Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH ISLAM DI KESULTAAN SAMBAS KALIMANTAN

BARAT

Candra Trido
Universitas Negeri Malang

ABSTRACK : Masuknya Islam di Kalimantan Barat abad ke- 14 melalui


adanya perdagangan yang dilakukan oleh Arab dan dalam penyebarannya
Islam pun tidak langsung di terima oleh Kesultanan maupun masyarakat
setempat sehingga butuh waktu yang lama bagi para pedagang
menyebarkan agama Islam di Sambas Kalimantan Barat dan bagaimana
proses awal lahirnya Islam dalam kesultanan Sambas Kalimantan Barat ini
dilihat dari sebelum kedatangan Islam, pemerintahan sebelum Islam masuk
dan sesudah islam masuk di Kesultaan Sambas Kalimantan Barat
KATA KUNCI : Masuk nya Islam, Proses masuk nya dan pemerintahan
Sambas Kalimantan Barat

Kalimantan merupakan pulau terbesar kedua di Indonesia setelah papua,


dengan memiliki penduduk lokal yang biasa disebut dengan Dayak. Penyebaran
suku Dayak di Kalimantan tersebar di berbagai daerah seperti Serawak, Malaysia,
Kalimantan Utara, kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat
dengan keanekaragaman bahasa pola hidup. Dayak merupakan penduduk asli
yang mendiami pulau Kalimantan. Nama dayak pertamakali diperkenalkan orang
Eropa untuk nama asli yang mendiami pulau Kalimantan (Alloy 2008:10). Dahulu
kebanyakan orang dayak mendiami daerah pedalaman yang masih memiliki
jumlah hutan masih lebat serta di sepanjang tepi aliran-aliran sungai besar. Dalam
kehidupan mereka, sungai merupakan hal yang sangat penting untuk menunjang
kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, sungai digunakan untuk jalur transportasi
antar satu desa ke desa yang lainnya. Sebagia orang dayak bekerja petani dan
pelaut.

Hadir dan masuknya agama Islam di Nusantara tidak dalam waktu


bersamaan, begitu juga dengan masuk dan berkembangnya agama Islam ke
daerah-daerah kerajaan yang ada pada waktu itu masih dikuasai oleh Kerajaan
Hindu-Budha yang memiliki politik dan sosial budaya yang berbeda dengan
Islam. Masuk dan berkembangnya agama Islam di Nusantara hingga saat ini belun
diketahui secara pasti oleh para sejarawan. Dalam waktu Sejarah Masuk dan
Berkembangnya Islam di Indonesia, mengatakan bahwa masuknya Islam sudah
ada sejak abad pertama Hidriyah (abad ke-7 dan ke-8 masehi). Penyebaran agama
Islam banyak dilakukan oleh orang-orang Arab yang datang dengan tujuan utama
adalah untuk melakukan perdagangan dan sekaligus menyebarkan agama Islam
(S, Kartodirdjo. 1975:2).

PEMBAHASAN

Latar belakang masuknya Islam di Kalimantan Barat

Agama Islam masuk dan berkembang di Kalimantan Barat, tepatnya di


Sambas, Islam sudah berkembang di daerah Kalimantan bagian lain seperti
Banjarmasin. Agama Islam dibawa oleh para pedagang dari Arab yang kemudian
di perkenalkan lagi oleh para pedagang Banjarmasin dan Brunei Darussalam.
Agama Islam masuk di Kalimanta sekitar abad ke-15 Masehi melalui kegiatan
perdagangan. Daerah pertama kali bersentuhan dengan agama Islam adalah
Pontianak pada tahun 1741, Matan pada tahun 1743, dan Menpawah pada tahun
1750. Berdasarkan perkembangan agama Islam yang terjadi di Kalimantan Barat,
turut berdiri juga Kesultanan Pontianak pada tanggal 23 Oktober 1771 Miladiah
(14 Rajab 1185 H) dengan raja yang bernama Sultan Syarif Abdurahman Al
Qadrie. Dengan semakin berkembangnya agama Islam di Kesultanan Pontianak,
semakin memudahkan terjadinya proses Islamisasi terhadap daerah-daerah
pedalaman yang memiliki akeses ke Kesultanan Pontianak dan berada di daerah
aliran sungai Kapuas.

Proses ini banyak dilakukan oleh para pedagang dari Banjarmasin dan Brunei
Darussalam yang datang dengan tujuan untuk berdagang. Kebanyakan diri para
pedagang ini melakukan perjalanan melalui aliran sungai Kapuas dengan
menggunakan Motor Klotok. Yang pada saat itu merupakan satu-satunya alat
transportasi yang bisa digunakan untuk menyusuri daerah-daerah pedalaman.
Agama Islam pertama kali masuk ke Sambas dibawa oleh para pedagang dari
Arab, Banjarmasin, dan Brunei Darussalam yang datang dengan tujuan
berdagang. Para pedagang yang pada waktu itu masih berada dalam kekuasaan
kerajaan Hindu.

Dengan melakuka proses perdagangan dan hidup cukup lama di Sambas, para
pedagang ini mendapat izin dari raja untuk menetap. Penyebaran agama Islam
bermula dari lingkungan kerjaan, seperti melakukan pernikahan campuran
kemudian diikuti oelh raja. Dengan memeluk agama Islam, banyak dari para
penduduk yang ikut memeluk agama Islam adalah para pribumi yang berada di
sekitar kerajaan dan beradah di daerah aliran lalu lintas perdagangan sungai.
Namun ada juga yang tidak masuk agama Islam dengan melakukan perpindahan
ke daerah pedalaman atau ke wilayah lai khususnya suku Dayak yang sebagian
menolak agama Islam.

Pemerintahan Sebelum Masuknya Islam di Sambas


Jauh sebelum Islam masuk dan berkembang di daerah Sambas, Hindu
merupakan agama yang sudah masuk dan berkembang terlebih dahulu. Hindu
merupakan cikal-bakal berdirinya sebuah kerajaan yang bercorak Hindu di
Sambas, sebelum kemudia digantikan menjadi Kerajaan Islam seiring masuk dan
berkembangnya Islam di Sambas.

Awal mula berdirinya Kerajaan Sambas tidak lepas adanya campur tangan
dari Kerajaan Majapahit. Seperti yang telah diketahui, pada abad ke-13 M
Kerajaan Majapahit datang dengan para prajurit yang dan Keluarga Kerajaan
Sambas berhasil mendirikan sebuah Kerajaan yang pertama di daerah Paloh. Dari
Paloh, pusat kerajaan Sambas di pindahkan ke Kota Lama di daerah Teluk
Kramat. Tidak berselang lama, pusat kerajaan kemudia berpindah ke Kota Bangun
di daerah sungai Sambas Besar. Setelah bertahan beberapa waktu, pusat kemudian
berpindah lagi ke Kota Bandir dan terakhir pusat Kerajaan Sambas berpindah ke
daerah Lebuk Madung. Setelah pada masa Sultan Sambas ke-2, Sultan
Muhammad Tajuddin berkuasa, pusat kesultanan Sambas dibangun di Muara
Ulakan, di pertemuan tiga sungai yakni Sambas kecil, Sungai Subah, dan Sungai
Teberau.

Pada priode awal berdirinya Kerajaan Sambas, negeri Sambas sering disebut
dengan Negeri Kebenaran yang masa tiu dikuasai oleh raja-raja dari keturunan
Majapahit. Raja yang terakhir berkuasa di Kerajaan Sambas ialah Ratu Sepundak
dan Ratu Anom Yuda selama periode tahun 1300-1631. Pada priode awal
Kerajaan Sambas raja-raja yang berkuasa disebut dengan Ratu dan kekuasaannya
disebut Kerajaan. Penyebaran Hindu di daerah Sambas tidak diketahui pasti, yang
jelas penyebarannya dilakukan dengan jalan damai oleh para prajuritdan keluarga
kerajaan Majahit dengan cara berbaura dengan masyarakat modal.

Masuknya agama Islam di daerah Sambas hampir sama dengan proses asukny
agama yang belum diketahui dengan pasti. Terjadi pada abad ke-14 yang
dilakukan oleh pedagang Arab, Gujarat, Brunei dan Banjar yang sudah menganut
Islam. Namun, pada masa ini agama Islam belum menyebar secara luas di
kalangan keluarga kerajaan maupunn masyarakat lokal.

Barulah pada tahun 1600, agama Islam mulai berkembang di daerah Kerajaan
Sambas seiring dengan berakhirnya Kerajaan Majapahit dan Sambas berada di
naungan Kerajaan Johor yang telah manganut Islam (A. Rahman 2001:12) .

Sambas Sesudah Islam Masuk

Proses masuknya Islam di Sambas tidak berbedah jauh dengan terjadinya


proses masuknya Hindu. Islam mulai masuk ke Sambas pada abad ke-14 M,
kemudian tumbuh dan berkembang pada tahun 1600. Masuknya Hindu maupun
Islam di Sambas dapat diterima oleh masyarakat Sambas dikarenakan keduanya
mau melakukan proses integrasi terlebih dahulu dengan budaya masyarakat
Sambas. Terlepas dari proses itu, terdapat anggapan jika budaya lokal yang masih
dipegang teguh oleh susku Dayak dan masyarakat Hindu sulit berintegrasi dengan
Islam, seiring berjalannya waktu, anggapan tersebut hilang setelah Islam semakin
berkembang dan menjadi pedoman bagi berjalannya proses integrasi dan
akulturasi yang dilakukan oleh Islam secara perlahan masyarakat Sambas mulai
memeluk Islam dan meninggalkan tradisi Hindu. Selai itu, masyarakat suku
Dayak secara perlahan mulai bisa menerima Islam dalam lingkungan masyarakat
mereka yang sangat berbeda.

Islam masuk ke Sambas pada mulanya tidak langsung diterima oleh


masyarakat. Diperlukan kurun waktu yang cukup lama agar dapat diterima oleh
masyarakat hingga menjadi sebuah kesultanan. Apa lagi waktu itu Sambas masih
dalam berntuk sebuah Kerajaan Hindu yang dipimpin oleh seorang Ratu. Islam
mulai masuk dan berkembang di daerah Kerajaan setelah Raja Tengah yang
berasal dari Brunei menikah dengan adik dari Sultan Matan yang kemudian
tinggal di Sambas. Perkembangan Islam di Sambas semakin luas setelah anak
Raja Tengah, yakni Raden Sulaiman dengan gelar Sultan Muhammad Syafiuddin
I, Sultan Sambas pertama ikut mengajarkan ajaran Islam kepada segenap keluarga
dan kerabat Kesultanan Sambas. Dari langkah inilah, kemudian mulai banyak
masyarakat ikut tertarik dan Islam semakin berkembang di Sambas (A. Rahman.
2001:42-43).

Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Syafiuddin I terdapat banyak


perubahan dalam struktur pemerintahan Kesultanan, dimana pada masa ini
merupakan tahap awal dari penggunaan sistem birokrasi Islam di Kesulanan
Sambas. Setelah secara resmi menjabat sebagai sultan di Sambas, Sultan
Muhammad Syafiuddin I semakin menggiatkan pengembangan ajaran Islam (A.
Rahman 2001: 46).

Kesimpulan

Sambas merupakan salah satu Kabupaten yang ada di wilayah Kalimantan


Barat dan berbatasan dengan wilayah Serawak, Malaysia. Sebelum masuknya
Islam di Sambas, Hindu merupakan agama berkembang yang dibawa oleh
keturunan Majapahit pada saat menaklukan kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Masuknya Islam di daerah Sambas jauh sebelum abad ke-14 M. Pada saat itu,
Islam belum meyebar dan diterima secara luas di kalangan bangsawan maupun
masyarakat lokal karena masih berada di bawah kekuasaan Majapahit. Pada tahun
1600, barulah Islam di Sambas mulai berkembang dalam wilayah Kerajaan
Sambas.

Mulai berkembangnya Islam di Sambas ketika kedatangan Raja Tengah di


Kota Bangun. Di Kota Bangun, perkembangan dan pengajaran Islam semakin
berkembang dan menarik minat banyak masyarakat untuk menganut Islam.Dan
seorang Sultan Muhamad Syafiunddin I, merupakan Sultan yang membuat Islam
semakin berkembang dan menjadi agam mayoritas baik dilungkungan Kesultanan
maupun masyarakat.

Daftar Rujukan
Alloy, ddk, Mozaik Dayak-Keberagaman Subsuku dan Bahasa Dayak di
Kalimantan Barat. Pontianak: Institut Dayakologi, 2008, h 10.
Sartono Kartodirdjo, ddk, Editor, Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta:
Dapertmen Pendidikan dan Kebudayaan, 1975, h 2.
Motor Klotok adalah kapal berukuran sedang yang disesuaikan dengan lebar aliran
sungai dan sudah menggunakan mesin.
Kisah Bujang Nadi dan Dora Nandung menjadi kisah sastra rakyat Sambas.
Ansar Rahman, ddk. Kabupaten Sambas-Sejarah Kesultanan dan Pemerintah
Daerah. Pontianak: Taurus-Semar Karya, 2001, h 14.
Ansar Rahman, ddk. Kabupaten Sambas-Sejarah Kesultanan dan Pemerintah
Daerah. Pontianak: Taurus-Semar Karya, 2001, h 12.
Ansar Rahman, ddk. Kabupaten Sambas-Sejarah Kesultanan dan Pemerintah
Daerah. Pontianak: Taurus-Semar Karya, 2001, h 42-43.
Ansar Rahman, ddk. Kabupaten Sambas-Sejarah Kesultanan dan Pemerintah
Daerah. Pontianak: Taurus-Semar Karya, 2001, h 46.
Cacatan mengenai istilah Raja pada priode awal Kerajaa Sambas, hlm 7.

Anda mungkin juga menyukai