Anda di halaman 1dari 3

Nama : Zamahsyary Ashfiya

NIM : 11731064
Judul Buku : KITAB BERLADANG : Potret Islam Hybrid pada Suku Asli Masyarakat
Pedalaman Kalimantan Barat
Pengarang : Amin,Faizan.
Kota Penerbit : Pontianak
Tahun Terbit : 2013
Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan Barat

1. Keraton Kadriah Pontianak


Islam di Kalimantan Barat masuk melalui Pontianak yang disiarkan oleh
bangsawan Arab bernama Sultan Syarif Abdurrahman pada abad ke-18. Angka tahun
yang tertua pada makam-makam tersebut adalah tahun 1340 Saka (1418 M). jadi,
Islam telah ada sebelum abad ke-15 dan diperkirakan berasal dari Majapahit.
Umat Islam menjadi mayoritas ketika berdirinya kerajaan Pontianak pada
tahun 1771 Miladiah. Kesultanan Pontianak dengan rajanya Sultan Syarif
Abdurahman Al Qadrie adalah putra Syarif Husin Al Qadrie yang menjadi salah
seorang penyebar agama Islam di Kalimantan Barat. Kawasan sekitar pusat
pemerintahan kesultanan Pontianak yang terletak dipinggiran Sugai Kapuas,
Kampung Kapur, Kampung Bansir, kampung Banjar Serasan dan Kampung Saigon
sangat kental pengaruh agama Islam.
Terdapat seorang guru ngaji yang bernama Djafar pada jaman tersebut beliau
salah seorang yang termasyhur, sultan Pontianak Syarif Abdurrahman Al-Qadrie
mengundang Djafar khusus menjadi guru ngaji dilingkungan Keraton Kadriyah
Pontianak.
2. Kerajaan Sambas
Kesultanan Sambas adalah kesultanan yang terletak di wilayah pesisir
utara Provinsi Kalimantan Barat atau wilayah barat laut Pulau Kalimantan dengan
pusat pemerintahannya adalah di Kota Sambas sekarang. Kesultanan Sambas adalah
penerus pemerintahan dari kerajaan-kerajaan Sambas sebelumnya. Kerajaan yang
bernama "Sambas" di wilayah ini paling tidak telah berdiri dan berkembang sebelum
abad ke-14 M sebagaimana yang tercantum dalam Kitab Negarakertagama karya Mpu
Prapanca.
Tahap pertama, yaitu pendidikan dilingkungan keluarga. Pendidikan
dilingkungan keluarga diberikan dalam bentuk pelajaran membaca Al-Qur’an.
Pendidikan seperti ini diberikan kepada anak dari sejak dini bagi anak-anak berumur
5-10 tahun.
Tahap kedua, pada tahap ini adanya pengakuan anggota masyarakat atau
lingkungan masyarakat terhadap kealiman dan keshalehan seorang ustad atau syekh,
sehingga anggota masyarakat mengirimkan anaknya untuk memperdalam ilmu. Pada
tahap ini anak-anak yang telah meningkat remaja diajari dasar-dasar ilmu nahwu dan
sharaf. Selain itu juga di ajarkan semacam ilmu usul yang berisi materi rukun iman
dan rukun Islam.
Namun, ketika penguasa ke-8 kesultanan Sambas, Muruhum Anom yang
bergelar Sultan Muhammad Ali Tsafiuddin (berkuasa 1813-1826), mulai membangun
institusi keagamaan Islam di Istana dengan melantik H. Nuruddin Mustafa sebagai
imam kesultanan. Tugas imam adalah setiap hari datang ke istana untuk memberikan
pengajaran agama terutama pengajian al-Qur’an dan sembahyang kepada kerabat
Sultan (Machrus Effendy 1995:20). Dengan demikian, perkembangan berikutnya
istana dijadikan lembaga pendidikan dikalangan elit penguasa, selain masjid.
Lembaga pendidikan istana (palace school) inilah yang kemudian berkembang
menjadi madrasah al-Sutaniyah. Kemudian Muhammad Tsaifudin II mendirikan
madrasah al-Sultaniyah pada tahun 1868. Lalu kemudian sekolah ini diganti namanya
menjadi Tarbiatoel Islam (Erwin, dkk 2005:21).
3. Kerajaan Sintang

Masuknya Islam ke Kalimantan Barat termasuk ke kerajaan diyakini melalui


aliran Sungai Sambas, kemudian menyebar ke Singkawang, mempawah, dan
Pontianak dengan menyusuri Sungai Kapuas. Selanjutnya, penyebaran dilakukan
melalui Sungai Landak masuk ke daerah Tayan, Sintang, dan Nanga Pinoh. Dari
daerah Sintang, dakwah Islam menyusuri Sungai Kapuas sampai daerah Putussibau.
Penyebaran ini berlangsung sekitar tahun 1500-1800 M.
Kerajaan Sintang di pimpin oleh Sultan Abdurrahman Muhammad Jalaluddin
biasa disebut Sultan Aman, beliau memerintah tahun 1150 sampai 1200 H. Raja ini
sangat fanatik terhadap Islam.
Pada masa Sultan Aman ini Kerajaan Sintang didatangi dua orang ulama dari
Aceh bernama Penghulu Abbas dan Raja Dangki dari Negeri Pagaruyung. Penghulu
Abbas kemudian diangkat menjadi Penghulu Muda kerajaan dan Raja Dangki
diangkat menjadi panglima perang karena keahliannya dibidang pencak silat dan ilmu
nujum. Karena semangatnya mendakwah Islam, Sultan Aman mengirim utusan untuk
menyebarkan Islam di hulu Sungai Kapuas. Seperti yang telah dijelaskan diatas
bahwa Sultan Aman juga memerangi orang-orang yang tidak mau masuk agama Islam

4. Kerajaan Islam di Mempawah


Islam di Mempawah tidak terlepas dari pengaruh seorang yang bernama Opu
Daeng manambon meskipun beliau bukan seorang ulama akan tetapi latar belakang
dari Opu Daeng Manambon ini adalah beragama Islam, beliau menadapatkan amanah
dari raja senggaok untuk menggantikan posisinya karena raja senggaok telah wafat.
Pergilah Opu Daeng Manambon kepusat kerajaan yaitu di karangan, sesampai
rombongan dari Opu Daeng Manambon ini di Sungai Kuala, mereka disambut
gembira oleh rakyat setempat, Opu daeng Manambon pun pergi kekerajaan serta
mengadakan serah terima jabatan karena masyarakat pada saat itu patuh dan stia pada
rajanya, mayarakatpun mengikuti agama yang dianut oeleh Opu Daenga Manambon
yaitu Islam, Islam masuk di Mempawah.
Berangkat dari perkembangan Islam di Mempawah, peradaban Islam meliputi
pertama adalah symbol nama kerajaan yaitu AMANTUBILLAH,sebuah ide yang
bercorakkan Islam terhadap nama kerajaan, selain itupula sekitar 100 meter dari
kerajaan dibangun pula mesjid Jami’ sebagai tempat sentral keagamaan setra
bermusyawarah terhadap persoalan agama. Di Mempawah juga ada sebuah peradaban
yang mana dahulu Mempawah dikenal dengan agama Hindu dan dari kerajaan dayak
akan tetapi setelah masuknya Islam Hindu berubah menjadi Islam yang sangat taat
akibat pengaruh dari Opu Daeng Manambon
Selain itu pula di Mempawah ada kemajuan Islam yang dicapai, yaitu
berdirinya pesantren madrasatunnajah Wal Fatah yang terletak di Sui Bakau Besar
Mempawah yang didirikan pada tahun 1918 Masehi. Pada masa itu madrasah ini telah
menjadi madrah tertua di Kalimantan Barat.
5. Kerajaan Islam di Ketapang
Menurut sejarahnya, kerajaan Matan yang sekarang berada di Ketapang,
Kalimantan Barat, merupakan bagian dari jajaran kerajaan melayu yang terdapat di
Pulau Kalimantan. Sejarah dan asal-usul Kerajaan Matan sendiri cukup rumit karena
kerajaan ini merupakan kelanjutan riwayat dari Kerajaan Tanjungpura yang kemudian
melahirkan dua kerajaan turunan, yaitu Kerajaan Sukadana dan Kerajaan Matan. Oleh
karena dilanda konflik internal yang berujung pada perebutan kekuasaan, Kerajaan
Matan kemudian terbagi menjadi dua, yakni kerajaan Simpang-Matan dan Kerajaan
Kayong-Matan. Disisi lain, Kerajaan Sukadana, sebagai penerus pertama Kerajaan
Tanjungpura, masih tetap eksis disamping geliat dua kerajaan pecahan Kerajaan
Matan tersebut. Kerajaan Tanjungpura sendiri pada awalnya merupakan kerajaan
yang didirikan oleh Barawijaya yang berasal dari Kerajaan Majapahit di Jawa. Pada
masa Brawijaya, Kerajaan Tanjungpura sempat menjadi kerajaan besar pada zaman
Hindu-Budha di bumi Borneo.

Anda mungkin juga menyukai