Anda di halaman 1dari 3

Sa’ad bin Abi Waqash: Sang Pemanah Ulung Dan

Penduduk Surga Yang Manjur Do’anya

Bernama lengkap Sa'ad bin Abi Waqqash bin Wuhaib bin Abdi Manaf, ia masih memiliki hubungan
kekerabatan dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Kakeknya yang bernama Wuhaib merupakan
paman Aminah binti Wahab yang merupakan ibunda dari Rasulullah itu sendiri. Sebagai sosok sahabat
sekaligus paman, ia sangat dibangga-banggakan oleh Rasulullah.

Sa'ad adalah seorang pemuda yang sangat patuh dan taat kepada ibunya. Sedemikian dalam
sayangnya Sa'ad pada ibunya, sehingga seolah-olah cintanya hanya untuk sang ibu yang telah
memeliharanya sejak kecil hingga dewasa, dengan penuh kelembutan dan berbagai pengorbanan.

Ibu Sa'ad bernama Hamnah binti Sufyan bin Abu Umayyah adalah seorang wanita hartawan
keturunan bangsawan Quraisy, yang memiliki wajah cantik dan anggun. Disamping itu, Hamnah juga
seorang wanita yang terkenal cerdik dan memiliki pandangan yang jauh. Hamnah sangat setia kepada agama
nenek moyangnya; penyembah berhala.

Pada suatu hari, Abu Bakar Ash-Shiddiq mendatangi Sa'ad di tempat kerjanya dengan membawa
berita dari langit tentang diutusnya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagai Rasul Allah. Ketika
Sa'ad menanyakan, siapakah orang-orang yang telah beriman kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam. Abu Bakar mengatakan dirinya sendiri, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Haritsah.

Seruan ini mengetuk kalbu Sa'ad untuk menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, untuk
mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia pun memeluk agama Allah pada saat usianya baru menginjak
tujuhbelas tahun. Sa'ad termasuk dalam deretan lelaki pertama yang memeluk Islam selain Ali bin Abi
Thalib, Abu Bakar As Siddiq dan Zaid bin Haritsah.

Setelah memeluk Islam, keadaannya tidak jauh berbeda dengan kisah keislaman para sahabat
lainnya. Ibunya sangat marah dengan keislaman Sa'ad. “Wahai Sa'ad, apakah engkau rela meninggalkan
agamamu dan agama bapakmu, untuk mengikuti agama baru itu? Demi Allah, aku tidak akan makan dan
minum sebelum engkau meninggalkan agama barumu itu,” ancam sang ibu.

“Demi Allah, aku tidak akan meninggalkan agamaku!” Jawab Sa’ad pada ibunya.

Sang ibu tetap nekat, karena ia mengetahui persis bahwa Sa'ad sangat menyayanginya. Hamnah
mengira hati Sa'ad akan luluh jika melihatnya dalam keadaan lemah dan sakit. Ia tetap mengancam akan
terus melakukan mogok makan.

Namun, Sa'ad lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya. “Wahai ibunda, demi Allah, seandainya engkau
memiliki 70 nyawa dan keluar satu per satu, aku tidak akan pernah mau meninggalkan agamaku
selamanya!” Tegas Sa'ad.

Akhirnya, sang ibu yakin bahwa anaknya tidak mungkin kembali seperti sedia kala. Dia hanya
dirundung kesedihan dan kebencian.

Allah subhaanahu wa ta’aala mengekalkan peristiwa yang dialami Sa'ad dalam ayat Al-Qur'an.
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik.” (QS. Luqman: 15).

Sa'ad bin Abi Waqqash termasuk orang pertama yang melepaskan anak panah dalam peperangan
membela Islam. Begitu pun menjadi orang pertama yang terkena anak panah.

Sa'ad memiliki banyak keutamaan dan keistimewaan. Di antaranya menjadi satu dari sepuluh orang
yang dijamin Rasulullah masuk surga, orang yang doanya dikabulkan dan menjadi pasukan berkuda di
Perang Badar dan Uhud.

Hal itu atas doa Rasululllah, di mana ia shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berdoa:

"Ya Allah Azza wa Jalla kabulkanlah doanya (Sa`ad) jika dia berdoa."

Mustajabnya doa Sa'ad terbukti dalam banyak peristiwa. Salah satunya ketika Sa'ad radhiallahu
'anhu marah kepada Usamah, seseorang yang telah menyebarkan berita dusta tentang dirinya.

Dalam keadaan marah, Sa'ad berkata agar Usamah yang dusta, riya', atau sum'ah itu diberi umur
panjang dengan kefakirannya dan diberi cobaan. Atas kuasa Allah, sungguh doa itu benar-benar terkabul.

Dalam buku ‘Ash-Shaffah’ yang ditulis Yakhsyallah Mansur, Sa'ad juga menjadi sebab turunnya
(asbabun nuzul) tiga wahyu Allah kepada Rasulullah. Pertama, QS. Luqman ayat 15. Ayat ini turun setelah
kejadian ibunda Sa'ad bin Abi Waqqash tidak mau makan karena tahu anaknya memeluk agama Islam.

Kedua, QS. Al-An'am ayat 52. Menurut Sa'ad, ayat tersebut berkaitan dengan enam orang sahabat.
Dan dirinya adalah salah satunya.

Ketiga, QS. Al-Anfal ayat 1. Sa'ad bin Abi Waqqash berhasil membunuh orang yang telah
membunuh saudaranya, Umair, dalam Perang Badar. Sa'ad juga berhasil mengambil pedang orang tersebut
sebagai ghanimah.

Namun Rasulullah memerintahkannya agar pedang tersebut disimpan di tempat rampasan perang. Ini
membuat Sa'ad sedih. Tak berselang lama, turunlah QS. Al-Anfal ayat 1. Rasulullah kemudian memberikan
pedang tersebut kepada Sa'ad.

Kontribusi Sa’ad bin Abi waqqash terhadap Islam sangat luar biasa, terutama beliau dapat
memenangkan perang Qodisiyah sebagai pembuka jalan tersebarnya Islam di negara Persia. Dan dikenal
dengan kepahlawanannya.

Konon diceritakan beliau yang membawa ajaran Islam ke China dengan mendirikan masjid bernama
Masjid Huaisheng yang berada di Provinsi Guanzhou, China (meskipun hal ini masih perlu dikaji lebih
dalam lagi) karena dalam riwayat lainnya beliau meninggal dunia di Madinah dan dikuburkan di Baqi' dekat
dengan Masjid Nabawi. Wallahu'alam bissowab.

Pelajaran yang dapat kita ambil dari biografi singkat shahabat nan mulia ini adalah:

1. Bersegera dalam melakukan kebaikan, dengan cepatnya beliau masuk Islam bahkan termasuk orang
golongan pertama masuk Islam
2. Konsisten mempertahankan aqidah dan keyakinan meskipun berbagai cobaan menerpa beliau.
Bahkan ibunda yang amat disayangi tidak dapat meruntuhkan keyakinan beliau dalam mempertahankan
keyakinannya.
3. Kontribusi dalam memperjuangkan agama Islam baik dalam medan peperangan maupun dimana saja
sampai ajal menjemputnya. Dan beliau termasuk orang yang diberi umur panjang oleh Allah subhanahu
wata'ala dengan terus memberikan kontribusi untuk agama Islam ini.
4. Amalan ibadah dan kecintaan kepada Allah merupakan salah satu sebab dikabulkan doa beliau
begitu juga berkat dari doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga beliau dikenal sebagai sahabat
yang maqbul doanya.
5. Kedekatan nasab (keturunan) dengan Rasullah bukan menjadi jaminan keselamatan seseorang, akan
tetapi amal kebaikan dan kesungguhan dalam berislam yang menjadi faktor utama mengangkat kebaikan
seseorang. Dan hal itu terlihat pada sosok pejuang Saad bin Abu Waqqash

Semoga kita bisa mentauladani beliau dalam mempertahankan aqidah, memberikan kontribusi
terhadap agama, dan terus berjuang sampai di akhir hayatnya. Wallahu'alam bissowab.

Oleh:

Ustadz Tahmid

Ustadz Pengajar PPDU Putra 1

Anda mungkin juga menyukai