Anda di halaman 1dari 5

Catatan Guru Sekumpul.

Oleh : Adi Permana

Tak banyak riwayat yang bisa kita kupas dari seorang waliyullah yang bernama Syaikh
Aminullah atau Datu Bagul ini. Hanya saja, berdasarkan kisah yang disampaikan Paman Fauzan,
seorang penjaga makam Datu Bagul di Desa Tungkaran, Martapura, Datu Bagul wafat kira-kira
287 tahun yang lalu, atau lebih dahulu ketimbang Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjary atau
Datu Kalampayan (wafat 200-an tahun lalu).

Menu Mobile

kalselpos

Terkini

Pertandingan Sepak Bola Banjarmasin Versus Tala Ditiadakan

Meriahkan HUT Kopri ke 52, Pemkab Balangan Gelar Jalan Sehat

Polisi Tangkap Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Alumni BLK Tapin Siap Membuka Usaha

WBP Lapas IIB Amuntai Turut Sukseskan Sensus Regsosek

Beranda Guru Sekumpul

Guru Sekumpul Sering Khalwat di Kubah Syaikh Aminullah (Datu Bagul)

Gambar Gravatar

Kalselpos

28 Februari 202085 Dilihat

Catatan Guru Sekumpul. Oleh : Adi Permana

Tak banyak riwayat yang bisa kita kupas dari seorang waliyullah yang bernama Syaikh
Aminullah atau Datu Bagul ini. Hanya saja, berdasarkan kisah yang disampaikan Paman Fauzan,
seorang penjaga makam Datu Bagul di Desa Tungkaran, Martapura, Datu Bagul wafat kira-kira
287 tahun yang lalu, atau lebih dahulu ketimbang Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjary atau
Datu Kalampayan (wafat 200-an tahun lalu).
BACAAN LAINNYA

Al Habib Hafizh Bin Abdulah Al Qadri memberi ceramah Isra Mi’raj dan Haul Guru
SekumpulWarga Teluk Tiram peringati Isra Mi’raj dan Haul Abah Guru SekumpulKesaksian
pekerja tambang selamat dari Longsor, ngaku Dengar ‘bisikan’ Guru Sekumpul

recommended by

CARDIONORMIN

Tablet Ini Membersihkan Saluran Darah dalam Selang 3 Hari

PELAJARI LEBIH

Jika diperkirakan bahwa beliau wafat sekitar 287 tahun lalu, maka diperkirakan, tahun beliau
wafat adalah 1726 M. Wallahu a’lam. Menurut Paman Fauzan, warga Desa Tungkaran, Datu
Bagul adalah yang mula-mula mendiami kawasan Tungkaran tersebut yang dulunya adalah
kawasan hutan dan berdataran tinggi, alias bebas banjir ketimbang kawasan langganan banjir
lainnya seperti Tunggul Irang, Pingaran, Astambul, Dalam Pagar dan lain-lain di pesisir Sungai
Martapura.

Dikatakannya, berdasarkan kisah yang disampaikan Syaikh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani
atau Guru Sekumpul, Datu Bagul sebenarnya bernama asli Syaikh Aminullah, berasal dari Persia,
Timur Tengah. “Guru Sekumpul mengetahui nama asli beliau, ketika Guru Sekumpul sering
berkhalwat di makam ini puluhan tahun lalu. Bahkan, Datu Bagul sendiri yang memberitahukan
nama asli beliau kepada Guru Sekumpul, di mana ketika itu, GuruSekumpul secara kasyaf bisa
bertemu bahkan berangkulan dengan Syaikh Aminullah sebagai sesama waliullah,” beber
Paman Fauzan.

Datu Bagul menurut Guru Sekumpul adalah seorang habaib, atau masih keturunan Rasulullah
SAW dari anaknya Siti Fatimah yang berkawin dengan Sayyidina Ali RA. “Menurut Guru
Sekumpul, beliau sangat alim. Memang, sejarahnya tak banyak dikisahkan Guru Sekumpul. Kata
Guru Sekumpul, Datu Bagul itu hanyalah gelaran dari penduduk setempat, yang sebenarnya
nama asli beliau adalah Syaikh Aminullah, berasal dari Persia dan masih keturunan Rasulullah
SAW,” ungkapnya.
Paman Fauzan menceritakan, dari riwayat yang ia himpun dari cerita para tetuha, Syaikh
Aminullah memang sudah diperintahkan Rasulullah SAW untuk hijrah dari Persia ke Tanah
Banjar yang kala itu di bawah kekuasaan Kesultanan Banjar. “Beliau datang semata-mata untuk
mensyiarkan agama Islam. Konon, beliau menggunakan sebuah kapal yang cukup besar,
lengkap dengan barang-barang dagangannya. Selain berdagang, beliau memberikan pengajaran
agama Islam kepada penduduk Banjar,” jelasnya.

Sehingga suatu masa tibalah bagi Syaikh Aminullah berkhalwat di tengah hutan. Kapal
dagangnya pun disandarkan di tepi bukit. “Di sebelah belakang makam ini, dulunya adalah
danau yang luas dan dalam, sehingga kapal bisa masuk dari arah Sungai Martapura. Seiring
waktu, kapal itu tenggelam atau bagaimana saya kurang mengerti. Namun, menurut para ulama
yang kasyaf, memang di kawasan ini banyak khazanah-khazanah di dalam perut buminya, baik
berupa intan maupun emas batangan, wallahu a’lam,” kisahnya.

Khazanah itu masih ghaib, dan suatu masa kelak, khazanah itu akan keluar dengan sendirinya
ke permukaan. “Menurut para tetuha, intan akan keluar dari perut bumi, layaknya batu-batu
kerikil. Meski banyak ditemukan, namun intan sudah tak terlalu berharga. Di zaman itu, semua
orang kaya-kaya,” beber Paman Fauzan dengan tertawa.

Hanya saja, memang ada yang berdasarkan petunjuk Datu Bagul, mendulang intan di kawasan
seputar makam itu, dan memang ada ditemukan beberapa butir intan. Memang sebelum tahun
1975, untuk ke Tungkaran, warga Pekauman, Dalam Pagar atau Kampung Kramat, dan juga
Keraton, mesti naik jukung. Barulah setelah itu ada jalan rintisan seiring program ABRI Masuk
Desa. Bahkan, dahulu, Guru Sekumpul hobi berburu burung ke kawasan ini, sehingga untuk
menuju Tungkaran yang dulunya dikenal Karang Tengah, Guru Sekumpul naik perahu.

Setelah sekian lama berkhalwat di tengah hutan di dalam pondokannya, Datu Bagul wafat. Oleh
penduduk setempat, beliau dimakamkan di halaman pondokan beliau sendiri. Lokasi makam ini
dulunya bernama Murung Binjai atau Murung Nangka. “Jadi, makam beliau sekarang ini, dulunya
halaman pondok beliau. Beliau tak memiliki istri dan juga anak,” ungkapnya.

Paman Fauzan sendiri mengaku dipercayakan oleh Julak Kasim menjaga makam Datu Bagul.
Menurutnya, Julak Kasim yang baru beberapa tahun lalu wafat, cukup dekat dengan Guru
Sekumpul dan kalangan habaib. Kubah menurut cerita dibina oleh Guru Sekumpul sekitar tahun
1980-an, sementara mushalla di lokasi tersebut menurut cerita dibina oleh H Harun, seorang
sudagar asal Pesayangan, Martapura. Bahkan, kebun karet yang ada sekarang, dimiliki beliau
yang kemudian diwariskan kepada anaknya, H Ijai.

“Dikisahkan, H Harun sempat khawatir, bangunan mushalla di samping makam yang


dibangunnya mubazir, karena memang jauh dari pemukiman penduduk. Lalu beliau meminta
Guru Idris untuk menanyakan soal tersebut ke Guru Sekumpul. Belum lagi Guru Idrisberkata,
Guru Sekumpul sudah mengatakan bahwa mushalla tersebut kelak akan berguna. Guru
Sekumpul berkata, ‘Belum lagi atap mushalla itu ada, aku sudah sembahyang di situ.’,” kisahnya.

Sebelum tahun 2005, jalan dari Sungai Sipai ke Tungkaran dan menuju kubah masih jalan
setapak dan berbatu. “Kemudian ada kisah bahwa Pak Rudy Ariffin, Bupati Banjar hendak maju
menjadi calon gubernur Kalsel. Pak Rudy sowan ke Guru Sekumpul. Lalu oleh Guru Sekumpul,
Pak Rudy disarankan untuk mengaspal jalan menuju kubah Datu Bagul sekalian bernazar di
kubah tersebut. Singkat cerita, jalan sudah bagus dan tak lama kemudian, Pak Rudy menang
sebagai Gubernur Kalsel pada 2005,” ungkapnya.

Selanjutnya, karena berkah Datu Bagul tersebut terasa, sekali lagi Rudy Ariffin bernazar bahwa
akan membangunkan kubah yang megah jika terpilih lagi sebagai gubernur. Rupanya, Rudy
Ariffin lagi-lagi dipercaya rakyat Kalsel di 2010 lalu. Kubah Datu Bagul pun dibangun beton dan
megah, hingga selesai 2011 lalu.

“Kita tak bisa menafikan keberkahan waliullah. Jangankan urusan akhirat, urusan dunia bisa
saja diperlancar dengan berkat waliullah. Wajar saja jika hal itu terjadi, karena mereka (waliullah)
itu dekat (washil) kepada Rasulullah SAW dan dekat kepada Allah SWT,” ucap Paman Fauzan.
Menurutnya, para waliullah itu di pandangan mata kepala wafat namun sebenarnya hanya
berpindah alam, dan hakikatnya mereka tetap hidup dan masih mendapat limpahan rizqi dari
sisi Allah SWT.

“Bahkan, mereka selola berdoa untuk umat Rasulullah baik bagi yang masih hidup maupun yang
sudah meninggal. Mereka juga mengaminkan doa para peziarah. Hakikatnya, peziarah itu
adalah tamu yang tentunya mereka (waliullah) itu akan menghormat kepada tamunya dan
mengaminkan doa para peziarah,” cetusnya.

Menurut Paman Fauzan, para wali yang sudah berpindah alam, senang jika makamnya diziarahi,
sehingga Rasulullah sangat menganjurkan kepada umatnya untuk berziarah ke makam aulia
meski hanya sebentar atau seperahan susu, sedetik dua detik, karena nilainya bagaikan
beribadah 1.000 tahun.

Paman Fauzan mengaku pernah bimbang ketika di musim banjir 2006 lalu, di mana musim
paceklik, sehingga ia lalu munajat kepada Allah dengan bertawasul melalui Datu Bagul.
“Alhamdulillah, benih tak lama bisa ditanam. Namun, masalah muncul lagi ketika menjelang
panen, hama tikus menyerang. Sekali lagi saya bertawasul, anehnya, lahan milik saya seperti tak
diminati tikus-tikus. Para tikus hanya berkeliaran saja tanpa banyak memakan padi. Tahun itu,
saya panen dengan cukup memuaskan, sementara petani lain panennya kurang bagus,” katanya.

Alfaqir juga pernah mengalami hal cukup aneh. Di tahun 2004 ketika bulan Ramadhan, Alfaqir
bersama sejumlah teman ziarah ke kubah Datu Bagul. Malam itu, cuaca gerimis. Kami pun
berdzikir, bershalawat di dalam kubah. Untuk bersitirahat, kami ke mushalla. Yang terkenang
hingga saat ini, sepanjang malam itu tak ada nyamuk yang mengganggu kami, meski makam
berada di tengah-tengah kebun karet. Informasi lain, Datu Bagul diperkirakan berthariqat
Syidziliyah. Subhanallah, semoga bermanfaat manaqib Datu Bagul yang sederhana ini.

(Dicatat 24 Februari 2013)

Anda mungkin juga menyukai