Anda di halaman 1dari 11

ULUMUL HADIST

ABU DAWUD (202H/817M-275H/889M)

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas mata kuliah Ulumul Hadist Fakultas
Syariah dan Hukum Islam Prodi HukumTata Negara
Oleh kelompok 3 :
FITRI
742352021076
REZI FATIHA KIRANA
742352021086
NUR ALIM KUSUMA
742352021089
M.ASYHARI RASYID
742352O21078
ANIS
742352021083

DOSEN PENGAJAR : RA’FAH JAMILAH SAADAH,S.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya , sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “HADIS ABU
DAUD”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ulumul
Hadis. Kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam bidang
agama. Serta pembaca dapat mengetahui tentang hadis Abu Dawud ini.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu, kami
sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala
kekurangan dan kesalahan dari makalah ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama
proses penyusunan makalah ini.

Watampone, 13 November 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..........................................................................2


B. Rumusan Masalah.....................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................4

A. Biografi Imam Abu Daud.........................................................................5


B. Karya-karya Abu Daud............................................................................6
C. Sejarah Kisah Penulisan Kitab Sunan Abu Daud..................................7
D. Penilaian Para Ulama terhadap Sunan Abu Daud................................8

BAB III PENUTUP.............................................................................................9

A. KESIMPULAN........................................................................................10
B. Saran........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sunan Abu Dawud merupakan salah satu kitab sunan yang muncul dan berkembang
pada abad ke-3 H, bersama kitab-kitab sunan yang lain, kitab ini merupakan sumber hadis-
hadis Nabi yang berharga. Dengan berbagai keilmuan yang ia geluti serta kecerdasan yang
dimilikinya menjelma pula karya-karya lainnya, ini membuktikan bahwasanya ia adalah
seorang tokoh atau ulama hadis yang produktif. Sebut saja kitab sunan Abu Dawud
merupakan karya monumentalnya, tidak ada sesuatupun tercipta tanpa ruang hampa, kitab ini
tercipta karena adanya faktor-faktor tertentu yang melatarbelakanginya, dengan berbagai ciri
khasnya kitab ini menjelma sebagai kitab yang menempati posisi ketiga setelah imam Bukhari
dan Muslim, yang mana kitab sunan ini memiliki karakteristik tersendiri, dengan
mengumpulkan hadis-hadis yang beraromakan fiqih, dan masih banyak ragam variasi seluk
beluk perihal kitab ini.

Tidaklah mungkin jikalau adanya putih tanpa adanya hitam dalam kehidupan, mungkin
inilah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan keberadaan kitab sunan Abu Dawud dimata
para tokoh- tokoh hadis atau ulama-ulama. Seiring berjalannya waktu ke waktu kitab sunan
ini pun menuai berbagai sanjungan maupun kritikan-kritikan, namun bagaimanapun juga
kritikan-kritikan itu tidak lantas mengurangi keabsahan kitab ini, sebagai kitab hadis yang
menjadi pedoman bagi umat manusia setelah al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Biografi Imam Abu Daud ?


2. Bagaimana Karya-karya Abu Daud ?
3. Bagaimana Sejarah Penulisan Kitab Sunan Abu Daud ?
4. Bagaimana Penilaian Para Ulama terhadap Sunan Abu Daud ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Imam Abu Daud

Nama lengkap Abu Dawud adalah Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’as bin Ishak
Al- Azdy Al-Sijistaniy. Ia dilahirkan pada 202 H di Sijistani. Sebagai ulama
Mutaqaddimin yang produktif, beliau selalu memnfaatkan waktunya untuk menuntut
ilmu dan beribadah. Namun sangat disayangkan, infornasi kehidupan Abu Dawud di
masa kecil samgat sedikit. Sedangkan masa dewasanya banyak riwayat yang
mengatakan bahwa beliau termasuk ulama hadis yang terkenal. Abu Dawud terlahir di
tengah keluarga yang agamis. Mengawali intelektualitasnya, ia mempelajari al-Qur’an
dan literatur (bahasa) Arab serta sejumlah materi lainnya sebelum mempelajari
hadis, sebagaimana tradisi masyarakat saat itu. Dalam usianya kurang lebih dua puluh
tahun, ia telah berkelana ke Baghdad.

Setelah dewasa, beliau melakukan rihlah dengan intensif untuk mempelajari


hadis. Ia melakukan perjalanan ke Hijaz, Syam, Irak, Jazirah Arab dan Khurasan untuk
bertemu ulama-ulama hadis. Pengembaraannya ini menunjang Abu Dawud
mendapatkan hadis sebanyak-banyaknya untuk dijadikan referensi dalam penyusunan
kitab sunnahnta. Pola hidup sederhana tercermin dalam kehidupannya. Hal ini terlihat
dari cara berpakaiannya, yaitu salah satu lengan bajunya lebar dan satunya lagi
sempit. Menurutnya, lengan yang ini (lebar) untuk membawa kitab sedang yang
satunya tidak diperlukan, kalau lebar berarti pemborosan.

Maka tidak heran jika banyak ulama yang semasanya atau sesudahnya
memberikan gelar Zaid (mampu meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi) dan
Wara’ (teguh atau tegar dalam mensikapi kehidupan). Abu Dawud berhasil meraih
reputasi tinggi dalam hidupnya di Basrah, setelah Basrah mengalami kegersangan ilmu
pascaserbuan Zarji pada tahun 257 H. Gubernur Basrah pada waktu itu mengunjumgi
Abu Dawud di Baghdad untuk meminta Abu Dawud pindah ke Basrah. Atas
permintaan Gubernur Basrah, maka Abu Dawud pindah ke Basrah dan menetap di sana
hingga wafat. Pada tahun 275 H, Abu Dawud Al-Sijistaniy menghembuskan nafas
terakhirnya dalam usia 73 tahun atau tepatnya pada tanggal 16 Syawal 275 H di
Basrah. Beliau dimakamkan di samping makam Sufyan Ats-Tsaury.
B. Karya-karya Abu Daud

Abu Daud meninggalkan banyak karya, khususnya dalam bidang Hadis dan
sebagian Ilmu Syariah. Pada umumnya karya-karya beliau tersebut ialah :

1. Al-Maros
2. Masail Al Imam Ahmad
3. An Nasikh Wa Mansukh
4. Risalah Fi Washfi Kitab Al Sunan
5. Al-Zuhd
6. Ijabat An Salawat Al-Ajuri
7. Asilah An Ahmad Bin Hanbal
8. Tasmiyat Al-Akhwan
9. Kaul Qadr
10. Sunan Abu Daud

Contoh-contoh hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud:

Artinya: Dari Al-Miqdam. Ia berkata,” Rasulullah SAW, telah diberi air berwudu, lantas
beliau berwudu, maka di basuhnya kedua telapak tanganya tiga kali dan mukanya tiga kali,
kemudian membasuh kedua hastanya tiga kali, lalu berkumur dan dimasukkannya air ke
hidung tiga kali, kemudian disapunya kepala dan kedua telinganya bagian luar dan
dalam.” (Riwayat Abu Daud dan Ahmad)

Artinya: Dari Aisyah. Sesungguhnya Fatimah binti Abi Hubaisy telah berdarah
penyakit.Rasulullah berkata kepadanya, “Sesungguhnya darah haid berwarna hitam,
dikenal oleh kaum perempuan. Maka apabila ada darah semacam itu, hendaklah engkau
tinggalkan
shalat;apabila keadaan darah tidak seperti tiu, hendaklah engkau berwudu dan shalat.”
(Riwayat Abu Daud dan Nasai).

Artinya: Dari Ibnu Umar, “ Sesungguhnya Nabi SAW, telah membaca sesuatu ketika
shalat, tetapi beliau ragu-ragu pada bacaan itu. Setelah shalat beliau berkata kepada Umar,”
adakah engkau ikut shalat tadi bersama dengan kami?” jawab Umar, Ya, saya ikut.
Rasulullah berkata, mengapa engkau tidak tunjuki saya dalam bacaan tadi.”(Riwayat Abu
daud).

C. Sejarah Kisah Penulisan Sunan Abu Daud

Ada suatu kepastian bahwa beliau telah belajar Al-Qur’an dan literatur (bahasa) arab,
serta sejumlah materi lainnya. Sebelum beliau memulai belajar hadits, kondisi seperti ini
merupakan tradisi yang merakyat pada saat itu beliau melakukan rihlah sangat intensif
sekali untuk mempelajari hadits. Sebelum dewasa, beliau sudah mempersiapkan diri untuk
melanglang ke berbagai negeri. Dia belajar hadits dari para ulama yang ditemaninya di
Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah Sagar, Khurasan, dan negeri lainnya. Pengembaraannya
ke beberapa negeri itu mendapatkan hadits sebanyak-banyaknya, kemudian hadits itu
disaring lalu ditulis pada kitab sunan.
Beliau menghabiskan waktunya selama 20 tahun di kota Tursusu, beliau berhasil
meraih reputasi yang luas selama hidupnya. Pada saat Bashroh mengalami kegersangan
akibat gangguan (serbuan) Zanji pada 257 H Gubernur Abu Ahmad pergi meminta
mengunjungi Abu Daud di rumahnya di Baghdad dan meminta beliau pindah menetap di
sana dengan harapan, kota yang gersang itu dapat direhabilitasi deengan kehadiran beliau
dan dengan berkumpulnya para ulama dan murid-muridnya di sana.
Para ulama sangat menghormati, kemampuan adalah kejujuran dan ketakwaan beliau
yang luar biasa. Abu Daud tidak hanya seorang perowi, pengumpul dan penyusun hadits
tetapi juga ahli hukum yang handal dan kritikus hadits yang baik. Pada saat mengkritik
mengkritik hadits Abu Daud biasanya memeriksa materi tertulis.
D. Penilaian Para Ulama terhadap Sunan Abu Daud

1. Ahmad ibn Hambal, salah seorang guru Abu Dawud, sangat menghargai kitab Sunan
ini. Bahkan, ulama yang lebih detail menyatakan sebagai berikut:“ Ketahuilah oleh kamu
bahwa kitab As-Sunan Abu Dawud ini merupakan kitab berharga yang tak satu pun kitab
ilmu keagamaan yang menyerupainya, yang pernah ditulis oleh orang lain. Kitab
tersebut diterima baik oleh semua orang, sehingga menjadi hakim di antara para ulama dan
generasi para fuqaha. Walaupun merekaberbeda mazhab, masing-masing ‘menimba’ dan
‘meminum’ darinya. Dan kepada kitab itu pula, penduduk Irak, Mesir, negeri-negeri
maghrib (timur), dan sebagian besar penduduk penjuru dunia bergantung kepada.”
2. Ibn Qayyim Al-Jauziyah menilai bahwakitab Sunan karya Abu Dawud As-Sijistani ini
merupakan karuniabagi Islam, dengan mendapat kedudukan khusus yang diberikan oeh
Allah swt. Kepadanya. Ia menjadi hakim bagi kaum muslimin dan pelerai bagi segala
pertentangan. Kepadanyalah, orang-orang mencari keadilanuntuk ber-tahkim, dan terhadap
ketetapannyayang tegas itulah, orang-orang menjadi senang dan rela. Abu Dawud telah
menghimpun hadis-hadis hukum yang bertebaran di masyarakat sedemikian lama, yang
kemudian ia kumpulkan dan ia susun dengan sebaik-baiknya, dan membuang hadis-hadis
yang cacat dan lemah.
3. An-Nawawi menyatakan, sekiranya orang-orang yang mengajarkan fiqh maupun yang
lainnya, berdasarkan ajaran yang terkadang dalam Sunan Abu Dawud yang telah
dikuasainya secara sempurna, hal itu tentu saja sangat menolong perkembangan pemikiran
umat. Hal ini karena dalam kitab ini, sebagian besar hadisnya dapat dijadikan hujjah,
mudah diambil dan diringkas penjelasannya. Penulisnya termasuk orang pintar dan cermat,
sehingga tergambar dalam karya ini suatu penulisan kitab hadis yang sistematis, sesuai
dengan kebutuhan umat.
4. Abu Hamid Al-Ghazali memandang Sunan Abu Dawud memenuhi syarat sebagai
pegangan bagi para mujtahid ketika melakukan ijtihadnya.
Demikianlah penilaiannya sebagian para ulama terhadap kitab Sunan Abu Dawud.
Semuanya menyatakan kekagumannya terhadap kitab hadis ini. Disisi lain, pribadi Abu
Dawud pun merupakan seorang figur fuqaha yang sangat pantas di teladani sikapnya,
untuk menyikapi berbagai perbedaan yang terjadi di bidang fiqih dewasa ini. Abu Dawud
tidak memihak kepada salah satu mazhab fiqh yang ada ketika ia hidup.
Penulis kitab Sunan-nya tidak ditujukan untuk memojokan salah satu ajaran fiqh yang ada
baik ketika itu maupun dewasa ini. Oleh karena itu, kitabnya dapat diterima oleh semua
kalangan pengkaji Islam, Khususnya kajian dibidang hadis. Inilah salah satu kelebihan
Imam Abu Dawud, baik sebagai ahli hadis maupun sebagai fuqaha.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Biografi Imam Abu Daud nama lengkap Abu Daud adalah Abu Daud Sulaiman bin
alAsy’as bin Ishaq Al-Azdy al-Sijistany. Ia dilahirkan pada 202 H Sijistani. Suatu kota di
Basrah sebagai ulama Mutaqaddimin yang produktif, beliau selalu memanfaatkan
waktunya untuk menuntut ilmu dan beribadah.

Setelah dewasa beliau melakukan rihlah dengan intensif untuk mempelajari Hadits. Ia
melakukan perjalanan ke Hijaz, Syam, Irak, Jazirah Arab dan Khurasan untuk bertemu
ulama- ulama Hadits. Pengembaraanya ini menunjang Abu Daud mendapatkan Hadits
sebanyak- banyaknya untuk dijadikan referensi dalam penyusunan kitab sunahnya. Pola
hidup sederhana tercermin dalam kehidupanya. Maka tidak heran jika banyak ulama yang
semasanya atau sesudahnya memberikan gelar Zaid (mampu meninggalkan hal-hal yang
bersifat duniawi) dan Wara’ (teguh atau tegar dalam mensikapi kehidupan).

Abu Daud meninggalkan banyak karya, khususnya dalam bidang Hadits dan
sebagian Ilmu Syariah pada umumnya karya-karya beliau tersebut ialah : Al-Maros, Masail
Al Imam Ahmad, An Nasikh Wa Mansukh, Risalah Fi Washfi Kitab Al Sunan, Sunan
Abu Daud.

Para ulama sangat menghormati, kemampuan adalah kejujuran dan ketakwaan beliau
yang luar biasa. Abu Daud tidak hanya seorang perawi, pengumpul dan penyusun hadits
tetapi juga ahli hukum yang handal dan kritikus hadits yang baik. Pada saat mengkritik
hadits Abu Daud biasnya memeriksa materi tertulis.

B. Saran

Karya yang kami susun ini bukanlah karya yang sempurna tapi sesuatu yang lahir
dari kerja keras. Tentunya kerja keras penyusun bukan tanpa kekurangan hasilnya ini.
Maka kami senatiasa mengharapkan masukan dan kritikan rekan-rekan pembaca, dan
mudah-mudahan rekan-rekan semua dapat menggali terus Hadits Imam Daud dan
keruntunan ide agar kita dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang hal
tersebut. Mudah-mudahan dengan terciptanya makalah ini khususnya bagi penyusun
umumnya untuk para pembaca bisa
mengembangkan atau membuat sebuah Hadits Imam Daud yang baik berdasarkan kriteria
yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Ajajj, al-Khatib, Muhammad . 1975. Ushul al-Hadits: ‘Ilmuhu wa Musthalahuhu.


Damaskus: Dar al-Fikri
Al-Khaththabi, Sulaiman. Ma’alim As-Sunnah, Beirut; Al-Maktabah Al-Ilmiyah,
Jilid I. As-Shalih, Subhi. 2007. Membahas Ilmu-Ilmu Hadits. Jakarta: Pustaka
Firdaus.
Mudasir. 1999. Ilmu Hadits. Bandung: Pusaka Setia.
Khaeruman, Badri. 2010. Ulum Al-Hadis. Bandung: Pustaka Setia.
Muhyi Ad-Din, Muhammad. Abu Hamid. Sunan Abu Dawud, Bandung: maktabah
Dahlan.

Anda mungkin juga menyukai