Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH

KERAJAAN
BULELENG XF
THE TEAM

DIMAS BARI AL
ATAYA Y.S SASKIA SUDIRMAN

RIZKI FEBRIANA
NURRIYADI M.ALMEER RIZKY
Kerajaan Buleleng adalah suatu kerajaan di Baliutara
yang didirikan-sekitar pertengahan abad ke- 17dan

HISTORY
jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1849. Kerajaan
ini dibangun oleh I Gusti Anglurah Panji Sakti dari
Wangsa Dalem Sagening dengan cara menyatukan
seluruh wilayah wilayah Bali Utara yang sebelumnya KERAJAAN
dikenal dengan nama Den Bukit. Setelah
kemerdekaan Republik Indonesia, Kerajaan Buleleng
BULELENG
berstatus sebagai Daerah Tingkat II Buleleng. Gusti
Anglurah Panji Sakti adalah putra penguasa kerajaan
Gelgel dari istri seorang selir. Karena dikhawatirkan
akan menggeser posisi pewaris tahta, Panji Sakti
diasingkan ke kampung halaman ibunya di Den
Bukit, Bali utara. Di daerah itu, Panji Sakti berhasil
menyatukan wilayah-wilayah di sekitarnya dan
akhirnya dinobatkan menjadi raja pada 1660 dan
kerajaannya dikenal dengan nama Kerajaan
Buleleng.Pada awal didirikan, Kerajaan Buleleng
mampu berkembang pesat dan bahkan mencapai
masa kejayaan.
PERKEMBANGAN
DARI BERBAGAI KEPERCAYAAN
ASPEK Masyarakat Buleleng sendiri mayoritas menganut agama Hindu Syiwa. Tetapi
tradisi Megalitik masih tetap ada dalam masyarakat Buleleng. Hal ini bisa dilihat
dari penemuan beberapa bangunan pemuja yang berupa Punden berundak di
sekitar pura Hindu.

SOSIAL Pada tahun 975-983 yakni dibawah kepemimpinan Janasadhu Warmadewa


pengaruh Buddha mulai berkembang. Sehingga agama Buddha juga berkembang
di beberapa tempat yakni, Pejeng, Besuki, dan juga Tampaksiring. Perkembangan
Pada masa pemerintahan Udayana, masyarakat hidup berkelompok agama Buddha tersebut dapat dilihat dengan adanya penemuan unsur-unsur
dalam suatu daerah yang disebut wanua. Sebagaian besar penduduk Budha seperti arca Buddha yang berada di gua Gajah dan Stupa dipura
yang tinggal di wanua bermata pencaharian sebagai petani. Sebyah Pegulingan.
wanua dipimpin seorang tetua yang dianggap pandai dan mampu

EKONOMI
mengayomi masyarakat
Pada masa pemrintahan Anak Wungsu, masyarakat Buleleng dibagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu golongan caturwarna dan golongan
luar kasta (jaba). Pembagian ini didasarkan pada kepercayaan Hindu
Kegiatan ekonomi masyakarat Buleleng bertumpu pada sektor
yang dianut masyarakat Selama pemerintahan Anak Wungsu, peraturan
pertanian, keterangan kehidupan ekonomi masyarakat Buleleng
dan hukum ditegakkan dengan adil Masyarakat diberi kebebasan
dapat dipelajari dari prasasti bulian. Dalam prasasti bulian
berbicara. Jika masyarakat ingin menyampaikan pendapat, mereka
terdapat beberapa istilah yang berhubungan dengan sistem
didampingi pejabat desa untuk menghadap langsung kepada raja.
bercocok tanam seperti sawah, parlak "sawah kering", gaga "
Kebebasan tersebut membuktikan Raja Anak Wungsu sangat
ladang", kebwan "kebun", mmal" ladang di pegunungan dan
memperhatikan nasib rakyat yang dipimpinnya.
kasuwakan "pengairan sawah".
1.(882 M hingga 914 M)
Sri Kendari Warmadewa
8. Sri Udayana Warmadewa,
menurunkan tiga putra
Raja
kerajaan
9.Airlangga
2.(915M hingga 942 M)
Sri Ugrasena 10.Marakata
3.(943 M hingga 961 M) 11.Anak Wungsu
Sri Tabanendra 12.1011 M hingga 1022 M) Sri

buleleng
Warmadewa Adnyadewi/Dharmawangsa
4.(961 M hingga 975 M) Wardhana
Sri Candrabhaya Singha 13.(1022 M hingga 1025M) Sri
Warmadewa Dharmawangsa Wardhana
5.(975 M hingga 983 M) Marakatapangkaja
Sri Janasadhu Warmadewa 14.(1049 M hingga 1077 M)
6.(983 M hingga 989 M) Anak Wungsu
Sri Maharaja Sriwijaya 15.(1079 M hingga 1088 M) Sri
Mahadewi Walaprabu
7.(989 M hingga 1011 M) 16.(1088 M hingga 1098 M) Sri
Sri Udayana Warmadewa Sakalendukirana
– Gunapraya Dharmapatni 17.(1115 M hingga 1119 M) Sri
Suradhipa
Gusti Anglurah Panji Sakti tidak
hanya menjadi pendiri dan raja
pertama yang berkuasa, tetapi juga
berhasil membawa Kerajaan MASA
Buleleng menikmati masa kejayaan.
Pada masa pemerintahannya, KEJAYAAN
kekuasaannya meluas sampai ke
Blambangan di ujung Jawa Timur.
KERAJAAN
Selain itu, Kerajaan Buleleng
memiliki bandar dagang yang ramai
BULELENG
karena terletak di dekat pantai.
Bahkan Buleleng berperan sebagai
penyalur pasokan hasil bumi dari
para saudagar Bali ke berbagai
daerah.
RUNTUHNYA
KERAJAAN
BULELENG

Setelah masa kejayaan, Buleleng juga mengalami masa kemunduran. Hal


tersebut disebabkan beberapa faktor antara lain sebagai berikut:
Belanda yang mengajukan surat kepada raja Buleleng untuk
menghancurkan bentengnya sendiri dengan catatan tidak boleh
mendirikannya lagi.
Raja Buleleng harus bersedia mengganti kerugian perang yakni 3/4 dari
biaya yang sudah dikeluarkan oleh Belanda. Raja Karangasem harus
menggantikan kerugian sebesar 1/4 dari biaya pihak Belanda.
KERAJAAN
PENINGGALAN- BULELENG
PENINGGALAN
PURA PENEGIL
DHARMA
Pura Penegil Dharma dibuat pada 915 M yang merupakan komplek Pura yang luasnya 1,5 hektar.
Ada lima bangunan pura besar, di pusatnya dikelilingi oleh delapan pura lainnya. Lima pura
tersebut ialah Pura Pucaking Giri (selatan), Pura Patih Patengen Agung (utara), Pura Kertapura
(tengah), Pura Taman Sari Mutering Jagat Istana Dharmadyaksa (timur) dan Pura Kerta Negara
Mas (istana para raja). Pura Penegil Dharma tersusun dari sebongkah batu hitam yang sudah tua
dan sangat kuno. Namun batu hitam ini ternyata memiliki sesuatu yang cukup magis dan
religius.Pura Penegil Dharma adalah tempat dimana orang memohon kesabaran, maka saat
sembahyang dipuja ini harus dalam keadaan bersih lahir dan batin.

PURA TIRTA EMPUL

Salah satu peninggalan Kerajaan Buleleng yang cukup indah dan wajib kamu
kunjungi yaitu Pura Tirta Empul. Pura ini menjadi salah satu pemandian suci
yang sangat terkenal dikalangan masyarakat Bali. Pura Tirta Empul diketahui
didirikan sejak tahun 967 M oleh Raja Sri Candrabhaya Warmadewa. Pura Tirta
Empul sendiri memiliki arti air dari tanah, dimana air dari Tirta Empul memang
menyembul keluar.Masyarakat Bali mempercayai bahwa Pura Tirta Empul
adalah pemandian suci yang sarat akan makna.
PRASASTI BLANJONG
Prasasti Blanjong adalah salah satu peninggalan dari Kerajaan Buleleng yang cukup unik nih.
Prasasti Blanjong ini cukup berbeda dengan prasasti lainnya, karena prasasti ini ditulis dalam 2
macam huruf. Huruf pertama yaitu huruf Pra-Nagari yang memakai Bahasa yang berasal dari
zaman Bali Kono. Bahasa kedua yaitu Bahasa Kawi yang menggunakan Bahasa Sanskerta.Prasasti
Blanjong adalah prasasti yang dikeluarka oleh Sri Kesari Warmadewa yang merupakan seorang
Raja Bali. Dalam Prasasti Blanjong juga di temukan kata “Walidwipa”, dimana arti kata tersebut
adalah sebutan untuk Pulau Bali. Prasasti ini memuat berbagai tulisan mengenai sejarah mengenai
Pulau Bali yang tertua.

PRASASTI
MALATGEDE
Prasasti Malatgede yang berada di Pura Penataran Melet Tengah. Prasasti ini di
temukan oleh M. M. Sukarto K. Atmodjo yang ditemukan pada tanggal 27
Februari 1965.Pada baris pertama Prasasti Malatgede ini tertulis mengenai angka
saka 835 dan bulan Phalguna. Baris kedua berisikan nama-nama tokoh,
sayangnya tulisan ini sudah sulit untuk bisa dibaca. Tapi ada tulisan yang terbaca
dan dipercayai tertulis nama Sri Kesari Warmadewa. Baris ketiga menyebutkan
nama musuh dan di barik ke empat berisi tulisan Kadya Kadya Maksa.
PRASASTI PENEMPAHAN
Pada Prasasti Penempahan di baris pertama
tertulis bulan Phalguna, hanya tahunnya saja
yang tidak terbaca. Di baris kedua
menyebutkan nama Raja Sri Kaisari, di baris
ketiga menyebutkan musuh-musuh sang raja.
Di baris ke empat berisikan ungkapan Kadya-
kadaya maka Iki di tuggalan. Prasasti
Penempahan dipercaya berasal dari masa Bali
Klasik, dimana budayanya dahulu adalah
Hindu Budha.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai