Anda di halaman 1dari 6

A.

Peninggalan Kerajaan Bantar


 Peninggalan Fisik Monumental
1. Masjid Sultan Suriansyah
Masjid Sultan Suriansyah didirikan pada masa Sultan Suriansyah, yang memerintah sejak
awal abad ke-16 Masehi. Namun demikian, masjid tersebut pada masa-masa berikutnya
mengalami berbagai perubahan, sehingga berbentuk seperti apa yang ada sekarang ini.
Salah satu bukti bahwa masjid tersebut pernah mengalamai beberapa kali perbaikan
adalah adanya prasasti berhuruf Arab Melayu yang salah satunya menyebut angka 1142
dan 1296 Hijriah. Pada saat ini atapnya berbentuk tumpang tiga, bagian kemuncak runcing
dan tidak menggunakan kubah sebagaimana masjid masa sekarang (lihat foto 1).

Masjid ini adalah masjid tertua di daerah Kalimantan Selatan, bahkan Sultan
Suriansyah ini menghabiskan waktu yang panjang dalam membangun masjid ini yakni
pada tahun ke 156 hingga 1550 sebelum masehi. Ia adalah raja Banjar pertama yang
menjadi pemeluk agama Islam yang sangat taat dan kuat.

Masjid ini adalah masjid yang berada di Kelurahan Kuin Utara yang merupakan Ibukota
dari Kerajaan Banjar. 

2. Makam-makam raja di kawasan Kuin


Di dalam kompleks makam tersebut terdapat tiga makam raja, yaitu Sultan Suriansyah,
Rakhmatullah, dan Hidayatullah. Nisan-nisan pada makam para raja tersebut ada yang
berbentuk gada, ada juga yang memiliki tipe Aceh. Ketiga raja tersebut merupakan raja-
raja yang memerintah ketika ibukota masih berada di Banjarmasin. Selain ketiga raja
tersebut, terdapat juga makam beberapa ulama dan pembesar kerajaan, serta makam
masyarakat biasa. Makam raja, ulama, dan anggota keluarga kerajaan ditempatkan di
bawah cungkup besar yang merupakan hasil pemugaran, sedangkan makam masyarakat
umum diletakkan di luar cungkup tersebut.
3. Sungai Kitanu
sebuah sungai buatan yang dikenal dengan nama Sungai Kitanu. Nama Kitanu sesuai nama
orang yang membuat sungai buatan tersebut, yaitu Ki Tanu yang diperkirakan hidup pada
akhir abad ke-18 Masehi. Tokoh Ki Tanu dimakamkan tidak jauh dari sungai buatan
tersebut
4. Masjid Al-Karomah
Tepat 10 Rajab 1315 H (5 Desember 1897 M) dimulailah pembangunan Masjid Jami’
tersebut. Secara teknis bangunan masjid tersebut adalah bangunan dengan struktur
utama dari kayu ulin dengan atap sirap, dinding dan lantai papan kayu ulin. Seiring
dengan perubahan masa dari waktu ke waktu masjid tersebut selalu di renovasi, tetapi
struktur utama tidak berubah. [2]
5. Makam Syekh Arsyad al-Banjari
Selain makam raja-raja ada juga makam ulama. Salah satu makam ulama yang cukup
terkenal adalah Syekh Arsyad alBanjari yang berada di Desa Palampayan. Syekh Arsyad al-
Banjari lahir pada 1710 pada masa pemerintahan Sultan Hamidullah atau Sultan Kuning.
Syekh Arsyad al-Banjari mendalami agama ke Mekkah selama sekitar
Naditira Widya Vol. 5 No. 2/2011- Balai Arkeologi Banjarmasin 163
Peninggalan Kerajaan Banjar dalam Perspektif Arkeologi 158-168
Di samping berbagai peninggalan yang sifatnya monumental, terdapat juga peninggalan
fisik yang sifatnya artefaktual. Berbagai jenis peninggalan artefaktual tersebut di antaranya
adalah runtuhan bata di kawasan Kuin dan Kayutangi, pecahan keramik di berbagai lokasi,
serta meriam yang
35 tahun dan kembali ke Banjar pada 1772, yaitu pada masa pemerintahan Susuhunan
Nata Alam. Beliau wafat pada 1812 yaitu masa pemerintahan Sultan Sulaiman (Ideham dkk
2003, 133-139).
 Peninggalan Fisik Artefaktual
1. Meriam kesultanan Banjar
Meriam VOC - Perlawanan dalam perang Banjar terjadi didarat dan diperairan. dahsyatnya
perlawanan laskar banjar menyebabkan Belanda meminta bantuan kapal perang ke Batavia.
Belanda menggunakan meriam sebagai senjata di kapal-kapal dan benteng pertahanan.

2. Senjata perang Banjar


3. Baju Miskat Banjar
Baju Miskat atau Baju Muskat adalah salah satu baju resmi tradisional bagi Sultan
Banjar
4. Stempel kerajaan

Fungsinya untuk mengesahkan suatu perjanjian atau pernyataan kerajaan lainnya

 Peninggalan non fisik


1. toponim atau nama suatu tempat
Penelitian tahun 2004 menyebutkan terdapat sejumlah toponim yang dapat dikaitkan
dengan karakteristik tempat tersebut pada masa lalu, di antaranya Sungai Jagabaya, Sungai
Pangeran, Sungai Sugaling, Pinarangbaya, dan Tembok Bata. ‘Jagabaya’ mempunyai makna
menjaga buaya, yang dimaksudkan adalah bertugas menangkap buaya yang pada masa
lalu banyak berkeliaran di Sungai Kuin. ‘Pinarangbaya’ mungkin dimaksudkan sebagai
tempat pemarangan atau pembantaian buaya dengan parang. Sungai Pangeran berkaitan
dengan tempat bermain para putra dan putri keluarga bangsawan pada masa lalu. Nama
‘Tembok Bata’ berkaitan dengan keberadaan tembok bata pada masa lalu, meskipun
sekarang sudah tidak nampak sama sekali
Kebudayaan Seni music :

Gamelan Banjar adalah seni karawitan dengan peralatan musik gamelan yang berkembang di
kalangan suku Banjar di Kalimantan Selatan. Gamelan Banjar yang ada di Kalsel ada 2 versi yaitu :

1. Gamelan Banjar versi keraton


2. Gamelan Banjar versi rakyatan

Seni sastra : seni  sastra berkembang  dengan  menggunakan huruf  Arab  Melayu  (Jawi)

Seni pertunjukan : Perpaduan antara Tonil Melayu dan cerita seribu satu malam
Seni ukir :

Seni  ukir  berkembang  karena  adanya  kebiasaan  para  bangsawan  dan orang  kaya  untukmembuat
rumah secara mewah, yang dipenuhi dengan ukiran indah.

Seni sastra : Seni madihin merupakan salah satu bentuk sastra tradisi ( sastra lisan ) oleh
masyarakat Kal-sel dijadikan kesenian khas daerah, yang berisi sair dan pantun yang dinyanyikan.
Sarat dengan nasehat – nasehat yang bermanfaat dan diselingi dengan humor yang segar. 

 Untuk menghibur raja – raja atau pejabat. Isi syair dan pantun berisi pujian – pujian sang raja dan
pejabat istana.

Lamut adalah sebuah tradisi berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan,
sosial dan budaya Banjar. Lamut merupakan seni cerita bertutur, seperti wayang atau cianjuran.
Bedanya, wayang atau cianjuran dimainkan dengan seperangkat gamelan dan kecapi, sedangkan
lamut dibawakan dengan terbang, alat tabuh untuk seni hadrah.

upacara badudus untuk memandikan keluarga kerajaan dalam adat Banjar.

Anda mungkin juga menyukai