“PENINGGALAN BERSEJARAH DI
KALIMANTAN SELATAN”
DISUSUN OLEH :
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Di salah satu tiang masjid, terdapat sebuah tiang yang mengeluarkan
minyak. Tidak diketahui pasti kapan minyak itu keluar dan sebabnya. Masjid ini
pernah dibakar oleh Belanda. Pada saat terbakar, hampir seluruh material
bangunan masjid yang berada di tepian sungai itu ludes. Yang tersisa hanya satu
tiang utama yang kini terus mengeluarkan minyak itu. Kemudian, pada tahun
1862 Masjid Al-Mukarromah dibangun kembali.
4
kelenteng seakan tak lekang dimakan waktu.Arsitektur bangunan Kelenteng Suci
Nurani cenderung bergaya China dan menerapkan prinsip Feng Shui. Hal ini
terlihat dari berbagai sudut bangunan yang mempunyai makna-makna tertentu
yang menerapkan prinsip keseimbangan dalam Feng Shui.Selain memiliki
kelenteng, Pecinan Banjarmasin memang dikenal sebagai pusat jual beli.
Aneka satwa liar mulai dari ular, biawak, kura-kura serta berbagai hewan
langka diperjual belikan secara sembunyi-sembunyi.Di Pecinan Banjarmasin ini
dapat pula ditemukan penjual minyak bulus atau minyak bidawang. Minyak
bidawang dikenal sebagai lotion perawatan kecantikan puteri Banjar sejak dahulu
kala. Minyak bidawang merupakan produk hasil pengolahan lemak daging bulus,
sejenis labi-labi.Traveler dapat membeli minyak bidawang dengan harga cukup
terjangkau. Banyak pula pedagang dari Pulau Jawa yang datang dan membeli
dalam jumlah banyak pada periode tertentu.
5
Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Secara astronomis berada pada koordinat
114°34’’21.5’ BT dan 3°17”35,3’ LS. Letak makam berada di tepi Sungai Kuin dan
berdekatan dengan masjid Sultan Suriansyah.
Makam Sultan Suriansyah berada pada kompleks pemakaman kerajaan
yang diberi cungkup. Selain makam Sultan Suriansyah beserta ratu terdapat
beberapa makam antara lain: makam anak seorang Cina, hulubalang kerajaan,
Pangeran Muhammad, Pangeran Ahmad, Sayyid Muhammad, Gusti Muhammad
Arsyad, Syeh H Abd. Malik. Pada makam Sultan Suriansyah dan ratunya terdapa
pagar yang mengelilingi makam dengan ukuran panjang 6,4 meter, lebar 3,6
meter, dan tinggi 2,35 meter. Pagar ini terbuat dari beton besi dan kayu ulin serta
hiasan bermotif floralistik. Makam nisan terbuat dari kayu dengan tinggi 0,4
meter dan tidak memiliki jirad. Hingga saat ini makam Sultan Suriansyah ramai
dikunjungi masyarakat dan menjadi tempat ziarah.
6
Masjid Jami' Tuhfaturroghibin atau lebih populer dengan nama Masjid
Kanas adalah sebuah masjid bersejarah yang berlokasi di kawasan Alalak Tengah,
Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Masjid menjadi khas karena terdapat hiasan
buah nenas. Lantaran berarsitektur Timur Tengah campur Banjar, sekilas masjid
ini mirip Masjid Jami Sungai Jingah. Masjid ini menjadi simbol kebanggaan
warga Alalak, warga yang dikenal asli Banjar.
Masjid Jami Tuhfathurraghibin - Pemegang hak cipta berkas ini, Arief Rahman
Saan (Ezagren)
Masjid ini dibangun pada 11 Muharram 1357 Hijriyah, sejarah salah satu
masjid kuno ini tak lepas dari jasa seorang ulama Alalak, H. Marwan bin H.M.
Amin. H. Marwan dikenal sebagai ulama sufi dan konon merupakan keturunan
ke-4 Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari atau Datuk Kelampayan. Atas jasa H.
Marwan, konon masjid yang hingga sekarang masih mempertahankan keaslian
empat soko gurunya tersebut berdiri kokoh.
Masjid Kanas terbilang unik. Kubahnya dibuat bulat dan terlihat berundak-
undak. Tiang utama terbuat dari kayu ulin berdiameter 40 x 40 meter.
7
D. Masjid Jami' Banjarmasin
Masjid Jami' Banjarmasin atau dikenal juga sebagai Masjid Jami' Sungai
Jingah adalah sebuah masjid bersejarah di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Di masjid ini terdapat kantor Majelis Ulama Indonesia kota Banjarmasin dan di
belakang masjid merupakan pemakaman umum yang juga terdapat Komplek
Makam Pangeran Antasari.
Mesjid berarsitektur Banjar dan kolonial (indish) yang dibuat dengan
bahan dasar kayu ulin ini dibangun pada tahun 1777. Walaupun termasuk di
lingkungan Kelurahan Antasan Kecil Timur, masjid yang seluruh konstruksi
bangunan didominasi kayu besi alias kayu ulin ini lebih identik dikenal Masjid
Jami Sungai Jingah. Lokasi awal pembangunan masjid ialah di tepi Sungai
Martapura, setelah masjid ini dipindahkan sekarang berada di Jalan Masjid
kelurahan Antasan Kecil Timur, Kota Banjarmasin pada tahun 1934.
8
E. Rumah Adat Banjar
Rumah adat Banjar dikenal dengan sebutan Rumah Bubungan Tinggi.
Selain itu, dikenal juga nama lain seperti Rumah Baanjung, Gajah Baliku, Gajah
Manyusu, Palimasan, Palimbangan, Balai Bini, Balai Laki, dan Anjung Sarung.
Namun di antara yang lain, rumah Bubungan Tinggi lah yang mempunyai
arsitektur lebih kompleks dan khas.
Menurut catatan sejarah, rumah adat Banjar telah muncul sejak masa
Kerajaan Banjar diperintah oleh Panembahan Sulaiman yang beristana di Karang
Intan, tahun 1800. Versi lain menyatakan bahwa rumah adat Banjar sudah ada
sejak awal Kerajaan Banjar, yaitu pada masa Sultan Suriansyah pada pertengahan
abad ke-16 M.
Ciri khas rumah adat Banjar terletak pada pola ruang yang memiliki
anjung kiri dan kanan. Rumah adat Banjar didesain seperti rumah panggung
dengan ketinggian 2m, menyesuaikan dengan kondisi lahan setempat.
9
F. Menara suar (mercusuar)
Menara suar (mercusuar) adalah sebuah bangunan peninggalan Belanda
berupa menara suar (mercusuar) yang berada di Desa Muara Ujung (Tanjung
Petang), Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu).
Menara suar (mercusuar) - berada di Desa Muara Ujung sudah berusia lebih dari
satu abad. [sumber: https://kalselpos.com/]
Bangunan peninggalan dari negeri kincir angin ini sudah berusia lebih dari
se abad, tepatnya di banggun pada tahun 1920. Menara ini memiliki ketinggian
25 meter dari bangunan menara.
Selain itu, menara suar tersebut mimiliki daya tangkap oleh para pelayar
yang tidak meliki JPS sejauh 30 mil atau 50 – 55 Km. Untuk mengoperasikan
lampu suar, petugas masih menggunakan cara manual yang digerakan dengan
menggunakan mesin genset, dengan bahan bakar jenis solar. Lampu suar
dinyalakan di malam hari, mulai pukul 19.00 Wita sampai dengan pukul 06.00
pagi.
10
G. Sumur Makam Sultan Suriansyah
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13