Anda di halaman 1dari 9

Dan semua kisah-kisah Rasul-rasul itu, kami ceritakan kepadamu

(wahai Muhammad), yang dengannya Kami teguhkan hatimu.


(QS:Hud:120)

Doa Sebelum Pembacaan Manaqib

(dibaca Bersama atau sendiri dan dijahrkan atau di dalam hati)


Bi barakati, wal karamati (Shohibul Manaqib) Al Imam Al
Allamah Al Arif billah Al Habib Muhammad bin Thohir Al
Haddad, Bi syafa’ati Nabiyyina Muhammadin Saw,
Bibidznillahi wa Ridhollah ya ALLAH, ya ALLAH innaka ‘ala kulli
syay’in qadir."
Manaqib Al Imam Al Allamah Al Arif billah Al Habib
Muhammad bin Thohir Al Haddad (Tegal)

Beliau al-Habib Muhammad bin Thohir Al-Haddad, Awliya Allah yang


dilahirkan di kota Gaidun, Hadramaut pada tahun 1838 M, kemudian
hijrah ke Indonesia dan menjadi keberkahan bagi warga Tegal. Khususnya
dikarenakan datangnya beliau berdakwah di Tegal hingga akhir hayatnya ia
dimakamkan di kompleks pemakaman Kauman atau yang sekarang lebih
dikenal dengan nama makam al-Haddad, tepatnya di Desa Kraton, Tegal
Barat.

Nasab beliau yaitu:

Al Habib Muhammad bin Thohir bin Umar bin Abubakar bin Ali bin Alwi
bin Abdullah (shahibur ratib) Al-Haddad bin Alwi bin Muhammad
bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Alwi bin Ahmad bin Abubakar
bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman
bin Alwi 'Ammal Faqih bin Muhammad Shahib marbath bin Ali Khali Qatsam
bin Alwi bin Muhammad bin Alwi Ba'Alawy bin Ubaidullah bin Ahmad Al-
Muhajir bin Isa ar-Rumi bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-Uraidhi
bin Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam
Husein as-Sibth bin Ali bin Abi Thalib kw. suami dari Fatimah az-Zahra
binti Rasulullah Muhammad SAW.

Sanad keturunan beliau termasuk suatu silsilah dzahabiyyah, sambung-


menyambung dari ayah yang wali ke kakek wali, demikian seterusnya
sampai bertemu dengan Rasulullah SAW. Ayah beliau Al-Habib Thohir bin
Umar al-Haddad adalah seorang ulama besar di kota Gaidun, Hadramaut. Al-
Habib Thohir banyak membaca buku di bawah pengawasan dan bimbingan
ayah dan kakek beliau, sehingga diberi ijazah oleh ayah dan kakeknya
sebagai ahli hadist dan ahli tafsir.

Ayah Beliau, al-habib Thahir bin Umar al-Haddad mempunyai kedudukan


yang tinggi dikalangan Sa'dah Ba 'Alawy. Beliau adalah salah satu A'ya-tun
min A-yatillah. Tanda keagungan Allah Ta’ala. Tidak pernah waktu beliau
terlepas dari Dzikrullah. Para penduduk Gaidun Hadromaut, mengenal
beliau sebagai sosok yang suci, tiada pernah terlihat melakukan
kemaksiatan barang satu kali pun.

Wajah beliau memancarkan kewibawaan, yang jika beliau perintahkan


siapapun untuk melakukan sesuatu, maka mereka akan melakukannya. Dan
jika beliau perintahkan untuk tidak melakukan sesuatu mereka pasti tidak
akan melakukannya pula.

Sebagaimana para sejarawan menggambarkan wajah Baginda Nabi SAW


yang bercahaya laksana purnama, maka dalam wajah al Habib Thahir juga
bersinar laksana rembulan senja. Syaikh Abi Bakar bin Said Al
Khothib berkata :

“Dahulu , aku merasa terheran–heran dengan ungkapan para ulama yang


menyebutkan wajah Nabi SAW itu laksana rembulan. Aku anggap sulit dan
sangat jauh menyandingkan warna kulit anak manusia dengan warna cahaya
rembulan. Sampai suatu saat aku melihat hidung al Habib Thahir yang
menyeruak di jendela masjid, aku kira cahaya putih di jendela itu adalah
rembulan. Akupun berpikir, bagaimana bisa rembulan terlihat di tempat ini?

Baru sesudah aku mendekat dan aku amati dengan seksama, ternyata cahaya
itu adalah hidungnya al Habib Thahir …! “

(jika saja cucu turunan Nabi SAW saja bercahaya apalagi Baginda Nabi SAW)

Al Habib Thahir bin Umar ini dihitung sebagai salah satu Qhutubuz Zaman
di masanya. Kekuatan ibadah beliau sudah bukan menjadi rahasia lagi. Al
Habib Ahmad bin Hasan Al Aththas berkata : “Sesungguhnya Rasulullah
SAW itu merasa bersyukur dengan ibadah-ibadahnya Al Habib Thahir.”

Al Habib Husain bin Muhammad Al Habsyi, Mufti Syafi’iyyah di kota


Makkatul Mukarramah berkata:

“Sesungguhnya sifat seorang lelaki yang di sebutkan dalam Hadits Mi’raj,


sangat cocok dengan keadaan Al Habib Thahir. Yakni ucapan baginda Nabi
SAW:

“Kemudian aku melihat seorang lelaki yang tersamarkan di antara cahaya


‘Arsy, akupun bertanya: “Siapakah gerangan malaikat ini ? “
Terdengar jawaban:

“Bukan, dia bukanlah seorang malaikat. “

Aku kemudian bertanya:

“Seorang Nabi kah dia?

Terdengar jawaban olehku:

“Bukan, dia bukanlah seorang Nabi . “

Maka akupun bertanya: “Lalu siapakah gerangan dia ?”

Terdengar jawaban:

”Ini adalah seorang lelaki yang ketika hidup di dunia, lisannya selalu basah
dengan Dzikrulloh, Hatinya tertambat ke dalam Masjid“

Al Habib Thahir nyaris seluruh waktunya ada di dalam masjid. Mulai pagi
hingga malamnya. Sepertiga malam terahir beliau sudah masuk kedalam
masjid, pulang ke rumah sebentar saat Dhuha, Dhuhur kembali ke masjid
dan baru pulang sesudah Isya'. Begitu keseharian beliau bahkan di akhir-
akhir umur beliau pun demikian.

Beliau pun sangat erat hubungan ruhaniyyah-nya dengan Syaikh Said bin
Isa al Amudiy. Nyaris setiap selesai shalat berjama’ah di masjid, kemudian
beliau berziarah di Qubah Syaikh Al Amudi.

Sering kali beliau di minta pendapat seseorang mengenai suatu perkara


penting, dan beliau menjawab:

“Tungggu , akan aku minta pendapat dari Syaikh Said al Amudi dahulu… “

Dan beberapa waktu kemudian beliau berkata:

“Syaikh berkata demikian, demikian …”

Demikian ini menjadi tidak aneh jika melihat kenyataan bahwa Al Habib
Thahir seringkali berjumpa dengan Syaikh dengan Yaqodhoh, keadaan
terjaga.
Dalam kehidupan lahiriyyah, Al Habib Thahir belum pernah pergi
menunaikan ibadah Haji. Salah seorang penduduk Gaidun pernah
mendengar beliau berkata:

“Sangat ingin diriku dapat pergi ke Tanah Suci menunaikan Haji.”

“Bukankah dalam dimensi arwah, tuan telah berkali-kali melakukannya?“


Sanggah orang itu .

“Benar“ Jawab beliau.

”Namun kami ingin melakukannya dengan cara lahiriyyahnya.”

Namun salah seorang penduduk Gaidun pernah melihat Ka’bah berada di


arah kiblat rumah beliau. Dia bertanya : “Ada apa gerangan ini?“

Seseorang menjawab:

“Itu adalah Ka’bah yang datang berziarah ke rumah Al Habib Thahir.“

Mengingatkan terhadap Syaikh Abdul Qadir al Jailaniy yang berkata :

“Kullu quthbin yatu_fu bil Bayti.

Wa anal al Baytu Tho'ifun bi khiya'mi.”

“Setiap wali quthub mereka bertawaf di sekeliling Ka’bah.


Dan aku ini, Ka’bah lah yang berthawaf mengelilingi kemahku“

Keagungan Al habib Thahir ini adalah salah satu puncak keagungan para
Auliyaillah. Meskipun demikian, ketakjubannya tidak berhenti disitu saja.
Beliau berkata:
“Semua orang, maqam kedudukan yang dimiliki seorang ayah tidak dapat di-
tandingi oleh anaknya, kecuali aku. Sesungguhnya maqam kemuliyaan
anakku jauh melebihi maqam kemuliyaan diriku .”

Siapakah anak beliau yang dimaksud? Tiada lain adalah Sayyidinal Habib
Muhammad bin Thahir bin Umar Al Haddad.
Seorang Shulthanul Auliya yang makamnya di Kota Tegal Jawa Tengah.
Tentu ini sebuah berkah kemuliyaan untuk para penduduk kota Tegal
khususnya, dan negeri Indonesia pada umumnya.

Mengenal Al-Habib Muhammad bin Thahir Shahibul Tegal juga menyeret


kita untuk mengenal putra -putranya ;

Jika anda berziarah ke Gubah Empang Bogor, anda akan menziarahi dua
tokoh besar. Pertama, Al 'Arifbillah Al Imam Abdullah bin Muhsin bin
Muhammad Al Aththas. Yang kedua adalah murid beliau dan putra Al-
Habib Muhammad bin Thahir al-Haddad, yaitu Al Arifbillah Al Habib Alwy
bin Muhammad Al Haddad.

Al Habib Alwy terhitung sebagai keajaiban jamannya. Saat para tokoh sepuh
Alawiyyin di Hadromaut membicarakan sesuatu yang penting, salah seorang
dari mereka bertanya:

"Siapakah yang pantas menjadi pemimpin para Alawiyyin ?"

Maka menjawablah Al Habib Husain bin Hamid Al Mukhdhor :

"Yang pantas memegang pimpinan alawiyyin saat ini adalah Alawiy bin
Muhammad al Haddad"

Kebesaran Al habib Alwi ternyata terlihat dari keseluruhan sikap dan sifat
beliau yang mulia. Kewara'an beliau. Kedermawanan beliau. Ketawadhu'an
beliau bahkan sampai membuat beliau secara pribadi merasa tidak mampu
untuk menjadi Imam shalat siapapun.

Begitu rendah hatinya sampai beliau lebih memilih menjadi makmum dari
Imam yang masih kecil umurnya, dibanding menjadi imam shalat siapapun
selama hidupnya.

Al Allamah Al Habib Salim bin Jindan BSA di dalam Khulashotul


Ka_fiyah menuturkan keadaan Al Habib Alwy, gurunya:

"Beliau shalat berjamaah di rumahnya, walaupun hanya bersama anak - anak


dan istrinya sendiri, dan beliau tidak pernah shalat sendirian sama sekali.
Beliau tidak pernah menjadi imam shalat siapapun sama sekali. Selama
hidupnya beliau senantiasa menjadi makmum, meskipun Imamnya seorang
anak kecil sekalipun"

Seseorang yang agung, yang suci laksana Malaikat seperti itu bagaimana bisa
mendapatkan ketawadhu'an yang sedemikian rupa, sementara banyak
orang kotor dan rendah hina seperti kita, bagaimana dapat merasa pantas
ada di depan orang?

Benar juga, khaliyah (keadaan spiritual) kita tidak benar - benar dapat naik
tinggi keatas karena kita memang belum pantas mendapatkannya.
Rasulullah SAW bukankah pernah berkata:

"Man Tawadh dho'a rofa'ahulloh ... Siapa gerangan yang bertawadhu',


maka Allah akan angkat derajatnya."

Habib Muhammad bin Thohir Al Haddad sendiri adalah seorang yang wali
min auliya illah yang sebelumnya banyak belajar dari kakeknya dan ulama
hadramaut hingga dikenal sebagai ulama besar yang menjadi rujukan di
zamannya. Tidak hanya Ayah dan beliau sendiri, putra-putranya pun harum
namanya dengan pangkat kewalian yang masyhur yakni Habib Alwi bin
Muhammad Al Haddad (1299 H- 1373 H) yang dimakamkan di Kramat,
Empang, Kota Bogor dan adiknya Al-Habib Husein bin Muhammad Al
Haddad (1302 H-1376 H) yang sebagian besar hidupnya dihabiskan untuk
berdakwah di Tuban dan Jombang, Jawa Timur tetapi pada akhir umur,
beliau dimakamkan di samping makam ayahandanya.

Dalam perjalanan hidupnya, Habib Muhammad juga sukses sebagai


saudagar. Bila berkunjung ke suatu tempat, beliau membawa 40
pembantunya untuk memikul berbagai keperluan untuk menjamu
penduduk kota, “Bukan Habib Muhammad yang menjadi tamu, justru orang
kota yang menjadi tamunya.” Ujar Habib Abdullah bin Hasan bin Husein Al
Haddad, cicit beliau.

Ketika berumur 47 tahun, beliau bersama dua anaknya berkunjung ke


Indonesia. Selama 45 hari, beliau berdakwah dan berdagang di berbagai
kota, namun kemudian jatuh sakit dan meninggal di kota Tegal pada 18
Rajab tahun 1885 M. beliau dimakamkan di pemakaman Kauman, yang kelak
disebut Makam Al Haddad. Dua anaknya, Habib Husein dan Habib Alwi,
masing-masing meninggal di Jombang dan di Bogor

– Habib Alwi Al Haddad di makamkan di Kramat Empang Bogor.

– Habib Husin Al Haddad di makamkan di Tegal.

Haul Al Habib Muhammad bin Thohir Al Haddad pertama kali


diselenggarakan oleh Al Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi (1265 H-
1337 H), Surabaya, Guru yang banyak membentuk karakter kedua putra Al-
Habib Muhammad bin Thohir Al Haddad. Semoga berkah ilmu dan teladan
beliau senantiasa menyelimuti masyarakat Tegal khususnya dan Muslimin
pada umumnya dan akan dikenang selalu dengan senantiasa mempelajari
sejarah beliau dan mengamalkan ajaran dan akhlaq beliau.

Makam al-Imam al-Quthb al-Habib Muhammad bin Thohir al-Haddad dan putranya al-Habib
Husain bin Muhammad bin Thahir al-Haddad

Inilah salah satu makam tokoh Islam setempat yang layak Anda masukkan
dalam daftar kunjungan wisata ziarah. Makam Al-Haddad merupakan salah
satu tempat di Kota Tegal yang banyak dikunjungi peziarah. Di sinilah
dimakamkan Habib Muhammad bin Thohir Al Haddad, Seorang tokoh Islam
Kharismatik.
Habib Muhammad bin Thohir Al Haddad merupakan salah seorang tokoh
penting penyebar agama Islam di wilayah pesisir panturan, terutama Tegal
dan sekitarnya. Sepanjang hidupnya, waktunya banyak dihabiskan untuk
mengenalkan Islam kepada masyarakat setempat. Hingga akhir hayatnya,
Habib Muhammad bin Thohir al Hadad tinggal di Tegal dan dimakamkan di
Desa Kraton, Kauman, Tegal Barat,

Untuk mengenang jasanya, setiap tahun digelar peringatan Haul Al Imam Al


Qutub Al Habib Muhammad bin Thohir Al Haddad. Ribuan orang memadati
tempat acara haul berlangsung dan memanjatkan doa untuk Habib
Muhammad bin Thohir Al Hadad. Anda ingin menyaksikan betapa besar
pengaruh Habib Muhammad bin Thohir Al Haddad semasa hidupnya,
menghadiri haul merupakan waktu terbaik untuk membuktikan betapa
besar pengaruh beliau di kota ini.

Anda mungkin juga menyukai