Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH DOSEN PENGAMPU

Sejarah Peradaban Islam Prof. Zulfa Jamali, Ph.D

“PENINGGALAN BERSEJARAH DI
KALIMANTAN SELATAN”

DISUSUN OLEH :

HADANA FITRI PRATIWI


NPM 219116170

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL JAMI


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang


merepresentasikan keluhuran dan ketinggian budaya masyarakat. Peninggalan
sejarah yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia merupakan kekayaan budaya
yang harus dijaga dan dilestarikan eksistensinya. Dengan adanya peninggalan
sejarah, bangsa Indonesia dapat belajar dari kekayaan budaya masa lalu untuk
menghadapi tantangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pada saat ini
dan masa yang akan datang.dengan terpeliharanya semua bangunan bersejarah
pada suatu zaman akan memberikan ikatan kesinambungan yang erat antara masa
kini dan masa lalu.

Berbagai bangunan bersejarah yang terdapat di Kalimantan Selatan seperti


Mesjid, klenteng, Makam, rumah adat banjar dll, , dan berbagai macam bangunan
lainnya. Berbagai bangunan bersejarah tersebar di bumi nusantara ini, dimana
setiap bangunan memiliki kisahnya sendiri.

Pentingnya nilai dari peninggalan bersejarah tersebut dapat menjadi


sesuatu yang bernilai tinggi serta dapat menjadi sebuah ikon budaya bagi daerah
mereka disamping warisan budaya tersebut sangat penting sebagai sumber
pengetahuan dan pembelajaran sejarah lokal guna membangun karakter bangsa.
Karenanya suatu perancangan media grafis yang dapat menumbuhkan rasa ingin
tahu tanpa menggurui dan juga menumbuhkan rasa cinta terhadap bangunan-
bangunan bersejarah terutama untuk generasi muda sangat dibutuhkan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Peninggalan Bersejarah di Kalimantan Selatan

A. Masjid Keramat Al-Mukarramah

Masjid Al-Mukarromah atau yang lebih dikenal dengan nama Masjid


Keramat Banua Halat adalah salah satu masjid tertua di Kalimantan Selatan yang
berada di desa Banua Halat Kiri, Kecamatan Tapin Utara, Kabupaten Tapin.
Masjid ini berjarak sekitar 120 km dari ibu kota provinsi Kalimantan Selatan,
Banjarmasin.

 Masjid Al-Mukarromah atau Masjid Keramat Banua Halat - Pemegang hak cipta


berkas ini, Arief Rahman Saan (Ezagren)

Menurut sejarah, masjid yang dikeramatkan tersebut dibangun H.


Syafrullah atau yang dikenal orang terdahulu sebagai Datu Ujung (dalam versi
lain ada yang juga menyebutkan kalau masjid ini didirikan oleh Haji Mungani
Salingnata pada tahun 1840). Datu Ujung ini memiliki kehebatan yang masih
dikenal sampai sekarang, yaitu tiang miring. Tiang ini menjadi salah satu tiang
utama di masjid tersebut.

3
Di salah satu tiang masjid, terdapat sebuah tiang yang mengeluarkan
minyak. Tidak diketahui pasti kapan minyak itu keluar dan sebabnya. Masjid ini
pernah dibakar oleh Belanda. Pada saat terbakar, hampir seluruh material
bangunan masjid yang berada di tepian sungai itu ludes. Yang tersisa hanya satu
tiang utama yang kini terus mengeluarkan minyak itu. Kemudian, pada tahun
1862 Masjid Al-Mukarromah dibangun kembali.

B. Klenteng Suci Nurani

Banjarmasin di Kalimantan Selatan punya kelenteng yang berdiri sejak


tahun 1898. Namanya Kelenteng Suci Nurani yang usianya lebih dari 100 tahun
dan masih kokoh berdiri di tepian Sungai Martapura. Begini rupanya!Kelenteng
Suci Nurani berdiri sejak tahun 1898 di tepian Sungai Martapura. Kelenteng ini
dianggap sebagai saksi sejarah keberadaan warga Tionghoa di Banjarmasin. Saat
ini, kelenteng tersebut menjadi salah satu bangunan cagar budaya.Saat berkunjung
ke Kelenteng Suci Nurani, rasanya bagai berkelana ke awal mula kedatangan
masyarakat Tionghoa di Banjarmasin. Mereka datang karena perdagangan melalui
jalur sungai.Oleh sebab itu, pemukimannya cenderung terkonsentrasi di sepanjang
Sungai Martapura, seperti Veteran, gedangan dan RK Ilir.
Komunitas Tionghoa tersebut kemudian mendirikan sebuah
kelenteng.Kelenteng sangat menarik untuk dikunjungi karena pola penataan
ruang, struktur bangunan dan ornamennya khas. Kelenteng Suci Nurani hingga
kini mempertahankan keindahan arsitektur yang melekat di berbagai sudut

4
kelenteng seakan tak lekang dimakan waktu.Arsitektur bangunan Kelenteng Suci
Nurani cenderung bergaya China dan menerapkan prinsip Feng Shui. Hal ini
terlihat dari berbagai sudut bangunan yang mempunyai makna-makna tertentu
yang menerapkan prinsip keseimbangan dalam Feng Shui.Selain memiliki
kelenteng, Pecinan Banjarmasin memang dikenal sebagai pusat jual beli.
Aneka satwa liar mulai dari ular, biawak, kura-kura serta berbagai hewan
langka diperjual belikan secara sembunyi-sembunyi.Di Pecinan Banjarmasin ini
dapat pula ditemukan penjual minyak bulus atau minyak bidawang. Minyak
bidawang dikenal sebagai lotion perawatan kecantikan puteri Banjar sejak dahulu
kala. Minyak bidawang merupakan produk hasil pengolahan lemak daging bulus,
sejenis labi-labi.Traveler dapat membeli minyak bidawang dengan harga cukup
terjangkau. Banyak pula pedagang dari Pulau Jawa yang datang dan membeli
dalam jumlah banyak pada periode tertentu.

C. Makam Sultan Suriansyah


Pangeran Antasari adalah seorang pahlawan nasional dari Kalimantan
Selatan. Makamnya ada di Jalan Malkon Temon, Kelurahan Surgi Mufti,
Kecamatan Banjarmasin Utara, Banjarmasin.

Secara administratif Kompleks Makam Sultan Suriansyah terletak di Jalan


Kuin Utara, RT 09, Desa Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota

5
Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Secara astronomis berada pada koordinat
114°34’’21.5’ BT dan 3°17”35,3’ LS. Letak makam berada di tepi Sungai Kuin dan
berdekatan dengan masjid Sultan Suriansyah.
Makam Sultan Suriansyah berada pada kompleks pemakaman kerajaan
yang diberi cungkup. Selain makam Sultan Suriansyah beserta ratu terdapat
beberapa makam antara lain: makam anak seorang Cina, hulubalang kerajaan,
Pangeran Muhammad, Pangeran Ahmad, Sayyid Muhammad, Gusti Muhammad
Arsyad, Syeh H Abd. Malik. Pada makam Sultan Suriansyah dan ratunya terdapa
pagar yang mengelilingi makam dengan ukuran panjang 6,4 meter, lebar 3,6
meter, dan tinggi 2,35 meter. Pagar ini terbuat dari beton besi dan kayu ulin serta
hiasan bermotif floralistik. Makam nisan terbuat dari kayu dengan tinggi 0,4
meter dan tidak memiliki jirad. Hingga saat ini makam Sultan Suriansyah ramai
dikunjungi masyarakat dan menjadi tempat ziarah.

Pada tahun 1982/1983  dilakukan Studi kelayakan dalam rangka pemugaran


oleh sebuah tim yang dipimpin Drs. Machi Suhadi (epigraf dari Puslit Arkenas
Jakarta). Pemugaran yang dilakukan antara lain dengan memperkuat pagar bagian
bawah dengan slop beton; membersihkan dan membetulkan letak nisan makam,
memperkuat dan merapikan letak marmer makam; memperbaiki ukiran-ukiran yang
rusak dan mengembalikan cat makam seperti warna semula. Selanjutnya pada tahun
1985/1986 diarahkan pada kegiatan penyusunan kembali batu bata tanggul dan
membangun cungkup yang baru menggantikan cungkup lama yang didirikan pada
tahun 1985. Karena merupakan peningggalan sejarah, maka ditempatkan pula juru
pelihara yang bertugas membersihkan dan merawat masjid tersebut.

Sultan Suriansyah merupakan raja Kerajaan Banjar pertama yang memeluk


agama Islam. Sewaktu kecil namanya adalah Raden Samudera yang merupakan cucu
dari Maharaja Sukamara (raja Kerajaan Negara Daha), setelah diangkat menjadi raja
namanya menjadi Pangeran Samudera dan setelah memeluk Islam namanya menjadi
Sultan Suriansyah. Gelar lainnya adalah Panembahan atau Susuhunan Batu Habang.
Sultan Suriansyah menjadi raja dari tahun 1526-1550.
A. Masjid Jami Tuhfathurraghibin

6
Masjid Jami' Tuhfaturroghibin atau lebih populer dengan nama Masjid
Kanas adalah sebuah masjid bersejarah yang berlokasi di kawasan Alalak Tengah,
Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Masjid menjadi khas karena terdapat hiasan
buah nenas. Lantaran berarsitektur Timur Tengah campur Banjar, sekilas masjid
ini mirip Masjid Jami Sungai Jingah. Masjid ini menjadi simbol kebanggaan
warga Alalak, warga yang dikenal asli Banjar.

Masjid Jami Tuhfathurraghibin - Pemegang hak cipta berkas ini, Arief Rahman
Saan (Ezagren)

Masjid ini dibangun pada 11 Muharram 1357 Hijriyah, sejarah salah satu
masjid kuno ini tak lepas dari jasa seorang ulama Alalak, H. Marwan bin H.M.
Amin. H. Marwan dikenal sebagai ulama sufi dan konon merupakan keturunan
ke-4 Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari atau Datuk Kelampayan. Atas jasa H.
Marwan, konon masjid yang hingga sekarang masih mempertahankan keaslian
empat soko gurunya tersebut berdiri kokoh.

Masjid Kanas terbilang unik. Kubahnya dibuat bulat dan terlihat berundak-
undak. Tiang utama terbuat dari kayu ulin berdiameter 40 x 40 meter.

7
D. Masjid Jami' Banjarmasin
Masjid Jami' Banjarmasin atau dikenal juga sebagai Masjid Jami' Sungai
Jingah adalah sebuah masjid bersejarah di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Di masjid ini terdapat kantor Majelis Ulama Indonesia kota Banjarmasin dan di
belakang masjid merupakan pemakaman umum yang juga terdapat Komplek
Makam Pangeran Antasari.
Mesjid berarsitektur Banjar dan kolonial (indish) yang dibuat dengan
bahan dasar kayu ulin ini dibangun pada tahun 1777. Walaupun termasuk di
lingkungan Kelurahan Antasan Kecil Timur, masjid yang seluruh konstruksi
bangunan didominasi kayu besi alias kayu ulin ini lebih identik dikenal Masjid
Jami Sungai Jingah. Lokasi awal pembangunan masjid ialah di tepi Sungai
Martapura, setelah masjid ini dipindahkan sekarang berada di Jalan Masjid
kelurahan Antasan Kecil Timur, Kota Banjarmasin pada tahun 1934.

Pada masa sebelum masjid ini terbangun, masyarakat Banjar kesulitan


beribadah karena tidak ada masjid yang cukup besar untuk menampung orang
banyak. Untuk mengatasi permasalahan tersebut mereka secara swadaya dan
bergotong- membangun tempat ibadah tersebut. Tua-muda, laki-laki dan
perempuan secara bahu-membahu mengumpulkan dana. Ada yang
menyumbangkan tanah, perhiasan emas atau hasil pertanian, sehingga tidak lama
kemudian di atas tanah seluas 2 hektare berdirilah sebuah masjid yang indah dan
megah sebagai tempat beribadah dan kegiatan sosial lainnya hingga sekarang.

8
E. Rumah Adat Banjar
Rumah adat Banjar dikenal dengan sebutan Rumah Bubungan Tinggi.
Selain itu, dikenal juga nama lain seperti Rumah Baanjung, Gajah Baliku, Gajah
Manyusu, Palimasan, Palimbangan, Balai Bini, Balai Laki, dan Anjung Sarung.
Namun di antara yang lain, rumah Bubungan Tinggi lah yang mempunyai
arsitektur lebih kompleks dan khas.

Menurut catatan sejarah, rumah adat Banjar telah muncul sejak masa
Kerajaan Banjar diperintah oleh Panembahan Sulaiman yang beristana di Karang
Intan, tahun 1800. Versi lain menyatakan bahwa rumah adat Banjar sudah ada
sejak awal Kerajaan Banjar, yaitu pada masa Sultan Suriansyah pada pertengahan
abad ke-16 M.

Bukti tertulis dari arsip Belanda menunjukkan bahwa rumah adat


bubungan tinggi di Sungai Jingah, Banjarmasin merupakan rumah tertua yang
surat segel izin pembuatannya dikeluarkan oleh Pemerintah Belanda pada tahun
1871. Dari catatan-catatan sejarah tersebut, dapat disimpulkan bahwa rumah adat
Banjar telah ada sejak zaman dulu, jauh sebelum Indonesia merdeka.

Ciri khas rumah adat Banjar terletak pada pola ruang yang memiliki
anjung kiri dan kanan. Rumah adat Banjar didesain seperti rumah panggung
dengan ketinggian 2m, menyesuaikan dengan kondisi lahan setempat.

9
F. Menara suar (mercusuar)
Menara suar (mercusuar) adalah sebuah bangunan peninggalan Belanda
berupa menara suar (mercusuar) yang berada di Desa Muara Ujung (Tanjung
Petang), Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu).

Menara suar (mercusuar) - berada di Desa Muara Ujung sudah berusia lebih dari
satu abad. [sumber: https://kalselpos.com/]

Bangunan peninggalan dari negeri kincir angin ini sudah berusia lebih dari
se abad, tepatnya di banggun pada tahun 1920. Menara ini memiliki ketinggian 
25 meter dari bangunan menara.

Selain itu, menara suar tersebut mimiliki daya tangkap oleh para pelayar
yang tidak meliki JPS sejauh 30 mil atau 50 – 55 Km. Untuk mengoperasikan
lampu suar, petugas masih menggunakan cara manual yang digerakan dengan
menggunakan mesin genset, dengan bahan bakar jenis solar. Lampu suar
dinyalakan di malam hari, mulai pukul 19.00 Wita sampai dengan pukul 06.00
pagi.

Di sekitar suar masih terdapat bangunan yang masih asli peninggalan


Belanda selain menara suar, yaitu rumah panggung dan tempat penampungan air.

10
G. Sumur Makam Sultan Suriansyah

Kompleks pemakaman Sultan Suriansyah yang terletak di Jalan Kuin


Utara, merupakan salah satu destinasi wisata religi yang ada di Banjarmasin.
Sesuai namanya, kompleks pemakaman ini berisi lebih dari 20 makam. Termasuk
salah satunya adalah makam Raja Banjar pertama yang memeluk islam
yakni Sultan Suriansyah.
Dan selain berisi makam, di dalam kompleks pemakaman ini, ternyata ada sebuah
sumur yang berusia sangatlah tua. Dan terletak pun di antara makam-makam yang
ada disana, dan sumur ini diperkirakan sudah ada sejak zaman Patih Masih, atau
sebelum sultan Suriansyah dan sekarang usianya diperkirakan lebih dari 600
tahun.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pentingnya nilai dari peninggalan bersejarah tersebut dapat menjadi


sesuatu yang bernilai tinggi serta dapat menjadi sebuah ikon budaya bagi daerah
mereka disamping warisan budaya tersebut sangat penting sebagai sumber
pengetahuan dan pembelajaran sejarah lokal guna membangun karakter bangsa.
Berbagai bangunan bersejarah yang terdapat di Kalimantan Selatan seperti
Mesjid, klenteng, Makam, rumah adat banjar, Menara suar, dan berbagai macam
bangunan lainnya. Berbagai bangunan bersejarah tersebar di bumi nusantara ini,
dimana setiap bangunan memiliki kisahnya sendiri.

B. Saran

Sebagai generasi penerus sebaiknya kita mengupayakan untuk memelihara


dan menjaga peninggalan sejarah sebaik-baiknya, melestarikan benda atau
bangunan-bangunan sejarah tersebut agar tidak rusak, baik oleh faktor alam
maupun buatan tidak mencoret-coret benda peninggalan sejarah, turut menjaga
kebersihan dan keutuhan, wajib menaati tata tertib yang ada dalam setiap tempat
peninggalan sejarah, dan wajib menaati peraturan pemerintah dan tata tertib yang
berlaku.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bangunan Peninggalan Sejarah Provinsi Kalimantan Selatan


https://semuatentangprovinsi.blogspot.com/2020/08/bangunanpeningg
alan-sejarah-di-kalsel.html#Masjid-Jami-Abdul-Hamid-Abulung diakses
tanggal 24/09/2022 Pukul 10.00

makam Sultan Suriansyah


https://utara.banjarmasinkota.go.id/2018/05/makam-sultan-
suriansyah.html diakses pada tanggal 24/09/2022 Pukul 10.15

Sumur lebih daari 600 tahun dimakan sultan suriansyah,


https://banjarmasin.tribunnews.com/2019/08/01/ada-sumur-lebih-dari-
600-tahun-di-kompleks-makam-sultan-suriansyah diakses pada tanggal
25/09/2022 pukul 14.00

13

Anda mungkin juga menyukai