PENDAHULUAN
1.3Tujuan :
Mengetahui peninggalan situs bersejarah.
Mengetahui kondisi situs saat ini.
Mengetahui peran pemuda di Muncar untuk terus menjaga situs tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah kerajaan Blambangan tidak lepas dari pengaruh Islam dan hindu, di kerajaan
Blambangan di Muncar pernah tinggal seorang Wali Allah Syekh Mulana Ishaq bersama
istrinya, Putri Sekardadu, Putri kerajaan Blambangan. “Putri Sekardadu adalah ibu kandung dari
Raden Paku atau lebih dikenal sebagai Sunan Giri”.( Samsubur 2011: 86)
2. Siti Hinggil
Keberadaan situs sejarah lainnya yaitu “ SITUS SITI HINGGIL” situs tersebut terletak tidak
jauh dari lokasi umpak songo sekitar 1 km ke arah timur Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar,
situs Siti Hinggil berada di pesisir pantai berdekatan dengan pelabuhan Muncar Kabupaten
Banyuwangi.
Ketika kami berada di lokasi situs bersejarah tersebut kami bertemu dengan juru kunci di situs
Siti Hinggil, yaitu Slamet (47) beliau adalah seorang Kepala Desa di wilayah tersebut.
Menurut cerita dari Slamet Siti Hinggil ini merupakan pos pemantauan kerajaan Blambangan
yang ada massa tersebut dipimpin oleh Prabu Minakjinggo pertengahan abad ke-13, dari tempat
tersebut terlihat jelas selat Bali dan Tanjung Sembulung. Tempat tersebut juga merupakan
tempat pengintaian para kapal-kapal yang melewati selat Bali. Pada pertengahan abad ke-13 pun
masyarakat sering menggunakan transportasi laut sebagai alat penghubung satu daerah ke daerah
lainnya, sehingga Prabu Minakjinggo menempatkan pasukannya untuk berjaga-jaga di pos Siti
Hinggil tersebut.
Hingga saat ini belum ditemukan jejak-jejak dari peninggalan pasukan yang dipimpin Prabu
Minakjinggo di lokasi tersebut, yang ada hanyalah telapak kaki diatas bebatuan yang hampir
hancur dimakan oleh zaman.
3. Situs Sumur Kuno di Pura Agung Blambangan di Desa Tembokrejo, yaitu kolam dan
sebuah sumur kuno yang ditemukan di sekitar Pura Agung Blambangan.
Selain itu menurut pemangku Sarif (72 ) ada beberapa benda peninggalan sejarah Blambangan
yang lainnya terdapat di Museum daerah berupa guci dan asesoris gelang lengan. Blambangan
adalah Pusat keagamaan dari teks Bujangga Manik yang ditulis sekitar abad ke-16, kita dapat
memperoleh sebuah nama daerah tempat bertapanya kaum agamawan Hindu, yakni
“Balungbungan” yang, bila merujuk teks naskah tersebut, terletak di ujung Timur Pulau Jawa.
Sangat mungkin sekali bahwa nama Blambangan pada abad ke-16 (dan juga abad-abad
sebelumnya) Balungbungan, atau Balungnungan merupakan penulisan lain dari Blambangan atau
Balambangan.
Sampai saat ini peranan masyarakat Muncar menurut Mispan (60), warga asli kecamatan
Muncar dalam menjaga situs-situs bersejarah ini, mereka hanya membuat himbauan kepada para
pengunjung situs agar selalu menjaga kebersihan disekitar lingkungan situs tersebut. Selain itu
tidak merusak dan memindahkan barang yang ada dalam situs.
3.1 KESIMPULAN
Kerajaan Blambangan salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada , kerajaan ini pernah
bermukim di kecamatan Muncar , kerajaan ini meninggalkan beberapa situs-situs sejarah yang
ada sampai saat ini , situs tersebut bernama:
1 Situs Umpak Songo di Desa Tembokrejo.
2. Situs Siti Hinggil di Muncar sekitar Pelanbuhan Muncar.
3. Situs Sumur Kuno di Pura Agung Blambangan di Desa Tembokrejo
Situs-situs ini tidak terjaga dengan baik , pemerintah pusat pun kurang memperhatikan sehingga
situs ini banyak yang rusak termakan oleh zaman, sangat disayangkan karena para ahli
sejarahwan tidak ada yang meneliti situs tersebut. Jika ini terjadi terus menerus kemungkinan
situs ini sudah benar-benar dimakan oleh zaman kita semua akan kehilangan benda-benda
peninggalan kerajaan besar yang pernah bermukim di tempat kita yaitu kecamatan Muncar
Kabupaten Banyuwangi
3.2 SARAN
Pemerintah Banyuwangi harus memiliki Peraturan Daerah Cagar Budaya, Karena itu kita para
pemuda harus mendorong Pemkab Banyuwangi segera menerbitkan perda cagar budaya
situs sejarah cukup penting untuk membangkitkan nasionalisme dan jati diri bangsa. Situs
seharusnya menjadi cermin supaya kehidupan bangsa lebih baik dari masa lalu.
Harusnya masyarakat juga turun tangan dalam menjaga situs sejarah bisa dilaksanakan dengan
cara seperti pada saat berkunjung di situs sejarah ini diharapkan tidak membuang sampah
sembarangan dan menghargai keberadaan benda-benda sejarah seperti tidak merusaknya dan
tidak memindahkan apapun yang ada di lingkungan situs tersebut.
Daftar Pustaka