Anda di halaman 1dari 8

ILSILAH THARIQAT NAQSABANDIYAH AL-KHALIDIYAH JALALIYAH

- Desember 29, 2015

SILSILAH THARIQAT NAQSABANDIYAH AL-KHALIDIYAH JALALIYAH

BANDAR TINGGI, SIMALUNGUN SUMATERA UTARA


INDONESIA
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
Assalamu’alaikum wr.wb
Adapun haqiqat ilmu Thariqat Naqsyabandiyah ini datang dari ALLAH SWT Dzat Yang
Maha Suci yang kasih Ia akan dikenal oleh mekhluk-makhluknya. Dari itu diberi perintah akan
makhluknya (Malaikat Jibril) , untuk menurunkan akannya Ilmu Hikmah kepada Seorang
HambaNYA lagi Nabi dan RasulNYA, kekasih Allah, yang sempurna adabnya ialah:

1. Rasulullah, Nabi Muhammad SAW.


Kemudian daripadanya diturunkan pula hakiqat ilmu itu kepada seorang sahabatnya dan
dialah orang yang mula-mula memeluk agama islam dari pihak laki-laki serta dia juga selaku
penggantinya dialah ;

2. Sayyidina Abu Bakar siddiq RA.


Kemudian dari padanya turun pula haqiqat Ilmu ini kepada sahabatnya, dan dialah orang
Azam yang mula-mula masuk agama islam padahal dia seorang Raja di Negeri Persi ialah ;

3. Sayyidina Salman Alfarisi RA.


Kemudian dari padanya di turunkan pula ilmu tersebut kepada anak cucu dari Sayyidina Abu
Bakar Hakiqat, dianya ;

4. Sayyidna Qasim Bin Muhammad Bin Abubakar.


Kemudian dari padanya turun pula kepada orang yang sangat wara`nya lagi `alimnya, ialah;
5. Immam Ja’far Siddiq.
Kemudian turun pula rahasia ilmu Thariqat ini kepada orang yang sangat `alim sejak
kecilnya, digelar orang ;

6. Abu Yazid Al Bustami.


Kemudian turun pula kepada orang yang `alim lagi wara` berhimpun kepadanya ilmu Syariat
yang zahir dan yang bathin ialah ;

7. Abu Hasan Kharqani.


Kemudian turun pula rahasia ilmu Thariqat ini kepada sahabatnya lagi muridnya, yang sangat
`alimnya , ialah ;

8. Abi Ali Permadi.


Kemudian turun pula Ilmu Thariqat Naqsyabandiyah ini kepada seorang yang sangat
wara`nya serta telah terbit daripadanya Khalifah-Khalifah yang sangat besar yang memegang
negeri , ialah ;

9. Syekh Yusuf Hamdani.


Kemudian diturunkan pula rahasia Ilmu Thariqat ini kepada muridnya yang sangat baik
adabnya serta lemah lembut perangainya digelar orang ;

10. Syekh Abdul Khaliq


Kemudian turun pula kepada muridnya lagi Khalifahnya yaitu ;

11. Syekh ‘Arif Riyukuri


Kemudian turun kepada seoarang yang sangat `alim sejak kecilnya dan berhimpun padanya
Ilmu Zahir dan Bathin, ialah ;

12. Syekh Mahmud Anjiri.


Kemudian turun kepada muridnya ialah ;

13. Syekh Ali Ramitani.


Kemudian turun kepada seorang yang wara` dan zahid pada dunia karena semata-mata berharap
kepada Dzat Tuhannya, ialah ;

14. Syekh Muhammad babassamasi.


Kemudian turun pula kepada ;

15. Amir kulali.


Kemudian turun pula daripadanya kepada seorang yang sangat `alim dan Lautan Ilmu laduni
yang Nuroni, yang kemudian dialah Imam Ilmu Thariqat Naqsyabandiyah ini dan telah terbit dari
padanya beberapa `ulama-`ulama besar dan pemimpin-pemimpin negeri serta lautan Ilmu
Ma`rifat, digelar orang ;
16. Syekh Al ‘Arif Billah Asy Syekh As Sayyid Bahauddin Muhammad bin Muhammad bin
Muhammad Asy Syarif Al Husaini Al Hasani Al Uwaisi Al Bukhari.

Beliau meletakkan dasar-dasar zikir qalbi yang sirri, zikir batin qalbi yang tidak berbunyi dan
tidak bergerak, dan beliau meletakkan kemurnian ibadat semata-mata lillaahi ta’ala, tergambar
dalam do’a beliau yang diajarkan kepada murid-muridnya "Ilahii anta makshuudii waridhaaka
mathluubii". Secara murni meneruskan ibadat Thariqatus Sirriyah zaman Rasulullah, Thariqatul
Ubudiyah zaman Abu Bakar Siddiq dan Thariqatus Siddiqiyah zaman Salman al Farisi. Beliau
amat masyhur dengan keramat-keramatnya dan makmur dengan kekayaannya, lagi terkenal
sebagai wali akbar dan wali quthub yang afdhal, yang amat tinggi hakikat dan makrifatnya. Dari
murid-muridnya dahulu sampai dengan sekarang, banyak melahirkan wali-wali besar di Timur
maupun di Barat, sehingga ajarannya meluas ke seluruh pelosok dunia. Beliau pulalah yang
mengatur pelaksanaan iktikaf atau suluk dari 40 (empat puluh) hari menjadi 10 (sepuluh) hari,
yang dilaksanakan secara efisien dan efektif, dengan disiplin dan adab suluk yang teguh. Dan
dari beliau turun kepada ;

17. Syekh Alaudin Athari


Kemudian turun pula kepada ;

18. Syekh Ya’kub Jarkhi.


Kemudian kepada seorang yang sangat bijak bestari lagi sangat alimnya ialah ;

19. Syekh Abdullah Ahrari Samarkandi.


Kemudian turun pula kepada muridnya lagi Khalifahnya ;

20. Syekh Darwis Muhammad Zahidi


Kemudian turun pula ilmu Thariqat ini kepada muridnya yaitu ;

21. Syekh Darwis Muhammad.


Kemudian turun dari padanya kepada seorang yang wara` dan `alim lagi lautan ilmu dunia dan
akhirat ialah ;
22. Syekh Muhammad Khauzaki Amkanaki
Kemudian turun pula kepada ;

23. Syekh Muhammad Baqi Billah.


Kemudian dari padanya turun pula kepada ;

24. Syekh Ahmad Faruqi sarhindi.


Kemudian dari padanya turun pula Haqiqat Thariqat ini kepada seorang yang sangat `alimul
Robbani lagi luas dadanya dan dalam fahamnya yaitu ;

25. Syekh Muhammad ma’sum


Kemudian turun pula dari padanya kepada ;

26. Syekh Syarifuddin.


Kemudian turun pula dari padanya kepada seorang yang sangat baik kasyafnya, terbuka
kepadanya rahasia alam semesta ini dan terbit dari padanya beberapa orang `alim, digelar orang ;

27. Syekh Nur Muhammad baiduwani.


Kemudian turun kepada ;

28. Syekh Syamsuddin Janjanani.


Kemudian kepada ;

29. Syekh Abdullah Dahlawi.


Kemudian kepada ;

30. Maulana Syekh Khalid Qurdi.


Kemudian turun pula Haqiqat Thariqat ini kepada seorang yang sangat `alim sejak kecilnya
yaitu ;

31. Syekh ‘Abdullah Affandi.


Kemudian turun dari padanya kepada ;

32. Syekh Sulaiman Qurmi.


Dari padanya turun pula Haqiqat Ilmu Thariqat Naqsyabandiyah ini kepada seorang yang
sangat wara`nya dan sangat `alimnya dan istiqomah di Jabal Qubis Makkah dan telah terbit dari
padanya beberapa `ulama-`ulama dan Syekh-Syekh yang besar yang memegang negeri dan lahir
dari padanya beberapa Wali-Wali Allah yang sangat makbul doa`nya dan berguru kepadanya
seorang Wali Qutubuz Zaman yang menjadi ikutan `ulama-`ulama negeri jawi yaitu ;

33. Syekh Sulaiman Zuhdi.


Kemudian turun pula ilmu Thariqat Naqsyabandiyah ini kepada Khalifahnya lagi gantinya yang
istiqomah di Jabal Qubis dan berguru pula kepadanya pengarang surat ini yaitu ;

34. Syekh Ali Ridha.


Dan dari padanya turun pula rahasia Ilmu Thariqat ini kepada muridnya yang sangat arif lagi
seorang ulama Ilmu Thariqat Naqsyabandiyah yang maha mulia ini serta ulama Thariqat
Naqsyabandiyah yang telah menyatukan semua ulama-ulama Thariqat di negeri Nusantara ini
dan terbit dari padanya Syekh-Syekh besar dan Wali-Wali Allah yang sangat mahsyur di negeri
Jawi ini dan telah menciptakan buku-buku Thariqat Naqsyabandiyah sebanyak 104 buah buku
yang akhirnya buku-buku itu menjadi pegangan bagi Syekh-syekh yang memegan negeri , yang
digelar orang dengan ;

35. Buya Prof. Dr. Sayyidi Syekh Haji Jalaludin

Kemudian turun pula rahasia Ilmu Thariqat Naqsyabandiyah yanga sangat mulia ini
kepada muridnya lagi Khalifah yang sangat tertib adabnya serta lembut tuturnya, kuat pendirian
dan aqidahnya yang senantiasa siang dan malam mengharapkan ridha dan Magfirah Tuhannya.
Dialah ;
PEMEGANG SILSILAH TN KAMPUNG BABUSALAM

wafat sejak sekitar 77 tahun silam, keberadaannya terasa di Kampung Babussalam, Tanjung
Pura, Langkat, Sumatra Utara. Peziarah mengalir ke makamnya di kampung yang didirikannya.
Syekh Abdul Wahab Rokan memang dikenal sebagai ulama ternama di Sumaera.

Lahir pada 19 Rabiul Akhir 1230 H (28 September 1811) di Kampung Danau Runda, Rantau
Binuang Sakti, Negeri Tinggi, Rokan Tengah, Kab. Rokan hulu, Riau, Wahab tumbuh di
lingkungan keluarga yang menjunjung agamanya. Nenek buyutnya, H Abdullah Tembusai,
dikenal sebagai alim ulama besar yang disegani.

Salah seorang putra Abdullah Tembusai, bernama M Yasin menikah dengan Intan. Buah
perkawinan itu melahirkan di antaranya Abdul Manap. Putra tertuanya ini, kemudian menikah
dan melahirkan Syekh Wahab Rokan.

Dengan titisan darah demikian, Wahab sejak kecil terdidik, terutama untuk pelajaran agama.
Demi menghapal AlQuran, Wahab kecil tak jarang bermalam, di rumah gurunya. Ia pun patuh
pada guru, bahkan kerap mencucikan pakaian orang yang mendidiknya itu.

Keistimewaan telah tampak sejak Wahab masih bocah. Suatu ketika, saat orang terlelap pada
dinihari, Wahab masih menekuni AlQuran. Mendadak muncul seorang tua mengajarinya
membaca aLQuran. Setelah rampung satu khatam, orang tua itu menghilang.

Kesalihannya ini tak jarang mengalami godaan. Saat ia melanjutkan pendidikan di Tembusai,
seorang wanita menggodanya, bahkan mengunci pintu tempat Wahab berada. Wahab terus
melantunkan doa sehingga terlepas dari jebakan wanita yang tergila-gila padanya. Begitu pun,
suatu ketika saat mandi di sungai, seorang gadis melarikan sarungnya.

Godaan itu tak membuat imannya meleleh. Bahkan, ia kian kukuh mendalami ilmu agama.
Setelah dari Tambusai, ia pun ke Malaysia, untuk mendalami ilmu agama kepada Syekh H M
Yusuf asal Minangkabau. Wahab yang tumbuh menjadi pemuda berdagang untuk menopang
kehidupannya. Menariknya, berkat kesalihannya, ia menyuruh pembeli menimbang sendiri
barang yang dibeli. Ini demi menghindarkan kecurangan.

Melanjutkan pendidikan ke MAkkah, ia belajar kepada beberapa guru, di antaranya Zaini Dahlan
(mufti mazhab Syafii), Syekh Zainuddin Rawa. Terakhir, ia mendalami ilmu tarEkat kepada
Syekh Sulaiman Zuhdi di puncak Jabal Abi Kubis. Sulaiman Zuhdi dikenal sebagai penganut
tarEkat Naqsyabandiah.

Menyimak ketekunan muridnya, suatu ketika Sulaiman Zuhdi, resmi mengangkat Wahab sebagai
khalifah besar. Penabalan itu diiringi dengan bai'ah dan pemberian silsilah tarekat
Naqsyabandiyah yang berasal dari Nabi Muhammad SAW hingga kepada Sulaiman Zuhdi yang
kemudian diteruskan kepada Wahab. Ijazahnya ditandai dengan dua cap. Ia pun mendapat gelar
Al Khalidi Naqsyabandi.
Setelah kurang lebih enam tahun di MAkkah, ia kembali ke Riau. Di sana, ia yang saat itu
berusia 58, mendirikan Kampung Mesjid. Dari sana, ia mengembangkan syiar agama dan tarEkat
yang dianutnya, hingga Sumatra Utara dan Malaysia. Namanya pun semerbak. Raja di berbagai
kerajaan di Riau dan Sumatra Utara mengundangnya.

Suatu ketika, Sultan Musa Al-Muazzamsyah dari Kerajaan Langkat, gundah. Putranya sakit
parah dan akhirnya wafat. Rasa kehilangan ini tak terperikan. Syekh HM Nur yang -- sahabat
karib Wahab saat di MAkkah -- menjadi pemuka agama di kerajaan, menyarankan agar Sultan
bersuluk di bawah bimbingan Wahab. Sultan menyetujui dan mengundang Wahab.

Wahab pun datang ke Langkat. Ia mengajarkan tarEkat Naqsyahbandi dan bersuluk kepada
Sultan. Setelah berulang bersuluk, Sultan Musa -- yang belakangan melepaskan tahtanya dan
memilih menekuni agama --- memenuhi saran Wahab, menunaikan ibadah haji, sekaligus
bersuluk kepada Sulaiman Zuhdi di Jabal Kubis.

Berkat kekariban hubungan guru-murid, Sultan Musa menyerahkan sebidang tanah di tepi
Sungai Batang Serangan, sekitar 1 km dari Tanjung Pura. Sultan berharap gurunya dapat
mengembangkan syiar agama dari tanah pemberiannya. Wahab menyetujui dan menamakan
kampung itu Babussalam (pintu keselamatan). Maka pada 15 Syawal 1300 H, ia bersama ratusan
pengikutnya, menetap di sana.

Babussalam berkembang menjadi kampung dengan otonomi khusus. Menjadi basis


pengembangan tarEkat Naqsyahbandiyah di Sumatra Utara, Wahab membentuk 'pemerintahan'
sendiri di kampung itu. Perangkatnya antara lain dengan membuat Lembaga Permusyawaratan
Rakyat (Babul Funun).

Hingga kini, kampung itu terjaga sebagai pusat pengembangan tarekat Naqsyahbandiyah. Tetap
mendapatkan perlakuan khusus dari Pemda setempat, aktivitas sehari-hari -- ditandai dengan
kegiatan suluk setiap hari -- dipimpin khalifah. Saat ini khalifah kesepuluh Syekh H Hasyim
yang memimpin.

Kendati terjalin erat, hubungan Wahab dan Sultan, tak berarti selalu harmonis. Bahkan antara
keduanya sempat renggang, saat Wahab difitnah membuat uang palsu. Akibatnya, Sultan
memerintahkan penggeledahan ke rumah Wahab. Kendati tak terbukti, bahkan saling
memaafkan, Wahab seusai peristiwa itu pindah ke Malaysia. Kepindahannya ini kabarnya
menyebabkan sumur minyak di Pangkalan Brandan surut penghasilannya.

Begitu pun, suatu kali penjajah Belanda 'menekan' Sultan. Dalihnya, berbekal potret Wahab,
ditengarai Tuan Guru Babussalam --- demikian panggilan kehormatannya --- turut bertempur
membantu pejuang Aceh melawan Belanda. Padahal, pada saat bersamaan, pengikutnya
menegaskan Tuan Guru berdzikir di kamarnya.

Kembali ke Babussalam, setelah terharu menyaksikan kampung yang dibangunnya menyepi,


Tuan Guru menetap di Babussalam. Bersama pengikutnya, ia kembali membangun Babussalam.
Tak sekadar berkembang pesat, Tuan Guru bersama Babussalam tumbuh disegani. Tak ayal,
Belanda berusaha menjinakkannya.
Maka pada 1 Jumadil Akhir 1241 H, Asisten Residen Van Aken, menyematkan bintang
kehormatan kepadanya. Kendati demikian, tak berarti Tuan Guru, terpedaya. Bahkan, di saat
prosesi penyematan, Tuan Guru dalam sambutan meminta Van Aken menyampaikan kepada
Raja Belanda untuk masuk Islam. Menilai pemberian bintang itu sindiran, ia meminta
pengikutnya lebih giat. Bintang kehormatan itu pun kemudian diserahkan kepada Sultan
Langkat.

Kendati dikenal sebagai pemuka agama, tak berarti Tuan Guru tak memiliki kepedulian pada
politik. Ia mengutus anaknya untuk menemui HOS Cokroaminoto pada 1913. Tujuannya untuk
membicarakan pembukaan cabang Sarekat Islam di Babussalam. Tak lama kemudian, SI pun
berdiri di kampung yang dipimpinnya.

Tuan Guru wafat di usia 115, pada 21 Jumadil Awal 1345 H (27 Desember 1926), meninggalkan
4 istri, 26 anak, dan puluhan cucu. Hingga kini, setiap peringatan hari wafat (haul), dirayakan
besar-besaran. Ratusan pengikutnya yang memegang tarekat Naqsyahbandiah dari berbagai kota
di Sumatra hingga Malaysia, dan Thailand hadir.

Silaturahmi di Negeri Seribuk Suluk

Para zurriyat, khalifah dan jamaah Babussalam terserak di dalam maupun luar negeri. Akibatnya
silaturahmi menjadi longgar. Demi mengikat silahturahmi Ikatan Keluarga Babussalam Langkat
menyelenggarakan silaturrahmi nasional (silatnas).

Berlangsung mulai 18 hingga 20 Oktober mendatang, silatnas diadakan di kampung kelahiran


Syekh Abd Wahab Rokan, di Rantau Binuang Sakti yang dijuluki 'Negeri Seribu Suluk'.
Acaranya selain tabliqh akbar, haflah Alquran, juga istighasah Tareqat Naqsyabandiyah. Di hari
terakhir (20/10), silatnas ditutup dengan ziarah ke makam ibu dan Syekh Abd Wahad dan ke
makan Syekh Zainuddin. Kemudian diikuti ramah tamah sekitar seribu peserta silatnas.

Posted by naqsabandiah at 5:35 AM

Anda mungkin juga menyukai