Sejarah wajib
Disusun oleh :
Michelle Lionelita
Joyce princilia
Chris natalim
Aurelius jovan lislie
Nick lim
Kerajaan Buleleng
Sejarah awal kerajaan buleleng
Kerajaan Buleleng adalah suatu kerajaan di Bali utara yang didirikan sekitar
pertengahan abad ke-17 dan jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1849. Kerajaan ini dibangun
oleh I Gusti Anglurah Panji Sakti dari Wangsa Dalem Sagening dengan cara menyatukan
seluruh wilayah wilayah Bali Utara yang sebelumnya dikenal dengan nama Den Bukit. Setelah
kemerdekaan Republik Indonesia, Kerajaan Buleleng berstatus sebagai Daerah Tingkat II
Buleleng.
I Gusti Anglurah Panji Sakti adalah putra penguasa Kerajaan Gelgel dari istri seorang
selir. Karena dikhawatirkan akan menggese posisi pewaris takhta, Panji Sakti diasingkan ke
kampung halaman ibunya di Den Bukit, Bali Utara. Di daerah itu, Panji Sakti berhasil
menyatukan wilayah wilayah di sekitarnya dan akhirnya dinobatkan menjadi raja pada 1660
dan kerajaannya dikenal dengan nama Kerajaan Buleleng.
Pada awal didirikan, Kerajaan Buleleng mampu berkembang pesat dan bahkan
mencapai masa kejayaan.
3. Prasasti Blanjong
Prasasti Blanjong adalah prasasti yang dikeluarka oleh Sri Kesari Warmadewa
yang merupakan seorang Raja Bali. Dalam Prasasti Blanjong juga di temukan kata
“Walidwipa”, dimana arti kata tersebut adalah sebutan untuk Pulau Bali. Prasasti ini
memuat berbagai tulisan mengenai sejarah mengenai Pulau Bali yang tertua.
4. Prasasti Malatgede
Selain ada Pasasti Blanjongan, masih ada dua prasasti lainnya yang merupakan
peninggalan Kerajaan Buleleng. Salah satunya adalah Prasasti Malatgede yang berada
di Pura Penataran Melet Tengah. Prasasti ini di temukan oleh M. M. Sukarto K.
Atmodjo yang ditemukan pada tanggal 27 Februari 1965
5. Prasasti Penempahan
Prasasti Penempahan berada di Pura Puseh Penempahan yang berada di Desa
Manukaya. Baik Prasasti Malatgede dan Prasasti Penempahan ternyata juga memiliki
kemiripan satu sama lainnya. Dimana kedua prasasti ini berisikan mengenai sejara
peperangan para raja. Prasasti ini dituliskan dalam batu berbentuk tugu batu besar dan
didalamnya terdiri dari empat baris tulisan
Perkembangan Ekonomi
Pada masa pemerintahan Purnawarman, dilakukan penggalian dari Sungai Gomatiyang
dan Candrabaga. Penggalian ini memiliki panjang sekitar 6112 tonggak atau sejauh 12 km.
Tujuan pembuatan terusan ini juga digunakan sebagai sarana lalu lintas pelayaran dan
perdagangan antar daerah di dalam Kerajaan Tarumanegara dengan negara lain. Hal inilah yang
membuat kehidupan ekonomi kerajaan Tarumanegara menjadi lebih teratur dan stabil.
Tarumanegara memiliki jalur sungai yang merupakan aliran air dari Sungai
Gomatiyang. Kerajaan ini juga memiliki Pelabuhan yang digunakan sebagai tempat
perdagangan yang terjadi antar Asia Tenggara. Hal ini tentu akan menjadi jaminan hidup
makmur dan sejahtera sehingga sektor ekonomi dari Kerajaan Tarumanegara maju.
Ada beberapa barang dagangan yang dijual dalam kegiatan perdagangan ini,
diantaranya adalah kulit penyu, emas, gading, dan perak. Adanya hal semacam ini bisa
dijadikan sebagai salah satu gambaran dari sistem ekonomi yang berbasis Maritim. Tidak
hanya itu, Tarumanegara juga memiliki aktivitas ekonomi lainnya, yakni ekonomi berbasis
agraris. Kegiatan ekonomi agraris disini sangat erat hubungannya dengan beternak dan bertani.
Tidak hanya itu, pemburu binatang dan pedagang juga merupakan salah satu mata pencaharian
dari masyarakat Tarumanegera.
Kehidupan Beragama
Dalam kehidupan agama, sebagian besar masyarakat Tarumanegara memeluk agama
Hindu. Sedikit yang beragama Buddha dan masih ada yang mempertahankan agama nenek
moyang (animisme). Berdasarkan berita dari Fa-Hien, terdapat tiga agama di Tarumanegara,
yakni Hindu, Buddha dan kepercayaan animisme. Raja memeluk agama Hindu. Sebagai bukti,
pada prasasti Ciaruteun, ada tapak kaki raja yang diibaratkan tapak kaki Dewa Wisnu.
Silsilah Raja Kerajaan Tarumanegara
Tarumanegara dipimpin oleh 12 raja sejak kerajaan tersebut didirikan. Sayangnya,
informasi mengenai silsilah raja-raja Tarumanegara sangat minim. Dari 12 raja, hanya dua di
antaranya yang diketahui merupakan keturunan langsung dari raja sebelumnya. Mereka adalah
Raja Dharmayawarman, putra dari Raja Jayasingawarman, dan Raja Candrawarman, putra dari
Raja Indrawarman. Raja Purnawarman menjadi nama raja yang paling terkenal dari Kerjaan
Tarumanegara. Berikut adalah nama-nama raja Tarumanegara :
• Jayasingawarman (358-382 M)
• Dharmayawarman (382-395 M)
• Purnawarman (395-434 M)
• Wisnuwarman (434-455 M)
• Indrawarman (455-515 M)
• Candrawarman (515-535 M)
• Suryawarman (535-561 M)
• Kertawarman (561-628 M)
• Sudhawarman (628-639 M)
• Hariwangsawarman (639-640 M)
• Nagajayawarman (640-666 M)
• Linggawarman (666-669 M)
6. Prasasti Ligor
Prasasti Ligor ditemukan di Ligor, Semenanjung Melayu. Prasasti ini berangka
tahun 775 M. Prasasti ini menceritakan tentang Raja Sriwijaya yang merupakan raja
dari semua raja di dunia yang mendirikan Trisamaya Caitya untuk Karaja.
7. Prasasti Nalada
Prasasti Nalanda merupakan sebuah prasasti yang didirikan oleh Raja Sriwijaya
dengan Kerajaan Nalanda. Prasasti Nalanda menyebutkan bahwa Raja Balaputra Dewa
sebagai raja terakhir dari Dinasti Syailendra yang terusir dari Jawa Tengah karena
kekalahannya melawan Kerajaan Mataram dari Dinasti Sanjaya.
Kehidupan Beragama
Sejak abad ke-7, Kerajaan Sriwijaya telah dikenal sebagai pusat penyebaran agama
Buddha di kawasan Asia Tenggara. Hal itu diketahui berdasarkan catatan I-Tsing, yang
menjadi catatan tertua tentang Sriwijaya.
Kehidupan beragama di Sriwijaya sangat semarak. Sriwijaya menjadi pusat agama
Buddha Mahayana di seluruh wilayah Asia Tenggara. Diceritakan oleh I-tsing, bahwa di
Sriwijaya tinggal ribuan pendeta dan pelajar agama Buddha. Salah seorang pendeta Buddha
Sriwijaya yang terkenal adalah Sakyakirti.