Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BIOGRAFI IMAM IBN RAHAWAIH


DISUSUN
O
L
E
H
IQHLASUL AMAL

Mata Kuliah:
Ulumul Hadist
Dosen Pembimbing:
Saifuddin, S.Ag.,M.ag.

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
PRODI ILMU HUKUM
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2023 M/ 1444 H
BAB 1
PENDAHULUAN
A. latar belakang masalah
Ulumul Hadits adalah istilah dalam bahasa Arab yang dapat diterjemahkan
sebagai "ilmu tentang hadits" atau "ilmu hadits." Ini adalah cabang ilmu dalam studi
Islam yang berkaitan dengan penelitian, pengumpulan, verifikasi, dan pemahaman
hadits, yang merupakan perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi Muhammad
SAW. Ilmu ini penting dalam pemahaman dan penafsiran ajaran Islam karena hadits
adalah salah satu sumber utama hukum Islam (selain Al-Quran).
Pada dasarnya, Ilmu Hadits membahas berbagai aspek terkait dengan hadits,
termasuk:
1. Sanad (Sanad Hadits): Sanad adalah rantai perawi atau perantara yang
menghubungkan seorang perawi dengan Nabi Muhammad SAW. Ilmu
hadits mempelajari keandalan dan integritas perawi serta menentukan
apakah sanad hadits dapat diterima atau tidak.
2. Matan (Matan Hadits): Matan adalah teks atau isi dari hadits itu sendiri.
Ilmu hadits memeriksa konten hadits untuk memastikan bahwa tidak ada
kontradiksi dengan prinsip-prinsip ajaran Islam dan untuk memahami pesan
yang terkandung dalam hadits tersebut.
3. Kritik Hadits: Bagian dari ilmu hadits yang mengkaji keandalan perawi dan
kualitas hadits. Ini mencakup penilaian terhadap kejujuran, keadilan, dan
integritas perawi hadits, serta apakah perawi tersebut memiliki ingatan yang
baik.
4. Klasifikasi Hadits: Hadits dapat diklasifikasikan menjadi berbagai tingkatan
keandalan, seperti Sahih (sah), Hasan (baik), atau Dhaif (lemah). Ilmu
hadits membantu dalam mengklasifikasikan hadits ini.
5. Metode Kritik Hadits: Ilmu hadits juga mencakup pengembangan metode
kritis untuk menilai keabsahan hadits, seperti metode ilmu rijal (ilmu
perawi) dan ilmu dirayah (ilmu teks).

1
6. Perbandingan Hadits: Dalam konteks ini, ilmu hadits membantu
membandingkan hadits dengan ayat-ayat Al-Quran dan hadits lain untuk
memastikan kesesuaiannya dengan ajaran Islam secara keseluruhan.
7. Mengenal Para Perawi Hadits: Ilmu hadits juga mencakup penelitian
tentang perawi hadits itu sendiri, termasuk biografi mereka, karakteristik,
dan integritas mereka.
Dengan bantuan Ilmu Hadits, para ulama Islam dapat memahami dan
memastikan keabsahan hadits, sehingga hadits yang digunakan dalam penafsiran
hukum Islam dan praktik keagamaan dapat diandalkan.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas saya ingin merumuskan masalah
yang berkaitan dengan berbagai aspek yang berkaitan dengan ulumul hadis
terkhususnya pada masalah perawi hadis, bagaimana karakteristiknya dan metode
dalam penelitiannya. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini saya akan membahas
1. Nama, kelahiran, dan ciri-ciri beliau
2. Pujian para ulama kepada Ishaq bin rahawaih
3. Ilmu dan hafalan beliau
4. Kegigihan beliau dalam mengikuti sunnah nabi SAW
5. Guru dan murid-murid beliau
C. Tujuan makalah
Tujuan saya menyusun makalah ini untuk memberi wawasan lebih bagi
pembaca tentang imam ibn rahawaih, bagaimana perjalanan hidupnya dan
bagaimana perannya dalam perkembangan ulumul hadis.

2
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Nama, kelahiran dan ciri ciri imam ibn rahawaih
Ishaq bin Ibrahim bin Makhlad bin Ibrahim bin Abdullah bin Mathar bin
Ubaidullah bin Ghalib bin Warits bin Ubaidullah bin Athiyyah bin Murrah bin Ka’b
bin Hammam Bin Asad bin Murrah Taimi, kemudian al-Hanzhali al-Marwazi. 1
Ibnu Khalikan mengatakan bahwa Rahawaih adalah julukan ayahnya, Abu
al-Hasan Ibrahim. Dia hanyalah diberi julukan demikian karena dia dilahirkan di
jalan Makkah. “jalan” dalam bahasa Persia adalah ialah raha dan waih maknanya
adalah wujida (ditemukan), seakan-akan dia ditemukan di jalan. Dinyatakan juga,
rahuyyah”.
Ishaq tersebut mengatakan, Abdullah bin Thahir, Amir khurasan
mengatakan kepadaku “Mengapa engkau dipanggil ibn Rahawaih? Apa maknanya?
Apakah engkau tidak suka dipanggil demikian?” Aku menjawab,”ketehuilah,
Wahai Amir, bahwa ayah ku dilahirkan di jalan, lalu orang orang Marawizah
menyebutnya Rahawaih, karena dia dilahirkan di jalan. Ayahku tidak menyukai hal
ini. Adapun aku,maka aku tidak membencinya. 2
Menurut Adz-Dzahabi mengatakan, beilau lahir pada tahun 161 H dan Ali
bin Ishaq bin Rahawaih mengatakan, “Ayahku dilahirkan dari perut ibunya dalam
keadaan kedua daun telinganya berlubang lalu kakekku Rahawaih datang kepada
al-Fadhl bin Musa untuk menanyakan tentang hal itu, maka dia mengatakan, “kelak
anakmu ini akan menjadi pemimpin, bisa dalam kebaikan dan bisa pula dalam
keburukan. Abu Yahya asy-Sya’rani mengatakan, Ishaq biasa mewarnai dengan
inai.
B. Pujian para ulama kepada Ishaq bin rahawaih
Al-Mizzi mengatakan, “Dia adalah salah seorang imam kaum muslimin dan
ulama agama, berhmpun padanya hadist, fikih, hafalan, kejujuran, wara’,dan zuhud.
Dia melakukan perjalanan ke irak, hijaz, yaman, dan syam, lalu dia kembali ke

1
Siyar A’lam an-Nubala, Syamsuddin adz-Dzahabi,11/358,359
2
Wafayat al-A’yan Anba’ az-Zaman, ibnu khalikan,1/200

3
khurasan dan menetap di Naisabur hingga meniggal di sana. Ilmunya tersebar di
tengah penduduknya.
Dari Abu Dawud al-Khalaf, dia mengatakan, aku mendengar Ahamad bin
Hambal mengatakan, “Tidak ada yang menyebrangi jembatan sebagaimana Ishaq 3.
Nu’aim bin Hammad mengatakan, jika engkau melihat ada orang Khurasan yang
mendiskreditkan Ishaq bin Rahawaih, maka curigailah agamanya”.
As-Subki mengatakan, “Pembicaraan tersebut hanyalah di batasi dengan
orang Khurasan, karena dia adalah penduduk wilayah orang itu. Mereka adalah
penduduk yang sekiranya pada diri orang itu terdapat sesuatu yang
diperbincangkan, niscaya mereka telah ,membicarakannya. Seakan-akan dia
mengatakan, “Barangsiapa diantara penduduk wilayahnya yang membicarakan
tentangnya, maka dia tertuduh sebagai orang pendusta, karena dia tidak berbicara
dengan benar, sebab orang yang dibicarakannya terbebas dari keburukan yang
menodai agamanya4
Abu Bakar Muhammad bin an-Nadhr al-Jarudi mengatakan, “Syaikh kami,
pembesar kami, dan orang-orang yang kami belajar kepadanya, serta kami
mendapatkan kebaikan karenanya. Telah menuturkan kepada kami, yaitu Abu
Ya’qub Ishaq bin Ibrahim.
Al-hakim mengatakan, “Dia adalah imam zamanya dalam hal hafalan dan
fatwa”. Dari Abdullah bin Muhammad al-Farra, dia mengatakan, “aku menemui
Yahya bin Yahya lalu aku bertanya kepadanya tentang Ishaq, maka dia mengatakan,
“sungguh sehari bersama ishaq lebih aku sukai daripada usiaku sendiri. Ahmad bin
Sa’id ar-Riyathi berkata, “Seandainya ats-Tsauri dan dua Hammad masih hidup,
niscaya mereka membutuhkan kepada Ishaq pada banyak hal”. Abu Muhammad
ad-darini mengatakan, “Ishaq memimpin penduduk Masyriq dan Maghrib dengan
kejujurannya. Abu Nu’aim al-Hafizh mengatakan, Ishaq adalah sejawat Ahamad.
Dia membangkitkan atsar, dan menghancurkan ahli kesesat

3
Tarikh Baghdad, al-Hafizh al-Khatib al-Baghdadi, 6/350.
4
Thabaqat asy-syafi’iyyah, Tajuddin as-Subki, 2/85.

4
Hanbal mengatakan, “aku mendengar Abu Abdillah saat ditanya tentang
Ishaq bin Rahawaih, maka dia mengatakan, “orang seperti Ishaq ditanyakan? Ishaq
bagi kami, adalah seorang imam.
Dari imam Ahmad mengatakan “aku tidak melihat di dunia ada orang yang
menyamai ishaq”. Asy-Syafi’i mengatakan “ibnu Rahawaih adalah seorang imam,
tsiqqah lagi terpecaya. Aku mendengar Sa’id bin Dzu’aib mengatakan “aku tidak
mengetahui ada orang seperti ishaq di permukaan bumi ini”.
Dari Abdillah al-Akhram mengatakan “aku mendengar Muhammad bin
Ishaq bin Rahawaih mengatakan “aku menemui Ahmad bin Hanbal, maka dia
mengatakan “Engkau putra abi Ya’qub? Aku menjawab “benar”. Dia mengatakan
“adapun engkau bila sekiranya senantiasa menyertainya, maka lebih banyak faidah
yang bisa engkau petik, karena engkau tidak pernah melihat ada orang seoertinya.
Qutaibah bin Sa’id mengatakan “huffazh (penghafal hadis) di khurasan adalah ishaq
bin rahawaih, kemudian Abdullah ad-darimi, kemudia Muhammad bin Isma’il. 5
C. Ilmu dan hafalan Ishaq Bin Rahawaih
Muhammad bin Abdul Wahab mengatakan “aku bersama Yahya bin Yahya
bin Ishaq menjenguk orang sakit. Ketika kami telah berada di depan pintu, Ishaq
mundur seraya mengatakan kepada Yahya “majulah” . Yahya mengatakan kepada
ishaq “bahkan majulah engkau” Ishaq mengatakan “wahai Abu Zakaria, engkau
lebih tua daripadaku” Yahya mengatakan, “ya, aku memang lebih tua daripadamu
tetapi engkau lebih berilmu daripadaku, Ishaq pun maju.
Ibnu Adi mengatakan “ishaq bin Rahawaih menanggung hutang, lalu pergi
dari Marwa, maka para ahli hadist berbicara kepada Yahya bin Yahya mengenai
perkara Ishaq. Yahya mengatakan “apakah yang kalian inginkan? Mereka
mengatakan, “tulislah secarik kertas kepada Abdullah bin Thahir” saat itu Abdullah
bin Thahir adalah Amir Khurasan dann dia berada di Naisabur. Yahya mengatakan
“aku tidak pernah menulis surat kepadanya sama sekali. Mereka pun terus
mendesaknya, lalu dia menulis secarik kertas kepada Abdullah bin Thahir, Abu
Ya’qub Ishaq bin Ibrahim adalah seorang ahli ilmu dan shalih, Ishaq pun membawa

5
Syi’ar a’lam an-nubala, Syamsuddin adz-Dzahabi, 11/374

5
secarik kertas kepada Abdullah bin Thahir, Ketika telah sampai di depan pintu, dia
berkata kepada pengawal “aku membawa secarik surat dari Yahya bin yahya yang
ditunjukkan kepada Amir, Pengawal pun masuk lalu berkata kepada Amir, Ada
seorang laki-laki di depan pintu, dia mengaku membawa surat dari Yahya bin Yahya
yang ditunjukkan kepada Amir, Amir mengatakan “Yahya bin Yahya? Suruhlah dia
masuk. Ishaq pun masuk dan memberikan surat itu kepadanya. Abdullah pun
mengambilnya dan menerimanya, mendudukan Ishaq di sampingnya, melunasi
hutangnya sebanyak 30.000 dirham, dan menjadikannya sebagai salah seorang
penasihatnya”.
As-Subki mengatakan “lihatlah betapa mulia ulama disisi penguasa.
Lihatlah betapa sedikit kata-kata itu, betapa pendek surat itu dan betapa besar efek
kebaikan i’tikad Amir itu dan melindungi kehormatan ulama juga. Manusia pada
zaman mereka lebih menyerupai bapak-bapak mereka bagi mereka”. Muhammad
bin Abdul Wahhab al-Farra mengatakan “semoga Allah merahmati ishaq, Betapa
faqih dan berilmunya dia”. Ali bin Hujr mengatakan “ishaq tidak meninngalkan,
pada saat meninnggalkan dunia, orang sepertinya di Khurasan dalam ilmu fiqh.
Dari Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah dia mengatakan “Demi Allah,
sekiranya ishaq bin ibrahim al-Hanzhali itu salah seorang tabi’in, niscaya mereka
mengakui hafalan dan kefaqihannya6.
Dari Ali bin Khasyram, Ibnu al-Fadhl menceritakan kepada kami, dari ibnu
Syubrunah, dari asy-Sya’bi, dia mengatakan “tidaklah aku pernah menulis hitam
diatas putih hingga hari ini, dan tidak pula seorang menceritakan kepadaku satu
hadistpun, melainkan aku telah menghafalnya. “Ali mengatakan “ketika aku
menceritakan hal ini kepada ishaq bin rahawaih, maka dia mengatakan “apakah
engkau heran terhadap hal ini?” Aku menjawab “ya” Dia mengatakan, “tidaklah
aku mendengar sesuatu melainkan aku menghafalnya, dan seakan-akan aku melihat
70.000 hadits”. Atau dia mengatakan “atau lebih dalam kitab-kitabku.
Ahmad bin Salamah mengatakan “aku mendengar Abu Hatim ar-Razi
mengatakan “aku mengemukakan kepada Abu Zur’ah tentang hafalan Ishaq bin

6
Tarikh Baghdad, al-Hafizh al-khatib al-Baghdadi, 6/350

6
Rahawaih, maka Abu Zur’ah mengatakan “Tidak pernah diperlihatkan orang yang
lebih hafal daripada Ishaq”.
Abu Hatim mengatakan “sungguh mengagumkan kesempurnaan hafalannya
dan keterbatasannya dari kekeliruan, disamping hafalan yang dikaruniakan
kepadanya “aku katakan kepada Abu hatim “sesungguhnya dia mendikte tafsir dari
hafalannya”. Dia mengatakan “ini yang lebih mengagumkan, karena mennjalakan
keseksamaan dan kecermatan pada hadits-hadits yang bersanad itu lebih mudah dan
lebih ringan dibandingkan menjalankan keseksamaan dan kecermatan pada sanad-
sanad tafsir berikut lafazhnya.
D. Rasa takut Ishaq bin rahawaih dan kejujurannya
Muhammad bin Dawud adh-Dhabi, dia mengatakan “aku mendengar
Muhammad bin Aslam ath-Thusi mengatakan, ketika ishaq al-Hanzali meniggal
“aku tidak pernah melihat seseorang pun yang lebih takut kepada Allah daripada
Ishaq. Allah berfirman,
ۗ ۤ ِۗ ِّ ‫ﱠﺎس واﻟﺪﱠوۤا‬
‫ﻚ اِﱠﳕَﺎ َﳜْ َﺸﻰ ا َّٰ ِﻣ ْﻦ ﻋِﺒَ ِﺎدﻩِ اﻟْﻌُﻠَ ٰﻤ ُﺆا اِ ﱠن ا َّٰ َﻋ ِﺰﻳْـٌﺰ ﻏَ ُﻔ ْﻮر‬ ِ
ٌ ‫ب َو ْاﻻَﻧْـ َﻌ ِﺎم ﳐُْﺘَﻠ‬
َ ‫ﻒ اَﻟْ َﻮاﻧُﻪ َﻛ ٰﺬﻟ‬ ِ
َ َ ِ ‫َوﻣ َﻦ اﻟﻨ‬

Artinya:
“Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan
hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di
antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.
Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun”.(Q.S Fatir 35:28)
Dan dia adalah orang yang paling berilmu, seandainya Sufyan ats-Tsauri
masih hidup, Niscaya dia membutuhkan kepada Ishaq”
Muhammad bin abdussalam mengatakan, “aku mengabarkan hal itu kepada
Ahmad bin Sa’id ar-Riyathi, maka dia mengatakan “demi Allah, seandainya ats-
Tsauri, ibnu Uyainah, dan dua Hammad (Hammad bin Zaid dan Hammad bin
Salamah) masih hidup, niscaya mereka membutuhkan ishaq”. Muhammad
mengatakan “ketika aku sampaikan hal itu kepada Muhammad bin Yahya ash-
Shaffar, Maka dia mengatakan, Demi allah seandainya al-Hasan al-Bashri masih
hidup, niscaya dia mengatakan “Demi Allah seandainya al Hasan al-Bashri, niscaya
dia membutuhkan banyak hal kepada ishaq”.

7
Ali bin Ahmad al-Hasyimi menceritakan kepada kami, dia mengatakan “ini
adalah kitab kakekku, lalu aku membaca di dalamnya, Muhammad bin Dawud an-
Naisaburi menceritakan kepada kami, dia mengatakan “aku mendengar Abu Bakar
bin Nua’im mengatakan “aku mendengar ad-Darimi mengatakan “Ishaq bin
Ibrahim memimpin penduduk masyriq dan maghrib dengan kejujurannya”. 7
E. Kegigihan beliau dalam mengikuti sunnah nabi saw
Dari wuhaib bin Jarir, dia mengatakan “semoga Allah membalas ishaq bin
Rahawaih, Shadaqah bin al-Fadl, dan ma’mar dengan kebaikan atas jasanya
terhadap islam mereka telah menghidupkan sunnah di masyriq.
Harb al-Karmani mengatakan, aku katakan kepada ishaq,

‫َﻣﺎ ﻳَ ُﻜ ْﻮ ُن ِﻣ ْﻦ ﱠْﳒ ٰﻮى ﺛَـ ٰﻠﺜٍَﺔ اِﱠﻻ ُﻫ َﻮ َراﺑِﻌُ ُﻬ ْﻢ‬

Artinya:
“Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang
keempatnya” (Q.S al-mujadalah 58:7)
“Bagaimana pendapatmu mengenainya? “Dia menjawab “dimanapun
engkau berada, maka dia lebih dekat kepadamu dari pada urat leher, sedangkan dia
terpisah dari makhluknya. Sesuatu yang paling jelas mengenai hal itu, ialah
Firmannya,

ْ ‫ﲪ ُﻦ َﻋﻠَﻰ اﻟْ َﻌ ْﺮ ِش‬


‫اﺳﺘَـ ٰﻮى‬ ٰ ْ ‫اَﻟﱠﺮ‬

Artinya:
“(yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas ‘Arsy”.(Q.S Taha
20:5)
Sulaiman bin Dawud al-Khaffaf mengatakan “Ishaq bin Rahawaih
mengatakan “Ahli ilmu bersepakat bahwa Allah bersemayam di Arasy, dan
mengetahui segala sesuatu di bumi ketujuh yang terbawah”

7
Tarikh Baghdad, al-Hafizh al-Khatib al-Baghdadi. 6/349

8
Ahmad bin Salamah mengatakan Aku mendengar Ishaq al-Hanzali
mengatakan “Tidak ada perbedaan diantara ahli ilmu bahwa al-Qur’an dalah
kalamullah, bukan makhluk, dan bagaimana mungkin sesuatu yang keluar dari
Rabb itu menjadi makhluk?”.
Diriwayatkan dari Ishaq bahwa sebagian Mutakallimin (ahli kalam)
mengatakan kepadanya “Aku mengingkari Rabb yang turun dari langit. “maka
Ishaq mengatakan “Aku beriman kepada rabb yang melakukan segala sesuatu yang
dikehendakinya”.8
F. Guru-guru dan murid-murid Ishaq bin Rahawaih
1. Guru-gurunya
Al-Khatib mengatakan “Dia mendengar Jarir bin Abdul hamid ar-Razi,
Ismail bin ulayyah, Sufyan bin Unayyah, Waki’ bin al-Jarrah, Abu Mua’wiya, Abu
Usamah, Yahya bin adam, Baqiyyah bin al-Walid, Abdurrazaq bin Hammam, an-
Nadhr bin Syumail, Abdul Aziz ad-Darawardi, Isa bin , Isa bin yunus, Abdan bin
Sulaiman, Abu Bakar bin Ayyasy, Abdul Wahab ats-Tsaqafi, Mu’tamir bin
Sulaiman, Muhammad bin Salamah al-Harrani, Suwaid bin Abdul Aziz, Mu’adz
bin Hisyam, dan Walid bin Muslim. Dia pergi ke Baghdad lebih dari sekali, dan
duduk di majelis huffazh (ahli hadis) dari penduduknya dan bermudzakarah dengan
mereka. Dia kembali ke Khurasan, dan bermukim di Naisabur hingga wafat disana.
Dia menyebarkan ilmunya di tengah penduduk Khurasan”.
2. Murid-muridnya
Adz-Dzahabi mengatakan, “Al-Hakim mengatakan “murid-murid Ishaq,
menutut kami ada tiga strata: Pertama, Muhammad bin Yahya, Ibrahim bin
Abdullah as-Sa’di, Muhammad bin abdul Wahab al-Abdi, Ahmad bin Yusuf as-
Sulaimi, Ishaq bin Ibrahim al-Afshi, Ali bin al-Hasan ad-Darabidirji, Hamid bin
Abu Hamid al-Muqri, Khasynam bin As-Shiddiq, Abdullah bin muhammad al-
Farra dan Yahya bin adz-Dzuhli.
Strata kedua, Muslim bin al-Hajjaj, dan dia menyebutkan segolongan
lainnya.Strata ketiga, yang terakhir dari mereka adalah Abu al-Abbas as-Sarraj.

8
Siyar A’lam an-nubala, Syamsuddin adz-Dzahabi, 11/376

9
Al-Khatib mengatakan “yang meriwayatkan darinya ialah Muhammad bin Isma’il
al-Bukhari, Ishaq bin Mansur al-Kausaj, Muslim bin al-Hajjaj an-Naisaburi,
Muhammad bin Nashr al-Marwazi, Abu Isa Tirmidzi, Ahmad bin Salamah, dan
banyak lainnya yang terlalu panjang untuk disebutkan satu persatu. Sementara yang
menriwayatkan darinya diantara para gurunya, ialah Yahya bin Adam dan Baqiyyah
bin al-Walid, Sedangkan dari antara sejawatnya ialah Ahmad bin Hambal. Aku tidak
melihat dalam hadits-hadits para perawi Baghdad sedikitpun yang di jadikan
sebagai bukti bahwa dia menuturkannya di Baghdad, kecuali hal itu hanya untuk
mudzakarah. Wallahu a’lam”.
G. Ishaq bin Rahawaih wafat
Ad-Dulabi mengatakan, Muhammad bin Ishaq bin Rahawaih mengatakan
“Ayahku dilahirkan pada 163 H, dan meninggal pada malam Nishfu Sya’ban, 238
H. “Dia mengatakan, berkenaan dengannya, seorang pensyair berkata,
“Wahai suara yang keras, kami tidak dicemaskan pada malam ahad
dimalam Nishfu Sya’ban yang tidak akan terlupakan selama-lamanya”
Abu Abdillah al-Bukhari mengatakan, “Dia meninnggal pada malam Nishfu
Sya’ban dalam usia 77 tahun Kemudian al-Khatib mengatakan untuk mengomentari
hal ini, “ini menunjukkan bahwa kelahirannya pada 161H.

10
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ishaq bin Ibrahim bin Makhlad bin Ibrahim bin Abdullah bin Mathar bin
Ubaidullah bin Ghalib bin Warits bin Ubaidullah bin Athiyyah bin Murrah bin Ka’b
bin Hammam Bin Asad bin Murrah Taimi, kemudian al-Hanzhali al-Marwazi.
Ibnu Khalikan mengatakan bahwa Rahawaih adalah julukan ayahnya, Abu
al-Hasan Ibrahim. Dia hanyalah diberi julukan demikian karena dia dilahirkan di
jalan Makkah. “jalan” dalam bahasa Persia adalah ialah raha dan waih maknanya
adalah wujida (ditemukan), seakan-akan dia ditemukan di jalan. Dinyatakan juga,
rahuyyah”.
Beliau merupakan orang sangat menghormati orang lain baik dari segi usia
dan ilmu karena banyak ulama lain yang mengakuinya sebagai orang yang memiliki
adab yang luar biasa dan memiliki ilmu yang sangat luas dan memiliki ilmu yang
sangat dipercayai oleh orang lain sehingga orang yang meragukan ilmuny dinngap
orang yang sesat.
Abu Abdillah al-Bukhari mengatakan, “Dia meninnggal pada malam Nishfu
Sya’ban dalam usia 77 tahun Kemudian al-Khatib mengatakan untuk mengomentari
hal ini, “ini menunjukkan bahwa kelahirannya pada 161H

11
DAFTAR PUSTAKA
Syaikh Ahmad Farid, Biografi 60 Ulama Ahluss Sunnah, Jakarta:Darul Haq
2016
Syamsuddin adz-Dzahabi, Siyar A’lam an-Nubala.
Al-Hafizh al-Khatib al-Baghdadi, Tarikh Baghdad
ibnu khalikan, Wafayat al-A’yan Anba’ az-Zaman

12

Anda mungkin juga menyukai