Anda di halaman 1dari 6

Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib as (bahasa Arab: ‫ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﻠﯽ ﺑﻦ ﺣﺴﯿﻦ

ﺑﻦ ﻋﻠﯽ‬
) yang terkenal dengan sebutan Imam Baqir as (57-114 H/733) merupakan imam ‫ﺑﻦ أﺑﻲ ﻃﺎﻟﺐ‬
Syiah yang kelima dan menjadi imam selama 19 tahun. Masa keimamahan Imam Baqir as
bertepatan dengan era kelemahan pemerintahan Bani Umayah dan perebutan kekuasaan di
antara mereka. Imam Baqir as pada periode tersebut telah membuat gerakan pengembangan
ilmu yang sangat luas yang mencapai puncaknya pada periode keimamahan putranya Imam
Shadiq as . Dikatakan bahwa Imam Baqir as sangat tinggi dalam sisi keilmuan, kezuhudan,
keagungan dan keutamaan. Darinya telah banyak periwayatan yang dinukil dalam bidang ilmu
agama seperti dalam ilmu fikih, tauhid, hadis dan sunah Nabi saw, ilmu Alquran, sejarah, akhlak
dan satra. Pada masa keimamahannya, telah diambil langkah-langkah penting dalam
penyusunan pandangan-pandangan Syiah dalam berbagai bidang pengetahuan, seperti akhlak,
fikih, kalam, tafsir, dan sebagainya. Para ulama Ahlusunah memberi kesaksian atas
kemasyhuran ilmu dan agama Imam Baqir as. Ibnu Hajar Haitami berkata, "Abu Ja'far
Muhammad Baqir menyingkap khazanah ilmu yang terpendam, hakikat-hakikat hukum dan
mutiara-mutiara kebijaksanaan. Ia menghabiskan umurnya dalam ketaatan kepada Allah. Imam
Baqir as telah sampai pada kedudukan para arif, dimana bahasa tidak mampu menjelaskan
sifat-sifatnya. Ia pun mempunyai banyak memiliki kata-kata mutiara dalam hal suluk dan
pengetahuan."

Muhammad Baqir as

Example alt text

Deskripsi

Imam Muhammad Baqir as

Posisi

Imam Kelima Syiah

Nama

Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib as

Julukan

Abu Ja'far

Gelar

Baqir, Syakir, Hadi

Tanggal Lahir
1 Rajab, Tahun 57 H/677

Tempat Lahir

Madinah

Tempat Hidup

Madinah

Tanggal Wafat

7 Dzulhijjah, Tahun 114 H/733

Nama Ayah

Imam Sajjad as

Nama Ibu

Fathimah

Masa Hidup

57 Tahun

Tempat Dikuburkan

Baqi, Madinah

Istri-istri

Ummu Farwah, Ummu Hakim

Anak-anak

Ja'far, Abdullah, Ibrahim, Ubaidillah, Ali, Zainab, Ummu Salamah

Nasab, Julukan dan Gelar

Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib yang terkenal dengan sebutan Imam Baqir
as adalah Imam Kelima Syiah, putra Imam Sajjad as. Ibunya bernama Ummu Abdillah adalah
putri dari Imam Hasan al-Mujtaba as.[1] Imam Baqir as merupakan orang pertama dari bani
Hasyim yang lahir dari ayah dan ibu yang sama-sama berasal dari bani Hasyim. Nasabnya dari
kedua orang tua sampai kepada Imam Ali bin Abi Thalib as.[2] Di antara gelar Imam Baqir as
yaitu Syakir, Hadi dan Baqir. Baqir merupakan gelarnya paling masyhur yang berarti
"pembuka".[3] Ya'qubi menulis bahwa Imam Baqir as digelari dengan Baqir al-Ulum karena
menjadi pembuka atau penyingkap khazanah ilmu pengetahuan. Julukannya yang terkenal
adalah Abu Ja'far.[4] Dalam sumber-sumber riwayat, ia lebih dikenal dengan julukan Abu Ja'far
awal.

Istri dan Anak

Sumber riwayat menyebutkan Ummu Farwah sebagai istri Imam Baqir as. Ia adalah ibu dari
Imam Shadiq as. Ummu Hakim putri Usaid Tsaqafi juga disebut sebagai istri Imam Baqir as
yang kemudian melahirkan dua putra Imam Baqir as. Imam juga memiliki istri lainnya dari
hamba sahaya yang melahirkan tiga orang anak.[14] Keturunan Imam Baqir as berjumlah tujuh
orang, yaitu lima laki-laki dan dua perempuan. dan mereka itu adalah:

1. Ja'far

2. Abdullah,Ummu Farwah binti Qasim bin Muhammad adalah ibu bagi kedua putra Imam diatas.

3. Ibrahim

4. Ubaidillah,Ummu Hakim binti Usaid Tsaqafi adalah ibu dari kedua putra Imam diatas dan dari
kedua putranya tidak memiliki keturunan.

5. Ali

6. Zainab,ibu keduanya adalah seorang wanita sahaya.

7. Ummu Salamah, ibunya juga adalah seorang wanita sahaya

kemungkaran, dendam dan pengkastaan manusia.

Kebangkitan Ilmu

Tahun 94 H/713 hingga 114 H/733 merupakan masa munculnya aliran-aliran fikih dan puncak
periwayatan mengenai tafsir Alquran. Hal ini disebabkan lemahnya pemerintahan Bani Umayah
dan pertengkaran di antara petinggi pemerintahan untuk memperoleh kekuasaaan. Ulama
Ahlusunah, seperti Syihab Zuhri, Makhul dan Hisyam bin Urwah, aktif dalam meriwayatkan hadis
dan memberi fatwa. Sementara yang lainnya aktif dalam menyebarkan akidah dan pemikirannya
masing-masing, seperti Khawarij, Murjiah, Kisaniyah dan Ghaliyan.

Pada masa tersebut, Imam Baqir as membuka sisi kelimuan cecara luas yang mencapai
puncaknya pada masa putranya, Imam Shadiq as. Ia menjadi rujukan semua pembesar dan
ulama Bani Hasyim dalam kelimuan, kezuhudan, keagungan dan keutaman. Riwayat dan
hadisnya mengenai ilmu agama, sunah nabawi, ulumul quran, sejarah, akhlak dan sastra
sedemikian rupa hingga pada saat itu tidak tersisa lagi pada seorang pun dari keturunan Imam
Hasan as dan Imam Husain as.[19]

Meskipun saat itu pemikiran Syiah masih terbatas pada masalah azan, taqiyah, salat mayit dan
sebagainya, namun dengan kehadiran Imam Baqir as terdapat langkah penting dalam perkara
ini. Di kalangan Syiah muncul sebuah kondisi yang baik. Pada masa inilah Syiah mulai
menyusun budayanya sendiri—melingkupi fikih, tafsir dan akhlak.[20]

Imam Baqir as dengan dengan keras menolak argumentasi kelompok Ashhabul Qiyas.[21] Ia
pun dengan keras melawan argumentasi seluruh kelompok Islam yang menyimpang. Dengan
cara gigih ini, Imam Baqir as berhasil membedakan keyakinan Ahlulbait yang benar dari
pemikiran kelompok Islam lainnya pada berbagai bidang. Mengenai kelompok Khawarij, Imam
Baqir as berkata, "Kaum Khawarij memahami zaman secara sempit karena kebodohannya.
Agama yang lebih sederhana dan lebih luwes adalah milik orang-orang yang mengenalnya
(zamannya)."[22] Kemasyhuran ilmu Imam Baqir as tidak hanya di wilayah Hijaz, namun juga
tersebar hingga daerah Irak dan Khurasan. Seorang perawi mengatakan "Aku melihat penduduk
Khurasan duduk mengelilinginya dan menanyakan berbagai masalah ilmu mereka
kepadanya."[23]

Pemakaman Baqi saat ini

Berikut ini peninggalan ilmu Imam Baqir as secara ringkas dalam berbagai bidang:

Tafsir

Debat dengan Abdullah bin Mua'mmar Laitsi

Diskusi dengan Qatadah bin Du'amah

Kuburan empat imam syiah (Imam Ja'far al-Shadiq as,Imam Muhammad al-Baqir as, Imam Ali
Zainal Abidin as dan Imam Hasan al-Mujtaba as) di Jannatul Baqi, Madinah, setelah
penghancuran.

Melawan Israiliyat

Diantara para kelompok yang pada masa itu berada di tengah-tengah masyarakat Islam dan
memberikan pengaruh yang besar dan dalam pada budaya di masa itu adalah kaum Yahudi.
yaitu sejumlah dari ulama Yahudi yang secara lahiriah telah masuk Islam dan sekelompok lain
yang masih teguh pada agama aslinya pun tersebar di tengah-tengah masyarakat Islam dan
Menjadi rujukan ilmu bagi orang-orang awam yang mudah tertipu. Perjuangan Imam Baqir as
dan tindakannya dalam melawan kaum Yahudi dan ilham-ilham buruk mereka dalam budaya
Islam, dan mendustakan hadis-hadis palsu dan buatan serta perlakuan buruk kaum Yahudi
terhadap para nabi dan perkara-perkara yang menyebabkan ternodainya wajah asli para nabi
Allah, dapat dilihat dengan baik. Zurarah meriwayatkan, "Aku duduk di hadapan Imam Baqir as.
Dalam posisi menghadap Kakbah, Imam berkata, "Memandang ke arah Kakbah adalah ibadah."
Pada saat itu datang seorang bernama 'Ashim bin Umar dan berkata, "Ka'ab al-Ahbar berkata,
Setiap pagi Kakbah melakukan sujud kepada Baitul Maqdis.' Imam Baqir as berkata, "Apa
pendapatmu tentang perkataan Ka'ab al-Ahbar ini?" Orang tersebut berkata, "Perkataan Ka'b al-
Ahbar adalah benar." Imam berkata, "Engkau dan Ka'b al-Ahbar telah berkata dusta." Dalam
keadaan marah Imam berkata, "Allah tidak menciptakan bangunan di atas bumi yang lebih
dicintai daripada Kakbah."

Para Sahabat dan Murid

Kondisi zaman pada masa Imam Baqir as dan Imam Shadiq as memberikan peluang bagi
keduanya, dimana kondisi ini tidak terdapat pada masa imam-imam lainnya. Kondisi yang
menguntungkan tersebut berupa kelemahan dan kepincangan pemerintahan Bani Umayah.
Pada masa itu pemberontakan-pemberontkan politik dari dalam tidak memberi ruang gerak
kepada para penguasa, sebagaimana para penguasa sebelumnya, untuk menekan Ahlulbait dan
mengucilkannya. Kondisi baik ini dimanfaatkan oleh Imam Baqir as dan Imam Shadiq as untuk
memuat sebagian besar pemikiran fikih, tafsir dan akhlak dalam kitab-kitab fikih dan hadisnya.
Dalam situasi seperti ini, Muhammad bin Muslim mampu meriwayatkan tiga puluh ribu hadis
dari Imam Baqir as.[33] Sementara Jabir al-Ju'fi berhasil menghimpun tujuh puluh ribu hadis.[34]
Menurut ulama Syiah, terdapat enam orang fukaha yang paling fakih di awal Islam yang
merupakan para sahabat Imam Baqir as dan Imam Shadiq as. Mereka adalah Zurarah bin A'yan,
Ma'ruf bin Kharbuz Makki, Abu Basir Asadi, Fadhil bin Yasar, Muhammad bin Muslim Thaifi dan
Barid bin Muawiyah 'Ajli.[35]

Syaikh Thusi menyebutkan dalam kitab Rijal, bahwa para murid Imam Baqir as yang
meriwayatkan hadis darinya sebanyak 462 orang laki-laki dan dua perempuan.

Dalam hal ketsiqahan dan kei'tibaran, sebagian para sahabat dan murid Imam Baqir as
dipercaya baik oleh kalangan Ahlusunah maupun Syiah Imamiyah. Sebagian lagi tidak
dimasukkan dalam kitab-kitab rijal Ahlusunnah karena kecenderungan mereka yang kental
terhadap Syiah, dan mereka hanya dipercaya oleh kalangan Syiah. Akan tetapi, tidak boleh
dipahami bahwa Imam Baqir as merasa nyaman dan aman dari pembatasan dan pelarangan
yang dilakukan oleh para penguasa terhadap Ahlulbait as. Bahkan tidak diragukan lagi bahwa
perlakuan penguasa atas kehidupan Imam Baqir as adalah karena taqiyah. Hal ini karena
dengan sistem pemerintahan zalim yang berkuasa atas masyarakat, dikesampingkannya
taqiyah adalah untuk melakukan aktifitas ilmiah dan menyebarkan pengetahuan dasar agama.

Imam Baqir as Menurut Para Ulama

Ibnu Hajar Haitami menulis, "Abu Ja'far Muhammad Baqir as menyingkap khazanah ilmu yang
terpendam, hakikat hukum, hikmah-hikmah dan kebijksanaan yang tidak tertutupi keculi oleh
unsur-unsur tanpa bashirat atau buruknya niat. Dengan demikian, ia digelari dengan "Baqirul
Ulum" atau pembuka dan penyingkap ilmu, penghimpun ilmu dan penegak panji ilmu. Ia
menghabiskan umurnya dalam ketaatan kepada Allah swt dan telah sampai pada kedudukan
orang-orang arif, dimana bahasa tidak mampu melukiskan sifat-sifatnya. Ia memiliki banyak
perkataan dalam bidang suluk dan pengetahuan.[36]

Abdullah bin 'Atha, seorang ulama besar zaman Imam Baqir as, berkata, "Aku tidak melihat
ulama yang rendah di hadapan siapapun, kecuali ulama yang ada di hadapan Abu Ja'far (yakni
Imam Baqir as)."[37]

Dzahabi menulis tentang Imam Baqir as, "Ia adalah di antara orang yang terkumpul padanya
ilmu, amal, kebesaran, kemuliaan, ketenangan dan terpercaya. Dan ia memiliki kelayakan untuk
khilafah."[38]

Didahului oleh:

Imam Sajjad as Imam ke-5 Syiah Imamiyah

95 H/714-114 H/733 Diteruskan oleh:

Imam Shadiq as

Anda mungkin juga menyukai