Anda di halaman 1dari 12

BIOGRAFI SA’AD BIN ABI WAQQASH

Disusun oleh :

Tirta Adhyaksa Ramadhan Arruni

33/X IPA 7

MAN 2 Kota Malang

2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................1

KATA PENGANTAR....................................................................................2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................3

B. Rumusan Masalah...............................................................................3

C. Tujuan Penulisan................................................................................3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Sa’ad bin Abi Waqqash........................................................4

B. Sifat Teladan Dari Sa’ad Bin Abi Waqash.........................................4

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................11

B. Saran..................................................................................................11

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nyalah makalah yang berjudul “Biografi Sa’ad bin Abi Waqqash” ini dapat disusun dan
diselesaikan. Makalah ini disusun sebagai syarat tugas mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam. Untuk menyusun makalah ini, kami dibimbing oleh Ibu Nur Rohmah
selaku guru mata pelajaran. Saya mengucapkan terimakasih kepada beliau yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan memotivasi saya sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari benar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan agar makalah ini dapat diperbaiki
dan disempurnakan kembali di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca, khususnya bagi para siswa/siswi. Terima kasih.

Malang, 11 November 2018

Tirta Adhyaksa Ramadhan Arruni

2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sa’ad Bin Abi Waqqash pemuda yang paling berkarakter visioner, tidak
seperti kebanyakan pemuda jahiliah. Ia pandai membuat anak panah, andal
melempar tombak, sekaligur pintar memperbaiki benda-benda dari besi.
Keislamannya termasuk cepat, karena ia mengenal baik pribadi Rasulullah SAW.
Mengenal kejujuran dan sifat amanah beliau. Ia sudah sering bertemu Rasulullah
sebelum beliau diutus menjadi nabi. Rasulullah juga mengenal Sa’ad dengan baik.
Hobinya berperang dan orangnya pemberani. Sa’ad sangat jago memanah, dan
selalu berlatih sendiri.
Sa’ad adalah seorang pemuda yang sangat patuh dan taat kepada ibunya.
Sedemikian dalam sayangnya Sa’ad pada ibunya, sehingga seolah-olah cintanya
hanya untuk sang ibu yang telah memeliharanya sejak kecil hingga dewasa,
dengan penuh kelembutan dan berbagai pengorbanan.
Disamping terkenal sebagai anak yang berbakti kepada orang tua, Sa’ad bin
Abi Waqqash juga terkenal karena keberaniannya dalam peperangan membela
agama Allah. Ada dua hal penting yang dikenal orang tentang kepahlawanannya.
Pertama, Sa’ad adalah orang yang pertama melepaskan anak panah dalam
membela agama Allah dan juga orang yang mula-mula terkena anak panah. Ia
hampir selalu menyertai Nabi Saw dalam setiap pertempuran. Kedua, Sa’ad adalah
satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah SAW dengan jaminan kedua
orang tua beliau.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kisah hidup dari Sa’ad bin Abi Waqqash?
2. Apa saja sifat teladan dari Sa’ad Bin Abi Waqash yang harus kita teladani?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar siswa mengetahui bagaimana kisah hidup dari Sa’ad bin Abi Waqqash.
2. Agar siswa mengetahui sifat teladan dari Sa’ad bin Abi Waqqash yang harus
diteladani.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Sa’ad bin Abi Waqqash
Merupakan bagian penting dalam rekam jejak seseorang adalah nasab
keluarga. Keluarga memiliki peran penting dalam pembentukan karakter seseorang.
Ayah Sa’ad adalah anak dari seorang pembesar dari Bani Zuhrah. Namanya Malik
bin Wuhaib bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murah bin Ka’ab bin Lu’ay bin
Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhir bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin
Amir bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Adnan adalah keturunan
dari nabi Ismai bin Ibrahim ‘alaihi salam.
Malik, ayah Sa’ad adalah anak paman dari Aminah binti Wahab, ibu
Rasulullah saw. malik juga merupakan paman dari Hamzah bin Abdul Muthalib.
Sehingga nasab Sa’ad nasab yang terhormat dan mulia. Dan memiliki hubungan
kekerabatan dengan Nabi saw. Ibu Sa’ad bernama Hamnah binti Sufyan bin Abu
Umayyah al- Akbar bin Abdu Syams bin bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin
Murah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhir bin Kinanah bin
Khuzaimah bin Mudrikah bin Amir bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin
Adnan. Beliau adalah seorang wanita hartawan keturunan bangsawan Quraisy,
yang memiliki wajah cantik dan anggun. Disamping itu, Hamnah juga seorang
wanita yang terkenal cerdik dan memiliki pandangan yang jauh. Hamnah sangat
setia kepada agama nenek moyangnya; penyembah berhala.
Sa’ad memeluk islam pada saat berusia tujuh belas tahun dan memjadi
orang ketiga (atau keempat) yang memeluk islam. suatu saat, ia pernah
mengatakan, “aku pernah diam selama tujuh hari. Dan, aku adalah sepertiga islam.”
Sa’ad adalah paman Rasulullah dari garis ibu (Aminah bint Wahab). Keislaman
Sa’ad membuat Rasulullah bahagia hingga Rasulullah tak segan
membanggakannya. Nabi bersabda, “Ini adalah pamanku, perlihatkan kepadaku
paman kalian!”
Kisah keislamannya sangatlah cepat, dan ia pun menjadi orang ketiga
dalam deretan orang-orang yang pertama masuk Islam, Assabiqunal Awwalun.
Pada suatu hari, Abu Bakar Ash-Shiddiq mendatangi Sa'ad di tempat kerjanya
dengan membawa berita dari langit tentang diutusnya Muhammad SAW, sebagai
Rasul Allah. Ketika Sa’ad menanyakan, siapakah orang-orang yang telah beriman
kepada Muhammad SAW. Abu Bakar mengatakan dirinya sendiri, Ali bin Abi Thalib,
dan Zaid bin Haritsah.
Seruan ini mengetuk kalbu Sa’ad untuk menemui Rasulullah SAW, untuk
mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia pun memeluk agama Allah pada saat
usianya baru menginjak 17 tahun. Sa’ad termasuk dalam deretan lelaki pertama

4
yang memeluk Islam selain Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar As Siddiq dan Zaid bin
Haritsah.
Setelah memeluk Islam, keadaannya tidak jauh berbeda dengan kisah
keislaman para sahabat lainnya. Ibunya sangat marah dengan keislaman Sa'ad.
“Wahai Sa’ad, apakah engkau rela meninggalkan agamamu dan agama bapakmu,
untuk mengikuti agama baru itu? Demi Allah, aku tidak akan makan dan minum
sebelum engkau meninggalkan agama barumu itu,” ancam sang ibu. Sa’ad
menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan meninggalkan agamaku!”
Sang ibu tetap nekat, karena ia mengetahui persis bahwa Sa’ad sangat
menyayanginya. Hamnah mengira hati Sa'ad akan luluh jika melihatnya dalam
keadaan lemah dan sakit. Ia tetap mengancam akan terus melakukan mogok
makan.
Namun, Sa’ad lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya. “Wahai Ibunda, demi
Allah, seandainya engkau memiliki 70 nyawa dan keluar satu per satu, aku tidak
akan pernah mau meninggalkan agamaku selamanya!” tegas Sa'ad. Akhirnya,
sang ibu yakin bahwa anaknya tidak mungkin kembali seperti sedia kala. Dia hanya
dirundung kesedihan dan kebencian.
Allah SWT mengekalkan peristiwa yang dialami Sa’ad dalam ayat AlQur’an,
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15).
Pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW, sedang duduk bersama para
sahabat, tiba-tiba beliau menatap ke langit seolah mendengar bisikan malaikat.
Kemudian Rasulullah kembali menatap mereka dengan bersabda, "Sekarang akan
ada di hadapan kalian seorang laki-laki penduduk surga." Mendengar ucapan
Rasulullah SAW, para sahabat menengok ke kanan dan ke kiri pada setiap arah,
untuk melihat siapakah gerangan lelaki berbahagia yang menjadi penduduk surga.
Tidak lama berselang datanglah laki-laki yang ditunggu-tunggu itu, dialah Sa’ad bin
Abi Waqqash.
Disamping terkenal sebagai anak yang berbakti kepada orang tua, Sa’ad bin
Abi Waqqash juga terkenal karena keberaniannya dalam peperangan membela
agama Allah. Ada dua hal penting yang dikenal orang tentang kepahlawanannya.
Pertama, Sa’ad adalah orang yang pertama melepaskan anak panah dalam
membela agama Allah dan juga orang yang mula-mula terkena anak panah. Ia
hampir selalu menyertai Nabi Saw dalam setiap pertempuran. Kedua, Sa’ad adalah
satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah SAW dengan jaminan kedua
orang tua beliau. Dalam Perang Uhud, Rasulullah SAW bersabda, "Panahlah,
wahai Sa’ad! Ayah dan ibuku menjadi jaminan bagimu."
Sa’ad bin Abi Waqqash juga dikenal sebagai seorang sahabat yang doanya
senantiasa dikabulkan Allah. Qais meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah
bersabda, “Ya Allah, kabulkanlah Sa’ad jika dia berdoa.”
5
Sejarah mencatat, hari-hari terakhir Sa’ad bin Abi Waqqash adalah ketika ia
memasuki usia 80 tahun. Dalam keadaan sakit, Sa’ad berpesan kepada para
sahabatnya agar ia dikafani dengan jubah yang digunakannya dalam Perang Badar
— perang kemenangan pertama untuk kaum Muslimin.
Pahlawan perkasa ini menghembuskan nafas yang terakhir pada tahun 55
H dengan meninggalkan kenangan indah dan nama yang harum. Ia dimakamkan di
pemakaman Baqi’, makamnya para syuhada.
B. Sifat Teladan dari Sa’ad bin Abi Waqqash
1. Pantang Menyerah
Dalam menjelang beberapa hari dimulainya peperangan, Sa’ad jatuh sakit (ada
beberapa ulama berpendapat bahwa penyakit yang ditimpakan kepada Sa’ad yaitu
penyakit bisul yang mana bisul tersebut tumbuh disekujur tubuhnya), Allah SWT
menguji mental Sa’ad beserta pasukannya dengan peristiwa jatuh sakitnya
tersebut. hingga ia tidak dapat melakukakan apapun, bahkan hanya untuk duduk
dan berdiri. Kian hari penyakit Sa’ad kian bertambah parah dan belum
menampakkan tanda-tanda kesembuhan dalam waktu dekat. Keadaan ini tidak
memungkinkan beliau menunggang kuda dan memimpin pasukan secara
langsung.hingga akhirnya sang panglima perang tersebut tidak dapat ikut dalam
peperangan.namun demikian ujian tersebut sama sekali tidak menjatuhkan mental
dan semangat Sa’ad dan pasukannya. Beliau mengatur strategi peperangan kaum
muslimin dengan begitu lihai,hingga akhirnya ia mendaulat khalid bin Arfathah
sebagai penggantinya didalam medan perang.
Hingga tibalah pada saatnya perang berkecamuk, para pasukan telah
berbaris bedasarkan strategi yang telah diputuskan dan semuanya berupaya
melindungi Sa’ad yang saat itu tidak dapat melakukan apapun, namun demikian
Sa’ad tidak sedikit pun berdiam diri meski penyakit parah menimpanya, ia
mengambil sebilah papan dan membalikkan badannya diatas papan tersebut, dan
menggunkan kedua tangannya untuk menggerakkan papan tersebut, beliau
berusaha secara maksimal untuk mengarahkan pasukannya dalam peperangan,
dengan suara tegas dan lantang, sebegitu besarnya lah kecintaannya kepada Allah
dan agamanya.
Hingga akhirnya dengan seizin Allah SWT, serta dengan kepiawaian Saad
dalam memimpin pasukan, taktik dan strateginya yang matang, serta berkat taufik
Allah, akhirnya tentara Islam meraih kemenangan besar di Qadisiyah. Pada saat itu
panglima perang kaum musyrikin yaitu Rustam terbunuh, hingga terpisah antara
bagian kepala dan tubuhnya, hal tersebut menyebabkan seluruh pasukan kaum
musyrikin yang tersisa melarikan diri dikarenakan kehebatan kaum mukmin dalam
berperang, padahal dalam peperangan tersebut kaum mukmin hanya
menggunakan peralatan perang yang cukup sederhana, sedangkan hal tersebut

6
berbanding sangat berbanding terbalik dengan peralatan perang yang digunakan
kaum musyrikin yang begitu canggih.
2) Keteguhan Iman
Sa'ad pada awal-awal masuk islam adalah ketika ibunya menyuruhnya untuk
keluar dari Islam, dan kembali kepada menyembah berhala sebagaimana dianut
oleh kaum Quraisy. Awal mulanya, saat ibunya mengetahui bahwa Sa'ad masuk
Islam dan berbaiat kepada Rasulullah, ia begitu berang dan bersumpah tidak akan
berbicara dengan anaknya (Sa'ad). Ibunya juga mogok makan dan minum sampai
Sa'ad bersedia meninggalkan agamanya (Islam) dan kembali kepada agama kaum
Quraisy. Bujuk rayuan ibunya disampaikan kepada Sa'ad. Diantaranya dengan
mengatakan, "Kamu pernah mengatakan bahwa Allah berpesan kepadamu agar
kamu patuh kepada ibu dan bapakmu. Aku ini adalah ibumu, dan aku menyuruhmu
keluar dari islam. Tapi kamu tidak mematuhinya." Dibujuk seperti itu, Sa'ad tetap
berpegang teguh pada islam sampai ibunya menderita kepayahan sesudah
beberpa hari mogok makan dan minum. Dia jatuh pingsan dan dikhawatirkan
meninggal dunia. Dia mengutuk Sa'ad dan menyuruhnya untuk kembali ke
kekafiran.
Sa'ad kemudian disuruh keluarganya untuk menjenguk ibunya dengan
harapan jika melihat sendiri ibunya, hati Sa'ad akan luluh dan kembali pada
kekafiran. Tetapi Sa'ad tetap teguh pada pendiriannya untuk memeluk Islam. Ia
berkata kepada ibunya, "Wahai ibuku, Demi Allah, jika ibu mempunyai seratus
nyawa dan nyawa itu hilang satu demi satu maka aku tidak akan meninggalkan
agamaku (Islam) karena ibu." Setelah yakin dengan keteguhan Sa'ad dalam
memeluk Islam, ibunya akhirnya menyudahi mogok makannya. ia kemudian diberi
makan dan minum oleh anaknya yang lain, Ammarah. Setelah kejadian itu, lalu
turunlah firman Allah SWT, yang menjelaskan bahwa ketaatan kepada orang tua
tidak boleh menafikan dan mempersekutukan Allah SWT dengan sesuatu yang lain.
Firman Allah: "Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang
ibu dan bapaknya, dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya." (QS Al-Ankabut: 8).
3) Dermawan
Sa’ad juga merupakan salah satu sahabat yang dikarunia kekayaan yang
banyak digunakan untuk kepentingan dakwah. Ia juga dikenal atas keberaniannya
dan kedermawanan hatinya. Ketika haji Wada’ Sa’ad sakit yang menghawatirkan, ia
dijenguk Rasulullah. Sa’ad bertanya: “Wahai Rasulullah, harta saya banyak, tidak
ada yang menjadi ahli waris saya kecuali seorang anak perempuan. Bolehkah saya
bersedekah dua pertiga dari harta saya? “tidak” jawab Rasul, kalau seperdua,
“tidak”, kalau sepertiga? “Ya tidak apa-apa.” Dan sepertiga itu sudah banyak.
Sesungguhnya jka engkau meninggalkan ahli waris dalam keadaan kaya adalah
lebih baik daripada meninggalkannya dalam keadaan miskin dan meminta-minta
7
kepada manusia. Sesungguhnya nafkah yang anda berikan (kepada keluarga)
adalah merupakan sedekah. Semoga Allah memanjangkan umurmu sehingga
kamu bermanfaat bagi manusia lain…”
4) Pemberani
Di barisan pejuang Islam, nama Sa’ad bin Abi Waqqas menjadi salah satu
tonggak utamanya. Ia terlibat dalam Pertempuran Badar bersama saudaranya yang
bernama Umair bin Abi Waqqash yang pada waktu itu masih sangat belia, baru saja
mencapai usia baligh. Tetapi Umair syahid di Badar bersama 13 pejuang Muslim
lainnya. Pada Pertempuran Uhud, bersama Zaid, Sa’ad terpilih menjadi salah satu
pasukan pemanah terbaik Islam. Sa’ad berjuang dengan gigih dalam
mempertahankan Rasulullah SAW setelah beberapa pejuang Muslim meninggalkan
posisi mereka.
Ada dua keistimewaan Sa’ad yang sering dia banggakan yaitu panahnya,
dimana ia merupakan sahabat dan pejuang Islam pertama yang melemparkan
panahnya fi sabilillah, dan terkena panah dalam upaya mempertahankan Islam.
Dan yang kedua, dialah satu-satunya sahabat yang ditebus Rasulullah dengan
kedua orang tuanya, ketika Rasulullah bersabda di Uhud: “Lemparkan panahmu
Sa’ad! … lemparkan! Tebusanmu adalah ibu dan bapakku.” Di samping keahlian
memanahnya, Sa’ad memiliki senjata yang ampuh yaitu do’anya yang selalu
dikabulkan Allah. Hal ini pun sudah dimaklumi di kalangan sahabat, dimana

Rasulullah secara khusus pernah berdoa untuk Sa’ad: “ ..‫م هللا دد س ه رميت‬
‫”وأجب ه دعوت‬.
5) Selalu Menolong
Saad bin Abi waqash adalah seorang yang sering menolong hal ini di jelaskan
dengan do’anya tidak tertolak (mustajab). Pada suatu hari Saad bin Abi Waqash
mendengar seseorang mencaci tiga orang sahabat Rasulullah yaitu Ali bin Abi
Thalib, Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam. “ Hentikan cacianmu itu” kata
Saad bin Waqash kepada orang yang mencaci ketiga sahabat Rasulullah itu. “
kalau kau tidak suka dengan para sahabat rasulullah sampaikan kritikmu dengan
baik . tidak dengan cara memaki-maki dan mencerca di hadapan umum seperti ini.
Orang itu tidak mengacuhkan ucapan Saad bin Abi Waqash. “ Kalau begitu,
aku akan berdoa agar Allah menimpakan bencana kepadamu,” kata Saad bin
Waqash. “ Kau mengancamku seakan-akan kau seorang nabi saja ! ejek orang itu.
Ia terus saja mencerca dengan kata-kata yang tidak sopan.
Saad bin Abi Waqash lalu mengambil air wudhu. Ia shalat dua rakaat dan
kemudian berdoa” ya Allah! Jika engkau mengetahui bahwa orang ini mencaci maki
secara keji orang-orang yang telah kau tetapkan kebaikannya di sisimu, jadikanlah
orang itu sebagai pelajaran dan contoh bagi kebesaranmu…”

8
Doa Saad bin Abi Waqash benar-benar mustaja. Tiba-tiba saja entah dari
mana datangnya, muncul seekor unta gila besar. Binatang itu mengamuk di tengah
kerumunan orang. Semua orang langsung berlarian menyelamatkan diri. Orang
yang memaaki-maki para sahabat itu tidak sempat menghinda. Ia terinjak-injak unta
gila yang mengamuk itu dan kemudian meninggal.
6) Tidak ingin memperpanjang masalah
Hal ini terbukti ketika sahabat Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu pernah
mengamanahi Saad jabatan gubernur Irak. Sebuah wilayah besar dan penuh
gejolak. Suatu ketika rakyat Irak mengadukannya kepada Umar. Mereka menuduh
Saad bukanlah orang yang bagus dalam shalatnya. Permasalahan shalat bukanlah
permasalahan yang ringan bagi orang-orang yang mengetahui kedudukannya.
Sehingga Umar pun merespon laporan tersebut dengan memanggil Saad ke
Madinah.
Mendengar laporan tersebut, Saad tertawa. Kemudian ia menanggapi
tuduhan tersebut dengan mengatakan, “Demi Allah, sungguh aku shalat bersama
mereka seperti shalatnya Rasulullah. Kupanjangkan dua rakaat awal dan
mempersingkat dua rakaat terakhir”. Mendengar klarifikasi dari Saad, Umar
memintanya kembali ke Irak. Akan tetapi Saad menanggapinya dengan
mengatakan, “Apakah engkau memerintahkanku kembali kepada kaum yang
menuduhku tidak beres dalam shalat?” Saad lebih senang tinggal di Madinah dan
Umar mengizinkannya.
Ketika Umar ditikam, sebelum wafat ia memerintahkan enam orang sahabat
yang diridhai oleh Nabi salah satunya Saad untuk bermusyawarah memilih khalifah
penggantinya. Umar berkata, “Jika yang terpilih adalah Saad, maka dialah
orangnya. Jika selainnya, hendaklah meminta tolong (dalam pemerintahannya)
kepada Saad”.
7) Sederhana
Secara cerdik Saad bin Abi Waqqas mampu menangkap pesan Rasullullah
SAW, yaitu jangan letakkan dunia di hatimu tapi taruhlah di tanganmu.
Mendekatkan dunia di hati akan melahirkan rasa ketamakan, berbeda dengan di
tangan maka dunia bagai terminal sementara sebelum menuju akhirat. Selain itu,
Saad bin Abi Waqqash termasuk sahabat yang berumur panjang. Ia juga

dianugerahi Allah ‫ﷻ‬ harta yang banyak. Meskipun begitu beliau lebih
menampakkan kesederhanaannya terbukti ketika akhir hayatnya, ia mengenakan
pakaian dari wol. Jenis kain yang dikenal murah kala itu. Ia berkata, “Kafani aku
dengan kain ini, karena pakaian inilah yang aku pakai saat memerangi orang-orang
musyrik di Perang Badar”.

8) Memiliki niat yang baik

9
Suatu hari, sebagai diceritakan oleh Anas bin Malik, kami bersama Rasulullah,
kemudian beliau bersabda: Sebentar lagi akan muncul di hadapan kalian laki-laki
penghuni syurga. Tiba-tiba muncullah Sa’ad bin Abi Waqas (demikian berulang
sampai tiga kali, tiga hari). Kemudian Abdullah bin Amru bin Ash menyelidiki
amalan dan menanyakannya. Sa’ad menjawab: Tidak ada sesuatu atau ibadah
yang lebih istimewa dari yang biasa kita kerjakan. Hanya saja aku tidak pernah
menyimpan dalam diriku niat yang buruk terhadap kaum Muslimin. Inilah
tampaknya yang menyebabkan engkau sampai di tempat terpuji itu. Justru ini pula
lah yang tidak pernah bisa kami lakukan.
9) Sikap Saad Saat Terjadi Perselisihan Antara Ali dan Muawiyah
Saad bin Abi Waqqash menjumpai perselisihan besar yang terjadi pada kaum
muslimin. Antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sufyan, radhiallahu
‘anhum ajma’in. Sikap Saad pada saat itu adalah tidak memihak kelompok
manapun. Ia juga memerintahkan keluarga adan anak-anaknya untuk tidak
mengabarkan berita apapun kepadanya.
Keponakannya, Hisyam bin Utbah bin Abi Waqqash, berkata kepadanya,
“Wahai paman, ini adalah 100.000 pedang (pasukan) yang menganggap Andalah
yang berhak menjadi khalifah”. Saad menjawab, “Aku ingin dari 100.000 pedang
tersebut satu pedang saja. Jika aku memukul seorang mukmin dengan pedang itu,
maka ia tidak membahayakan. Jika dipakai untuk memukul orang kafir (berjihad),
maka ia mematikan”. Mendengar jawaban pamannya, Hisyam paham bahwa
pamannya, Saad bin Abi Waqqash sama sekali tidak ingin ambil bagian dalam
permasalahan ini. Ia pun pergi.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, kita bisa mengambil pelajaran dari sahabat Sa’ad bin
Abi Waqqas bahwa beliau memiliki sifat yang pantang menyerah. Ketika perang
sedang berkecamuk beliau sedang di timpa penyakit yang sangat parah. Tetapi
beliau tetap memimpin peperangan tersebut. Selain itu, banyak sifat-sifat beliau
yang bisa kita teladani, seperti : keteguhan iman, dermawan, pemberani, tidak ingin
memperpanjang masalah, selalu menolong,memiliki niat yang baik, dan sederhana.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat apabila ada kekurangan dan kekeliruan
dalam pembahasan ini kami mohon maaf karena hal ini adalah proses awal bagi
kami. Dan dalam penulisan makalah ini kami juga mohon kritik dan sarannya agar
dalam penulisan makalah selanjutnya lebih baik lagi.

11

Anda mungkin juga menyukai