Anda di halaman 1dari 16

BAB 1.

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Cagar budaya merupakan warisan kebudayaan yang
memiliki nilai penting bagi sebuah bangsa.
Keberadaannya perlu dilestarikan dan dikembangkan
agar tetap terjaga keberadaannya dan dapat menjadi
sumber kebanggaan bagi masyarakat. Salah satu
cagar budaya yang memiliki potensi besar adalah
makam Sunan Pandanaran, yang merupakan tokoh
penyebar agama Islam di wilayah Jawa Tengah.
Makam ini dianggap sebagai tempat suci bagi
masyarakat setempat dan menjadi salah satu tempat
tujuan wisata religi yang terkenal di daerah Klaten,
Jawa Tengah.

Potensi cagar budaya di sekitar makam Sunan


Pandanaran sangat beragam. Selain keberadaan
makam Sunan Pandanaran sendiri, terdapat juga
beberapa bangunan peninggalan sejarah lainnya
seperti makam para keturunan Sunan Pandanaran,
sebuah masjid bersejarah yang terletak di sebelah
makam, serta beberapa benda-benda bersejarah yang
masih tersimpan di dalam kompleks makam.
Namun, meskipun memiliki potensi yang besar, upaya
pelestarian cagar budaya di sekitar makam Sunan
Pandanaran masih perlu ditingkatkan. Pengelolaan
yang belum optimal dan minimnya perhatian dari
masyarakat dan pemerintah setempat dapat menjadi
ancaman bagi keberadaan cagar budaya tersebut.
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya yang
lebih serius dalam menjaga dan melestarikan cagar
budaya di sekitar makam Sunan Pandanaran.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini
akan berfokus pada penggalian potensi cagar budaya
daerah, khususnya makam Sunan Pandanaran,
sebagai penguat jati diri bangsa. Beberapa rumusan
masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini
antara lain:

 Bagaimana potensi Makam Sunan Pandanaran


sebagai penguatan jati diri bangsa?
 Bagaimana pengelolaan makam Sunan
Pandanaran dilakukan untuk melestarikan cagar
budaya tersebut?
 Bagaimana peran masyarakat dalam menjaga dan
memperkenalkan makam Sunan Pandanaran
sebagai cagar budaya daerah?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali
potensi cagar budaya daerah yang terkait dengan
makam Sunan Pandanaran serta memperkenalkan
makam tersebut sebagai sumber kebanggaan
masyarakat. Adapun tujuan yang lebih spesifik
adalah sebagai berikut:

 Mengidentifikasi potensi cagar budaya di sekitar


makam Sunan Pandanaran.
 Mengetahui pengelolaan makam Sunan
Pandanaran sebagai upaya pelestarian cagar
budaya.
 Menyajikan data dan informasi yang bermanfaat
bagi masyarakat dan pemerintah dalam
memperkenalkan dan melestarikan cagar budaya
daerah.

1.4 Alasan memiih makam sunan pandaran sebagai


obyek penelitian
Karena makam sunan pandanaran merupakan
cagar budaya yang memiliki nilai peniting bagi para
generasi muda.makam sunan pandanaran mempunyai
sejarah dan nolao religi yang tinggi karena sebagi
sarana untuk beribadah dan menziarahi salah satu
ulama di indonesia,selain sebagai wisata religi
makam sunan pandanaran juga merupakan potensi
ekonomi masyarakat.dengan banyaknya pengunjung
memunculka inovasi masyarakat sekkitar untuk
menghasilan mata pencaharian sehari-hari,selain
mengandung nilai religi dan menjadi potensi ekonomi
masyarakat,makan sunan pandanaran juga sebagai
sarana pendidikan dengan mempelajari sejarah yang
terkandung di dalamnya

1.5 Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan
studi pustaka. Subjek penelitian adalah masyarakat
sekitar makam Sunan Pandanaran, pengelola makam,
dan pemerintah setempat. Data yang diperoleh akan
dianalisis secara deskriptif untuk menghasilkan
gambaran yang jelas tentang potensi cagar budaya di
sekitar makam Sunan Pandanaran serta
pengelolaannya.
BAB 2.Pembahasan

1. Deskripsi Makam Sunan Pandanaran


Makam Sunan Pandanaran yang berada di Desa
Paseban, Kecamatan Bayat merupakan salah satu
tempat wisata religi yang terdapat di Kabupaten
Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Makam Sunan
Pandanaran cukup terkenal. di kalangan para
peziarah karena merupakan salah satu wali penyebar
agama Islam di daerah tembayat pada zaman
Kerajaan Demak dan juga merupakan murid Sunan
Kalijaga.
kompleks Makam Sunan Pandanaran berlokasi di
sebuah bukit dengan di bagian dasar terdapat makam
umum sampai anak tangga lalu kompleks makam
utama berlokasi di puncak bukit. Terdapat 2 buah
gentong yang memiliki ukiran naga oleh karena itu
disebut Gentong Sinogo di dekat gapura. Didekat
Gentong Sinogo telah disediakan gelas bagi siapa saja
yang ingin meminum air yang ada pada Gentong
Sinogo

Makam sunan tembayat


Makam sunan tembayat dibangun sekitar tahun
1526 masehi,arsitek bangunan sunan tembayat
mempunyai penyangga atap 4 buah soko guru,dan
masih memiliki nilai histori arsitek majapahit

Gapura I segara pemuncar tulisan huruf jawa


Tulisan ini terdapat
pada bsngunan gapura 1
Segara pemuncar.

Gapura dudha II
Gapura ke II ini diberi nama gapura
dudha,berjarak sekitar 75 meter ke dalam setelah
gapura segara pemuncar pertama.

Tangga naik ke komplek makam


Langgar kuno
Konon katanya,bangunan langgar kuno ini yang
pertama di dirikikan sebelum pembangunan masjid
golo tiban yang berada di kaki bukit jabbal kat
sekarang ini.langgar/mushola ini,arsitek langgar
ini,hampir menyerupai masjid agung
demak,berbentuk joglo limas,dengan mustoko atau
molo masjid tepat berada di atas titik sumbu tengah
bangunan.terdapat 2 buah bedug yang berwarna
hija,konon bedug tersebut buatan sunan tembayat
beserta murid-muridnya.

Gapura pangraton ke III


Gapura terseut berdiri kokoh di sebelah
langgar,di sebelah barat laut bangunan
langgar.gapura inilah,yang konon dilewati ki sambang
dalam atau syech domba saat mengambil air
menggunakan keranjang,untuk mengisi gentong
padasan tempat wudhu sunan
tembayat,saatmemenuhi syarat penggemblengan
untuk menjadi muridnya sunan tembayat,diantara
gapura yang lain,gapura pangraton ini lebih besar
dan lebih menarik,karena amsih asli belum ada
pengengrehapan atau tambahan material untuk
mengganti yang rusak atau hilang.Bangunan gapura
yang masih memiliki ciri khas namgunan candi,yaitu
tempat pemujaan hindu kuno,bahkan ukiran atau
relief masih sama dengan penghias bangunan candi.

gapura pangrotan III


relief atau ukiran yang terdapat pada bagian gapuro
tersebut,terlihat ukiran kaki naga yang siap
mencengcekram mangsanya,salin relief atau ukiran
kaki naga,dapat dijumapi lagi relief berukir hewan
ternah semacam hewan sapi.

Gapuro IV penemut
Gapura penemut IV berada tidak jauh dari pintu
makam yang menuju ke komplek makam,berjarak
sekitar 75 meter dari gapuro pangraton.terdapat
ukiran seperti makara pada bangunan gapura di
antara pipi tangga candi.bedanya kalau makara yang
ini bergambar flora seakan akan dari bentuk
menyerupai antefiks seperti penghias selaras tepi
bangunan candi fungsinya hanya sebagai penghias
saja.

Gapura pemuncar ke V
Bangunan pemuncar V terlihat dari depan,masih
anggun dengan bangunan pagar bumi yang
mengelilingi maka.bangunan gapura Pemuncar V
sudah menggunakan banon(batu bata merah kuno).

Tugu mustoko
Mungkin tugu ini adalah salah satu penanda
atau semacam monumen untuk mengenang atau
menghormati tokoh-tokoh penting kala itu,di ujung
paling atas pada bagian tugu terdapat seperti
mahkotanamun sebenarnya iyu adlah perangkat dari
mustoko sebiah bangunan masjid.dan diujung bawah
masih terdapat ukiran kata.yaitu relief pada
bangunan sebuah candi,yang berada di atas ambang
pintu msuk ke ruangan candi,apliksi bangunan
moslem itu mataram.
Gapura bale kuncur ke VI
bangunan gapura bale kuncur,sudah
menggunakan arsitek seperti bangunan mataram
islam,seperti benteng taman sari djogja.

Gapura praba yeksa ke VII


Gapura priba yeksa ini gapura yang terakhir
yang paling dekat dengan mkam sunan tembaya.
Gentong sinogo
Gentong sinogo adalah tinggalan dari sunan
tembayat gentong padasan tempat untuk berwudhu
atau sesuci akan melaksanakan kewajiban
suci.menurut pakucen,kenapa diberi nama gentong
sinogo,karena mempunyai ukiran kepala nogo atau
naga.konon ceritany,gentong sinogo merupakan
gentong yang di isi air mwnggunakan kerajang okeh
ki sambang dakan atau syech domba,yang di ambil
dari kaki bukit jabbal kat menuju puncak gunng
jabbal kat,dalam tahap penggemblengan untuk tanda
keseriusan beliau dalam menuntut ilmu islam.

Ukiran kala
Ukiran kala ini terdapay pada gapura masuk
komplek makam,berada disisi kanan dan kiri pintu.
Kala merupakan ukiran gambar kepala buto,kalau
dalam mitologi kepercayaan hindu kuno,barang siapa
tidak dapat melawan takdirnya apa bila sudah
ditentukan,barang siapa yang akan memaksakan
kehendaknya,maka dewa kala akan
membinasakannya.kala juga merupakan anak dari
dewa siwa,yang wujudnya bukan seperti sosok dewa
pada umumnya.dengan perahupan mata lebar dan
bertaring,wajah menyeramkan.kala berasak dari
bahasa sansekerta yang berarti wakt.kala juga
disebut sebagai dewa waktu,dalam bangunan
cand,kala berfungsi sebagai penyerap hawa jahat
atau hawa hitam yang berada didalam jiwa
manusia,saat akan melakukan pemujaan didakam
ruangan candi.

Gapura masuk komplek makam

2. Sejarah
Sejarah Pandanaran Atau Sunan Bayat Sunan Bayat
yang mempunyai nama lain: Susuhuna Tembayat,
Pangeran Mangkubumi, Wahyu Widayat atau Sunan
Pandanaran
Merupakan tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang
disebut di sejumlah babad dan cerita lisan. Sunan
Bayat memiliki kaitan dengan sejarah atau asal usul
Kota Semarang dan penyebaran agama Islam di Jawa,
walaupun tidak termasuk dalam Wali Songo.
makamnya berlokasi di perbukitan "Gunung Jabalkat"
di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa
Tengah, dan sampai sekarang masih ramai diziarahi
atau dikunjungi. Sunan Bayat dianggap hidup di
masa Kesultanan Demak pada abad ke-16.
Terdapat sekitar empat versi tentang asal-usul, tetapi
semua sepakat bahwa Sunan Bayat adalah putra dari
Ki Ageng Pandan Arang yaitu bupati pertama
Semarang. Sepeninggal Ki Ageng Pandan Arang,
putranya yaitu Pangeran Mangkubumi, menggantikan
ayahnya sebagai bupati Semarang yang kedua.
Alkisah, Pangeran Mangkubumi menjalankan
amanah dengan memerintah dengan baik dan selalu
patuh pada ajaran ajaran Islam seperti ayahnya.
Namun waktu berganti waktu terjadilah perubahan.
Pangeran Mangkubumi yang dahulunya sangat baik
lama-kelamaan menjadi semakin pudar. Amanah
pemerintahan sering dilalaikan, begitu juga amanah
merawat pondok-pondok pesantren dan tempat-
tempat ibadah.
sultan Demak Bintara yang telah mengetahui hal itu
kemudian mengutus Sunan Kalijaga dari Kadilangu,
Demak, untuk segera menyadarkannya. Terdapat
beberapa variasi cerita tentang Sunan Kalijaga yang
menyadarkan sang bupati. Namun, akhirnya, sang
bupati telah menyadari kelalaiannya.
lalu memutuskan untuk mengundurkan diri dan
menyerahkan kekuasaan dan pemerintahan
Semarang kepada adiknya. Pangeran Mangkubumi
kemudian pindah ke selatan, didampingi oleh
isterinya, melalui kawasan yang sekarang diberi
nama Mojosongo, Boyolali, Salatiga, Sela Gringging
dan Wedi, menurut salah satu babad.
Konon cerita Pangeran Mangkubumi yang
menamakan tempat-tempat tersebut.
Pangeran Mangkubumi lalu tinggal di Tembayat, yang
saat ini bernama Bayat, Klaten, dan menyiarkan
agama Islam di sana kepada para pertapa dan
pendeta di sekitarnya. Pangeran Mangkubumi mampu
meyakinkan mereka agar memeluk agama Islam. Oleh
sebab itu Pangeran Mangkubumi disebut sebagai
Sunan Tembayat atau Sunan Bayat. (Gambar
Hanyalah Ilustrasi & Bukan Milik Saya)

3. Nilai Penting dari Makam Sunan Pandanaran


Makam Sunan Pandanaran yang berada di Desa
Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah.
Makam Sunan Pandanaran menjadi salah satu
destinasi wisata religi yang cukup terkenal di
kalangan para peziarah maupun para wisatawan,
karena beliau merupakan salah satu wali penyebar
agama Islam di daerah tembayat pada zaman
Kerajaan Demak.Makam Sunan Pandanaran dibuat
untuk mengenang Sunam Pandanaran dalam
menyiarkan agama Islam di daerah Bayat dan
sekitarnya.Tujuan para wisatawan datang ke Makam
Sunan Pandaranan yakni untuk Berziarah, Berdo'a
maupun meminta berkah dari tokoh yang sudah
meninggal supaya keinginannya terkabul.
Selain itu,kawasan makam Sunan Pandanaran juga
membantu masyarakat di sekitar dalam memperoleh
peluang usaha. Dengan banyaknya wisatawan yang
berziarah ke Makam Sunan Pandanaran, maka
menjadikan peluang usaha bagi masyarakat
sekitar.Kawasan makam Sunan Pandanaran juga
memiliki potensi manusia atau ekonomi kreatif yaitu
pelayanan masyarakat kepada para peziarah sehingga
dapat memberikan kepuasan dan kesenangan para
wisatawan.
Selain itu juga terdapat tukang ojek dalam komplek
makam. Sejumlah peziarah lebih memilih menaiki
ojek sebagai sarana transportasi menuju makam
Sunan Pandanaran, hal tersebut bukan tanpa alasan,
banyak orang yang memilih menaiki ojek karena jalan
menuju makam Sunan Pandanaran cukup jauh, dan
harus menaiki ratusan anak tangga. Para Tukang
Ojek pangkalan di kompleks makam Sunan
Pandanaran tersebut harus merupakan warga dari
Paseban, karena hal tersebut juga sebagai sarana
menyejahterakan masyarakat sekitar dan membuka
peluang bagi masyarakat sekitar.
Kesimpulannya,Nilai penting dari Makam Sunan
Pandanaran selain sebagai tempat religi bagi para
peziarah. Makam Sunan Pandanaran juga sebagai
kawasan untuk membantu masyarakat dalam
memperoleh peluang usaha.

BAB 3. Kesimpulan

Potensi Cagar Budaya di Sekitar Makam Sunan


Pandanaran
Makam Sunan Pandanaran memiliki potensi cagar
budaya yang sangat besar dan beragam. Selain
keberadaan makam Sunan Pandanaran itu sendiri,
terdapat beberapa bangunan peninggalan sejarah
lainnya seperti makam para keturunan Sunan
Pandanaran, sebuah masjid bersejarah yang terletak
di sebelah makam, serta beberapa benda-benda
bersejarah yang masih tersimpan di dalam kompleks
makam.

1. Makam Para Keturunan Sunan Pandanaran


Di sekitar kompleks makam Sunan Pandanaran,
terdapat makam-makam para keturunan Sunan
Pandanaran yang juga memiliki nilai sejarah dan
religi yang tinggi. Makam-makam tersebut dijaga dan
dirawat oleh masyarakat setempat sebagai bagian
dari warisan leluhur yang harus dilestarikan.
2. Masjid Bersejarah
Selain makam Sunan Pandanaran, terdapat sebuah
masjid bersejarah yang terletak di sebelah makam.
Masjid tersebut dibangun pada masa pemerintahan
Kerajaan Mataram dan menjadi salah satu bukti
sejarah keberadaan agama Islam di daerah Jawa
Tengah.
3. Benda-benda Bersejarah
Selain bangunan-bangunan peninggalan sejarah, di
dalam kompleks makam Sunan Pandanaran juga
terdapat beberapa benda-benda bersejarah seperti
alat musik tradisional dan alat-alat peribadatan yang
masih digunakan oleh masyarakat setempat. Benda-
benda tersebut merupakan warisan leluhur yang
harus dilestarikan dan dijaga keberadaannya.
4. Potensi Pariwisata
Keberadaan makam Sunan Pandanaran dan beberapa
bangunan peninggalan sejarah lainnya di sekitarnya
memberikan potensi besar sebagai objek wisata religi
dan sejarah. Selain itu, kompleks makam yang
terletak di atas bukit memberikan pemandangan yang
indah dan menarik bagi para pengunjung.
5. Potensi Ekonomi
Potensi cagar budaya di sekitar makam Sunan
Pandanaran juga memberikan peluang untuk
pengembangan ekonomi masyarakat setempat. Dengan
meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke
makam Sunan Pandanaran, masyarakat setempat
dapat memanfaatkan kesempatan tersebut dengan
membuka usaha seperti homestay, toko oleh-oleh,
dan usaha kuliner.
Dalam hal ini, pemerintah dan masyarakat setempat
perlu bekerja sama dalam mengembangkan potensi
cagar budaya di sekitar makam Sunan Pandanaran
agar dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi
masyarakat dan pembangunan daerah.

Anda mungkin juga menyukai