bersama unta yang membawa emas. Maka tidak lama kemudian datanglah beliau
dengan membawa kitab-kitab ilmu hadits, fiqih dan lain-lain yang tidak dimiliki oleh para ulama
yang ada di Hadramaut pada masa itu. Setelah berada di kampung halaman, beliau
membangun beberapa tempat pendidikan dalam bidang keagamaan untuk membentuk para
Muslimin yang memiliki pondasi yang kuat dan kokoh dalam ilmu agama, sehingga tidak mudah
terpengaruh oleh adanya kelompok-kelompok bid'ah, seperti Ibadliyah dan Mu'tazilah.
Dua kelompok ini pada waktu itu sudah tersebar di beberapa tempat di Hadramaut. Dan beliau
merupakan penentang keras kelompok yang menyimpang itu dengan hujjah dan dalil- dalil yang
tidak bisa dibantah akan kebenarannya, sehingga dengan demikian padam dan terbenamlah
nyala api yang berkobar dari pengaruh dua kelompok yang menyimpang tersebut. Berkata
Syaikh Ahmad bin Abdullah Al Khatib: "Telah berkata sebagian Salaful'arifin: 'Tiga orang yang
mempunyai keutamaan yang besar atas penduduk Hadramaut, yaitu: Sayyid Al Muahajir
Ahmad bin Isa dengan hijrah dari kota Basrah bersama keturunannya, Syaikh Salim Bafadal di
dalam menyebarkan ilmu dan meredakan bid'ah, dan Sayyid Faqih Muqaddam di dalam
kasrissilah(1) dan memilih jalan tasawuf ."
Dengan keberadaan beliau di Hadramaut (khususnya di Tarim), maka banyaklah para penuntut
ilmu yang datang dari berbagai daerah ke tempatnya untuk mendapatkan ilmu dari tangan
beliau sehingga pada waktu itu telah terkumpul di Tarim sebanyak 300 mufti. Demikian juga
bermunculan banyak para pengarang kitab seperti Imam Ali bin Ahmad Bamarwan, Imam
Abdullah bin Abdurrahman bin Abi Ubaid Zakariya, Qadi Ahmad Baisa, Imam Muhammad bin
Ahmad bin Abihub dan lain-lain yang tidak diragukan hasil karya mereka dan menjadi ibarat di
dalam hakikat ilmu agama dan ilmu sunnah.
Wafat Beliau radliallahuanhu wafat pada malam Jum'at, tanggal 8 Jumadil Akhir tahun 581 H.
dan beliau, keturunannya serta anak pamannya dikuburkan di bawah gunung yang dikenal
dengan sebutan Furaith Ahmar. Dengan meninggalkan satu orang anak, yaitu Al Faqih Yahya
dan beberapa karangan yang berfaidah dalam bidang ilmu tafsir dan mempunyai kalam atau
pendapat yang luar biasa dalam bentuk qasidah yang bersifat intelektual dan lain sebagainya.
Beberapa Komentar Ulama Terhadap Beliau Dan salah satu anugerah Allah kepada beliau
adalah apa yang disebutkan oleh pengarang kitab Al Jauhar Al Syafaf dari kakeknya yang
berkata: "Aku bertanya kepada guruku Al Faqih Salim bin Fadal radiallahu'anhu, 'apakah
engkau meminta sesuatu kepada Allah Ta'ala kemudian mengabulkannya untukmu?.' Beliau
menjawab: 'Ya, aku meminta kepada Allah agar memberi syafaat kepadaku setiap hari kepada
70 orang yang diadzab, maka Allah mengabulkan permintaanku".
Sayyid Fadil Ali bin Abdurrahman Al Masyhur berkata: "Aku mendengar ayahku Abdurrahman
berkata: 'Bahwasanya Allah memberi syafaat kepadanya untuk 70 orang yang diadzab setiap
hari sampai pada hari kiamat".
Imam Muhaddist Muhammad bin Ali Khirid berkata di dalam kitabnya Al Ghurar: ”Sayyid Jalil
Muhammad bin Abdurrahman Al Asqa' berkata: 'Aku mendengar kakekku Al Mu'allim Al Wali
Husein bin Muhammad bin Ali berkata: 'Barang siapa mempunyai hajat (keinginan)
dan ingin agar dikabulkan maka hendaklah keluar berziarah ke Al Faqih Muhammad bin Ali
Alawi dan Al Faqih Al Wali Salim bin Fadal, kemudian naik ke masjid Bani Alawi dan shalat di
dalam qiblatnya dua rakaat, maka akan dikabulkan hajatnya itu".
Dan berkata sebagian orang-orang 'arif: "Syaikh Abdurrahman Assegaff membasahi mukanya
yang mulia di sekitar makam Syaikh Salim bin Fadal dan berkata: 'Aku menyaksikan
bahwasanya engkau mempunyai taman dari taman-tamannya surga". dan diriwayatkan
bahwasanya Imam Ahmad bin Muahammad Bafadal berkata: "Antara kuburku dan kubur
pamanku yaitu Syaikh Salim adalah taman dari taman-tamannya surga".
Murid-murid Beliau. Adapun orang-orang yang mengambil ilmu dari beliau sangatlah banyak
dan kesemuanya adalah Imam-imam yang mursyid. Maka diantara mereka adalah Imam Kabir
Al Muhaddist Al Musnid Ali bin Muhammad bin Jadid, Imam Alwi bin Muhammad
Shahibulmirbath, Imam Ali bin Muhammad Shahibulmirbath, Sayyid Imam Ahmad Salim bin
Basri, Syaikh Ali bin Muhammad Al Khatib Shahibulwa'al dan lain-lain.
Dan kata pengarang kitab Al Gurar bahwa Ustadz A'dzam Imam Faqih Muqaddam termasuk
murid dari Syaikh Salim Bafadal. Tetapi Imam Faqih Muqaddam tidak menemui masa Syaikh
Salim Bafadal kecuali hanya 7 tahun, karena Imam Faqih Muqadam dilahirkan pada tahun 574
H. dan Syaikh Salim wafat pada tahun 581 H. Kemudian dijelaskan oleh Habib Abu Bakar bin
Abdullah Khirid bahwa Imam Faqih Muqaddam membaca surat Al Fatihah atas Syaikh Salim di
zawiyah Syaikh Salim ridliallahu'anhum. Berkata Syaikh Ahmad bin Abdullah bin Abi Bakar Al
Khatib Al Ansari rahimahullah: "Telah keluar (telah belajar) dengan Syaikh Salim 1000 thalib
(pelajar).
Karamah Beliau Diantara karamah beliau setelah meninggal, bahwa beberapa orang dzalim
memusuhi dan menguasai rumah milik keturunan Syaikh Salim, kemudian keluarlah pemilik
rumah ke makam Syaikh Salim untuk minta tolong kepada Allah Ta'ala dengan bertawasul
kepada Syaikh Salim. Maka tidak lama kemudian orang yang dzalim itu keluar dari rumahnya.
Kemudian setelah dicari akan sebab keluarnya orang dzalim tersebut, ternyata istri dan
anaknya memaksanya untuk keluar disebabkan tidak tahan duduk di dalam rumah itu karena
seakan-akan rumah itu berputar dengan mereka.
Dan diantara karamah beliau, bahwasanya antara beliau dan istrinya ada sebuah janji untuk
tidak menikah apabila salah satu dari mereka lebih dahulu wafat. Kemudian wafatlah Syaikh
Salim mendahului istrinya dan melamarlah beberapa orang kepada istrinya, namun ditolak
dengan berbagai cara sehingga akhirnya ada yang meminta dengan mendesak sampai istrinya
setuju. Maka manakala malam pesta perkawinan sebagian orang-orang shaleh melihat Syaikh
Salim mendatangi suami istrinya tersebut dan memberikan salam kepadanya seraya berkata:
"Apakah pendapat engkau kepada ini (istrinya) yang engkau tipu dengan janji Allah sehingga
dia berkhianat?".
Dan karamah Beliau yang lain, bahwa telah datang orang asing ke kota Tarim dan
menginginkan bantuan dari penduduk setempat. Maka meminta tolonglah dia di depan pintu-
pintu masjid seraya berkata: "Aku meminta kepada Allah dan hak Allah sebesar 75 Reyal dan
sedikit dari pakaian." Maka tinggallah dia di kota itu selama beberapa bulan atas keadaan
seperti itu dan tidak ada seorangpun yang mengabulkan permintaannya. Kemudian dia
memegang tangan seorang laki-laki dari keturunan Bafadal yang berada di dekatnya dan
berkata: "Aku ingin ziarah Syaikh Salim dan engkau bersamaku maka selagi akan dikabulkan
hajatku dari sisinya." Maka keduanya keluar bersama-sama untuk ziarah ke makam Syaikh
Salim. Kemudian pada malam harinya salah satu penduduk Tarim memanggilnya dan
memberikan uang sebesar yang dia butuhkan dengan tidak memintanya. Sehingga besok
harinya dia pun musafir meninggalkan kota Tarim. Dan masih banyak lagi karamah Beliau yang
tidak kami sebutkan di sini.
(1) Dalam arti tidak mempergunakan pedang lagi. Karena pada waktu itu setiap orang selalu
membawa pedang apabila keluar dari rumah (termasuk para penuntut ilmu).
*Mahasiswa Univ. Al Ahgaff tingkat II. Dikutip Dari http://www.alshibami.net/saqifa

Anda mungkin juga menyukai