Anda di halaman 1dari 3

Menara pada masjid ini dibuat sangat mirip dengan bangunan candi hindu yang bercorak

Jawa Timur dan bertema akulturasi.

Menara yang unik ini sendiri mempunyai bagian dasar berukuran 10 x 10 m dan tinggi sekitar
18 meter. Di sekeliling menara ini terdapat hiasan piring-piring bergambar yang jumlahnya
32 buah. Dari 32 hiasan piring ini ada 20 yang bergambar masjid, manusia dengan unta, dan
pohon kurma dengan warna. Dan 12 sisanya bergambar kembang dengan warna merah.

Budaya Hindu-Jawa tercermin dari bangunan yang mirip candi yang bercorak Jawa Timur. Menara
yang unik ini mempunyai bagian dasar berukuran 10 x 10 m dan tinggi sekitar 18 meter. Di sekeliling
menara ini terdapat hiasan piring-piring bergambar yang jumlahnya 32 buah. Dari 32 hiasan piring ini
ada 20 yang bergambar masjid, manusia dengan unta, dan pohon kurma dengan warna. Dan 12
sisanya bergambar kembang dengan warna merah. Sedangkan budaya Islam tercermin dari
penggunaannya untuk adzan. Cerminan akulturasi dari masjid ini juga tercermin dari corak bagian
gapura dan juga pada bagian dalam masjid yang memiliki sepasang gapura kuno yang disebut
dengan “Lawang Kembar”. Juga terdapat tempat wudhu yang unik dengan panjang 12 m, lebar 4 m,
dan tinggi 3 m. Tempat wudlu ini sendiri memiliki 8 pancuran dan juga dilengkapi arca yang
diletakkan di atasnya. Konsep arsitektur tempat wudlu seperti ini sendiri diyakini mengadaptasi dari
keyakinan Budha yaitu Delapan Jalan Kebenaran atau Asta Sanghika Marga. Selain tempat wudlu,
dibelakang masjid juga ada juga kompleks makam yang terdiri dari makam Sunan Kudus dan Para
ahli warisnya seperti Panembahan Palembang, Pangeran Pedamaran, Panembahan Condro, dan lain-
lain.

Diantaranya, atap tumpang tiga, menara masjid, bedug dan kentongan, pintu bledheg, mimbar
Majapahit, soko guru, bulus yang menunjukkan candrasengkala, dampar kencana, pasujudan, situs
kolam wudhu bersejarah, serta makam di sekitar kompleks masjid.

MIMBAR
terletak di depan Masjid Agung Demak. Di mimbar ini terdapat delapan soko guru dari kayu berukir
motif Majapahit. Delapan soko guru ini bertumpu pada umpak yang terbuat dari batu andesit.
Mimbar Majapahit pada mulanya digunakan sebagai tempat padepokan.
SOKO GURU
Konon soko guru yang tingginya tiga meter dengan garis tengah 1,45 meter tidak sama panjang
sehingga membutuhkan sambungan. Sunan Kalijaga kemudian menyusun sisa-sisa kayu yang diikat
menjadi satu sepanjang kekurangannya agar keempat soko guru menjadi sama panjang. Soko guru
yang dikenal sebagai soko tatal ini menjadi legenda di masyarakat hingga sekarang.
BULUS
Masjid Agung Demak didirikan pada tahun saka 1401, berdasarkan gambar Bulus  yang terdapat
dalam pengimaman masjid. Gambar Bulus diartikan kepala bulus berarti angka 1, kaki empat berarti
angka 4, badan bulus berarti 0, ekor bulus berarti angka 1. Bulus merupakan candrasengkala Memet,
yang diartikan Sasiro Sunyi Kiblating Gusti.
DAMPAR KENCANA
Dampar kencana ini pada zaman kerajaan Demak digunakan sebagai tahta atau tempat duduk raja.
Fungsi dari dampar kencana sekarang ini adalah menjadi mimbar khotbah di Masjid Agung Demak.
KHALWAT / PASUJUDAN
bernilai seni tinggi, Indah dan mempesona, karena tiang dan dindingnya terbuat dari kayu jati
berukir krawangan, gambar jambangan, bunga-bunga dan sulur-suluran. mempunayai sepuluh buah
jendela dan dua buah pintu yang semua diberi kaca kembang berwarna warni. Diatas pintu dan
jendela diukir kaligrafi berbahasa Arab yang intinya memuliakan keesaan Allah.
Secara etimologi, “zapin” berasal dari bahasa Arab “zafn” yang memiliki arti gerakan kaki
yang cepat mengikuti hentakan musik. Tari zapin merupakan tarian nusantara yang sangat
dipengaruhi budaya Arab. Tari ini berkembang di masyarakat Riau, pesisir Sumatera bagian barat,
Serawak, hingga Brunei. Dahulu, tari ini hanya dipentaskan oleh laki-laki sebagai hiburan dan
pendidikan.
Tari ini diiringi musik yang bersumber dari perpaduan alat musik tradisional gambus dan
beberapa alat musik pukul yang biasa dikenal dengan nama marwas. Di sela-sela musik tersebut,
terdapat syair-syair yang disampaikan. Konon, syair-syair tersebut berisi pendidikan moral dalam
ajaran agama Islam. Karena itulah, tari zapin dahulu sering dijadikan sebagai media dakwah agama
Islam.

Masjid mantingan
Gapura
Masjid Mantingan memiliki gapura yang terletak di jalan menuju masjid, dekat masjid, dan
makam .Gapura di jalan menuju makam telah mengalami pemugaran, yang mengakibatkan
perubahan bentuk Gapura. Kedua Gapura ini sangat mirip, hanya saja di makam terdapat
pintu.
Pengaruh Kebudayaan dan Kesenian di Masjid Mantingan
Masjid Mantingan merupakan masjid yang mendapat pengaruh dari beberapa kesenian dan
kebudayaan, yang dapat dilihat persamaannya dengan kesenian dan kebudayaan lain.
Pengaruh kebudayaannya sebagai berikut:
Hindu
Adanya perbedaan motif ukir di Jepara dengan motif ukir di Masjid Mantingan, dan
persamaan motif ukiran Masjid Mantingan dengan motif ukir kerajaan Hindu, menunjukkan
pengaruh kebudayaan di masjid tersebut. Cerita Ramayana di balik relief dan bentuk gapura
yang menyerupai gapura di Candi Panataran Jawa Timur merupakan pengaruh kebudayaan
Hindu. Ciri-ciri dari motif Majapahit secara umum merupakan kombinasi antara bentuk
cekung dan cembung, yang mirip di Masjid Mantingan.

- Jawa
Kompleks makam yang dibuat atas tiga bagian dan masing-masing bagian dibatasi dengan
tembok dan memiliki pintu gerbang, merupakan ciri dari kehidupan orang Jawa dalam
memberikan penghormatan pada penguasa dengan menunjukkan kedudukan sosial.
- Cina
Motif relief yang ada di Masjid Mantingan mirip dengan budaya Cina dalam arsitektur.Yaitu
ornamen yang ada beragam, dari ornamen geometris, motif tanaman, dan binatang.
Bukan hanya pada relief yang mendapat pengaruh dari kebudayaan dan kesenian Cina,
sebagian besar bangunan di kompleks Masjid Mantingan mendapat pengaruh dari Cina.
Misalnya, pada pintu utama masjid yang berwarna merah , dan berbeda dengan pintu Masjid
di Jawa pada umumnya yang berwarna cokelat.
- Islam
Mungkin orang awam yang melihat hiasan masjid ini, menganggap sebagai hiasan biasa.
Namun apabila di telaah, akan terlihat pengaruh kebudayaan dan kesenian Islam pada masjid
ini. Yaitu relief-relief berbentuk hewan dan manusia, yang disamarkan dengan macam-
macam tumbuhan dan kaligrafi.

GAMBAR RELIEF
wayang jenis ini di Nusantara, mulai ada pada abad ke-17 yang dibawa imigran asal
Tiongkok. Dalam perkembangannya, Potehi di Jawa memiliki keunikan tersendiri karena
dipengaruhi akulturasi budaya Jawa.

yang justru menambah unsur kekayaan wayang Potehi Jawa,

Batik Lasem mudah dikenali lewat desain batik motif burung hong, naga, kupu-kupu, dengan
kombinasi isian latohan, sekarjagad, ataupun kricakan. Pemakaian warna yang berani semisal
merah darah (abang ati), hijau daun (ijo mupus), merah muda (abang njambon), serta warna-
warna mencolok dan kontras.

Anda mungkin juga menyukai