Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

KEBERAGAMAAN SAHABAT

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Ilmu Islam Terapan

Dosen Pengampu : Dr. Mahda Reza Kurniawan M.S.I

Disusun Oleh :
Anita Maulida Azkiya (2120110010)
Ainu Nabila Ibriza (2120110030)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS SYARIAH
PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Pertama puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya. Kami dapat menyelesaikan makalah ini, meskipun sangat jauh dari
kata sempurna. Kedua shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, Keluarga, Sahabat beliau, semoga kita diakui sebagai umat beliau
kelak hingga di akhir zaman. Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penilisan makalah ini, sehingga bisa di selesaikan dengan tepat waktu, meskipun
masih banyak kekurangan.

Tujuan dari pembuatan makalah ini, antara lain untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Ilmu Islam Terapan. Selain itu juga untuk menambah wawasan para pembaca
tentang “Keberagamaan Sahabat”. Penulis berharap semoga makalah ini berguna bagi para
pembaca dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang membagun demi perbaikan
makalah ini. Supaya pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Semoga
bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Kudus, 20 Oktober 2021


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Para sahabat Nabi memiliki kebaikan hati, kesungguhan iman, kedalaman ilmu,
kelurusan perilaku, dan keberanian. Karenanya, Allah memilih mereka untuk menemani
Nabi-Nya dan sekaligus menegakkan agama-Nya. Menjadikan para sahabat suri tauladan
sebagai pokok mendasar bagi kaum muslimin. Demikian ini dititahkan dalam Islamm sebagai
ajaran mulia. Selayaknya kita bersemangat mengenal pribadi mereka. Salah satu di antaranya
adalah Abu Bakar As-shiddiq RA.1

Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amru bin Ka`ab bin
Sa`ad bin Tayim bin Murrah bin Ka`ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr bin Malik al-Qurasy al-
Taimy. Jika diperhatikan garis keturunan Abu Bakar alShiddiq maka bertemu dengan garis
keturunan Rasulullah SAW pada Murrah bin Ka`ab dan terus hingga ke atas.
Sebelum masuk Islam, Abu Bakar al-Shiddiq bernama Abdul Ka`bah. Ketika ia masuk Islam
Rasulullah SAW mengganti namanya dengan Abdullah. Kemudian nama ini lebih dikenal
dalam berbagai periwayatan oleh ulama Ahlu Sunnah sebagai nama Abu bakar al-Shiddiq.

Ali al-Tanthawy menyebutkan bahwa panggilan Abu Bakar oleh bangsa Arab berasal
dari kata al-bakru yang berarti unta yang masih muda. Sedangkan bentuk plural dari kata ini
adalah bikarah. Jika seseorang dipangil dengan bakran, maka hal ini menunjukkan bahwa
orang tersebut merupakan sosok pemimpin kabilah yang sangat terpandang kedudukannya
dan juga sangat terhormat.2

Ada juga Sahabat Nabi Muhammad yang Bernama Sa’ad bin Abi Waqqas, Masuknya
Sa’d ke dalam islam terjadi pada awal-awal munculnya Islam. Sa’d bin Abi Waqqas adalah
orang ketiga yang paling dulu masuk Islam. Dia mengenal dengan baik Rasulullah, serta
mengetahui kejujuran dan sifat amanah beliau. Nabi sudah sering bertemu dengannya
sebelum beliau diutus menjadi rasul. Sa’d menjadi terkenal di antara para sahabat
dengan doanya, bagaikan sebuah panah yang tajam. Ia menyadari dirinya, dan oleh karena itu
ia tidak mengutuk seseorang kecuali dengan menyerahkan urusanya kepada Allah SWT.
Rasulullah mengetahui betapa besar kecintaan Sa’d untuk berperang dan juga keberaniannya.
Nabi shallallahualaihi wasallam begitu bangga pada Sa’d, sebagaimana dalam
ungkapannya: "Ini adalah pamanku, maka siapa yang mau mempertaruhkan pamannya?
Tentunya, Rasulullah tidak akan membanggakan Sa’d kecuali karena dia termasuk pahlawan
pilih tanding yang memang berhak untuk itu. Di saat perang Badar, seorang yang berhasil
menumpahkan darah musuh pertama dari anak panahnya dan orang pertama yang terkena
olehnya adalah Sa‟ad bin Abi Waqqas.

1
Muhammad Hadi, “Sa‟ad bin Abi Waqqas Radiallahuanhu”, dalam http:/www.darussalaf.or.id/biografi/10026
(10 Februari 2014)
2
Ali al-Tanthawy, Abu Bakar al-Shiddiq, (Jeddah: Daru al-Manarah, 1986), Cet. ke-3, hlm. 43
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam skripsi ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang di maksud dengan Sahabat?
2. Bagaimana biografi Sahabat Abu Bakar As-Shiddiq?
3. Bagaimana bografi Sahabat Sa’ad bin Abi Waqqas?
4. Bagaimana sikap keteladanan dari Sahabat Abu Bakar As-Shiddiq dan Sahabat Sa’ad
bin Abi Waqqas?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu sahabat
2. Untuk mengetahui biografi Sahabat Abu Bakar As-Shiddiq RA
3. Untuk mengetahui biografi Sahabat Sa’ad bin Abi Waqqas sang pemanah
4. Untuk mengetahui sikap dan keteladanan dari Sahabat Abu Bakar As-Shiddiq RA
dan Sahabat Sa’ad bin Abi Waqqas sang pemanah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sahabat

Kata sahabat menurut lughah jamak dari sahib artinya yang menyertai. Menurut para
ulama yang disebut "sahabat" adalah orang yang bertemu dengan Nabi SAW dalam keadaan
beriman dan meninggal dunia sebagai pemeluk Islam. Maka, orang yang bertemu dengan Nabi
sedang dia belum memeluk agama Islam, maka tidaklah dipandang sahabat. Orang yang
menemui masa Nabi dan beriman kepadanya tetapi tidak menjumpainya, seperti Najasi, atau
menjumpai Nabi setelah Nabi wafat, seperti Abu Dzu'aib, yang pergi dari rumahnya setelah ia
beriman untuk menjumpai Nabi  di Madinah. Setiba di Madinah, Nabi telah wafat. Maka,
baik Najasi dan Abu Dzu'aib, mereka berdua termasuk sahabat Nabi.
Ditandaskan oleh al-Hafidl, bahwa pendapat yang paling shahih yang telah
diketemukannya bahwa arti sahabat adalah orang yang berjumpa dengan Nabi dalam keadaan dia
beriman dan meninggal dalam islam, baik lama ia bergaul dengan Nabi atau tidak, baik dia turut
berperang bersama Nabi atau tidak, baik dia dapat melihat Nabi meskipun tidak dalam satu
majelis dengan Nabi, atau dia tidak dapat melihat Nabi karena buta.
Menurut Usman ibnu Shalih, yang dikatakan sahabat adalah orang yang menemui masa
Nabi, walaupun dia tidak dapat melihat Nabi dan ia memeluk Islam semasa Nabi masih hidup.
Sebagian 'ulama Ushul berpendapat bahwa yang dimaksud sahabat adalah orang yang
berjumpa dengan Rasul dan lama pula persahabatannya dengan beliau walaupun tidak
meriwayatkan hadits dari beliau.
Menurut al-Khudlari menerangkan dalam Ushul Fiqhnya: "tidak dipandang seseorang,
menjadi sahabat, melainkan orang yang berkediaman bersama Nabi satu tahun atau dua
tahun". Tetapi an-Nawawi membantah faham ini dengan alasan kalau yang dmaksud sahabi yaitu
orang yang menyertai Nabi satu atau dua tahun, tentulah tidak boleh kita katakan Jarir al-Bajali
seorang sahabat.

B. Biografi Sahabat Abu Bakar As-shiddiq RA

Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amru bin Ka`ab bin
Sa`ad bin Tayim bin Murrah bin Ka`ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr bin Malik al-Qurasy al-
Taimy.1 Jika diperhatikan garis keturunan Abu Bakar alShiddiq maka bertemu dengan garis
keturunan Rasulullah SAW pada Murrah bin Ka`ab dan terus hingga ke atas. Sebelum masuk
Islam, Abu Bakar al-Shiddiq bernama Abdul Ka`bah. Ketika ia masuk Islam Rasulullah SAW
mengganti namanya dengan Abdullah. Kemudian nama ini lebih dikenal dalam berbagai
periwayatan oleh ulama AhluSunnah sebagai nama Abu bakar al-Shiddiq.
Melekatnya panggilan Abu Bakar al-Shiddiq serta beberapa gelar yang lain memiliki
sebab tertentu. Bahkan kemudian, gelar-gelar ini lebih populer dari nama aslinya. Sehingga
nama Abu Bakar al-Shiddiq banyak ditemukan dalam berbagai periwayatan. Ali al-Tanthawy
menyebutkan bahwa panggilan Abu Bakar oleh bangsa Arab berasal dari kata al-bakru yang
berarti unta yang masih muda. Sedangkan bentuk plural dari kata ini adalah bikarah. Jika
seseorang dipangil dengan bakran, maka hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut
merupakan sosok pemimpin kabilah yang sangat terpandang kedudukannya dan juga sangat
terhormat.

Dari sini dapat dipahami bahwa digelarinya ia dengan Abu Bakar karena
kedudukannya yang terhormat di tengah bangsa Quraisy, baik terhormat dari segi nasab
ataupun garis keturunan begitu juga dari segi strata sosial karena ia merupakan seorang
saudagar yang kaya raya.

Kemudian, Abu Bakar digelari dengan beberapa gelar, yaitu Atiq dan alShiddiq. Gelar
Atiq yang disandang oleh Abu bakar al-Shiddiq memiliki beberapa pendapat dikalangan
ulama. Sebagian mereka mengatakan bahwa disandangkannya gelar tersebut karena wajahnya
yang atiq (cerah dan bersih). Ada pendapat yang mengatakan bahwa ia digelari dengan Atiq
karena garis keturunannya yang bersih dan tidak ada cacatnya. Ada pendapat yang
mengatakan bahwa ibunya tidak memiliki seorangpun anak laki-laki. Ketika Abu Bakar al-
Shiddiq dilahirkan, ibunya menghadap ke Ka`bah dan berkata, “Ya Allah sesunggunya ini
adalah atiq (pembebasan) dari kematian, maka anugrahkanlah ia padaku”. Setelah Abu Bakar
al-Shiddiq besar, ia kemudian digelari dengan Atiq.3

Adapun digelari dengan al-Shiddiq ulama juga berbeda pendapat. Sebagian mereka
mengatakan bahwa sebelum masuk Islam, Abu Bakar telah dikenal dengan sifatnya yang
jujur dan dapat dipercaya. Bahkan orang-orang Quraisy tidak meragukan lagi tentang apa
yang disampaikan oleh Abu Bakar. Oleh sebab itu ia digelari dengan al-Shiddiq.

Pendapat lain mengatakan bahwa ia digelari dengan al-Shiddiq karena sikapnya yang
dengan segera membenarkan peristiwa Isra ` dan Mi`raj Rasulullah SAW. Perjalanan yang
dilakkukan dalam satu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dan naik ke Shidratu
al-Muntaha serta kembali lagi ke bumi dalam rangka menjemput perintah shalat dianggap
sebagai bualan belaka oleh orang-orang Quraisy ketika itu. Sebab hal yang demikian
dianggap sebuah perjalanan yang mustahil. Namun dengan tegas Abu Bakar berkata,
3
Al-Hafizh Jalaluddin Abdurrahman al-Suyuthy, Tarikh al-Khulafa`, (Beirut: Daru al-Fikri,1408 H), hlm. 27
Sungguh aku membenarkan sesuatau yang lebih dari itu (peristiwa Isra dan Mi`raj) dan dari
segala khabar yang datang dari langit.4

A. Biografi Sahabat Sa’ad bin Abi Waqqas sang pemanah

4
Al-Imam Izzudin bin Ali bin Muhammad bin al-Atsir, Asadu al-Ghabah fi Ma`rifati alShahabah, (Beirut: Daru
al-Fikri, 1409 H), Jilid 3, hlm. 204

Anda mungkin juga menyukai