Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Biografi para Penulis Hadits Kitab dan Social-Politik Hadits-nya

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Studi Hadits

Dosen Pengampu : Ibu Mufaizah, M.Pd.I

Oleh

1. Rahmat Agung Pramudya (03020420036)


2. Salma Dhiya Ulhaq (03040420061)
3. Mudah Maulidiah Susandra (

KELAS B
JURUSAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN AMPEL
SURABAYA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Biografi
para Penulis Hadits Kitab dan Social-Politik Hadits-nya” ini tepat pada waktunya.

Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Mufaizah,
M.Pd.I pada mata kuliah Studi Hadits. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang biografi para penulis hadits dan setting social politik hadits.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mufaizah, M.Pd.I selaku dosen mata kuliah
Studi Hadits yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 13 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................II

DAFTAR ISI..........................................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................1
C. TUJUAN PEMBAHASAN...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

A. BIOGRAFI PARA PENULIS HADITS..................................................................................2


B. SETTING SOSIAL-POLITIK HADITS..................................................................................7

BAB III PENUTUP................................................................................................................11

A. SIMPULAN.....................................................................................................................11
B. SARAN..........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Hadits dipelajari agar mengetahui hadits itu shahih atau tidak.
Hadits merupakan sumber syariat islam, kedua setelah al-Quran. Setelah
sepeninggalan Rasulullah, para sahabat menggunakan pengalamannya yang
diperoleh dari perbuatan, kebiasaan, dan perkataan, beliau ketika masih hidup.
Juga tentang setting sosial politik hadits berdasarkan hukum-hukum perdamaian
yang harus terus diperjuangkan dan membangun tata cara kehidupan dan
penghidupan yang diatur dan damai.

Di makalah ini, kami akan menjelaskan tentang biografi para penulis


hadits kutubus-sittah dan kutubut-tis’ah serta setting sosial politik hadits
tersebut yang tentunya sangat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.

B. Rumusan Masalah
- Siapa saja penulis hadits kitab kutubus-sittah dan kutubut-tis’ah?
- Apa saja social-politik yang melatar belakangi pembuatan hadits?

C. Tujuan Pembahasan
Dalam pembuatan makalah ini, tentu saja kami memiliki tujuan. Berikut
merupakan tujuan dibuatnya makalah ini :

- Menjelaskan masing-masing biografi para penulis hadits kutubut-tis’ah dan


kutubus-sittah
- Menjelaskan social-politik hadits yang ditulis.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Para Penulis Hadits

Mempelajari Ilmu Hadits memiliki tujuan utama yaitu untuk memastikan


hadits tersebut shahih atau tidak. Sejak dulu, bahkan ketika Rasulullah masih
hidup, para sahabat beliau sudah meneliti otentitas suatu hadits. Tetapi
cakupannya masih sangat terbatas karena mereka bisa langsung menanyakan
atau mengecek langsung ke Rasulullah. Kegiatan pembukuan hadits ini sudah
berlangsung selama 12 abad lamanya. Di sini akan dijelaskan biografi penulis
hadits kutubut-tis’ah dan kutubus-sittah.

1. Biografi Penulis Hadits Kutubus-sittah

a. Bukhari

Imam Bukhari lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah pada hari Jum’at
tanggal 13 shawwal 194H. Ketertarikannya pada ilmu hadits dimulai ketika beliau
berusia 10 tahun. Beliau berguru kepada Syekh Al-Dakhili, ulama ahli hadits yang
masyhur di kota Bukhara.

Karya pertama beliau berjudul "Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien” Kitab ini
ditulisnya ketika masih berusia 18 tahun. Ketika berusia 22 tahun beliau menulis kitab
“Al Tarikh” waktu beliau menunaikan ibadah haji bersama ibu dan kakaknya. Karya
yang paling monumental beliau adalah kitab Al Jami’ Al Shahih.

Beliau meninggal pada tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam ‘Idul
Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas Shalat dzuhur
pada hari raya ‘IdulFitrti.

2
b. Imam Muslim

Imam Muslim lahir di Naisabur pada tahun 204H atau 820M. Ketertarikannya
pada ilmu hadits ketika beliau masih dini, yakni berusia kurang dari 15 tahun. Ketika
berusia sepuluh tahun, Imam Muslim sering datang dan berguru pada seorang ahli
hadits, Imam Al-Dakhili. Setahun kemudian, beliau mulai menghafal hadits Nabi
SAW.

Berpetualang menjadi aktivitas rutin beliau untuk mencari silsilah dan urutan
yang benar sebuah hadits. Imam Muslim meriwayatkan puluhan ribu hadits, jumlah
hadits yang beliau tulis dalam Shahih Muslim diambil dan disaring dari sekitar
300.000 hadits yang beliau ketahui. Untuk menyaring hadits-hadits tersebut, Imam
Muslim membutuhkan waktu 15 tahun.

Diantara karya-karyanya adalah : al-Musnad al-Sahih, al-Mukhtasar min al-


Sunan bi Naql al-Adl an al-Adl an RasulAllah, Al-Musnad al-Kabi, Al-Jami’al-Kabir,
Kitab I’lal wa kitab Auham al-Muhaddithin, Kitab Tamyiz.

Imam Muslim wafat pada Ahad sore, pada tanggal 24 Rajab 261 H,
dikebumikan pada hari Senin di Naisabur.

c. Abu Dawud

Abu Dawud al-Sijistani lahir di perbatasan Iran dan Afganistan, 202 H/817 M.
Sejak kecil, Abu Dawud sudah memiliki ketertrikan kepada ilmu pengetahuan. Beliau
melakukan perjalanan mencari ilmu ke berbagai pusat pengajaran hadits.

Selama perjalanan studinya, Imam Abu Dawud menghasilkan sebuah buku hadits
yang diberi nama Sunan Abi Dawud. Kitab ini termasuk kitab hadits baku di samping
kitab-kitab lain yang tergabung dalam Kutub al-Sittah. Dalam kitabnya Imam Abu
Dawud mengumpulkan 4.800 hadits dari 500.000 hadits yang dicatat dan dihafalnya.
Kitab itu disusun menurut sistematika fikih, yang memuat hadits-hadits yang
berkaitan dengan hukum.

Setelah hidup penuh dengan kegiatan ilmu, mengumpulkan dan menyebarluaskan


hadits, Abu Dawud wafat di Basrah tanggal 16 Syawal 275H.

3
d. Imam Tirmidzi

Imam Tirmidzi, lahir pada tahun 209H di Khurasan. Sejak kecil, Imam
Tirmidzi gemar belajar ilmu dan mencari hadits. Untuk keperluan inilah ia
mengembara ke berbagai negeri, Dalam lawatannya itu, ia banyak mengunjungi
ulama-ulama besar dan guru-guru hadits untuk mendengar hadits dan kemudian
dihafal dan dicatatnya dengan baik.

Di antara karya al-Tirmidzi yang paling monumental adalah kitab al-Jami’ al-
Shahih atau Sunan al-Tirmidhi, sementara kitab-kitab yang lain, seperti : al-Zuhud,
dan al-Asma’wa al-Kuna kurang begitu dikenal dikalangan masyarakat umum.

Pada akhir kehidupannya mendapat musibah kebutaan, dan beberapa tahun


lamanya ia hidup sebagai tuna netra. Dalam kondisi seperti itulah, Imam Tirmidhi
meninggal dunia. Ia wafat di Tirmidhi pada usia 70 tahun.

e. Nasa’i

Imam al-Nasa’i dilahirkan pada tahun 215 H di kota Nasa’ yang masih termasuk
wilayah Khurasan. Ketika beliau sudah menginjak usia remaja, timbul keinginan
dalam dirinya mengadakan pengembaraan mencari hadits Nabi. Maka ketika usianya
menginjak 15 tahun, beliau mengadakan perjalanan ke daerah-daerah yang masih
berada di Jazirah Arabia untuk mendengarkan dan mempelajari Hadits Nabi dari
ulama-ulama negeri yang beliau kunjungi.

Imam al-Nasa`i mempunyai beberapa buku karangan, dapat disebutkan di


antaranya adalah sebagai berikut: Al-Sunan al-Kubra, Al-Sunan al-Sugra, Musnad
Malik, Manasik al-Hajj, Kitab al-Jum’ah, Igrab Syu’bah ‘Ali Sufyan wa Sufyan ‘Ali
Syu’bah, Khasa’is ‘Ali ibn Abi Talib Karam Allah Wajhah, dan ‘Amal al-Yaum wa
al-Lailah

Beliau wafat pada hari Senen, tanggal 13 Bulan Syafar, tahun 303 H. (915 M)
di al-Ramlah dalam usia 85 atau 88 tahun.

f. Ibnu Majah

Ibnu Majah lahir pada tahun 209 H/ 824 M, tempat kelahiran Ibnu Majah tidak ada
sumber yang jelas yang menjelaskan. Ibn Majah hidup pada masa pemerintah Dinasti

4
Abbasiyah, Ibn Majah berkembang dan meningkat dewasa sebagai orang yang cinta
mempelajari ilmu dan ilmu pengetahuan yang teristimewa mengenai hadits dan
periwayatnya yang mana pada masa Ibn Majah ditandai maraknya adanya hadits
palsu.

Dalam usahanya mencari dan mengkodifikasikan hadits, ia telah melakukan


rihlah dan berkeliling ke beberapa negeri untuk mengumpulkan hadits untuk
menemui dan berguru hadits pada ulama’ pada jamannya. Guru pertamanya adalah
‘Ali ibn Muhammad al-Tanafas dan Jubarah ibn al-Mughlis,

Karya-karya tulisannya antara lain : Tasfir al-Qur’an, Kitab alTarikh, dan kitab
sunannya. Ibn Majah telah berhasil meriwayatkan beberapa buah hadits dengan sanad
tinggi (sedikit sanadnya) sehingga antara dia dengan Nabi tiga perawi saja yang lebih
dikenal dengan sebutan thulathiyat.

Beliau wafat pada hari selasa tanggal 22 Ramadhan 273 H dalam usia 74 tahun.

2. Biografi Penulis Hadits Kitab Kutubut-Tis’ah

a. Imam Ahmad

Nama lengkap beliau Abu Abdullah Ahmad bin bin Hilal Al-syaibani salah
satu pendiri Mazhab empat yang diberi nama mazhab hambali. Beliau orang yang
berwawasan luas, ulama yang sangat dalam pemahamannya terhadap ruh syariat.
Imam Ahmad tertarik untuk menulis hadits pada tahun 179H saat berumur 16 tahun.

Imam Ahmad berguru kepada banyak ulama yang tersebar diberbagai negeri.
Dari perantauan ilmiayah inilah, beliau mendapatkan guru-guru kenamaan. Imam
Ahmad selain seorang ahli mengajar dan ahli mendidik, beliau juga seorang
pengarang. Beliau mempunyai beberapa kitab yang telah disusun dan telah
direncanakannya, yang isinya sangat berharga bagi masyarakat umat yang hidup
sesudahnya. Di antara karya beliau yang sangat gemilang, ialah Musnadu’l Kabir
kitab musnad ini merupakan satu-satunya kitab musnad terbaik.

Beliau menghembuskan napas terakhirnya di pagi hari Jum’at bertepatan


dengan tanggal 12 Rabi’ul Awwal 241 H pada umur 77 tahun di kota Baghdad.

5
b. Imam Malik

Imam malik dilahirkan di kota Madina pada tahun yang masih di perselisihkan
antara 90,92 dan 93H atau antara 94-97H Beliau adalah seorang muhadist yang
menjunjung tinggi hadist Rasullullah Saw. Beliau juga ahli fiqih.

Al muwatha’ merupakan karya beliau yang sangat gemilang dalam ilmu


hadist. Beliau menulisnya pada tahun 144 H atas anjuran Kholifah Ja’far Manshur
sewaktu menunaikan ibadah haji. Menurut para ulama ada beberapa kitab yang ditulis
oleh imam malik antara lain; Risala ila ibn wahab fi al-Qadri, Kitab al-nujum, Risalah
fi al-aqidah, Tafsir li gharib al-Qur’an, Risalah ila al-laits bin sa’ad, Risalah ila abi
ghisan, Kitab al-sir, Kitab al-manasik, Kitab almuwatta’

Beliau wafat di Madinah tahun 169 H atau 179 H.

c. Al-Darimi

Al-Darimi lahir pada tahun 181 H di kota Samarqand. Sejak kecil beliau telah
dikaruniai kecerdasan otak sehingga beliau mudah untuk memahami dan menghafal
setiap yang didengarnya.

Karya beliau yang popular adalah kitab hadist yang diberi judul “al hadist al
musnad al marfu’ wa al mauquf wa al maqthu’ atau yang terkenal dengan sunan al-
Darimi. Di samping itu al-Darimi juga menyusun kitab tafsir dan kitab ensiklopedi.

Imam al-Darimi meninggal dunia pada hari Tarwiyah tahun 255 H setelah
shalat ‘Ashar. Ia dikubur pada hari Jum’at yang bertepatan dengan hari ‘Arafah.
Ketika meninggal, al-Darimi umurnya telah mencapai 75 tahun.

B. Setting Sosial-Politik Hadits

a. Imam Bukhari

Penulisan kitab al-Jāmi’ al-shaḥīh diperkuat dengan dorongan moral di mana


al-Bukhārī pernah bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW dan berdiri tepat
di dekat beliau sambil mengipasinya. Ahli ta’bīr mengatakan, mimpi itu memilik

6
makna, al-Bukhārī akan membersihkan kebohongan yang dilontarkan oleh musuh-
musuh Islam kepada Rasulullah. Imām al-Bukhārī menamakan kitab shahīhnya
dengan nama “al-Jāmi’ al-Musnad al-Shaḥīh al-Mukhtashar min Umūr Rasūl Allāh
SAW wa Sunanih wa Ayyāmih.”

Shaḥih al-Bukhari sebagai karya Imām al-Bukhārī yang terbesar, disepakati


oleh ulama sebagai kitab yang paling autentik setelah al-Qur’an. Meski demikian
kitab ini tidak luput dari kritikan berbagai pihak, namun semuanya itu tidak sampai
mengurangi nilai keotentikan hadis al-Bukhāri

b. Imam Muslim
Imam Muslim hidup pada masa Abbasiyah yang pusat kekuasaannya di kota
Baghdad pada kholifahnya al-Mutawakkil. Pada masa ini keadaan politik dan militer
mulai mengalami kemerosotan, tetapi dalam bidang ilmu pengetahuan mengalami
perkembangan yang signifikan.
Berikut alasan pokok yang melatarbelakangi dan memotivasi penyusunan
kitab haditsnya :
- Pada masanya masih sangat sulit mencari referensi koleksi hadits yang
memuat hadits-hadits shahih dengan kandungan yang relatif komprehensif
dan sistematis
- Pada masanya terhadap kaum Zindiq yang selalu berusaha membuat dan
menyebarkan sejumlah cerita hadits palsu serta mencampuradukkan antara
hadits-hadits yang shahih dan yang tidak shahih.

c. Abu Dawud

Pemaklah tidak menemukan latar belakang pasti perihal penulisan kitab


Sunan Abu Daud, tetapi ada indikasi yang menuju kearah pembukuan hadis pada
masa itu, tepatnya pada abad ke-3 H, di mana pada abad ini banyak pembukuan
hadits oleh imam-imam hadis terkemuka, di antaranya Jami’ Al-Sahih yang
dimiliki oleh imam Bukhari dan Muslim, pada masa itu telah terjadi berbagai
konflik di antaranya perseteruan antara ahli ra’yu dengan ahli hadis. Sehingga
faktor ini yang memungkinksn Abu Daud dalam menulis kitabnya yang
dibukukannya secara periodik sehingga terciptanya kitab Sunan Abu Daud.

7
d. Tirmidzi

Jami’ al-Shahih merupakan karya monumental beliau. Beliau salah satu


Imamul muslimin dalam bidang hadits dilihat dari beliau begitu antusias mengkaji
hadits Nabi SAW, baik dari proses pencarian hadits dari berbagai perlawatanya ke
berbagi daerah, mempelajarinya dengan cara mudzakarah maupun dengan cara diskusi
dengan para ulama’ dimasanya seperti Imam Bukhari, sampai dari pengumpulan
hadits yang membuahkan karya besar.

e. Nasa’i

Kitab Sunan Kubra adalah karya terbesar beliau. Pada awalnya, kitab
tersebut ditulis untuk dipersembahkan kepada gubernur di Ramlah, Palestina.
Kitab tersebut berisi hadis-hadis yang berkualitas shaḥih, ḥasan dan ḍha’if. Akan
tetapi, setelah gubernur tersebut meminta kepadanya untuk memilah-milah antara
yang shaḥih dengan yang tidak, akhirnya al-Nasa’i menyelesaikannya dari hasil
seleksinya itu dituangkan di dalam al-Sunan al-Sughra yang kemudian dikenal
dengan sebutan Sunan al-Mujtab.

f. Ibnu Majah
Di dalam penyeleksian hadis (matan maupun sanadnya), Ibnu Mājah tidak
menjelaskan kriteria dan standard yang digunakannya. Melihat dari sejumlah hadis
yang dihimpun sendiri oleh Ibnu Mājah, beliau tidak memilah-milah kriteria
hadis/kualitas hadis yang dimuat di dalam Sunan-nya. Kitab Sunan Ibnu Mājah
menimbulkan polemik yang berkepanjangan apakah kitab tersebut layak
diklasifikasikan ke dalam jajaran kelompok al-Kutub al-Sittah atau tidak. Menurut
hemat penulis, justru sikap Ibnu Mājah yang demikian ini dapat membangkitkan
sikap kreatif para ulama yang concern terhadap hadis untuk memilah-milahnya.

Sebagaimana kitab-kitab sunan yang lain, Sunan Ibnu Mājah ini disusun
berdasarkan materi dan bab fiqih. Tetapi secara rinci, terjadi beberapa perbedaan
dengan Sunan al-Nasa’i.

g. Imam Al-Darimi

8
Karya beliau yang popular adalah kitab hadist yang diberi judul “al hadist al
musnad al marfu’ wa al mauquf wa al maqthu’ atau yang terkenal dengan sunan al
Darimi. Dalam menyusun kitab Sunan al-Darimi ini, beliau sepertinya tidak
berkehendak untuk memperbanyak jalur sanad, tetapi ia lebih berkeinginan untuk
menyusun suatu kitab yang ringkas. Dalam satu bab ia hanya memasukkan satu hadis,
dua hadis, atau tiga hadis saja. Inilah alasan beliau hanya memasukkan tidak lebih dari
10 buah hadis mu’allaq.

h. Imam Malik
Al muwatha’ merupakan karyanya yang sangat gemilang dalam ilmu hadist.
Ada beberapa versi yang mengemukakan tentang latar belakang penyusunan al-
muwatta’, diantaranya yaitu:
- Problem politik dan sosial keagamaan pada masa tradisi Daulah Umayyah
Abasiyyah yang mengancan integritas kaum Muslim.
- Permintaan Khalifah Ja’far al-Mansur atas usulan Muhammad ibn al-Muqaffa’
yang sangat prihatin terhadap perbedaan fatwa dan perkembangan yang
berkembang saat itu,
- Selain dari permintaan Khalifah Ja’far al-Mansur, Imam Malik memiliki
keinginan kuat untuk menyusun kitab yang dapat memudahkan umat Islam
dalam memahami agama.

i. Imam Ahmad

Imam Ahmad hidup pada zaman di mana pertentangan antara ahl al-hadits
dan ahl al-ra’yi masih sangat terasa kental. Di masanya, ada peristiwa mihnah (bagi
orang yang tidak menerima kemakhlukan Al-Qur'an, akan dihukum dan diasingkan)
dan beliau termasuk yang tidak menerima kemakhlukan Al-qur’an. Beliau gencar
menyuarakan agar umat islam kembali pada sunnah Nabi Saw. Keinginan beliau
agar kitabnya menjadi hujjah, menggiring penulisnya untuk melakukan proses
penyeleksian terhadap sanad dan matan hadîts yang ia riwayatkan dalam kitab
musnad-nya. Selain itu, penulisan dengan model musnad merupakan bentuk dari
tindakan Imam Ahmad untuk mengembalikan otoritas para sahabat Rasul saw, yang
merupakan saksi pertama perjalanan hidup Rasulullah saw, dan juga sekaligus
sebagai langkah untuk menjaga keautentikan hadits Rasul saw.
9
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Dari apa yang telah dijabarkan di atas, maka dapat diketahui bahwa
tokoh-tokoh di atas merupakan seorang ilmuwan hukum yang relatif paling
tekstual dalam memahami al-Qur’an dan sunah. Karena kecintaan beliau
kepada sunnah dan hadits Nabi, tidak heran bila sampai saat ini hasil karya
mereka tetap dipakai dan dijadikan rujukan bagi para ilmuan dalam
mempelajari ilmu hadits.

Tokoh-tokoh di atas tidak main-main dalam menuntut ilmu, beliau


hanya akan mencari ilmu kepada orang-orang yang benar-benar memahami
ilmu tersebut dalam obyeknya. Sebagai seorang pemuda islam mungkin saja
kita bisa meniru semangat mereka dalam menuntut ilmu, yang selalu haus
akan ilmu dan tak pernah merasa lelah dalam mencari ilmu dan mengamalkan
kepada umat.

B. Saran

Demikian makalah yang dapat kami buat, semoga bermanfaat bagi


para pembaca. Jika ada kritik dan saran yang ingin disampaikan, silahkan
sampaikan kepada kami. Kami akan menerima saran dengan baik, agar bisa
dijadikan evaluasi dalam pembuatan makalah di masa mendatang. Apabila ada
kesalahan dalam pembuatan makalah ini, mohon dapat memaafkan dan
memakluminya, karena kami hamba Allah yang tidak luput dari kesalahan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sumbulah, Umi. 2013. Studi Sembilan Kitab Hadis Sunni. Malang : UIN-MALIKI PRESS

Qomarullah, Muhammad. 2017. “MENGENAL KUTUB TIS’AH DAN BIOGRAFI


PENGARANGNYA” dalam el-Ghiroh volume XII (hlm. 3-13)

2011. “BIOGRAFI PENYUSUN KUTUB AL-SITTAH DAN BEBERAPA PANDANGAN


TERHADAPNYA” http://digilib.uinsby.ac.id/9611/6/BAB%20III. (diakses tanggal 10
Oktober 2020)

Harahap, Heriansyah. 2015. BIOGRAFI IMAM ABU DAWUD DAN SUNANNYA.


http://heriansyaharahap92kerenabis.blogspot.com/2015/11/biografi-imam-abu-dawud-dan-
sunannya.html. (diakses tanggal 16 Oktober 2020)

Amin, Ali Musthofa. 2019. PEMIKIRAN HADIST IMAM AHMAD BIN HANBAL DAN
RELEVANSINYA TERHADAP SOSIO-POLITIK PADA MASANYA. https://fud.iain-
surakarta.ac.id. (diakses tanggasl 16 Oktober 2020)

11

Anda mungkin juga menyukai