Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KISAH TELADAN AKHLAK


DARI TOKOH-TOKOH ISLAM

DISUSUN OLEH :

FAISAL (2020.05.005)

M.FATHUR RAMADHONI ( 2020.05.009 )

PAUL IVAN ( 2020.05.001 )

MATA KULIAH : ILMU AKHLAK DAN TASAWUF

DOSEN PENGAMPU : Al MUJAHID M.Ag

INSTITUT AGAMA ISLAM AL-QUR’AN AL-ITTIFAQIAH INDRALAYA

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menganugerahkan begitu banyak limpahan
nikmat dan karunia nya kepada kita semua,Shalawat dan salam senantiasa terpanjatkan
kepada Nabi kita Muhammad SAW,yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju
alam yang terang benderang, sampai dengan saat ini.

Dalam kesempatan kali ini penulis telah menyelesaikan satu buah makalah yang
berjudul “ Teladan Akhlak Dari Tokoh-Tokoh Islam ” makalah ini dibuat sebagai tugas mata
kuliah Akhlak Tasawuf yang dalam hal ini sekaligus bertujuan untuk menambah pengetahuan
kepada pembaca.

Tidak banyak kata yang dapat diutarakan penulis. Tak ada gading yang tak retak, tak
ada manusia yang sempurna melainkan Allah SWT, oleh sebab itu kami sadar bahwa makalah
ini masih banyak memiliki kekurangan. Sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat di
harapkan.

Indralaya, 1 Oktober 2021

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................... ii
Daftar isi ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1

1.3 Tujuan ........................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2

2.1.Teladan akhlak dari seorang Abu Bakr As sidiq .......................................... 2

2.2. Teladan akhlak dari seorang Abdullah bin Amr ......................................... 7

2.3.Teladan akhlak dari seorang Abdullah bin Umar .................. 8

BAB III PENUTUP ................................................................... 11

3.1.Kesimpulan ...................................................................... 11

3.2.Saran ............................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Keteladanan merupakan asal dari kata teladan yang menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indoneisa) bermakna “sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh.” Hal tersebut berarti
keteladanan merupakan hal yang dapat ditiru atau dicontoh.

Akhlak merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang. Dari sifat
yang ada itulah terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan seseorang, seperti sifat sabar,
kasih sayang, atau malah sebaliknya pemarah, benci, dendam, iri dan dengki.

Atas dasar itulah kami menyusun makalah ini, yang berisikan tentang beberapa kisah
teladan dari para tokoh islam diantara nya yaitu Abu Bakr As siddiq,Abdullah bin
Amr,Abdullah bin Umar yang dapat kita jadikan contoh di dalam kehidupan kita sehari-hari.

1.2.RUMUSAN MASALAH

1. Akhlak seperti apa yang bisa kita pelajari dari seorang Abu Bakr As siddiq ?
2. Akhlak seperti apa yang bisa kita pelajari dari seorang Abdullah bin Amr ?
3. Akhlak seperti apa yang bisa kita pelajari dari seorang Abdullah bin Umar ?

1.3. TUJUAN

1. Dapat mengetahui dan menjelasan bagaimana akhlak dari seorang Abu Bakar As Siddiq.
2. Dapat mengetahui dan menjelasan bagaimana akhlak dari seorang Abdullah bin Amr.
3. Dapat mengetahui dan menjelaskan bagaimana akhlak dari seorang Abdullah bin Umar

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Teladan Akhlak dari seorang Abu Bakr As Siddiq.

Taat kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya.

Ketaatan Abu Bakar Kepada Allah SWT,diantara nya terlihat pada saat di adakan nya
perang Tabuk, Rasulullah menyarankan para sahabat untuk berinfak. Hal tersebut dikarenakan
perjalanan yang akan ditempuh sangat jauh, begitu juga dikarenakan banyak nya jumlah dari
kaum musyrikin. Rasulullah telah menjanjikan seseorang mendapatkan pahala yang besar dari
Allah bagi kaum yang ingin berinfak. Lantas para sahabat pun bersedekah sesuai kemampuan
hartanya masing-masing.

Salah satu sahabat yang bernama Umar bin Khaṭṭhāb akan menshadaqahkan separuh
hartanya, dia mengira akan mengungguli shadaqah Abū Bakar Ash-Ṣhiddiq r.a.. Umar bin Al-
Khaṭṭhāb lalu menceritakan tentang kejadian tersebut. Umar berkarta : Pada suatu hari,
Rasulullah telah memerintahkan kita agar bershadaqah. Saat itu aku sedang memiliki harta,
lantas aku berkata di dalam hati ku, Jika memang aku mampu menyaingi Abu Bakar Ash-
Ṣhiddiq r.a, maka inilah waktu yang tepat. Saat itu aku lantas memberikan separuh harta ku
untuk bershadaqah, lalu Rasulullāh pun bertanya apa yang telah kamu sisakan untuk
keluargamu? Aku pun menjawab Sama seperti jumlah yang telah ku sedekahkan ini.

Saat itu ternyata Abu Bakar Ash-Ṣhiddiq r.a. pun datang bershadaqah, dia datang
dengan membawa seluruh harta yang dimiliki nya. Rasulullah pun bertanya kepada Abu
Bakar Ash-Ṣhiddiq r.a. Apa yang telah kamu sisakan untuk keluargamu ? Abu Bakar Ash-
Ṣhiddiq r.a. pun lantas menjawab aku telah sisakan mereka Allah dan Rasul-Nya. Aku pun
berkata kepada Abu Bakar Ash-Ṣhiddiq r.a,saya tidak akan bisa mengalahkan engkau
selamanya. Persaingan yang dilakukan Umar bin Al-Khaṭṭhab tersebut agar bisa seperti Abu
Bakar sebenarnya boleh. Hal tersebut sebenarnya lebih utama keadaan Abu Bakar Ash-
Ṣhiddiq r.a. daripada Umar bin Al-Khaṭṭhab, karena memang bersih dari motif persaingan
yang secara mutlak dan tidak memandang orang lain yang ingin disaingi.1

1
. Ali Muhammad Ash-Shallabi, Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq..., 145

2
Jujur

Abu Bakar dikenali sebagai orang yang jujur karena dia telah menyandang gelar Ash-
Ṣhiddiq. Abu Bakar sering kali membenarkan segala ajaran dakwah Nabi Muḥammad saw.
Berkaitan dengan hal ini, Umul Mu‟minin Aisyah r.a. meriwayatkan sebuah hadist yang
berisi tatkala Nabi Muḥammad Saw. Isra Mi’raj ke Masjidil Aqsha, banyak orang-orang yang
sedang membicarakan kebenaran cerita Nabi Muḥammad Saw. Saat itu sebenarnya masih
banyak di antara orang-orang yang sudah masuk agama Islam namun mereka menjadi murtad
lagi, meskipun awalnya orang-orang tersebut sebelumnya memang pernah mempercayai dan
membenarkan ajaran dakwah Nabi Muḥammad Saw. Namun, setelah kejadian Isra‟ Mi‟raj itu
terjadi mereka tidak mempercayai Nabi Muḥammad Saw. lagi. Akhirnya, ada beberapa orang
yang mememui Abu Bakar, seraya bertanya„ Apakah kamu sudah bertemu dengan temanmu
(Nabi Muḥammad)? dia mengaku bahwa tadi malam dia telah di Isra’kan ke Baitul Maqdis!
Abu Bakar kemudian balik bertanya,Apakah benar beliau (Nabi Muḥammad) berkata seperti
itu? Orang-orang tersebut menjawab,Betul. Abu Bakar segera balas berkata,Jika Muḥammad
saw memang berkata seperti itu, beliau pasti jujur (benar).Para lelaki itu lantas langsung
kembali bertanya,Jangan-jangan kamu telah mempercayainya juga, bahwa dia (Nabi
Muḥammad) telah pergi ke Baitul Maqdis tadi malam, lalu kembali pulang sebelun pagi
datang!.Abu Bakar segera menjawab,Betul. Aku sungguh akan mempercayainya meskipun
beliau (Nabi Muḥammad) melakukan hal yang lebih aneh lagi dari ini, aku mempercayainya
karena adanya kabar langit yang datang pada setiap harinya. Karena sikap itulah Abu bakar di
beri gelar sebagai Ash-Ṣhiddiq (Orang yang selalu membenarkan).2

Jika kita ingin meneladani sifat jujur, maka lihatlah kisah Abu Bakar Ash-Ṣhiddīq r.a.
diatas. Selain Nabi Muḥammad SAW sosok Abu Bakar adalah salah satu manusia yang
mampu melakukan kejujuran yang benar. Kejujurannya telah teruji semenjak awal dia
masukIslam, yaitu ketika kaum Quraisy menghina Nabi Muḥammad saw. dengan peristiwa
mengenai Isra Mi’raj. Abu Bakar lah orang pertama yang meyakini kebenaran akan hal itu.3

Kejujuran yang menjadi gaya hidupnya ini yang mengakibatkan Abu Bakar mendapat
julukan sebagai Ash-Ṣhiddiq (orang yang membenarkan). Ini merupakan suatu bukti betapa
besarnya iman yang ada dalam diri Abū Bakar. Dia tidak ragu-ragu mengenai segala apapun

2
. Ahmad Abdul, : Kisah Khulafaul Rasyidin..., 41-42.

3
. Shohibul Ulum, Abu Bakar Ash-Shiddiq 30 Hari Menimba Kesabaran Sang Khalifah, (Yogyakarta :
MUEZZA, 2019), 32.

3
yang diucapkan oleh Nabi dan dia meyakininya sebagai suatu kebenaran. Bakhkan di dalam
suatu riwayat, dikatakan bahwa Umar bin Khaṭṭāb pernah berkata Jika ditimbang keimanan
Abū Bakar dengan keimanan seluruh umat, maka akan lebih berat keimanan Abū Bakar4.

Ikhlas
Pada awal mula dakwah Islam kaum muslim mendapatkan sebuah tekanan berat, yaitu
terutama kaum lemah dan para budak. Banyak yang didera siksaan kejam hal tersebut karena
keislaman mereka, salah satunya yaitu adalah Bilal. Seorang yang bernama Bilal bin Rabbah
adalah budak Habsyi milik Umayyah bin Khalaf. Bilal memeluk agama Islam secara diam-
diam tanpa sepengetahuan tuannya.

Pada suatu ketika,orang-orang Quraisy melakukan penangkapan dan penyiksaan


kepada para pengikut Nabi Muḥammad Saw. Salah satunya yaitu Ammar yang telah
tertangkap dan akan disiksa. Pada saat itu, Umayyah dan beberapa pemimpin Quraisy lainnya
ikut untuk menyiksa Ammar. Bilal pun juga saat itu hadir ditempat tersebut. Penyiksaan pun
pada saat itu semakin menjadi-jadi karena, Ammar menolak paksaan Quraisy dan Umayyah
untuk kembali menyembah nenek moyangnya.

Umayyah pun saat itu memberikan cemati kepada Bilal, agar Bilal ikut serta untuk
memukul Ammar. Bilal pun memegang cemati itu dengan perasaan yang tidak menentu,
sehingga Bilal membuang cemati tersebut. Ammar pun terkejut, dia pun mengambil cemati
tersebut dan menyerahkan kepada Bilal supaya Bilal memukul dirinya. Hal tersebut dilakukan
karena Ammar tidak ingin rahasia Bilal yang telah memeluk agama Islam juga terbongkar,
namun Bilal pun tetap tidak ingin melakukan penyiksaan kepada Ammar.

Umayyah yang mengetahui Bilal telah memeluk agama Islam seketika langsung
berubah menjadi marah. Umayyah merasa malu karena budaknya telah memeluk agama
Islam. Dengan terbongkarnya rahasia Bilal, maka para pemimpin Quraisy dan Umayyah pun
akhirnya menyiksa Bilal. Segala cara dilakukan Umayyah untuk membuat Bilal meninggalkan
agama Islam dan kembali menyembah berhala. Hal tersebut dilakukan Umayyah agar dapat
menyelamatkan dirinya dari cibiran orang Quraisy, karena telah memiliki budak yang tidak
menurut terhadap perintah tuannya untuk menyembah Latta dan Uzza.

4
. Ibid, 32-33.

4
Setelah Bilal disiksa dengan ditindih badannya dengan batu panas, dibujuk, diarak
keliling kota, dan dipukul namun Bilal masih saja mengatakan Ahad... Ahad.. (maksudnya,
“Allah Yang Maha Esa”). Keesokan harinya, saat tengah hari Bilal kembali digelandang
menuju padang pasir untuk menerima hukuman yang sama dengan hari yang kemarin. Bilal
ditelanjangi kemudian ditindihi badannya dengan batu panas, namun Bilal tetap sabar dan
tidak tergoyahkan. Kemudiaan saat Bilal disiksa, datanglah Abu Bakar Ash-Ṣhiddīq r.a. dan
dia berkata:Apakah kalian akan membunuh seorang laki-laki ini karena mengatakan bahwa
Tuhanku ialah Allah? kemudian, Abu Bakar berkata kepad Umayyah: Terimalah ini untuk
tebusannya, lebih tinggi dari harganya, dan bebaskanlah dia!

Mendengar itu Umayyah malah merasa lega dan beruntung, karena dia sudah mulai
putus asa dalam membujuk perubahan niat Bilal. Umayyah pun menilai bahwa ada nilai
keuntungan yang diperolehnya, daripada membunuh Bilal lebih baik dia menjualnya karena
akan mendatangkan uang. Umayyah pun akhirnya setuju menerima penawaran dari Abu
Bakar Ash-Ṣhiddīq r.a..

Bilal berkata kepada Abu Bakar Ash-Ṣhiddīq r.a., setelah dia dibeli dari tuannya
Umayyah apabila engkau membeliku untuk diriku, biarlah aku tetap bersamamu. Jika engkau
membeliku karena Allah, biarkanlah aku beramal untuk Allah swt. Mendengan hal itu, Abu
Bakar berkata Aku membelimu hanya karena Allah semata.

Abu Bakar pun segera membebaskan Bilal, Abu Bakar pun tetap berbuat baik
kepadanya. Abu Bakar menjadikan nya sebagai salah seorang sabahat terbaik Rasulullāh. Abu
Bakar memang senang jika melihat orang-orang Islam senang. Abu Bakar selalu berusaha
sekuat tenaga membebaskan orang-orang Islam yang menjadi budak dan membebaskan
mereka dari siksaan tuannya.5

Abu Bakar adalah salah satu di antara sepuluh sahabat yang memperoleh jaminan
masuk surga. Ia pernah memerdekakan tujuh orang budak dan mereka semua pernah disiksa
karena telah memperjuangkan Islam. Mereka adalah Bilal, Amir ibn Fuhairah, Zunairah,
Nahdiyah dan putrinya, Jariyah binti Mu‟ammil, dan Ummu Ubays.6

5
. Ibid, 8–11.
6
. Muhammad Sa‟id, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2007), 5-6.

5
Dermawan

Tindakan Abu Bakar Ash-Ṣhiddīq r.a. yang memerdekakan banyak budak saat itu
disayangkan oleh ayahnya, yaitu Abu Quhafah. Saat itu Abu Quhafah berkata Bukankah
sebaiknya kau membebaskan budak-budak yang kuat, kemudian kau jadikan mereka
penjagamu? Ayah ! Aku melakukan ini semata-mata hanya karena Allah ,” Jawab Abu Bakar
dengan lembut.

Betapa mulianya niat dan perlakuan Abu Bakar Ash-Ṣhiddīq r.a., karena hal tersebut
dia lakukan semata-mata dengan penuh kesadaran dan bentuk empati terhadap mereka. Abu
Bakar pun saat itu juga dengan bersegera untuk mengeluarkan budak-budak dari penyiksaan,
salah satunya yaitu Yasir dan Sumayyah menjadi orang yang pertama yng mati syahid akibat
penyiksaan tersebut.

Rendah Hati

Ketika beberapa waktu setelah Abu Bakar Ash-Ṣhiddiq r.a.diangakat menjadi seorang
Khalifah, datanglah seorang raja dari Himyar Yaman yang bernama Dzul Kala. Dia datang
dengan pakai dinas raja dan berbagai hiasan yang megah. Di kepala nya pun dipakaikan nya
mahkota yang terbuat dari emas dan juga memakai selendang sutra dilengkapi dengan emas.
Di belakang Dzul Kala, ada seribu hamba sahaya yang merendahkan diri nya kepada Dzul
Kala, hal tersebut di karenakan sebagai bentuk rasa takut dan menghormati keagungan Dzul
Kala. Ketika Dzul Kala tiba di Madinah, betapa terkejut nya dia karena dia tidak melihat
istana megah dengan segala fasilitas mewah nya. Dzul Kala ketika itu melihat sang Khalifah
Abu Bakar Ash-Ṣhiddiq r.a. yang hanya memakai pakaian sederhana tanpa tanda kerajaan.
Melihat kenyataan tersebut, Dzul Kala seketika merasa lemah dan kecil kedudukan nya di
hadapan Abu Bakar. Dia pun langsung melepaskan mahkota emas nya dari kepala nya dan
pakaian dinas nya tersebut. Hal itu memang dia lakukan karena mengikuti Khalifah Abu
Bakar Ash-Ṣhiddiq r.a., pengganti Rasulullah.

6
2.2. Teladan Akhlak dari seorang Abdullah bin Amr bin Ash7

Seorang hamba yang sholeh, rajin ibadah dan gemar bertaubat yang kita paparkan
riwayatnya sekarang ini ialah Abdullah bin Amr bin Ash. Jika bapaknya menjadi guru dalam
kecerdasan, kelihaian dan banyak tipu muslihat, sebaliknya Abdullah, menjadi teladan yang
mempunyai kedudukan tinggi di antara ahli-ahli ibadah yang bersifat zuhud dan terbuka.
Seluruh waktu dan sepanjang kehidupannya dipergunakan untuk beribadah. Ia berhasil
mengecap manisnya iman, hingga waktu siang dan malam itu tidak cukup luas untuk
menampung kebaktian serta amal ibadahnya.Ia lebih dulu masuk Islam daripada bapaknya.
Dan semenjak ia dibai’at dengan menaruh telapak tangan kanannya di telapak tangan kanan
Rasulullah Saw, sementara hatinyayang ubahnya seperti cahaya subuh yang cemerlang
diterangi oleh nur ilahi dan cahaya ketaatannya. Sejak awal Abdullah memusatkan
perhatiannya terhadap Al-Quran yang diturunkan secara berangsur-angsur.Setiap turun ayat
maka dihafalkan dan diusahakanuntuk memahaminya, hingga setelah semuanya selesai dan
sempurna ia pun telah hafal seluruhnya.

Ia menghafalkan itu bukanlah hanya sekedar mengingat hingga seolah-olah ingatannya


itu menjadi musium bagi sebuah buku tebal, tetapi dihafalkan dengan tujuan dapat
dipergunakan untuk memupuk jiwanya, dan kemudian agar ia dapat menjadi hamba Allah
yang taat, menghalalkan apa yang dihalalkan-Nya dan mengharamkan apa yang diharamkan-
Nya serta memperkenalkan seruan-Nya. Kemudian tiada bosan-bosannyaia membaca,
melagukan dan merenungkan isinya, menjelajahi taman-tamannya yang indah mekar,
gembira ria jika kebetulan ayat-ayatnya yang mulia itu menceritakan kesenangan, sebaliknya
menangis mengucurkan air mata jika membangkit nya hal-hal yang menakutkan.

Abdullah telah ditakdirkan Allah menjadi seorang yang suci dan rajin beribadah, tidak
satupun kekuatan di dunia ini yang mampu menghalangi terbentuknya bakat yang suci ini dan
tertanam nya nur Ilahi yang telah ditakdirkan bagi dirinya itu.Apabila tentara Islam maju ke
medan laga untuk, menghadapi orang-orang musyrik yang melancarkan peperangan dan
permusuhan, maka kita akan menjumpai nya di barisan terdepan, menciptakan syahid dengan
hati yang rindu dan jiwa yang asyik.Ketika peperangan itu telah usai, dimana kita akan
menemui nya? dimana lagi, kalau tidak di Masjid umum atau di Mushalla rumahnya, puasa
di waktu siang dan mendirikan shalat di waktu malam. Lidahnya tak kenal akan percakapan
tentang soal dunia walaupun yang tidak terlarang, sebalik nya tidak kering-kering nya berzikir
kepada Allah bertasbih memuji-Nya, istighfar terhadap dosanya atau membaca kitab suci-

7
Muhammad Sa‟id, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2007), 20-21

7
Nya.Untuk mengetahui betapa jauhnya Abdullah terlibat dalam beribadah, cukuplah kita
perhatikan Rasulullah yang sengaja datang menyeru manusia untuk beribadah kepada Allah,
terpaksa campur tangan agar ia tidak sampai keterlaluan dan berlebih-lebihan.

Demikianlah, salah satu segi dari pelajaran yang dapat ditarik dari kehidupan
Abdullah bin Amr, menyingkapkan kemampuan luar biasa yang tersimpan dalam jiwa
manusia untuk mencapai tingkat tertinggi dalam beribadat dan meninggalkan kesenangan
duniawi, segi yang lain ialah perlindungan Agama agar orang bersikap sederhana dan tidak
berlebih-lebihan dalam mencapai segala ketinggian dan kesempurnaan itu, hingga jiwa
seseorang itu tetap bergairah hidup dan semangat bermasyarakat. Disamping itu agar
jasmaninya tetap dalam keadaan kondisisiap melaksankan segala tugas

Pelajaran yang dapat diambil dari kisah diatas diantara nya :

➢ Beribadah hanya karena Allah


➢ Menyegerakan segala perbuatan baik agar tidak sia-sia
➢ Membasahi lisan dengan zikir dan Kalamullah
➢ Rajin shalat malam
➢ Menghafal Al-Quran buka hanya untuk diingat, akan tetapi untuk memupuk
jiwanya agar selalu taat kepada Allah
➢ Zuhud dan hidup sederhana serta tidak bergairah akan kemewahan dunia.

2.3. Teladan Akhlak dari seorang Abdullah bin Umar8

Ibnu Umar sangat bergairah ketika panggilan jihad berkumandang. Tetapi, sungguh
suatu kenyataan, ia anti kekerasan, terlebih ketika yang bertikai adalah sesama golongan
Islam. Kendati ia berulangkali mendapat tawaran dari berbagai kelompok politik untuk
menjadi khalifah.Namun tawaran itu ditolaknya. Hasan ra meriwayatkan, tatkala Usman bin
Affan terbunuh, sekelompok umat Islam memaksa nya menjadi khalifah. Mereka berteriak di
depan rumah Ibnu Umar,Anda adalah seorang pemimpin, keluarlah agar kami minta orang-
orang berbai’at kepada anda.Tapi Ibnu Umar menyahut,demi Allah seandai nya bisa,
janganlah ada darah walau setetes pun tertumpah disebabkan karena aku. Massa di luar
mengancam, Anda harus keluar Atau, kalau tidak kami bunuh di tempat tidurmu.Diancam
begitu, Ibnu Umar tak bergerak. Massa pun bubar.

8
Muhammad Sa‟id, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2007), 61-63

8
Sampai suatu ketika, datang lagi kesekian kali tawaran menjadi khalifah. Ibnu Umar
mengajukan syarat, yakni asal ia dipilih seluruh kaum muslimin tanpa paksaan. Jika bai’at
dipaksakan sebagian orang atas sebagian lain nya di bawah ancaman pedang, ia akan menolak
jabatan khalifah yang dicapai dengan cara semacam ini. Saat itu, sudah pasti syarat ini takkan
terpenuhi. Mereka sudah terpecah menjadi beberapa firqoh, saling mengangkat senjata juga.
Ada yang kesal lantas menghardik Ibnu Umar.Tak seorang pun lebih buruk perlakuan nya
terhadap umat manusia, kecuali kamu.Ungkap mereka.Kenapa? Demi Allah aku tidak pernah
menumpahkan darah mereka, tidak pula berpisah dengan jamaah mereka, apalagi memecah-
belah persatuan mereka? Jawab Ibnu Umar heran.Seandainya kamu mau menjadi khalifah, tak
seorang pun akan menentang.Saya tak suka kalau dalam hal ini seorang mengatakan setuju,
sedang yang lain tidak.

Lagi-lagi, Ibnu Umar menghindari posisi pemimpin tertinggi umat Islam ini. Meski
demikian, saat ia berusia lanjut pun harapan orang dipimpin Ibnu Umar tetap ada. Ketika
Muawiyah II, putera Yazid beberapa kali menduduki jabatan khalifah, datang Marwan
menemui Ibnu Umar. Ulurkan tangan Anda agar kami bai’at. Anda adalah pemimpin Islam
dan putra dari pemimpinnya.Lantas apa yang kita lakukan terhadap orang-orang bagian
timur? Kita gempur mereka sampai mau di bai’at.Demi Allah, aku tak sudi dalam umurku
yang 70 tahun ini, ada seorang manusia yang terbunuh disebabkan olehku.Mendengar
jawaban ini, Marwan pun berlalu, dan melontarkan syair.“Api fitnah berkobar sepeninggalan
Abu Laila, dan kerajaan akan berada di tangan yang kuat lagi perkasa.Abu Laila yang
dimaksudkannya, ialah Muawiyah bin Yazid.

Sikap penolakan Ibnu Umar ini, karena ia ingin netral di tengah kekalutan para
pengikut Ali dan Muawiyah. Sikap itu di uangkapkan nya dengan pernyataan,Siapa yang
berkata marilah shalat, akan kupenuhi. Siapa yang berkata marilah menuju kebahagiaan,akan
kuturuti pula.Tetapi siapa yang mengatakan mari membunuh saudara kita seagama dan
merampas harta nya, maka saya katakan, tidak!.Ini bukan karena Ibnu Umar lemah, tapi
karena ia sangat berhati-hati, dan amat sedih jika umat Islam terpecah dalam beberapa
golongan. Ia tak suka berpihak pada salah satunya.

Meskipun pada akhirnya, pernah Abdullah bin Umar berkata, Tiada sesuatu pun yang
ku sesalkan karena tidak ku peroleh, kecuali satu hal, aku amat menyesal tidak mendampingi
Ali memerangi golongan pendurhaka. Hal ini karena, Ibnu Umar tidak mampu menghentikan
peperangan, sehingga ia menjauhi semuanya. Seseorang menggugat nya mengapa ia tidak
membela Ali dan Pengikutnya jika merasa Ali di pihak yang benar, Abdullah bin Umar

9
menjawab,Karena Allah telah mengharamkan atas ku menumpahkan darah Muslim.Lalu
dibacanya surat Al-Baqarah:193, perangilah mereka itu hingga tidak ada lagi fitnah dan
hingga orang-orang beragama itu ikhlas semata-mata karena Allah.

Ibnu Umar melanjutkan, “Kita telah melakukan itu, memerangi orang-orang musyrik
hingga agama itu semata bagi Allah. Tetapi sekarang, apa tujuan kita berperang? Aku sudah
mulai berperang semenjak berhala-berhala memenuhi Masjidil Haram dari pintu sampai ke
sudut-sudut nya, hingga akhir nya semua dibasmi Allah dari bumi Arab. Sekarang, apakah
aku akan memerangi orang yang mengucapkan “laa ilaaha illallah”?

Selain mendata keutamaan sifat-sifat Ibnu Umar, bapak sosiologi Ibnu Khaldun dalam
Muqaddimah mengkritisi Ibnu Umar. Menurutnya Abdullah bin Umar melarikan diri dari
urusan kenegaraan karena sifatnya memang senang menghindar dari ikut campur dalam
urusan apapun, baik yang boleh maupun yang terlarang. Wallahu’Alam.

Pelajaran yang dapat diambil dari kisah diatas diantara nya :

➢ Menghindari jabatan demi persatuan umat Islam


➢ Memilih sikap menengah diantara perselisihan antar umat Islam
➢ Tidak suka kekerasan dan peperangan apalagi terhadap sesama umat Islam kecuali
terhadap kaum kafir yang menentang Islam

10
BAB III
PENUTUP

3.1.KESIMPULAN

Dari beberapa penjelasan kisah teladan diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa kita
sebagai seoarang muslim, kita harus mencoba mencontoh setiap akhlak yang telah di lakukan
oleh para sahabat tersebut, baik dari segi ke imanan kepada Allah SWT ,tingkah laku kita
kepada sesama manusia,ataupun kepada bangsa dan Negara.Sehingga dapat menambah rasa
keimanan kita dan menambah kekhusu’an dalam menjalankan ibadah kepada Allah
SWT,serta menumbuhkan rasa kasih sayang sesama manusia.

3. 2.SARAN
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.Apabila
terdapat kesalahan mohon dapat dimaafkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba
Allah yang tak luput dari salah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Shohibul Ulum, Abu Bakar Ash-Shiddiq 30 Hari Menimba Kesabaran Sang Khalifah,
(Yogyakarta : MUEZZA, 2019)

Muhammad Sa‟id, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2007)

Ali Muhammad Ash-Shallabi, Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq

Ahmad Abdul, : Kisah Khulafaul Rasyidin.

12

Anda mungkin juga menyukai