Al Habib Muhammad bin Thohir bin Umar bin Abubakar bin Ali bin Alwi
bin Abdullah (shahibur ratib) Al-Haddad bin Alwi bin Muhammad
bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Alwi bin Ahmad bin Abubakar
bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman
bin Alwi 'Ammal Faqih bin Muhammad Shahib marbath bin Ali Khali Qatsam
bin Alwi bin Muhammad bin Alwi Ba'Alawy bin Ubaidullah bin Ahmad Al-
Muhajir bin Isa ar-Rumi bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-Uraidhi
bin Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam
Husein as-Sibth bin Ali bin Abi Thalib kw. suami dari Fatimah az-Zahra
binti Rasulullah Muhammad SAW.
Baru sesudah aku mendekat dan aku amati dengan seksama, ternyata cahaya
itu adalah hidungnya al Habib Thahir …! “
(jika saja cucu turunan Nabi SAW saja bercahaya apalagi Baginda Nabi SAW)
Al Habib Thahir bin Umar ini dihitung sebagai salah satu Qhutubuz Zaman
di masanya. Kekuatan ibadah beliau sudah bukan menjadi rahasia lagi. Al
Habib Ahmad bin Hasan Al Aththas berkata : “Sesungguhnya Rasulullah
SAW itu merasa bersyukur dengan ibadah-ibadahnya Al Habib Thahir.”
Terdengar jawaban:
”Ini adalah seorang lelaki yang ketika hidup di dunia, lisannya selalu basah
dengan Dzikrulloh, Hatinya tertambat ke dalam Masjid“
Al Habib Thahir nyaris seluruh waktunya ada di dalam masjid. Mulai pagi
hingga malamnya. Sepertiga malam terahir beliau sudah masuk kedalam
masjid, pulang ke rumah sebentar saat Dhuha, Dhuhur kembali ke masjid
dan baru pulang sesudah Isya'. Begitu keseharian beliau bahkan di akhir-
akhir umur beliau pun demikian.
Beliau pun sangat erat hubungan ruhaniyyah-nya dengan Syaikh Said bin
Isa al Amudiy. Nyaris setiap selesai shalat berjama’ah di masjid, kemudian
beliau berziarah di Qubah Syaikh Al Amudi.
“Tungggu , akan aku minta pendapat dari Syaikh Said al Amudi dahulu… “
Demikian ini menjadi tidak aneh jika melihat kenyataan bahwa Al Habib
Thahir seringkali berjumpa dengan Syaikh dengan Yaqodhoh, keadaan
terjaga.
Dalam kehidupan lahiriyyah, Al Habib Thahir belum pernah pergi
menunaikan ibadah Haji. Salah seorang penduduk Gaidun pernah
mendengar beliau berkata:
Seseorang menjawab:
Keagungan Al habib Thahir ini adalah salah satu puncak keagungan para
Auliyaillah. Meskipun demikian, ketakjubannya tidak berhenti disitu saja.
Beliau berkata:
“Semua orang, maqam kedudukan yang dimiliki seorang ayah tidak dapat di-
tandingi oleh anaknya, kecuali aku. Sesungguhnya maqam kemuliyaan
anakku jauh melebihi maqam kemuliyaan diriku .”
Siapakah anak beliau yang dimaksud? Tiada lain adalah Sayyidinal Habib
Muhammad bin Thahir bin Umar Al Haddad.
Seorang Shulthanul Auliya yang makamnya di Kota Tegal Jawa Tengah.
Tentu ini sebuah berkah kemuliyaan untuk para penduduk kota Tegal
khususnya, dan negeri Indonesia pada umumnya.
Jika anda berziarah ke Gubah Empang Bogor, anda akan menziarahi dua
tokoh besar. Pertama, Al 'Arifbillah Al Imam Abdullah bin Muhsin bin
Muhammad Al Aththas. Yang kedua adalah murid beliau dan putra Al-
Habib Muhammad bin Thahir al-Haddad, yaitu Al Arifbillah Al Habib Alwy
bin Muhammad Al Haddad.
Al Habib Alwy terhitung sebagai keajaiban jamannya. Saat para tokoh sepuh
Alawiyyin di Hadromaut membicarakan sesuatu yang penting, salah seorang
dari mereka bertanya:
"Yang pantas memegang pimpinan alawiyyin saat ini adalah Alawiy bin
Muhammad al Haddad"
Kebesaran Al habib Alwi ternyata terlihat dari keseluruhan sikap dan sifat
beliau yang mulia. Kewara'an beliau. Kedermawanan beliau. Ketawadhu'an
beliau bahkan sampai membuat beliau secara pribadi merasa tidak mampu
untuk menjadi Imam shalat siapapun.
Begitu rendah hatinya sampai beliau lebih memilih menjadi makmum dari
Imam yang masih kecil umurnya, dibanding menjadi imam shalat siapapun
selama hidupnya.
Seseorang yang agung, yang suci laksana Malaikat seperti itu bagaimana bisa
mendapatkan ketawadhu'an yang sedemikian rupa, sementara banyak
orang kotor dan rendah hina seperti kita, bagaimana dapat merasa pantas
ada di depan orang?
Benar juga, khaliyah (keadaan spiritual) kita tidak benar - benar dapat naik
tinggi keatas karena kita memang belum pantas mendapatkannya.
Rasulullah SAW bukankah pernah berkata:
Habib Muhammad bin Thohir Al Haddad sendiri adalah seorang yang wali
min auliya illah yang sebelumnya banyak belajar dari kakeknya dan ulama
hadramaut hingga dikenal sebagai ulama besar yang menjadi rujukan di
zamannya. Tidak hanya Ayah dan beliau sendiri, putra-putranya pun harum
namanya dengan pangkat kewalian yang masyhur yakni Habib Alwi bin
Muhammad Al Haddad (1299 H- 1373 H) yang dimakamkan di Kramat,
Empang, Kota Bogor dan adiknya Al-Habib Husein bin Muhammad Al
Haddad (1302 H-1376 H) yang sebagian besar hidupnya dihabiskan untuk
berdakwah di Tuban dan Jombang, Jawa Timur tetapi pada akhir umur,
beliau dimakamkan di samping makam ayahandanya.
Makam al-Imam al-Quthb al-Habib Muhammad bin Thohir al-Haddad dan putranya al-Habib
Husain bin Muhammad bin Thahir al-Haddad
Inilah salah satu makam tokoh Islam setempat yang layak Anda masukkan
dalam daftar kunjungan wisata ziarah. Makam Al-Haddad merupakan salah
satu tempat di Kota Tegal yang banyak dikunjungi peziarah. Di sinilah
dimakamkan Habib Muhammad bin Thohir Al Haddad, Seorang tokoh Islam
Kharismatik.
Habib Muhammad bin Thohir Al Haddad merupakan salah seorang tokoh
penting penyebar agama Islam di wilayah pesisir panturan, terutama Tegal
dan sekitarnya. Sepanjang hidupnya, waktunya banyak dihabiskan untuk
mengenalkan Islam kepada masyarakat setempat. Hingga akhir hayatnya,
Habib Muhammad bin Thohir al Hadad tinggal di Tegal dan dimakamkan di
Desa Kraton, Kauman, Tegal Barat,