Anda di halaman 1dari 11

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Sejarah Peradaban Islam Nur Rodiah, S.E.I., M.H

AWAL MASUKNYA ISLAM DAN TOKOH


PEMBESAR ISLAM DI KALIMANTAN
SELATAN

Disusun oleh :

Muhammad Kahfi Firdaus 180105010480

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PRODI S1 EKONOMI SYARIAH
2020
PENDAHULUAN

Perkembangan Islam di Kalimantan sangat pesat dan menjadi mayoritas di


Kalimantan terutama di Kalimantan Selatan. Dengan penduduk muslim yang mencapai
96,67% ini makin banyak ditemukan masjid dan musala - atau lebih populer disebut
langgar. Data BPS Tahun 2015 menyebutkan terdapat 2.590 masjid dan 7.587 langgar
di Banua dengan luas wilayah 38.744,23 km² ini. Yang terbanyak terdapat di
Kabupaten Banjar dengan 350 masjid dan 1085 langgar, sedangkan yang paling sedikit
Kota Banjarbaru dengan 79 masjid dan 236 langgar.

Bagaimana Kota Banjarmasin sebagai ibu kota? Dengan luas wilayah hanya
98,46 km², terkecil dibanding kota kabupaten lainnya di Banua, kota ini mempunyai
201 masjid dan 791 langgar. Jumlah ini tentu di bawah Kabupaten Banjar. Namun,
dengan rasio luas yang ada, maka rata-rata setiap 99,2 m² tanah di Banjarmasin berdiri
sebuah masjid atau langgar. Sementara Kabupaten Banjar yang seluas 4.668 km², baru
terdapat sebuah masjid atau musala di setiap 3.252,9 m².

Di balik banyaknya jumlah masjid dan langgar, megah dan mewah bangunannya,
serta nyaringnya pengeras suara, sebagai tempat ibadah sejatinya selalu ada umat yang
memakmurkannya. Paling tidak, terlihat ada jamaahnya setiap lima waktu.

Dalam perkembangan Islam di Kalimantan Selatan ini ada kisah panjang yang
menjadi sejarah awal masuknya Islam di Kalimantan Selatan yang berawal dari sejarah
kerajaan Banjar, dan lahir nya ulama-ulama besar yang mashur dalam perkembangan
di bidang ilmu ke-islaman yang membuat perkembangan Islam semakin kuat dan
tumbuh. Selain itu banyak ulama-ulama di Kalimantan Selatan menjadi pedoman dan
rujukan fatwa di banyak daerah di Indonesia bahkan sampai kenegri seberang.

1
ISI

A. Kerajaan Banjar Awal Peradaban Islam Di Kalimantan Selatan

Kerajaan Banjar adalah kerajaaan Islam pertama di Kalimantan Selatan. Kerajaan


ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Daha yang beragama Hindu. Dalam Hikayat
Banjar ditemui istilah seperti Negeti Banjar, Orang Banjar, Raja Banjar, dan Tanah
Banjar. Istilah-istilah itu mengecu kepada pengertian wilayah kerajaan ini, yaitu
wilayah kerajaan di mana penduduknya disebut Urang Banjar dan penguasanya disebut
Raja Banjar.

Kerajaan Banjar adalah kerajaan Islam terbesar di Kalimantan yang dapat


mempersatukan beberapa kerajaan kecil di wilayah Kalimantan seperti Kerajaan Paser
dan Kutai di Kalimantan Timur, Kerajaan Kotawaringin di Kalimantan Tengah, serta
Kerajaan Qodriah, Kerajaan Landak, dan Kerajaan Mempawah di Kalimantan Barat.
Kerajaan Banjar juga mempunyai sejarah cukup panjang, karena diawali dari masa
yang jauh sebelum masuknya pengaruh Islam, yaitu masa yang ditandai dengan
berdirinya Candi Laras dan Candi Agung pada masa Hindu-Budha

Sesuai tutur Candi dalam Hikayat Banjar versi II, di Kalimantan telah berdiri suatu
pemerintahan dari dinasti kerajaan (keraton) yang terus menerus berlanjut hingga
daerah ini digabungkan ke dalam Hindia Belanda pada 11 Juni 1860 M:

1. Keraton awal disebut Kerajaan Kahuripan.


2. Keraton I disebut Kerajaan Negara Dipa.
3. Keraton II disebut Kerajaan Negara Daha.
4. Keraton III disebut Kesultanan Banjar.
5. Keraton IV disebut Kerajaan Martapura
6. Keraton V disebut Pagustian17

Menurut pakar sejarah masuknya Islam ke Kerajaan Banjar terdapat dua


pandangan. Pertama : kalangan yang mengatakan bahwa Islam masuk sebelum pasukan
Demak tiba di di Kerajaan Banjar; kedua, : pandangan yang mengatakan bahwa Islam

2
masuk ke Kerajaan Banjar setelah Kerajaan Daha berhasil direbut oleh Pangeran
Samudera bersamaan dengan bantuan pasukan militer Kerajaan Islam Demak.

Kerajaan ini didirikan oleh Raden Samudra yang bergelar Sultan Suriansyah
setelah masuk Islam pada sekitar tahun 1525-1527 M. Kerajaan Banjar mencapai
puncak zaman keemas an pada abad ke-17 dan abad ke18 M. pada masa itu terjadi
perkembangan Islam di Kalimantan Selatan.

B. Ulama Besar Kalimantan Selatan Muhammad Arsyad al-Banjari (Datu


Kelampaian)

Ulama adalah pewaris para nabi (al-‘ulamâ’ waratsat al-anbiyâ’). Warisan


dimaksud adalah ilmu dan kepribadian Nabi Muhammad SAW. Warisan yang tidak
ternilai ini mesti dijaga, dipelihara, disebarkan, diajarkan, diamalkan dan
dikembangkan untuk kepentingan dan kemaslahatan umat manusia. Dengan demikian,
tugas pokok ulama adalah berdakwah dan mendidik. Jika ada ulama yang menjadi
politisi dan pengurus organisasi sosial keagamaan, kegiatan berdakwah dan mendidik
tidak harus mereka tinggalkan. Pada abad ke-18, terdapat seorang ulama besar dan
termasyhur di Nusantara, yaitu Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari (1710-1812) asal
Dalam Pagar Martapura, Kalimantan Selatan. Ia telah berperanan besar dalam bidang
keagamaan, pendidikan, ekonomi dan politik. Pada abad ke-19, peranan ulama Banjar
kurang menonjol, kecuali di lingkungan kerajaan dan dalam perlawanan terhadap
penguasa Kolonial. Pada abad ke-20, para ulama kembali memainkan peranan yang
signifikan di masyarakat, terutama di bidang pendidikan, dakwah dan politik.

Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah bin Abdur Rahman al-Banjari atau lebih
dikenal dengan nama Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari lahir di Lok Gabang, 17
Maret 1710 M meninggal di Dalam Pagar, 3 Oktober 1812 M pada umur 102 tahun
atau 15 Shofar 1122 – 6 Syawwal 1227 H) adalah ulama fiqihmazhab Syafi'i yang
berasal dari kota Martapura di Tanah Banjar (Kesultanan Banjar), Kalimantan Selatan.
Beliau hidup pada masa tahun 1122-1227 hijriyah. Beliau mendapat julukan anumerta

3
Datu Kelampaian. Beliau adalah pengarang Kitab Sabilal Muhtadin yang banyak
menjadi rujukan bagi banyak pemeluk agama Islam di Asia Tenggara.

Tradisi kebanyakan ulama, ketika mereka belajar dan mengajar di Mekah, sekali
gus menulis kitab di Mekah juga. Lain halnya dengan Syeikh Muhammad Arsyad bin
`Abdullah al-Banjari, walaupun dipercayai bahawa beliau juga pernah mengajar di
Mekah, namun karya yang dihasilkannya ditulis di Banjar sendiri. Lagi pula
nampaknya beliau lebih mencurahkan khidmat derma baktinya di tempat kelahirannya
sendiri yang seolah-olah tanggungjawab rakyat Banjar terbeban di bahunya. Ketika
mulai pulang ke Banjar, sememangnya beliau sangat sibuk mengajar dan menyusun
segala macam bidang yang bersangkut-paut dengan dakwah, pendidikan dan
pentadbiran Islam. Walaupun begitu beliau masih sempat menghasilkan beberapa buah
karangan. Karya-karya Syeikh Arsyad banyak ditulis dalam bahasa Arab Melayu atau
Jawi yang memang diperuntukkan untuk bangsanya. Meskipuin ia memiliki
kemampuan menulis berbagai kitab dalam bahasa Arab, tapi, ia lebih suka
menuliskannya dalam bahasa Jawi.

Ia mengajarkan kitab-kitab semacam Ihya Ulumiddin karya Imam Ghazali kepada


para muridnya. Karangannya yang sempat dicatat adalah seperti berikut di bawah ini:

1. Tuhfah ar-Raghibin fi Bayani Haqiqah Iman al-Mu’minin wa ma Yufsiduhu


Riddah ar-Murtaddin, diselesaikan tahun 1188 H/1774 M
2. Luqtah al-’Ajlan fi al-Haidhi wa al-Istihadhah wa an-Nifas an-Nis-yan,
diselesaikan tahun 1192 H/1778 M.
3. Sabil al-Muhtadin li at-Tafaqquhi fi Amri ad-Din, diseselesaikan pada hari
Ahad, 27 Rabiulakhir 1195 H/1780 M
4. Risalah Qaul al-Mukhtashar, diselesaikan pada hari Khamis 22 Rabiulawal
1196 H/1781 M.
5. Kitab Bab an-Nikah.
6. Bidayah al-Mubtadi wa `Umdah al-Auladi
7. Kanzu al-Ma’rifah
8. Ushul ad-Din

4
9. Kitab al-Faraid
10. Hasyiyah Fat-h al-Wahhab
11. Mushhaf al-Quran al-Karim
12. Fat-h ar-Rahman
13. Arkanu Ta’lim as-Shibyan
14. Bulugh al-Maram
15. Fi Bayani Qadha’ wa al-Qadar wa al-Waba’
16. Tuhfah al-Ahbab
17. Khuthbah Muthlaqah Pakai Makna. Kitab ini dikumpulkan semula oleh
keturunannya, Abdur Rahman Shiddiq al-Banjari. Dicetak oleh Mathba’ah
Al-Ahmadiah, Singapura, tanpa dinyatakan tarikh cetak.
18. Tulisan Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani, “Maka disebut oleh yang
empunya karangan Tuhfatur Raghibin fi Bayani Haqiqati Imanil Mu’minin
bagi `Alim al-Fadhil al-Allamah Syeikh Muhammad Arsyad.”
19. Tulisan Syeikh `Abdur Rahman Shiddiq al-Banjari dalam Syajaratul
Arsyadiyah, “Maka mengarang Maulana (maksudnya Syeikh Muhammad
Arsyad al-Banjari, pen:) itu beberapa kitab dengan bahasa Melayu dengan
isyarat sultan yang tersebut, seperti Tuhfatur Raghibin …” Pada halaman lain,
“Maka Sultan Tahmidullah Tsani ini, ialah yang disebut oleh orang
Penembahan Batu. Dan ialah yang minta karangkan Sabilul Muhtadin lil
Mutafaqqihi fi Amrid Din dan Tuhfatur Raghibin fi Bayani Haqiqati Imani
Mu’minin wa Riddatil Murtaddin dan lainnya kepada jaddi (Maksudnya:
datukku, pen al-’Alim al-’Allamah al-’Arif Billah asy-Syeikh Muhammad
Arsyad bin `Abdullah al-Banjari.”
20. Pada cetakan Istanbul, yang kemudian dicetak kembali oleh Mathba’ah Al
Ahmadiah, Singapura tahun 1347 H, iaitu cetakan kedua dinyatakan,
“Tuhfatur Raghibin … ta’lif al- ’Alim al-’Allamah asy-Syeikh Muhammad
Arsyad al- Banjari.” Di bawahnya tertulis, “Telah ditashhihkan risalah oleh
seorang daripada zuriat muallifnya, iaitu `Abdur Rahman Shiddiq bin
Muhammad `Afif mengikut bagi khat muallifnya sendiri …”. Di bawahnya

5
lagi tertulis, “Ini kitab sudah cap dari negeri Istanbul fi Mathba’ah al-Haji
Muharram Afandi”.
21. Terakhir sekali Mahmud bin Syeikh `Abdur Rahman Shiddiq al-Banjari
mencetak kitab Tuhfah ar-Raghibin itu disebutnya cetakan yang ketiga, nama
Syeikh Muhammad Arsyad bin `Abdullah al-Banjari tetap dikekalkan sebagai
pengarangnya. Kitab Ushuluddin yang biasa disebut Kitab Sifat Duapuluh,
22. Kitab Tuhfatur Raghibin, yaitu kitab yang membahas soal-soal itikad serta
perbuatan yang sesat,
23. Kitab Nuqtatul Ajlan, yaitu kitab tentang wanita serta tertib suami-isteri,
24. Kitabul Fara-idl, hukum pembagian warisan

Dari bukti-bukti di atas, terutama yang bersumber daripada Syeikh Daud bin
`Abdullah al-Fathani dan Syeikh `Abdur Rahman Shiddiq adalah cukup kuat untuk
dipegang kerana keduaduanya ada hubungan dekat dengan Syeikh Muhammad Arsyad
bin `Abdullah al-Banjari itu.

C. Tokoh Ulama Banjar Kalimantan Selatam

Ulama Banjar adalah ulama yang berasal dari Tanah Banjar maupun
berketurunan suku Banjar Kalimantan Selatan. Di antaranya:

1. Abdurrahman Siddiq (Datu Sapat), ulama di Indragiri Hilir, Riau


2. Ahmad Bakrie, ulama Gambut
3. Ahmad Fahmi Zamzam, ulama di Kedah, Malaysia
4. Ahmad Syamsuddin al-Banjari, ulama
5. Ahmadi Isa, ketua MUI Kalteng, guru besar Universitas Palangkaraya
6. Amidhan Shaberah, ketua MUI pusat
7. Djazouly Seman, ulama, mufti Kesultanan Banjar
8. Fauzi Nurani, ketua MUI Sulawesi Utara
9. Hamri Has, ketua MUI Kaltim
10. Hasan Basri, ketua umum MUI pusat, pendiri Bank Muamalat Indonesia

6
11. Husin Naparin, ulama, akademisi
12. Jamaluddin, ulama, pendiri Pondok Pesantren Darussalam Martapura
13. Kasyful Anwar, ulama, perintis pendidikan formal Pondok Pesantren
Darussalam Martapura
14. Muhammad Arifin Ilham, pendakwah, ketua Majelis Zikra
15. Muhammad Arsyad al-Banjari (Datu Kalampaian), ulama, ahli Fiqih
16. Muhammad Nafis al-Banjari, ulama, ahli Fiqih
17. Muhammad Syarwani Abdan Al-Banjari (Guru Bangil), ulama
di Bangil, Jawa Timur
18. Muhammad Thoha Ma'ruf, tokoh NU, ulama di Sumatra Barat
19. Muhammad Yusuf Saigon al-Banjari, ulama di Saigon, Pontianak
20. Muhammad Zaini Abdul Ghani (Guru Sekumpul), ulama
21. Syekh Abdul Karim Al-Banjari, ulama di Mekkah, pengajar di Masjidil
Haram
22. Syeikh Ahmad Jamhuri al-Banjari, ulama di Mekkah
23. Datu Kandang Haji, Paringin
24. Datu Sanggul, Rantau
25. Syekh Abdul Hamid Abulung al-Banjari, Martapura, gelar anumerta Datu
Abulung.
26. Datu Nuraya, Rantau
27. Syekh Sa'duddin, Kandangan, gelar anumerta Datu Taniran (Marhum
Taniran)
28. KH. Asywadi Syukur mantan ketua umum MUI Kalsel.
29. KH. Asmuni, Amuntai, panggilan akrab Guru Danau
30. Dato Seri (DR) Harussani bin Haji Zakaria, mufti negeri Perak, Malaysia
31. Syaikh Muhammad Nuruddin Marbu Abdullah AlBanjary AlMakky,salah
satu ulama kontemporer madzhab syafi'ie di Nusantara, pengarang dan
pentahqiq puluhan buku berbahasa Arab
32. KH. Ahmad Zuhdiannoor, Banjarmasin
33. KH. Muhammad Bakhiet, Barabai-Paringin

7
34. KH. Ahmad Barmawi, Rantau, panggilan akrab Guru Muda, atau Guru Kulur
35. Al-Habib Ali Khaidir bin Hasan Al-Kaff lulusan dari Pasantren Darul
Musthofa, Tarim, Hadramaut-Yaman
36. Al-Habib Zein al-'Aydarus, Kampung Melayu, Martapura
37. KH. Muhammad Ridwan, Kandangan, panggilan akrab Guru Kapuh
38. KH. Ahmad Syairazi, Kandangan
39. Syekh Syihabuddin al-Banjari
40. Tuan Guru Muhammad Saman Bin Muhammad (1922-1995) Ustadz Mat
Saman Kati, ulama tasawuf dari Perak, Malaysia
41. Dato Ishak Baharom, mantan mufti negeri Selangor.
42. Syekh Husein Kedah Al Banjari, mantan mufti negeri Kedah

Dan masih banyak lagi ulama dan tokoh-tokoh yang berasar dari Kalimantan-
Selatan yang perpengaruh di daerah dan luar daerah bahkan sampai kenegara luar
Indonesia.

8
PENUTUP

Perkembangan Islam di Kalimantan sangat pesat dan menjadi mayoritas di


Kalimantan terutama di Kalimantan Selatan. Kentalnya budaya ke Islaman di
Kalimantan Selatan adalah sebagian contoh dari betapa berkembangnya Islam di
Kalimantan Selatan.

Berbagai macam sejarah perkembangan Islam yang ada di Kalimantan Selatan


yang berawal dari masuk nya Islam yang dimulai dari kerajaan Banjar, karena diawali
dari masa yang jauh sebelum masuknya pengaruh Islam, yaitu masa yang ditandai
dengan berdirinya Candi Laras dan Candi Agung pada masa Hindu-Budha

Kerajaan ini didirikan oleh Raden Samudra yang bergelar Sultan Suriansyah
setelah masuk Islam pada sekitar tahun 1525-1527 M. Kerajaan Banjar mencapai
puncak zaman keemas an pada abad ke-17 dan abad ke18 M. pada masa itu terjadi
perkembangan Islam di Kalimantan Selatan.

Adapun dalam perkembangan Islam lainnya yaitu dengan lahirnya tokoh besar
yang pertama yang paling berpengaruh dalam perkembangan Islam di Kalimantan
Selatan ialah Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari atau yang juga biasa dikelan dengan
julukan Datu Kelampaian beliau adalah salah satu pelapor yang berperan sebagai ulama
berpengaruh dalam pengajaran tentang ilmu ke Islaman di Kalimantan Selatan bahkan
Nusantara Datu Kelampaian banyak sekali membuat kitab-kitab sebagai pedoman bagi
umat Islam dan salah satunya kitab Sabilal Muhtadin yang banyak menjadi rujukan
bagi banyak pemeluk agama Islam di Asia Tenggara.

Berawal dari Syekh Muhammad Arsyad al-Banjar atau Datu Kelampaian masih
banyak lagi ulama-ulama dan tokoh-tokoh yang mashur dan sangat di hormati dan
perpengaruh di Kalimantan Selatan dan Hampir Mendunia seperti KH. Muhammad
Zaini Ghani atau yang lebih sering di kenal dengan julukan Guru Sekumpul/Abah
Guru.

9
DAFTAR PUSTAKA

Makmur Ahdi. (2012). Peran Ulama dalam Membina Masyarakat Banjar di


Kalimantan Selatan. Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman.
Suriadi Ahmad. (2014). Syehk Muhammad Arsyad al-Banjari Dalam Dinamika Politik
Kerajaan Banjar Abad ke-XIX.
Wahidah. (2009). Islam di Kalimantan Selatan Dilihat Dari Perspektif Politik dan
Pemerintahan. Al-Banjari.
Beyond Blogging. (2017, April). Retrieved from Kompasiana.com:
https://www.kompasiana.com/zulfaisalputera/58ea269e6ea83482048b4567/ba
njarmasin-kota-seribu-langgar
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ulama_Banjar

10

Anda mungkin juga menyukai