Anda di halaman 1dari 19

Inskripsi pada Makam Raja-raja Mempawah — Asep Saefullah 77

77

Inskripsi pada Kompleks Makam Raja-raja


Mempawah, Kalimantan Barat
Asep Saefullah
Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan, Jakarta

Sasaran penelitian ini adalah inskripsi keagamaan yang terdapat di Kompleks


Makam Raja-raja Mempawah, salah satu kerajaan bercorak Islam di Kabupaten
Pontianak, Kalimantan Barat. Sebagai penelitian rintisan, tulisan ini dibatasi pada
pendataan (inventarisasi) dan deskripsi hasil temuan lapangan. Dalam tulisan ini
disajikan beberapa contoh inskripsi dan transliterasinya, yang kemudian dikla-
sifikasi berdasarkan isi dan jenis kaligrafinya.
Kata kunci: inskripsi, arkeologi Islam, Keraton Mempawah.

The objective of this paper is an examination of the religious inscriptions


found in the cemetery of the kings of Mempawah, an Islamic kingdom in Ponti-
anak Regency, West Kalimantan. The pioneer research focuses on an inventory
and description of field data collected at the graveyard. It documents examples of
the inscriptions and their transliterations which are then classified according to
the contents and style of calligraphy.
Key words: inscription, Islamic archaeology, Keraton Mempawah.

Pendahuluan
Sejarah dan perkembangan Islam di suatu wilayah dapat dilihat
antara lain melalui peninggalannya seperti naskah-naskah kuno dan
tinggalan arkeologis berupa bangunan istana, masjid, makam, per-
alatan perang, dan alat rumah tangga. Uka Tjandrasasmita, ketika
membahas tentang penelitian arkeologi Islam di Indonesia menya-
takan bahwa naskah kuno dapat memberikan informasi tentang
tempat atau situs terkait dengan kerajaan-kerajaan bercorak Islam. 1
Sementara itu, data sejarah dari tinggalan arkeologis dapat membe-
rikan gambaran mengenai perkembangan budaya dan perubahan-
perubahannya. Setidaknya ada tiga hal yang dapat diungkap dari
tinggalan arkeologis, yang merupakan tujuan arkeologi, yaitu (1)
merekonstruksi sejarah kebudayaan; (2) merekonstruksi cara-cara

1
Uka Tjandrasasmita, Penelitian Arkeologi Islam di Indonesia dari Masa
ke Masa, Kudus: Menara Kudus, 2000, hlm. 15.
78
78 ¢u¥uf, Vol. 5, No. 1, 2012: 77 – 95

hidup di masa lalu; dan (3) memahami dan menjelaskan perubahan,


proses, faktor, serta dampak berbagai perubahan budaya.2 Akan
tetapi, tulisan ini tidak bermaksud merekonstruksi sejarah kebuda-
yaan sebagai tujuan arkeologi. Tujuan utama dari tulisan ini diba-
tasi pada tahap awal menuju tujuan tersebut, yaitu deskripsi dan
transliterasi serta pemaknaannya, terutama secara tekstual.
Sasaran utama penelitian ini adalah inskripsi pada makam-
makam di Kompleks Makam Raja-raja Mempawah yang saat ini
menjadi wilayah Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat. Kerajaan
bercorak Islam ini sering disebut Panembahan Mempawah karena
berada di bawah kerajaan lain. Kerajaan Mempawah pernah men-
jadi bawahan dari kerajaan Tanjungpura atau Kesultanan Sukadana,
namun pada masa kolonial Belanda, pemerintah Hindia Belanda
menunjuk Kesultanan Pontianak sebagai wakil Belanda untuk me-
mimpin semua raja-raja di Kalimantan Barat. Karena itu, penguasa
Mempawah dan 12 raja-raja daerah lainnya bergelar Panembahan
dan hanya dua raja yang bergelar sultan, yaitu Sultan Pontianak dan
Sultan Sambas. Nama Mempawah sendiri, konon diambil dari
“mempauh”, yaitu nama pohon yang tumbuh di hulu sungai yang
kemudian juga dikenal dengan nama Sungai Mempawah. Pada
perkembangannya, Mempawah menjadi lekat sebagai nama salah
satu kerajaan yang berkembang di Kalimantan Barat.3
2
Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban: Jejak Arkeologis dan
Historis Islam Indonesia, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998, hlm. 5
3
Kerajaan Mempawah terbagi atas dua periode, yaitu masa Suku Dayak
Hindu, dan masa Islam. Para pemimpin Mempawah pada masa Suku Dayak
Hindu adalah: (1) Patih Gumantar (+1380 M); (2) Raja Kudung (+ 1610 M); dan
(3) Panembahan Senggaok (+ 1680 M). Sedangkan para pemimpin pada masa
Islam adalah: (1) Opu Daeng Menambon bergelar Pangeran Mas Surya Negara
(1740–1761 M); (2) Gusti Jamiril bergelar Panembahan Adiwijaya Kesuma
(1761–1787); (3) Syarif Kasim bergelar Panembahan Mempawah (1787–1808);
(4) Syarif Hussein (1808–1820); (5) Gusti Jati bergelar Sultan Muhammad
Zainal Abidin (1820–1831); (6) Gusti Amin bergelar Panembahan Adinata
Krama Umar Kamaruddin (1831–1839); (7) Gusti Mukmin bergelar Panembahan
Mukmin Nata Jaya Kusuma (1839–1858); (8) Gusti Mahmud bergelar Panem-
bahan Muda Mahmud Alauddin (1858); (9) Gusti Usman bergelar Panembahan
Usman (1858–1872); (10) Gusti Ibrahim bergelar Panembahan Ibrahim
Muhammad Safiyuddin (1872–1892); (11) Gusti Intan bergelar Ratu Permaisuri
(1892–1902); (12) Gusti Muhammad Taufiq Aqamuddin (1902–1944); (13)
Gusti Mustaan (1944–1955), diangkat oleh Jepang; (14) Gusti Jimmi Muhammad
Ibrahim Bergelar Panembahan XII (s/d 2002); dan (15) Pangeran Ratu
Mulawangsa Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim bergelar Panembahan XIII
Inskripsi pada Makam Raja-raja Mempawah — Asep Saefullah 79
79

Di antara berbagai tinggalan Kerajaan Mempawah adalah Mas-


jid Jami’atul Khair Keraton Mempawah, Istana Amantu Billah, dan
Kompleks Makam Raja-raja Mempawah. Tulisan ini hanya akan
membahas inskripsi keagamaan yang terdapat di Kompleks Makam
Raja-Raja Mempawah. Kompleks makam ini berada di Keluarahan
Pulau Pedalaman Mempawah Kabupaten Pontianak Kalimantan
Barat.
Sejauh ini, belum ditemukan hasil penelitian atau tulisan khu-
sus yang membahas inskripsi-inskripsi di kompleks Makam Raja-
raja Mempawah. Beberapa tulisan yang ditemukan pada umumnya
membahas tentang sejarah Kerajaan Mempawah.4 Tulisan lain,
khususnya di situs-situs internet, menyajikan beberapa peninggalan
dan tradisi keagamaan di Mempawah, seperti ziarah ke makam Opu
Daeng Manambun,5 memandikan pusaka keraton,6 Keraton Amantu
Billah dan Masjid Keraton,7 dan uraian tentang tradisi robo’-robo’,

(2002–sekarang). Lihat Andri Zulfikar, Sejarah Gemilang Kerajaan-kerajaan


Islam Kalimantan Barat, Pontianak: Paguyuban Bina Insan Mulia, 2012,
diterbitkan melalui www.nulisbuku.com, hlm. 202-206. Lihat juga M. Natsir,
Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak, “Kerajaan Kalbar
sebagai Objek Wisata Sejarah Budaya”, http://ace-
informasibudaya.blogspot.com/2008/08/kerajaan-kalbar-sebagai-objek-
wisata.html, diterbitkan 2 Agustus 2008, akses 7 Juli 2012.
4
M. Natsir, “Sejarah Kerajaan Mempawah Kalimantan Barat” http://ace-
informasibudaya.blogspot.com/ 2011/03/sejarah-kerajaan-mempawah.html, 13
Maret 2011. “Kesultanan Mempawah” dalam http://melayuonline.com dan
www.wisatamelayu.com, Selasa, 3 Juli 2012, dan “Kerajaan Mempawah” dalam
http://id.wikipedia.org/ wiki/Kerajaan_Mempawah.
5
Iswara N. Raditya “Berhimpun di Makam Opu Daeng Menambun” dalam
http://melayuonline.com/ind/ opinion/read/375/berhimpun-di-makam-opu-daeng-
menambun. “Opu Daeng Menambun adalah penguasa pertama Kerajaan Mempa-
wah pada masa Islam. Sebelum dipimpin oleh Opu Daeng Menambun, pemerin-
tahan Kerajaan Mempawah dikelola oleh orang-orang dari Suku Dayak di bawah
pimpinan Patih Gumantar dan sudah ada sejak sekitar tahun 1380 Masehi.” Opu
Daeng Menambun kadang disebut Opu Daeng Menambon.
6
“Ritual Pembersihan Pusaka Kerajaan Mempawah”, dalam www.
wisatamelayu.com, 13 Sya'ban 1433 (Tuesday, 03 July 2012)
7
Johan Wahyudi, “Bukti Sejarah Berdirinya Keajaan Mempawah” dalam
http://www.borneotribune.com/headline/bukti-sejarah-berdirinya-kerajaan-mem-
pawah.html, Selasa, 2 Agustus 2011. “Amanah Panembahan, Jaga Bentuk
Keaslian Bangunan Masjid Jamiatul Khair Kota Mempawah”, dalam
http://www.pontianakpost.com/ index.php?mib=berita.detail&id=95318, Selasa,
09 Agustus 2011.
80
80 ¢u¥uf, Vol. 5, No. 1, 2012: 77 – 95

yaitu upacara mandi pada hari Rabu terakhir bulan Safar.8 Tulisan-
tulisan tersebut juga tidak menyinggung inskripsi, baik pada ma-
kam raja-raja maupun benda pusaka keraton. Oleh karena itu,
penelitian ini menjadi semacam rintisan, dan karenanya akan diba-
tasi pada pendataan dan deskripsi hasil temuan lapangan, disertai
transliterasi dan klasifikasi berdasarkan isi dan jenis kaligrafinya.

Deskripsi dan Transliterasi


Kerajaan Mempawah, yang kadang disebut dengan Panembah-
an Mempawah, mencantumkan identitas pada kompleks makamnya
dengan “Makam Raja-raja Mempawah”. Gambar di bawah menun-
jukkan pintu gerbang dalam bentuk gapura. Gambar di sebelahnya
merupakan dua buah cungkup makam yang berisi makam para raja
atau panembahan Mempawah. Beberapa makam diberi lagi
cungkup kecil, seperti makam Ratu Kesumba (teks dalam inskripsi
agaknya berbunyi “kesuma”, bisa jadi “Ratu Adiwijaya Kesuma”
atau “Ratu Ayuwijaya Kesuma” [?]) dan Panembahan Ibrahim
beserta istrinya Mas Sarifah Aminah.

Pintu gerbang kompleks “Makam Raja-raja Mempawah” (kiri), dan dua


cungkup besar di dalam kompleks makam (kanan).
Jumlah makam dan inskripsi yang terdapat di Kompleks Ma-
kam Raja-raja Mempawah banyak sekali, karena selain makam kuno
para raja dan keluarganya, juga terdapat makam baru dari keluarga

8
Lihat Hamidah, “Tradisi Robo-Robo Multikultur Mempawah Kalimantan
Barat”, dalam http://ace-informasibudaya.blogspot.com/2011/03/robo-robo-
multikultur-kalbar.html. Minggu, 13 Maret 2011, dan “Upacara Mandi Safar”
dalam http://ace-informasibudaya.blogspot.com/2010/01/upacara-mandi-safar.html,
Rabu, 27 Januari 2010. Lihat juga G.F. Pijper, Beberapa Studi tentang Sejarah
Islam di Indonesia 1900-1950, khususnya Bagian 4 tentang “Hari Rabu Terakhir
Bulan Safar”, Jakarta: UI Press, 1984, hlm. 153-165.
Inskripsi pada Makam Raja-raja Mempawah — Asep Saefullah 81
81

kerajaan. Dalam penelitian ini diidentifikasi sebanyak 38 makam


yang merupakan keluarga inti kerajaan, terutama para raja dan istri
atau permaisuri serta anaknya. Dari segi bahasa, hampir semuanya
berbahasa Melayu kecuali doa, zikir, kalimah tayyibah, dan ayat
Al-Qur’an yang menggunakan bahasa Arab. Demikian juga dengan
tata letak inskripsi, pada umumnya diletakkan di sekeliling jirat
makam. Ada beberapa makam yang inskripsinya hanya terdapat
pada nisannya. Adapun bentuk nisannya, secara jelas dapat dibeda-
kan antara nisan untuk laki-laki dan nisan untuk perempuan. Nisan
makam untuk laki-laki berbentuk bulat, sedangkan untuk perem-
puan berbentuk pipih. Oleh karena itu, aspek-aspek tersebut, yakni
bahasa, letak inskripsi, dan bentuk nisan, tidak dijelaskan dalam
subjudul tersendiri, tetapi cukup dengan penjelasan umum di atas
karena keseragamannya.
Dari segi isi, inskripsi pada makam-makam di kompleks ini
umumnya tentang identitas almarhum dan titi mangsa lahir dan
wafatnya. Dari segi redaksi juga umumnya sama, yaitu mengguna-
kan ungkapan “Hijrah an-Nabiyy” di awalnya. Dengan demikian,
dalam tulisan ini akan disajikan beberapa contoh inskripsi yang
dipandang memberikan informasi atau isinya spesifik. Adapun
sebagai contoh inskripsi yang umum dijumpai adalah seperti pada
makam Ratu Adiwijaya Kesuma berikut ini:

- Ukuran makam : panjang dan lebar jirat 166 cm x 49.


- Ukuran inskripsi : (1) jirat bagian kepala dan kaki 31 cm x 25 cm; (2) sisi kiri
dan kanan jirat 149 cm x 22 cm.
- Ukuran nisan : tinggi 95 cm, lebar 30 cm, tebal 13 cm.
- Teks : Hijrat an-Nabiyy ¡all±llahu ‘alaihi wa sallam seribu
seratus dualapan puluh lima tahun pada tahun dal akhir pada hari empat bulan
safar pada malam Jum’at Ratu Adiwijaya9 Kesuma kembali ke rahmat Allah.

9
Bacaan alternatif: Ayuwijaya.
82
82 ¢u¥uf, Vol. 5, No. 1, 2012: 77 – 95

Dalam artikel ini dipilih beberapa inskripsi yang dipandang


berbeda dan memiliki informasi lain selain identitas almarhum dan
titi mangsa lahir serta wafatnya.

1. Makam Pangeran Muda Mahmud Aqamuddin


Ukuran jirat: 69 cm x 156 cm, dan ukuran nisan 83 cm x 70 cm.

Hijrat an-Nabiyy
Ukuran: 42 cm x 20 cm.

Baris 1: ¢allall±hu ‘alaihi wa sallam tarikh 1276 kepada delapan belas hari.
Baris 2: Bulan Syawal dan kepada malam Khamis waktu jam pukul delapan.
Ukuran: 124 cm x 20 cm.

Maka waktu itulah


Ukuran: 42 cm x 20 cm.

Baris 1: Panembahan Muda Mahmud ‘Aqamuddin kembali ke rahmat.


Baris 2: Allah Ta’ala dari negeri yang fana ke negeri yang baqa’ adanya.
Ukuran: 124 cm x 20 cm.

2. Makam Panembahan Ibrahim Mu¥ammad ¢afiyuddin


Ukuran jirat 50 cm x 167 cm, ukuran nisan: tinggi 82 cm, lebar
69 cm.

Panembahan Ibrahim Mu¥ammad ¢afiyuddin.


Ukuran: 24 cm x 24 cm.
Inskripsi pada Makam Raja-raja Mempawah — Asep Saefullah 83
83

Ibnu al-Marhum Panembahan Muda Ma¥mud


'Aqamuddin. Ukuran: 24 cm x 24 cm.

Atas: L± il±ha ill± L± il±ha illall±h L± il±ha illall±h L± il±ha illall±h L± il±ha
ill±. Di dalam kotak: (baris 1) Dizahirkan ke dalam dunia kepada hari Khamis
dua puluh dua hari; (baris 2) bulan Rajab sanah 1246 maka meninggalkan dunia
kepada hari Ahad jam pukul tiga petang. Ukuran: 137 cm x 23 cm.

Atas: L± il±ha ill± L± il±ha illall±h L± il±ha illall±h L± il±ha illall±h L± il±ha
ill±. Di dalam kotak: (baris 1) Tahun 1310 seribu tiga ratus sepuluh bersamaan
dua puluh delapan September; (baris 2) tarikh Masehi 1892. All±hummar¥amhu
ra¥matan wa adkhilhu al-jannata dukhµlan. Amin. Ukuran: 159 cm x 29 cm.

(Baris 1) Diangkatkan menjadi raja di Negeri Mempawah kepada 2 Jumadal


Awwal sanah 1280; (baris 2) bersamaan 2 Januari tarikh 1864 dikaruniai
bintang emas oleh. Ukuran: 137 cm x 23 cm.
84
84 ¢u¥uf, Vol. 5, No. 1, 2012: 77 – 95

(Baris 1) Gupernemen Ulanda karana mendapat kepujian Perang Cina Mandor;


(baris 2) kepada hari Isnain satu Sya’ban sanah 1304 bersamaan h 2 April tarikh
Masehi 1887. Ukuran: 158 cm x 30 cm.

3. Makam Istri Panembahan Ibrahim, Syarifah Aminah


Ukuran jirat 56 cm x 153 cm; teks 94 cm x 27 cm; nisan: tinggi
124 cm dan panjang lingkar tiang nisan 96 cm.

(Baris 1) Wan Mas Sarifah Aminah bersuamikan Sri Paduka Panembahan


Ibrahim Muhammad ¢afiyuddin; (baris 2) Kerajaan Mempawah mendapat anak
yaitu Pangeran Adipati istri Utin putri dan Utin; (baris 3) Lelan bergelar Raden
Anom istri dan Sri Paduka Muhammad Taufiq Aqamuddin Panembahan
Mempawah.

4. Makam Pangeran Bendahara Musa


Ukuran jirat 68 cm x 155 cm, ukuran nisan 83 cm x 59 cm.

(Baris 1) Hijrat an-Nabiyy Sallallahu ’alaihi wa sallam sanah 1326 kepada


malam Sabtu; (baris 2) waktu jam pukul sebelas kepada sepuluh hari bulan
Rabiul Awal dewasa itulah almarhum. Ukuran: 136 cm x 22 cm.
Inskripsi pada Makam Raja-raja Mempawah — Asep Saefullah 85
85

Pangeran Bandahara Musa


ibnu al-marhum Panembahan Muda.
Ukuran: 30 cm x 26 cm.

(Baris 1) Mahmud Aqamuddin kembali ke rahmat Allah Ta’ala meninggalkan


negeri yang fana pulang ke negeri yang baqa’; (baris 2) Q±lµ inna lill±hi wa
inna ilaihi r±ji’un.10 L± il±ha illall±h Mu¥ammad Rasµlull±h.
Ukuran: 136 cm x 22 cm.

Amantu bill±h. Ukuran: 30 cm x 26 cm.


Catatan: Kaligrafi di tengah jenis Kufi
saling silang merupakan lafal: All±h
(dua kali)

10
Kalimat: ‫ ﻗﺎﻟﻮ ان و ان اﻟﯿﮫ راﺟﻌﻮن‬seharusnya: ‫( ﻗﺎﻟﻮا اﻧﺎ و اﻧﺎ اﻟﯿﮫ راﺟﻌﻮن‬Q.S.
Al-Baqarah/2: 156), lengkapnya, ayat ini berbunyi: ‫اﻟﺬﯾﻦ اذا اﺻﺎﺑﺘﮭﻢ ﻣﺼﯿﺒﺔ ﻗﺎﻟﻮا اﻧﺎ و‬
‫ اﻧﺎ اﻟﯿﮫ راﺟﻌﻮن‬artinya: (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka berkata “Inn± lill±hi wa inn± ilaihi r±ji‘µn” (sesungguhnya kami
milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Dalam Al-Qur’an dan Terjemah-
nya Kementerian Agama, dijelaskan bahwa kalimat Inn± lill±hi wa inn± ilaihi
r±ji‘µn merupakan kalimat istirja’, yaitu pernyataan kembali kepada Allah,
yang disunahkan untuk diucapkan apabila terkena musibah, baik kecil
maupun besar. Al-Qur’an dan Terjemah, Jakarta: Kementerian Agama RI, 2009,
hlm. 29.
Inskripsi pada Makam Raja-raja Mempawah — Asep Saefullah 83
83

Ibnu al-Marhum Panembahan Muda Ma¥mud


'Aqamuddin. Ukuran: 24 cm x 24 cm.

Atas: L± il±ha ill± L± il±ha illall±h L± il±ha illall±h L± il±ha illall±h L± il±ha
ill±. Di dalam kotak: (baris 1) Dizahirkan ke dalam dunia kepada hari Khamis
dua puluh dua hari; (baris 2) bulan Rajab sanah 1246 maka meninggalkan dunia
kepada hari Ahad jam pukul tiga petang. Ukuran: 137 cm x 23 cm.

Atas: L± il±ha ill± L± il±ha illall±h L± il±ha illall±h L± il±ha illall±h L± il±ha
ill±. Di dalam kotak: (baris 1) Tahun 1310 seribu tiga ratus sepuluh bersamaan
dua puluh delapan September; (baris 2) tarikh Masehi 1892. All±hummar¥amhu
ra¥matan wa adkhilhu al-jannata dukhµlan. Amin. Ukuran: 159 cm x 29 cm.

(Baris 1) Diangkatkan menjadi raja di Negeri Mempawah kepada 2 Jumadal


Awwal sanah 1280; (baris 2) bersamaan 2 Januari tarikh 1864 dikaruniai
bintang emas oleh. Ukuran: 137 cm x 23 cm.
84
84 ¢u¥uf, Vol. 5, No. 1, 2012: 77 – 95

(Baris 1) Gupernemen Ulanda karana mendapat kepujian Perang Cina Mandor;


(baris 2) kepada hari Isnain satu Sya’ban sanah 1304 bersamaan h 2 April tarikh
Masehi 1887. Ukuran: 158 cm x 30 cm.

3. Makam Istri Panembahan Ibrahim, Syarifah Aminah


Ukuran jirat 56 cm x 153 cm; teks 94 cm x 27 cm; nisan: tinggi
124 cm dan panjang lingkar tiang nisan 96 cm.

(Baris 1) Wan Mas Sarifah Aminah bersuamikan Sri Paduka Panembahan


Ibrahim Muhammad ¢afiyuddin; (baris 2) Kerajaan Mempawah mendapat anak
yaitu Pangeran Adipati istri Utin putri dan Utin; (baris 3) Lelan bergelar Raden
Anom istri dan Sri Paduka Muhammad Taufiq Aqamuddin Panembahan
Mempawah.

4. Makam Pangeran Bendahara Musa


Ukuran jirat 68 cm x 155 cm, ukuran nisan 83 cm x 59 cm.

(Baris 1) Hijrat an-Nabiyy Sallallahu ’alaihi wa sallam sanah 1326 kepada


malam Sabtu; (baris 2) waktu jam pukul sebelas kepada sepuluh hari bulan
Rabiul Awal dewasa itulah almarhum. Ukuran: 136 cm x 22 cm.
Inskripsi pada Makam Raja-raja Mempawah — Asep Saefullah 85
85

Pangeran Bandahara Musa


ibnu al-marhum Panembahan Muda.
Ukuran: 30 cm x 26 cm.

(Baris 1) Mahmud Aqamuddin kembali ke rahmat Allah Ta’ala meninggalkan


negeri yang fana pulang ke negeri yang baqa’; (baris 2) Q±lµ inna lill±hi wa
inna ilaihi r±ji’un.10 L± il±ha illall±h Mu¥ammad Rasµlull±h.
Ukuran: 136 cm x 22 cm.

Amantu bill±h. Ukuran: 30 cm x 26 cm.


Catatan: Kaligrafi di tengah jenis Kufi
saling silang merupakan lafal: All±h
(dua kali)

10
Kalimat: ‫ ﻗﺎﻟﻮ ان و ان اﻟﯿﮫ راﺟﻌﻮن‬seharusnya: ‫( ﻗﺎﻟﻮا اﻧﺎ و اﻧﺎ اﻟﯿﮫ راﺟﻌﻮن‬Q.S.
Al-Baqarah/2: 156), lengkapnya, ayat ini berbunyi: ‫اﻟﺬﯾﻦ اذا اﺻﺎﺑﺘﮭﻢ ﻣﺼﯿﺒﺔ ﻗﺎﻟﻮا اﻧﺎ و‬
‫ اﻧﺎ اﻟﯿﮫ راﺟﻌﻮن‬artinya: (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka berkata “Inn± lill±hi wa inn± ilaihi r±ji‘µn” (sesungguhnya kami
milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Dalam Al-Qur’an dan Terjemah-
nya Kementerian Agama, dijelaskan bahwa kalimat Inn± lill±hi wa inn± ilaihi
r±ji‘µn merupakan kalimat istirja’, yaitu pernyataan kembali kepada Allah,
yang disunahkan untuk diucapkan apabila terkena musibah, baik kecil
maupun besar. Al-Qur’an dan Terjemah, Jakarta: Kementerian Agama RI, 2009,
hlm. 29.
Inskripsi pada Makam Raja-raja Mempawah — Asep Saefullah 89
89

L± il±ha illall±hu wa¥dahu l± syar³ka lahu lahul-mulku wa lahul-¥amdu yu¥y³


wa yum³tu wa huwa. (Tiada tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu
bagi-Nya, seluruh kerajaan adalah milik-Nya dan segala pujian bagi-Nya, Dia-lah
yang menghidupkan, dan Dia pula yang mematikan, Dia adalah …)

¦ayyun d±’imun q±’imun l± yamµtu bi yadihi al-khairu wa huwa ‘al± kulli


syai’in qad³r. (Tuhan, Zat Yang Mahahidup, Mahalanggeng, Mahategak, Yang
tidak akan mati, di tangan-Nyalah kebaikan, dan Dia Mahakuasa atas segala
sesuatu)

5. Ayat Al-Qur’an
Ayat Al-Qur’an juga merupakan salah satu teks yang dipahat-
kan pada beberapa makam di situs Makam Raja-raja Mempawah.
Beberapa di antaranya mencantumkan Surah al-Fatihah secara
lengkap, seperti pada makam Gusti Musa bin Gusti Hurairah
Kumala Batara Jati12 dan Salma binti Abdus Sa’id.

Bismill±hir-ra¥m±nir-ra¥³m
Al-¥amdu lill±hi rabbil-‘±lam³n ar-ra¥m±nir-ra¥³m
M±liki yaumidd³n iyy±ka na‘budu wa iyy±ka nasta‘³n

12
Tertulis: batara hati (‫)ﺑﺘﺮﺣﺎت‬
86
86 ¢u¥uf, Vol. 5, No. 1, 2012: 77 – 95

5. Makam Pangeran Wali Adi Nata Kesuma


Ukuran jirat: 57 cm x 108 cm, dan ukuran nisan: 120 cm x 84 cm.

Kiri: Hijrah an-Nabiy. Ukuran: 39 cm x 38 cm. Kanan: ¢allall±hu ‘alaihi wa


sallam kepada tarikh seribu dua ratus enam puluh sembilan [1269] kepada tahun
jim dan kepada enam hari bulan Zulqa’dah. Ukuran: 144 cm x 24 cm.

Kiri: Malam Jum’at (?) maka waktu itulah Wali Adi Nata Kesuma Qamaruddin
Panembahan Umar kembali ke rahmat Allah Ta’ala dari negeri yang fana ke
negeri yang baqa’. Ukuran: 144 cm x 24 cm. Kanan: Waktu pukul jam empat (?).
Ukuran: 39 x 38 cm.

Ragam Informasi dan Isi Inskripsi


1. Identitas Almarhum
Identitas almarhum adalah informasi yang terdapat pada ham-
pir semua makam yang ada di kompleks Makam Raja-raja Mempa-
wah. Meskipun tidak semua gelar almarhum dicantumkan, tetapi
namanya disebutkan secara jelas. Beberapa di antaranya adalah
Panembahan Muda Mahmud ‘Aqamuddin, Panembahan Ibrahim
Muhammad ¢afiyuddin Ibnu al-Marhum Panembahan Muda
Mahmud ‘Aqamuddin, Wan Mas Sarifah Aminah istri Panembahan
Ibrahim Muhammad ¢afiyuddin, Pangeran Bandahara Musa ibnu
al-marhum Panembahan Muda Mahmud ‘Aqamuddin, dan Wali
Adi Nata Kesuma Aqmaruddin Panembahan Umar.

2. Titimangsa Lahir dan Wafatnya Almarhum


Informasi yang terkait dengan wafatnya al-marhum hampir
ditemukan pada semua makam yang berinskripsi, sementara infor-
masi mengenai kelahiran hanya sebagian. Titi mangsa wafatnya al-
marhum merupakan yang terlengkap karena selain menyebutkan
Inskripsi pada Makam Raja-raja Mempawah — Asep Saefullah 91
91

Jenis khat lainnya, yakni yang saling silang atau dipilin-pilin


disebut sebagai Khat Musalsal. 13 Pilinan garis atau huruf seperti ini
biasanya terdapat dalam Khat Kufi.

2. Sulus
Khat Sulus merupakan jenis kaligrafi dekoratif sehingga mu-
dah dibentuk dan disesuaikan dengan medianya, baik dalam bentuk
kotak, lingkaran, setengah lingkaran, atau oval. Contoh di bawah,
berupa kaligrafi yang bersusun-susun merupakan contoh jenis
Sulus.

3. Kaligrafi Floral
Kaligrafi floral merupakan istilah yang mungkin tidak dikenal
dalam kaligrafi Arab. Di Nusantara, kaligrafi jenis ini biasanya di-
temukan dalam perpaduan dengan ornamen-ornamen floral, seperti
tampak dalam banyak manuskrip Al-Qur’an Nusantara. Dalam kali-
grafi floral, antara huruf dan gaya tetumbuhan menyatu, sehingga
liukan-liukan dedaunan atau bunga membentuk huruf-huruf Arab,
seperti beberapa contoh di bawah ini.

13
D. Sirojuddin AR, dalam penjelasannya pada praseminar, 12 Juli 2012,
Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan, Jakarta.
92
92 ¢u¥uf, Vol. 5, No. 1, 2012: 77 – 95

E. Penutup
Inskripsi keagamaan dapat menjadi salah satu petunjuk untuk
mengungkap peristiwa budaya, cara hidup, dan perubahannya. Dari
data yang ditemukan pada situs Makam Raja-raja Mempawah, ada
beberapa catatan yang perlu dikemukakan, yaitu:
1. Jumlah inskripsi keagamaan yang terdapat pada situs ini lebih
dari 100 buah, karena setiap makam, lama maupun baru, terdapat
inskripsinya. Dalam penelitian ini didata sebanyak 38 makam
sebagai contoh kasus. Dari 38 makam pun hanya diambil enam
makam yang memiliki kekhasan dibandingkan dengan makam-
makam lain, khususnya terkait dengan adanya informasi atau isi
lain selain identitas dan titi mangsa lahir dan wafatnya almar-
hum. Informasi atau isi yang berbeda tersebut di antaranya
penganugerahan sebagai raja, pemberian tanda jasa, doa dan
zikir serta ayat Al-Qur’an yang kurang lazim terdapat pada
kuburan.
2. Letak inskripsi pada makam-makam di situs ini pada umumnya
berada di semua sisi jirat. Hal ini berbeda dengan beberapa
makam di Jawa, seperti Trowulan atau Cirebon, yang pada
umumnya inskripsi terdapat pada nisan makam. Sebaliknya, di
Mempawah, sedikit ditemukan inskripsi pada nisan makam.
Inskripsi pada Makam Raja-raja Mempawah — Asep Saefullah 93
93

3. Informasi dan isi inskripsi meliputi lima hal, yaitu: (a) identitas
almarhum, (b) titi mangsa lahir dan wafat, (c) pengangkatan dan
penganugerahan penghargaan, (d) doa dan zikir (kalimah tayyi-
bah), dan (e) ayat Al-Qur’an.
4. Jenis kaligrafi pada umumnya sukar diidentifikasi jika mengikuti
standar khat Arab. Tetapi, terdapat kekhasan sebagai kaligrafi
Nusantara, khususnya kaligrafi yang dipilin-pilin (musalsal) atau
yang mendekati Naskhi dan Sulus. Jenis lainnya adalah apa yang
diidentifikasi sebagai “kaligrafi floral”, yaitu rangkaian huruf
Arab yang berbentuk seperti daun atau bunga.
5. Tradisi pembuatan inskripsi tampaknya merupakan tradisi yang
masih berlanjut hingga kini. Model maupun redaksinya hampir
sama dengan inskripsi-inskripsi kuno, seperti penggunaan kata
“pada jam pukul” atau “kembali dari negeri yang fana ke negeri
yang baqa’”.

Sebagai penutup tulisan ini, berikut beberapa saran yang perlu


disampaikan, yaitu:
1. Pendataan dan pembuatan deskripsi tentang inskripsi keagamaan
di Mempawah Kalimantan Barat, tampaknya masih memerlukan
tindak lanjut mengingat jumlahnya yang sangat banyak. Inskripsi
pada situs Makam Raja-raja Mempawah saja belum semuanya
teridentifikasi, apalagi inskripsi di Istana Amantu Billah, di Mu-
seum Negeri Pontianak, dan situs-situs lain di Kalimantan Barat.
Untuk kepentingan ini, tentu diperlukan waktu yang panjang dan
dana yang banyak.
2. Untuk pendataan dan pendeskripsian saja memerlukan waktu
yang panjang, maka untuk pemaknaan dan analisisnya juga me-
merlukan lebih banyak waktu lagi karena informasi yang
terdapat pada inskripsi tentu terbatas dan itu perlu ditelusuri
lebih dalam lagi. Berbagai pendekatan perlu digunakan dalam
melakukan analisis, khususnya sejarah, sosial-budaya, dan antro-
pologi, termasuk pendekatan ekonomi untuk mengamati industri
pembuatan jirat dan nisan makam yang berinskripsi.[]
94
94 ¢u¥uf, Vol. 5, No. 1, 2012: 77 – 95

Daftar Pustaka

Ambary, Husan Muarif, Menemukan Peradaban, Jejak Arkeologis dan Historis


Islam Indonesia, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998.
Anonim, “Amanah Panembahan, Jaga Bentuk Keaslian Bangunan Masjid
Jamiatul Khair Kota Mempawah”, dalam http://www.pontianakpost.com/
index.php?mib=berita.detail&id=95318, Selasa, 09 Agustus 2011.
Anonim, “Kerajaan Mempawah” dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan
_Mempawah. Diakses 7 Juli 2012.
Anonim, “Kesultanan Mempawah” dalam http://melayuonline.com dan
www.wisatamelayu.com, Selasa, 3 Juli 2012
Anonim, “Ritual Pembersihan Pusaka Kerajaan Mempawah”, dalam
www.wisatamelayu.com, 13 Sya'ban 1433 (Tuesday, 03 July 2012).
Anonim, “Upacara Mandi Safar” dalam http://ace-informasibudaya.blogspot
.com/2010/01/upacara-mandi-safar.html, Rabu, 27 Januari 2010.
Hamidah, “Tradisi Robo-Robo Multikultur Mempawah Kalimantan Barat”,
dalam http://ace-informasibudaya. blogspot.com/ 2011/03/robo-robo-
multikultur-kalbar.html. Minggu, 13 Maret 2011,
Natsir, M., “Kerajaan Kalbar Sebagai Objek Wisata Sejarah Budaya”, http://ace-
informasibudaya.blogspot.com/2008/08/kerajaan-kalbar-sebagai-objek-
wisata.html, publish 2 Agustus 2008, akses 7 Juli 2012.
-------, “Sejarah Kerajaan Mempawah Kalimantan Barat” http://ace-
informasibudaya.blogspot.com/2011/03/ sejarah-kerajaan-mempawah.html,
Minggu, 13 Maret 2011.
Pijper, G.F., Beberapa Studi tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950,
Jakarta: UI Press, 1984.
Raditya, Iswara N., “Berhimpun di Makam Opu Daeng Menambun” dalam
http://melayuonline.com/ind/ opinion/read/375/berhimpun-di-makam-opu-
daeng-menambun. Diakses 7 Juli 2012.
Sirojuddin AR, D., Seni Kaligrafi Islam, Jakarta: Multi Kreasi Singgasana, 1992.
Tim Penerjemah Kemenag, Al-Qur’an dan Terjemah, Jakarta: Kementerian
Agama RI, 2009
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Jakarta: Balai
Pustaka, 2003.
Tjandrasasmita, Uka, Penelitian Arkeologi Islam di Indonesia dari Masa ke
Masa, Kudus: Menara Kudus, 2000.
Inskripsi pada Makam Raja-raja Mempawah — Asep Saefullah 95
95

Wahyudi, Johan, “Bukti Sejarah Berdirinya Kerajaan Mempawah” dalam


http://www.borneotribune.com/ headline/bukti-sejarah-berdirinya-kerajaan-
mempawah.html, Selasa, 2 Agustus 2011.
Zulfikar, Andri, Sejarah Gemilang Kerajaan-Kerajaan Islam Kalimantan Barat,
Pontianak: Paguyuban Bina Insan Mulia, 2012; diterbitkan melalui
www.nulisbuku.com

Anda mungkin juga menyukai