Anda di halaman 1dari 5

Tugas: sejarah

Kelompok:6

Anggota:1.Elsa Oktavia

2.Suci Ramadhani

3.Teguh Saputra

4.Muhamnad Alfa Dimas

JELASKAN:

-KERAJAAN BULELENG

Kerajaan Buleleng adalah suatu kerajaan di Bali utara yang didirikan sekitar pertengahan abad ke-17
dan jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1849. Kerajaan ini dibangun oleh I Gusti Anglurah Panji Sakti
dari Wangsa Kepakisan dengan cara menyatukan seluruh wilayah wilayah Bali Utara yang sebelumnya
dikenal dengan nama Den Bukit. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, Kerajaan Buleleng berstatus
sebagai Daerah Tingkat II Buleleng.

Kerajan Buleleng berdiri ketika eksistensi Kerajaan Majapahit kian memudar. Selama berabad-abad
Majapahit yang berpusat di Jawa bagian timur dikenal sebagai kemaharajaan besar, sebelum runtuh
seiring munculnya Kesultanan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa.

Sejarah Kerajaan Buleleng

Di bawah pimpinan I Gusti Anglurah Panji, Kerajaan Buleleng berkembang pesat dan langsung mencapai
kejayaan di masa-masa awalnya.

Kerajaan ini punya bandar dagang yang ramai karena letaknya dekat dengan pantai. Buleleng berperan
sebagai penyalur pasokan hasil bumi dari para saudagar Bali ke daerah-daerah lain.

Dikutip dari buku I Gusti Anglurah Panji Sakti Raja Buleleng (1994) karya Soegianto Sastrodiwiryo,
wilayah Kerajaan Buleleng bertambah luas setelah menaklukkan Blambangan (Banyuwangi) dan
Pasuruan di Jawa bagian timur.

Kekuatan Kerajaan Buleleng perlahan melemah setelah I Gusti Ngurah Panji Sakti meninggal dunia pada
1704. Tahun 1732, Buleleng takluk kepada Kerajaan Mengwi. Dua dekade kemudian, tahun 1752,
Buleleng kembali menjadi negeri yang merdeka.

Namun, lagi-lagi Buleleng kalah perang tahun 1780 pada era kepemimpinan I Gusti Ngurah Jelantik
(1757-1780). Pemimpin Wangsa Karangasem, I Gusti Pahang Canang, berhasil merebut
Wilayah buleleng.Selama berada di bawah kekuasaan Wangsa Karangasem, keluarga istana Buleleng
ternyata diberi posisi penting. Salah satunya adalah I Gusti Ketut Jelantik, pangeran Buleleng putra I
Gusti Ngurah Jelantik.

Ketika Wangsa Karangasem dipimpin oleh I Gusti Made Karangasem (1825-1849), I Gusti Ketut Jelantik
ditunjuk sebagai patih atau panglima perang.

Pada 1846, 1848, dan 1849, wilayah Buleleng mendapat serangan dari Belanda. Menurut catatan Robert
Pringle dalam A Short History of Bali (2004), I Gusti Ketut Jelantik memimpin perlawanan rakyat Buleleng
terhadap kaum penjajah.

I Gusti Ketut Jelantik gugur dalam rangkaian peperangan yang berakhir dengan puputan atau perang
habis-habisan itu pada 1849. Sejak saat itu, wilayah Bali bagian utara, termasuk Karangasem dan
Buleleng, dikuasai oleh Belanda.

Peninggalan Kerajaan Buleleng

1. Perempatan Agung (Catus Patha)

Perempatan yang berlokasi di Jalan Mayor Metra, Veteran, dan Gajah Mada, Kota Singaraja. Konsep
penataan ruang ini disebut tradisional khas Buleleng. Di sana terdapat pura, puri (pusat pemerintahan),
pasar, dan lapangan terbuka.

2. Masjid Kuno (Keramat)

Ditemukan ketika orang Bajo dari Suku Bugis menyisir lahan yang tertutup semak belukar di tepi Sungai
Buleleng. Diduga, masjid ini adalah peninggalan Buleleng ketika pengaruh Islam masuk ke Bali.

3. Masjid Agung Jami'

Peninggalan ini semula bernama Masjid Jami yang ditujukan sebagai simbol toleransi beragama di
Kerajaan Buleleng. Namanya diubah pada 1970, sebagai bentuk penghargaan kepada kebaikan Raja
Buleleng.

4. Kampung Bugis

Catatan sejarah perjalanan orang seberang bisa dilihat dari kampung ini. Suku Bugis ketika itu tergabung
dalam angkatan laut Kerajaan Buleleng dan banyak yang menetap di Singaraja.

5. Kantor Bupati Buleleng

Setelah Buleleng dikuasai Belanda, dibangun gedung Asisten Residen untuk pejabat Belanda. setelah
Indonesia merdeka, diubah fungsinya oleh Pemerintah Daerah Bali menjadi Gedung Veteran dan
perguruan tinggi.
6. Eks Perlabuhan Buleleng

Tempat ini adalah bukti sejarah bahwa Buleleng pernah berperan sebagai pusat perdagangan.

-TULANG BAWANG

Kerajaan Tulang Bawang merupakan kerajaan pertama yang terletak di daerah Lampung. Tepatnya di
Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung yang Ibu Kotanya di Menggala

Kerajaan Tulang Bawang digambarkan sebagai salah satu kerajaan tertua di Indonesia, di samping
Kerajaan Sriwijaya, Melayu, Kutai, dan Tarumanegara.

-Perubahan Sistem Kerajaan Tulang Bawang

Dengan adanya perubahan sistem pemerintahan, sistem kerajaan Tulang Bawang pun berubah. Wilayah
itu kemudian dibagi ke dalam tiga kebuayan, yaitu Buay Bulan, Buay Tegamoan, dan Buay Umpu. Pada
1914, menyusul dibentuknya Buay Aji di Tulang Bawang.

Pada zaman pendudukan Jepang, tidak banyak perubahan yang terjadi di daerah Tulang Bawang yang
dijuluki "Sai Bumi Nengah Nyappur” ini.

-Tulang Bawang pada Masa Kemerdekaan Indonesia

Pada 1981, pemerintah provinsi membentuk delapan Lembaga Pembantu Bupati. Salah satunya adalah
Pembantu Bupati Lampung Utara Wilayah Menggala.

Hal tersebut dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 821.26/502, 8 Juni 1981
tentang Pembentukan Wilayah Kerja Pembantu Bupati Lampung Selatan, Lampung Tengah, dan
Lampung Utara Wilayah Provinsi Lampung.

-KOTA KAPUR

Kerajaan Kota Kapur adalah kerajaan yang ada di provinsi Bangka Belitung yang bercorak Hindu yang
beraliran Waisnawa. Adanya Kerajaan Kota Kapur berdasarkan penemuan prasasti yang memiliki tinggi
1,5 dan berangka 608 saka atau 686 Masehi.

Kerajaan Kota Kapur diperkirakan berdiri pada abad ke 5-6 Masehi yang dibuktikan dengan empat buah
Arca Wisnu dengan gaya laggam pre-Angkor. Selain itu adanya Kerajaan Kota Kapur dibuktikan dengan
adanya benteng yang lebih tua dengan Kerajaan Sriwijaya.Penamaan Kota Kapur merujuk dari kekayaan
daerah tersebut yang merupakan sentra penghasil kayu kapur.

Prasasti dan Bukti Peninggalan Kerajaan Kota Kapur


1. Dermaga

Pada masa pemerintahan, dermaga ini dijadikan tempat kapal-kapal yang berniaga bersandar dan
singgah di Pulau Bangka. Ketika dilakukan ekskavasi, didapatkan tiang kayu yang berderet dengan jenis
Nibung. Di samping itu, ada pula kayu yang berbentuk gelondongan yang berjenis Pelangas. Kayu
tersebut ada sekitar lima buah, disusun berjajar dari barat ke timur.

Berdasarkan hasil temuan patok serta ikatan ijuk yang terbuat dari jenis pohon enau, jajaran
gelondongan kayu tersebut ditengarai menjadi lantai pijakan di dermaga. Jejeran tiang yang berjumlah
dua, dengan setiap deretannya ada 21 tiang.

Panjang jejeran pada masing-masing sisi mencapai ukuran 6,7 meter dengan jarak penanaman antar
tiangnya sepanjang 20 – 30 cm. Sedangkan pada jarak yang diapit oleh jejeran tiang itu berkisar 1 meter.

Hasil analisis dari karbon C-14 memberikan hasil berupa tiang kayu pada dermaga tersebut bertahun
480 sampai 620 M. Sedangkan bagian tali ijuk yang digunakan sudah ada sejak tahun 250 hingga 590 M.

2. Papan Perahu Kuno

‘Bangkai’ dari perahu kuno Kerajaan di Kota Kapur ditemukan oleh para anggota tim arkeolog dari Puslit
Arkenas di tanggal 25 September 2007. Ada dua pusat lokasi penemuan, yakni di jalur Sungai Kupang
serta sisi barat sungai.

Lokasi ditemukannya ‘bangkai’ tersebut tepatnya ada di kolong–kolong yang menjadi bekas
dilakukannya penambangan timah. Perahu yang telah berhasil diambil dari lokasi yang pertama hanya
bagian papan yang memiliki ketebalan 4 cm, dengan lebar 35 cm, dan panjang mencapai 134 cm.

Permukaan papan peninggalan Kerajaan Kota Kapur, pada bagian yang menghadap ke atas mempunyai
lubang sejumlah 17 yang ukuran diameternya berkisar 3 cm. Sedangkan di bagian tepiannya yang
menghadap ke bawah ada 20 lubang. Lubang yang terletak pada empat sudut tersebut dipahat sampai
menembus bagian tepi.

Kehidupan Kerajaan Kota Kapur

1. Kehidupan Politik Kerajaan Kota Kapur

Terkait dengan riwayat kepemimpinan di Kerajaan Kota Kapur belum terdapat data yang menunjukkan
siapa saja raja yang pernah menjadi pemimpin dan berkuasa. Namun demikian, dapat diketahui bahwa
kehidupan di wilayah tersebut dilindungi dengan keberadaan benteng pertahanan yang terbuat dari
tanah dan bentuknya memanjang.

Tinggi benteng tersebut mencapai 2-3 meter. Benteng ini dibuat dalam bentuk dua tanggul, yang setiap
tanggulnya memiliki panjang berkisar 1.200 meter dan 350 meter. Berdasarkan penanggalan pada
tanggul, diketahui bahwa usianya mencapai 530 – 870 M, terhitung sejak pertengahan abad 6.
2. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Kota Kapur

Kegiatan ekonomi di wilayah ini tidak jauh dari wilayah pesisir, sebab letaknya yang memang berdekatan
dengan laut, sehingga menyebabkan masyarakat mencari cara bagaimana memenuhi kebutuhan hidup
dengan hal-hal yang dekat dengan mereka. Sehingga terbentuklah pusat perdagangan maritim.

3. Kehidupan Sosial Kerajaan Kota Kapur

Masyarakat yang tinggal di wilayah Kerajaan Kota Kapur memiliki hubungan sosial yang terjalin dengan
banyak pihak, termasuk juga kawasan yang ada di luar daerah Bangka. Apabila dilihat dari arkeolog yang
ditemukan, daerah yang telah menjadi hubungan tersebut yakni Kamboja dan India Selatan.

4. Kehidupan Agama Kerajaan Kota Kapur

Kehidupan agama pada masa Kerajaan Kota Kapur tercermin dari peninggalan kerajaan yang berupa
Arca Wisnu dan Arca Durga Mahisasuramardhini. Dari arca tersebut dapat disimpulkan bahwa agama
yang dianut oleh masyarakat daerah setempat pada saat itu yaitu Hindu – Waisnawa.

5. Kehidupan Budaya Kerajaan Kota Kapur

Kehidupan Budaya di daerah ini dipengaruhi oleh hubungan dagang Kerajaan Kota Kapur dengan banyak
wilayah. Contoh kebudayaan yang mencerminkan hal tersebut yakni tampak pada Arca Dewa Wisnu
yang mana menggunakan langgam pre Angkor.

Di samping itu, budaya di daerah ini dapat dilihat dari tembikar yang dibuat oleh masyarakat setempat
dengan tipe Oc-Eo. Perlu Anda ketahui, tembikar tersebut merupakan bentuk dari akulturasi yang terjadi
antara Kamboja dengan Kerajaan Kota Kapur.

Anda mungkin juga menyukai