BARAT
Candra Trido
Universitas Negeri Malang
PEMBAHASAN
Proses ini banyak dilakukan oleh para pedagang dari Banjarmasin dan Brunei
Darussalam yang datang dengan tujuan untuk berdagang. Kebanyakan diri para
pedagang ini melakukan perjalanan melalui aliran sungai Kapuas dengan
menggunakan Motor Klotok. Yang pada saat itu merupakan satu-satunya alat
transportasi yang bisa digunakan untuk menyusuri daerah-daerah pedalaman.
Agama Islam pertama kali masuk ke Sambas dibawa oleh para pedagang dari
Arab, Banjarmasin, dan Brunei Darussalam yang datang dengan tujuan
berdagang. Para pedagang yang pada waktu itu masih berada dalam kekuasaan
kerajaan Hindu.
Dengan melakuka proses perdagangan dan hidup cukup lama di Sambas, para
pedagang ini mendapat izin dari raja untuk menetap. Penyebaran agama Islam
bermula dari lingkungan kerjaan, seperti melakukan pernikahan campuran
kemudian diikuti oelh raja. Dengan memeluk agama Islam, banyak dari para
penduduk yang ikut memeluk agama Islam adalah para pribumi yang berada di
sekitar kerajaan dan beradah di daerah aliran lalu lintas perdagangan sungai.
Namun ada juga yang tidak masuk agama Islam dengan melakukan perpindahan
ke daerah pedalaman atau ke wilayah lai khususnya suku Dayak yang sebagian
menolak agama Islam.
Awal mula berdirinya Kerajaan Sambas tidak lepas adanya campur tangan
dari Kerajaan Majapahit. Seperti yang telah diketahui, pada abad ke-13 M
Kerajaan Majapahit datang dengan para prajurit yang dan Keluarga Kerajaan
Sambas berhasil mendirikan sebuah Kerajaan yang pertama di daerah Paloh. Dari
Paloh, pusat kerajaan Sambas di pindahkan ke Kota Lama di daerah Teluk
Kramat. Tidak berselang lama, pusat kerajaan kemudia berpindah ke Kota Bangun
di daerah sungai Sambas Besar. Setelah bertahan beberapa waktu, pusat kemudian
berpindah lagi ke Kota Bandir dan terakhir pusat Kerajaan Sambas berpindah ke
daerah Lebuk Madung. Setelah pada masa Sultan Sambas ke-2, Sultan
Muhammad Tajuddin berkuasa, pusat kesultanan Sambas dibangun di Muara
Ulakan, di pertemuan tiga sungai yakni Sambas kecil, Sungai Subah, dan Sungai
Teberau.
Pada priode awal berdirinya Kerajaan Sambas, negeri Sambas sering disebut
dengan Negeri Kebenaran yang masa tiu dikuasai oleh raja-raja dari keturunan
Majapahit. Raja yang terakhir berkuasa di Kerajaan Sambas ialah Ratu Sepundak
dan Ratu Anom Yuda selama periode tahun 1300-1631. Pada priode awal
Kerajaan Sambas raja-raja yang berkuasa disebut dengan Ratu dan kekuasaannya
disebut Kerajaan. Penyebaran Hindu di daerah Sambas tidak diketahui pasti, yang
jelas penyebarannya dilakukan dengan jalan damai oleh para prajuritdan keluarga
kerajaan Majahit dengan cara berbaura dengan masyarakat modal.
Masuknya agama Islam di daerah Sambas hampir sama dengan proses asukny
agama yang belum diketahui dengan pasti. Terjadi pada abad ke-14 yang
dilakukan oleh pedagang Arab, Gujarat, Brunei dan Banjar yang sudah menganut
Islam. Namun, pada masa ini agama Islam belum menyebar secara luas di
kalangan keluarga kerajaan maupunn masyarakat lokal.
Barulah pada tahun 1600, agama Islam mulai berkembang di daerah Kerajaan
Sambas seiring dengan berakhirnya Kerajaan Majapahit dan Sambas berada di
naungan Kerajaan Johor yang telah manganut Islam (A. Rahman 2001:12) .
Kesimpulan
Daftar Rujukan
Alloy, ddk, Mozaik Dayak-Keberagaman Subsuku dan Bahasa Dayak di
Kalimantan Barat. Pontianak: Institut Dayakologi, 2008, h 10.
Sartono Kartodirdjo, ddk, Editor, Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta:
Dapertmen Pendidikan dan Kebudayaan, 1975, h 2.
Motor Klotok adalah kapal berukuran sedang yang disesuaikan dengan lebar aliran
sungai dan sudah menggunakan mesin.
Kisah Bujang Nadi dan Dora Nandung menjadi kisah sastra rakyat Sambas.
Ansar Rahman, ddk. Kabupaten Sambas-Sejarah Kesultanan dan Pemerintah
Daerah. Pontianak: Taurus-Semar Karya, 2001, h 14.
Ansar Rahman, ddk. Kabupaten Sambas-Sejarah Kesultanan dan Pemerintah
Daerah. Pontianak: Taurus-Semar Karya, 2001, h 12.
Ansar Rahman, ddk. Kabupaten Sambas-Sejarah Kesultanan dan Pemerintah
Daerah. Pontianak: Taurus-Semar Karya, 2001, h 42-43.
Ansar Rahman, ddk. Kabupaten Sambas-Sejarah Kesultanan dan Pemerintah
Daerah. Pontianak: Taurus-Semar Karya, 2001, h 46.
Cacatan mengenai istilah Raja pada priode awal Kerajaa Sambas, hlm 7.