Anda di halaman 1dari 4

LEGENDA SAYANG TEBUANG DARI SUNGAI BENGKAL

Dahulu kala sebelum masuknya islam di Provinsi Jambi, sekitar tahun 1286 Masehi
Datuk Temanggung yang berasal dari Pagaruyung Sumatera Barat yang dikabarkan
keturunan Raja Melayu Adityawarman melakukan pelayaran ke Provinsi Jambi bersama
keluarganya melalui Sungai Batanghari dengan perlengkapan seadanya, dan kepergian
mereka tersebut menurut kabar bersamaan dengan kepergian Tiang Bungkuk Rajo Kerinci
dari Pagaruyung Alam Minang Kabau menuju Kerinci, sedangkan Datuk  Temanggung 
mengikuti Sungai Batanghari kehilir.
Datuk Temanggung melakukan perjalanan bersama Tuan Puteri Istri Temanggung,
Bujang Selamat sesuruhannya datuk Temanggung, Si Kemban sesuruhan perempuannya, dan
Putri Selaro Pinang Masak anak perempuannya, selain itu juga membawa Dua ekor binatang
peliharaan berupa Ayam Jantan  bernama Kinantan dan Itik Putih yang memiliki kemampuan
terlatih sebagai penentu perjalanan dan pelayaran Datuk Temanggung dengan menjadikannya
sebagai pedoman.
Konon perjalanan Datuk Temanggung ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari
tempat yang sesuai dengan keinginannya, yaitu tanah yang subur, aman, dan lancar
perhubungannya. Selama dalam melakukan perjalanan, Itik Putih menjadi pemandu
perjalanan selama di aliran Sungai Batanghari, sedangkan Ayam Kinantan menunjukkan arah
dalam mencari tempat yang cocok didaratan dengan member tanda yaiti berkokok.
Pada suatu hari setelah beberapa hari pelayaran, pertama kali itik menepi di Tebo Ulu
tepatnyo di Desa Rambahan saat ini, namun setelah ayam dilepaskan didaratan,Temanggung 
sambil merambah-rambah memperhatikan ayam,  namun ayam tidak kunjung berkokok,
sehingga pada akhirnya Datuk Temanggung meneruskan perjalanan lagi.
Setelah melakukan perjalanan kembali, sampailah Datuk Temanggung di suatu
tempat, yaitu Muaro Batang Tebo, itikpun menepi dan diikuti Datuk Temanggung, tapi
perahu tidak diikat, hanya disuruh pacikkan (pegang,red) oleh Bujang Selamat. Datukpun
melepas ayam di daratan, alhasil ayam juga tak berkokok, dan Temanggung kembali
keperahu melanjutkan perjalanannya.
Untuk yang ketiga kalinya itik menepi, akhirnya Datuk Temanggung mengikuti
petunjuk itik dan turun ketepian, ayampu n dilepas di tempat yang airnya Olak, diatasnya
Renah, dan sebelah Ulunya terdapat Sungai Tanjung yang pohonnya sedang berbunga,
sebelah ilirnya terdapat Olak Gedang, diatas dataran Malako Intan, ditempat itulah Ayam
Kinantan peliharaan datuk berkokok sebanyak tiga kali. Setelah berunding dengan anak dan
isterinya, datukpun memutuskan untuk tinggal di tempat itu.
Di tempat tersebutlah Datuk Temanggung memutuskan untuk melanjutkan kehidupan
dengan keluarga dan pesuruhnya, kian hari tempat tersebut kian ramai, selain tanahnya yang
subur penduduknya kian bertambah, Datuk Temanggung menjadikan pemukimannya sebagai
Kerajaan Olak Renah Tanjung Bungo Olak Gedang Malako Intan, rakyatnyapun sangatlah
patuh kepada datuk Temanggung, bahkan datuk Temanggungpun dalam memimpin rakyat
selalu menggunakan Musyawarah dalam mengambil keputusan apapun. Datuk Temanggung
yang dapat memimpin Negerinya ini dalam setiap membuat keputusan selalu mengajak tuo
tengganai cerdik pandai berunding sehingga dapat kata sepakat, lain kata Rajo sedaulat,
pengulu seauntiko tuo sepakat alim seugamo.
Datuk Temanggung memang sudah mempunyai seorang puteri yang diberi nama
Selaro Pinang Masak, namun Datuk Temanggung berkeinginan mempunyai anak laki-laki
untuk menggantikannya. Puterinya inipunj diberi nama tersebut sesuai dengan keelokannya
serta parangainya dan budi bahasanya.
Sehingga pada suatu hari ketika permaisuri Datuk Temanggung mulai ada tanda
kehamilan Tiga bulan, sang permaisuri bermimpi kedatangan seorang putera, mimpi itupun
diceritakan kepada Datuk Temanggung.
Mendapat cerita permaisurinya, Datuk Temanggung lantas memanggil Tujuh Ahli
nujumnya, mimpi itupun diceritakan kepada nujumnya. Para nujum inipun membakar
kemenyan dengan mantra-mantaranya, sehingga tersebutlah oleh nujum bahwa anak yang
dikandung permaisurinya adalah anak serau atau anak celako..
Kebahagiaan dalam kerajaan yang di pimpin Datuk Temanggung mendapat kabar
itupun berubah menjadi ketakutan dan kecemasan. Sehingga pada waktunya datang lahirlah
bayinya tersebut dalam keadaan sehat.
Maka dengan hati yang sangat pedih, Bujang Selamat pesuruh Datuk Temanggung diperintah
membawa bayi tersebut untuk dibuang kekandang Kerbau. Padahal saat itu diakui
Datuk Temanggung bahwa ia sangat sayang dengan Bayinya tersebut, begitu pula dengan
Bujang Selamat, sehingga bayi tersebut diberi gelar Sayang Tebuang.
Karena merasa khawatir dengan mimpi nujumnya yang mengatakan bahwa si Bayi
yang merupakan calon anak keduanya tersebut akan membawa kehancuran bagi Kerajaan
Kerajaan Olak Renah Tanjung Bungo Olak Gedang Malako Intan maka Sayang Tebuang
dibuanglah ke kandang kerbau, namun anehnya setelah tujuh hari di kandang kerbau, Sayang
Tebuang masih hidup dan sehat rupanya, Bujang Selamat melihat sayang Tebuang di susui
oleh Si Benuang kerbaunya Datuk Temanggung.
Melihat bayi masih hidup, Bujang Selamat segera membawanya kehadapan
Temanggung. Dengan sangat sedih maka Bujang Selamat kembali diperintahkan oleh Datuk
Temanggung untuk membawa bayi tersebut ketepi sungai Batanghari dilubuk Kembang
Muaro Jambi yang kini dikenal sebagai Teluk putih, tepatnya di Dusun Tanjung Sari
Kelurahan Sungai Bengkal.
Tapi lagi-lagi setelah berjalan tujuh hari, ketika Bujang melihat bayi tersebut, tampak
olehnya Sayang Tebuang masih sehat dan makin besar, diapun melihat Sayang Tebuang
disusui oleh Buaya Kumbang beranak mudo dan dipelihara oleh Antu Aek bernama Nenek
Leter dan Datuk Harimau, dan Sigulung Ijuk yang punyo anak namonyo Puteri Ayu. Melihat
hal itu Sayang Tebuang dibawa kembali ke Datuk Temanggung.
Temanggung setelah melihat bayi tersebut, maka diperintahkannya pula bujang
Selamat membuang Bayi tersebut kerimbo Gano bernama Limau Sundai Gading dibukit
Lancaran Tedung diatas batu hamparan dalam sungai Ketalo, namun setelah dilihat kembali
oleh Bujang Selamat tujuh hari kemudian bayi tersebut ternyata masih hidup dan sehat.
Melihat kejadian itu akhirnya Temanggung semakin khawatir dan Cemas, maka
setelah dibawa kembali kehadapannya oleh Bujang Selamat, Temanggung meletakkan bayi
tersebut  dipangkal pohon kelapa, dan menghunuskan pedangnya, namun bayi terpelanting
pohon kelapa roboh karena putus terkena pedang, dan dipancungnya pula sekali lagi tapi
pedangnya patah mematah labuh ketiang, sedangkan bayi tetap selamat.
Alhasil melihat kejadian tersebut, Temanggung timbul pikirannya apa sebab bayi ini
sudah tiga kali dibuang dan dua kali dipancung tidak celaka sama sekali, dan karena yakin
bahwa bayinya dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan rasa penuh keyakinan
anaknya mempunyai tuah dan rasa penuh penyesalan dengan ahli nujumnya maka anak
tersebut dirangkul dan dibawanya pulang. Datuk Temanggungpun berjanji akan merawat
Sayang Tebuang dengan baik.
Seiring berjalan waktu, Sayang Tebuang sangat disayang oleh Datuk Temanggung,
iapun di didik dan di asuh serta diberi pengetahuan oleh ahli-ahli silat dan pengetahuan yang
diperlukan seorang raja. Ketangkasan dan kejujurannya sangat mengagumkan, terlebih
makhluk-makhluk yang pernah mengasuhnya selalu membantunya.
Sayang Tebuang pada masa mudanya sangat haus akan ilmu dan pengetahuan,
awalnya Sayang Tebuang di didik oleh ayahnya sendiri dan bebrapa ahli – ahli silat yang
dipercayainya. Namun meskipun demikian Sayang Tebuang  dengan disetujui oleh
orangtuanya, maka berangkatlah dia bersama Bujang Selamat ke negeri Joang Ampo dengan
memagang pesan Temanggung.
Konon dinegeri Joang Ampo terkenal orangtua yang sangat pandai bersilat dan diakui
kesaktiannya, beliau bernama datuk Syeh Panjang Janggut, setelah melakukan perjalanan
yang cukup lama Syang Tebuang akhirnya bertemu dengan datuk syeh panjang janggut.
Karena melihat Sayang Tebuang membawa ayam, maka datuk Syeh mengajak Sayang
Tebuang Sabung Ayam, awalnya ditolak Sayang Tebuang, namun konon diketahuinya setiap
orang yang ingin menuntut ilmu dengan datuk Syeh, maka harus menunjukkan
kepandaiannya, Ayampun disabung, dan ayam datuk Syehpun kalah. Melihat ayamnya kalah,
Datuk Syeh Panjang Janggut tidak tinggal diam, justru diambilnya tombak dan dilemparkan
kearah Sayang Tebuag, namun tidak kena dan tombak menancap ketanah, dan dihunusnya
pula pedang ke arah sayang tebuang, namun lagi-lagi tidak kena. Alhasil Syang Tebuangpun
diterima sebagi muridnya.
Setelah setahun belajar dengan datuk Syeh Panjang Janggut Sayang Tebuang meminta
izin  untuk meneruskan perjalanan, dan diapun dibekali datuk Syeh Panjang Janggut dengan
sebuah perahu yang namanya Dendang Lai Bangun Melayu, perahu tersebut konon memiliki
kesaktian yang dapat menempuh perjalanan 3 hari menjadi 3 jam.
Sayang Tebuang mendapat restu dan melanjutkan perjalanan dengan Bujang Selamat,
dalam perjalanannya tersebut Sayang Tebuang  dicegat oleh Bajak Laut China yang bernama
Kuan Tung dengan perahu Singset. Namun Sayang Tebuang selamat, dan setiap ada halangan
sedemikian dia selalu dibantu oleh makhluk-makhluk yang pernah menyusui dan
memeliharanya selama masa pembuangan.
Setelah melakukan perjalanan panjang, Sayang Tebuang sampailah ketanah Aur
Bersurat, dan dinegeri tersebut Sayang Tebuang akan dinikahkan dengan Seorang Putri Bukit
Siguntang.
Namun, karena mengingat janjinya bahwa dia tidak akan beristri selama kakanya
Selaro Pinang Masak belum bersuami, maka di tolaklah rencana pernikahan itu. Dan Sayang
Tebuang saat itu bermimpi bahwa junjungan sirih menimpa serambi rumahnya. Menurut
orangtua di Tanah Aur Bersurat mimpi tersebut mimpi buruk, maka Sayang Tebuang disuruh
pulang ke Olak Renah.
Sesampai di Olak RenahTanjung Bungo, didapatinya kabar bahwa Ayah dan Ibu serta
Kakaknya Putri Selaro Pinang Masak ditawan oleh Rajo Pasemah dengan tujuan untuk
menikahi Kakaknya, Sayang Tebuangpun menyusul ke Kerajaan Rajo Pasemah dengan
menyamar, dalam usahanya itu Sayang Tebuang berhasil membawa Ayah dan Ibu serta
Kakaknya pada malam hari. Mengetahui hal itu Raja Pasemah sangat murka,  dan sudah
barang pasti hanyo Sayang Tebuanglah yang berani melakukan itu.
Dan setelah kejadian tersebut, Sayang Tebuang bermaksud mencarikan jodoh untuk
Kakaknya, maka disampaikanlah niatnya tersebut kepada Kincir Gilo Anak Rajo digunung
Sumpuh Palembang, namun dengan syarat harus membantunya perang melawan Rajo
Pasemah, dan Kincir Gilopun setuju.
Perang terjadi, Kincir Gilo menang, akhirnya perjanjian tersebut diresmikan, Selaro
Pinang Masak menikah dengan Kincir Gilo dengan dikarunia seoarng putra yang diberi namo
Rajo Kecik Bayang Sakti. Anak Putri Selaro Pinang Masak dengan Kincir Gilo inipun
dinobatkan sebagai rajo karena Sayang Tebuang tidak punya anak. Alkisah keris kerajaan
Olak Renah Tanjung Bungo Olak Gedang Malako Intan diserahkan kepada Rajo Kecik
Bayang Sakti. Sedangkan Sayang Tebuang setelah itu selalu menghilang pergi ketempat
pertapaan di Bukit Siguntang, dimana kepergiannya hingga pada suatu hari tidak pernah
kembali lagi, kecuali menurut ramalan ia kembali dalam bentuk Ghaib.
Karena keadaan demikian, diputuskanlah oleh keluarga Sayang Tebuang bahwa keris
yang ada di tangan Rajo Kecik Bayang Sakti ditanam sebagai tanda Sayang Tebuang sudah
Ghaib di lokasi pemakaman Sungai Bengkal saat ini.
Sehingga sampailah pada suatu waktu dimana Kerajaan Olak Renah Tanjung Bungo
Olak Gedang Malako Intan diserang Rajo Jin dari Gunung Roban. Oleh Rajo Kecik Bayang
Sakti dimintalah kepada Sayang Tebuang dengan cara ritual Ghaib supaya Kerajaannya di
limuni agar tidak terlihat oleh musuh.
Rajo Kecik Bayang Saktipun selama kerajaannya di limuni oleh Sayang Tebuang terus
mengejar Rajo Jin ke Gunung Roban, hingga beberapa waktu tersebar kabar bahwa Rajo
Kecik Bayang Sakti berhasil mengalahkan Rajo Jin di Gunung Roban Semarang. Rajo Kecik
Bayang Saktipun dengan kekalahan Rajo Jin, maka dirinyapun menjadi Raja di Gunung
Roban Semarang.
Hikmah : Dari cerita ini maka perlu disadari, bahwa setiap anak yang dilahirkan
adalah dalam keadaan suci, layaknya kertas putih. Karena itu setiap manusia wajib
memelihara dan mengasuh anak yang dilahirkan, sebab anak adalah titipan Tuhan Yang
Maha Esa, dan kita akan mempertanggungjawabkan setiap perbuatan kita terhadap anak-anak
kita. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW : Setiap anak dilahirkan dlm keadaan fitrah
(Islam), maka kedua orang tuanyalah yg menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.”
(HR. al-Bukhari&Muslim). Sekian dari penyusun sekaligus sebagai penulis ulang cerita
legenda Sayang Tebuang ini, kami ucapkan terimakasih kepada nara sumber, dan mohon
maaf jika ada kehilafan dalam penulisan.
Wallahul Muwafieq Illa Aqwamith Tharieq.
Wassalamualaikum warohmatullahi Wabarokatuh.

Penyusun dan Penulis: Ade Saputra W


Nara Sumber : Iskandar

Anda mungkin juga menyukai