Anda di halaman 1dari 6

A.

Biografi Para Penulis Hadits

Mempelajari Ilmu Hadits memiliki tujuan utama yaitu untuk memastikan hadits tersebut shahih
atau tidak. Sejak dulu, bahkan ketika Rasulullah masih hidup, para sahabat beliau sudah meneliti
otentitas suatu hadits. Tetapi cakupannya masih sangat terbatas karena mereka bisa langsung
menanyakan atau mengecek langsung ke Rasulullah.

Kegiatan pembukuan hadits ini sudah berlangsung selama 12 abad lamanya. Di sini akan
dijelaskan biografi penulis kitab kutubus-sittah dan kitab kutubut-tisa’ah.

1. Biografi Penulis Hadits Kitab Kutubus-Sittah (ada enam : Bukhari, Muslim, Abu Dawud,
Tirmidhi, Nasa’i dan Ibnu Majah)

a. Bukhari
Imam Bukhari lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah pada hari Jum’at tanggal 13
shawwal 194H. Nama lengkapnya adalah Abu Abd Allah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim
ibn Al-Mughirah ibn Bardizbah Al-Ju'fi Al Bukhari, beliau lebih dikenal dengan nama Bukhari.
Kakeknya bernama Bardizbah, turunan Persi yang masih beragama Zoroaster. Tapi
orangtuanya, Mughirah, telah memeluk Islam di bawah asuhan Al-Yaman al-Ja’fi.

Ketertarikannya pada ilmu hadits dimulai ketika beliau berusia 10 tahun. Pada usia 16
tahun, beliau sudah menghafal dan menguasai buku seperti Al-Waki dan Al-Mubarak. Beliau
berguru kepada Syekh Al-Dakhili, ulama ahli hadits yang masyhur di kota Bukhara.
Kemudian beliau bersama keluarganya berkunjung ke kota suci Makkah dan Madinah untuk
mengikuti kuliah para guru besar hadits.

Karya pertama beliau berjudul "Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien” Kitab ini ditulisnya
ketika masih berusia 18 tahun. Ketika berusia 22 tahun beliau menulis kitab “Al Tarikh”
waktu beliau menunaikan ibadah haji bersama ibu dan kakaknya. Karya yang paling
monumental beliau adalah kitab Al Jami’ Al Shahih.

Banyak para ahli hadits yang berguru kepadanya, Suatu ketika penduduk Samarkand
mengirim surat kepada Imam Bukhari, meminta dirinya agar menetap di Saamarkand. Ia
pergi memenuhi permohonan mereka. Ketika perjalanannya sampai di Khartand, sekitar 10
km sebelum Samarkand, beliau singgah dahulu mengunjungi beberapa keluarganya. Namun
di sana beliau jatuh sakit selama beberapa hari. Dan Akhirnya meninggal pada tanggal 31
Agustus 870 M (256 H) pada malam ‘Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau
dimakamkan selepas Shalat Zuhur pada HariRaya ‘Idul Fitri.

b. Muslim

Imam Muslim lahir di Naisabur pada tahun 204H atau 820M, bernama lengkap Imam Abul
Husain Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim ibn Kausyaz al-Qushairi al-Naisaburi. Ketertarikannya
pada ilmu hadits ketika beliau masih dini, yakni berusia kurang dari 15 tahun. Beliau
dianugerahi kelebihan berupa ketajaman berfikir dan ingatan hafalan. Ketika berusia
sepuluh tahun, Imam Muslim sering datang dan berguru pada seorang ahli hadits, Imam
Al-Dakhili. Setahun kemudian, beliau mulai menghafal hadits Nabi SAW, dan mulai berani
mengoreksi kesalahan dari gurunya yang salah menyebutkan periwayatan hadits.

Beliau tidak segan bertanya kepada banyak ulama dari berbagi macam tempat dan negara.
Berpetualang menjadi aktivitas rutin beliau untuk mencari silsilah dan urutan yang benar
sebuah hadits. Beliau, misalnya pergi ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan negara-negara lain.
Dalam lawatannya itu, Imam Muslim banyak bertemu dan mengunjungi ulama-ulama
kenamaan untuk berguru hadits kepada mereka.

Imam Muslim dikenal dengan orang yang tawadu’ dan wara’ beliau telah meriwayatkan
puluhan ribu hadits Jumlah hadits yang beliau tulis dalam Shahih Muslim itu diambil dan
disaring dari sekitar 300.000 hadits yang beliau ketahui. Untuk menyaring hadits-hadits
tersebut, Imam Muslim membutuhkan waktu 15 tahun. Diantara karya-karyanya adalah :
al-Musnad al-Sahih, al-Mukhtasar min al-Sunan bi Naql al-Adl an al-Adl an RasulAllah, Al-
Musnad al-Kabi, Al-Jami’al-Kabir, Kitab I’lal wa kitab Auham al-Muhaddithin, Kitab Tamyiz.
Kitab Man Laisa Lahu Illa Rawin Wahidun, Kitab Tabaqat al-Tabi’in, Kitab Muhadramin.

Imam Muslim wafat pada Ahad sore, pada tanggal 24 Rajab 261 H, dikebumikan pada hari
Senin di Naisabur.

c. Abu Dawud

Abu Dawud al-Sijistani lahir di perbatasan Iran dan Afganistan, 202 H/817 M. Nama
lengkapnya Abu Dawud Sulaiman ibn‘Asy’as ibn Basyir ibn Shidad ibn‘Amr ibn‘Amran al-Azdi
al-Sijistani. Sejak kecil, Abu Dawud sudah memiliki ketertrikan kepada ilmu pengetahuan.
Sebelum mempelajari hadits, beliau mulai belajar bahasa Arab dan Al-Qur’an dari guru-guru
di daerahnya. Kemudian ia mengintensifkan pelajarannya dan memperdalam
ilmupengetahuannya tentang hadits dengan bermukim di Baghdad sampai berusia 21 tahun.

Beliau melakukan perjalanan mencari ilmu ke berbagai pusat pengajaran hadits. Dalam
pengembaraan itu, ia bertemu dan belajar pada ahli-ahli hadits yang pernah menjadi guru
Imam al-Bukhari dan Imam Muslim. Selama perjalanan ke berbagai kota dan pertemuannya
dengan beberapa guru ahli hadith tersebut, Imam Abu Dawud secara tekun dan teliti
memanfaatkan seluruh waktunya untuk menuntut ilmu pengetahuan tentang hadits. Jumlah
guru Imam Abu Dawud sangat banyak.

Selama perjalanan studinya, Imam Abu Dawud menghasilkan sebuah buku hadith yang
diberi nama Sunan Abi Dawud. Kitab in termasuk kitab hadits baku di samping kitab-kitab
lain yang tergabung dalam Kutub al-Sittah. Dalam kitabnya Imam Abu Dawud
mengumpulkan 4.800 hadits dari 500.000 hadits yang dicatat dan dihafalnya. Kitab itu
disusun menurut sistematika fikih, yang memuat hadits-hadits yang berkaitan dengan
hukum. Setelah hidup penuh dengan kegiatan ilmu, mengumpulkan dan menyebarluaskan
hadith, Abu Dawud wafat di Basrah la wafat tanggal 16 Syawal 275 H.

d. Tirmidhi
Imam Tirmidhi, lahir pada tahun 209H di Khurasan, bernama lengkap Imam Al-Hafiz Abu‘Isa
Muhammad ibn‘Iss ibn Saurah ibn Musaibn Al-Dahhak Al-Sulami al-Bugi Al-Tirmidhi Itulah
sebabnya. Sejak kecil, Imam Tirmidhi gemar belajar ilmu dan mencari hadits. Untuk
keperluan inilah ia mengembara ke berbagai negeri, antara lain Hijaz, Irak, Khurasan, dan
lain-lain.Dalam lawatannya itu, ia banyak mengunjungi ulama-ulama besar dan guru-guru
hadits untuk mendengar hadits dan kemudian dihafal dan dicatatnya dengan baik.

Beliau melakukan perlawatan ke berbagai penjuru negeri, antara lain: Hijaz, Hurasan, dan
lain-lain. Di antara karya al-Tirmidhi yang paling monumental adalah kitab al-Jami’ al-
Shahih atau Sunan al-Tirmidhi,2 2 sementara kitab-kitab yang lain, seperti: al-Zuhud, dan
al-Asma’wa al-Kuna kurang begitu dikenal dikalangan masyarakat umum.

Perjalanan panjang pengembaraannya mencari ilmu, bertukar pikiran, dan mengumpulkan


hadits itu mengantarkan dirinya sebagai ulama hadits yang sangat disegani kalangan ulama
semasanya. Meskipun demikian, takdir menggariskan lain. Daya upaya mulianya itu pula
yang pada akhir kehidupannya mendapat musibah kebutaan, dan beberapa tahun lamanya
ia hidup sebagai tuna netra. Dalam kondisi seperti itulah, Imam Tirmidhi meninggal dunia.
Ia wafat di Tirmiz pada usia 70 tahun.

e. Nasa’i

Imam al-Nasa’i dilahirkan pada tahun 215 H di kota Nasa’ yang masih termasuk wilayah
Khurasan. Nama lengkapnya adalah Ahmad ibn Shu’aib ibn Ali Ibn Sinan ibn Bahr ibn Dinar,
dan diberi gelar dengan Abu Abd al-Rahman al-Nasa’i. Di kota Nasa’ ini beliau tumbuh
melalui masa kanak-kanaknya, dan di sini juga beliau memulai aktifitas pendidikannya
dengan mulai menghafal al-Qur’an. Ketika beliau sudah menginjak usia remaja, timbul
keinginan dalam dirinya mengadakan pengembaraan mencari hadits Nabi. Maka ketika
usianya menginjak 15 tahun, beliau mengadakan perjalanan ke daerah Hijaz, Irak, Syam,
Mesir, dan daerah-daerah lainnya yang masih berada di Jazirah Arabia untuk mendengarkan
dan mempelajari Hadits Nabi dari ulama-ulama negeri yang beliau kunjungi.

Setelah menjadi ulama hadits, beliau memilih negara Mesir sebagai tempat bermukim untuk
menyiarkan dan mengajarkan hadits-hadits kepada masyarakat. Beliau tinggal di Mesir ini
sampai setahun sebelum beliau wafat, karena setahun menjelang beliau wafat ia pindah ke
Damaskus. Di sinilah terjadi suatu peristiwa yang sangat menyedihkan yang sekaligus
merupakan sebab kematiannya. Beliau meninggal pada tahun 303 H.
Imam al-Nasa`i mempunyai beberapa buku karangan, dapat disebutkan di antaranya
adalah sebagai berikut: Al-Sunan al-Kubra, Al-Sunan al-Sugra, Musnad Malik, Manasik al-
Hajj, Kitab al-Jum’ah, Igrab Syu’bah ‘Ali Sufyan wa Sufyan ‘Ali Syu’bah, Khasa’is ‘Ali ibn Abi
Talib Karam Allah Wajhah, dan ‘Amal al-Yaum wa al-Lailah

Beliau wafat pada hari Senen, tanggal 13 Bulan Syafar, tahun 303 H. (915 M) di al-Ramlah
dalam usia 85 atau 88 tahun.

f. Ibnu Majah

Ibnu Majah lahir pada tahun 209 H/ 824 M, tempat kelahiran Ibnu Majah tidak ada
sumber yang tegas yang menjelaskannya. Nama lengkapnya Abu AbdAllah Muhammad ibn
Majah alRabi’i al-Qazwini dengan nama kunniyah Abu Abd Allah. Ibn Majah hidup pada masa
pemerintah Dinasti Abbasiyah, Ibn Majah berkembang dan meningkat dewasa sebagai
orang yang cinta mempelajari ilmu dan ilmu pengetahuan yang teristimewa mengenai
hadits dan periwayatnya yang mana pada masa Ibn Majah ditandai maraknya adanya
hadits palsu yang dikeluarkan oleh kaum Zindiq

Untuk mencapai usahanya dalam mencari dan mengkodifikasikan hadits, ia telah melakukan
rihlah dan berkeliling di beberapa negeri untuk mengumpulkan hadits, seperti Irak, Hijaz,
Syam, Mesir, Kufah, Basrah, Wasit, Makkah, Madinah, Damaskus, Hims, Mesir dan Negara-
negara serta kota-kota yang lain untuk menemui dan berguru hadits pada ulama’pada
jamannya. Guru pertamanya adalah ‘Ali ibn Muhammad al-Tanafas dan Jubarah ibn al-
Mughlis, ia belajar dan meriwayatkan hadits dari Abu Bakar ibn Abi Shaibah, Muhammad
ibn Abd Allah ibn Numair, dan lain-lain.

Karya-karya tulisannya antara lain: Tasfir al-Qur’an, Kitab alTarikh, dan kitab sunannya.
Ibn Majah telah berhasil meriwayatkan beberapa buah hadits dengan sanad tinggi (sedikit
sanadnya) sehingga antara dia dengan Nabi tiga perawi saja yang lebih dikenal dengan
sebutan thulathiyat.

Beliau wafat pada hari selasa tanggal 22 Ramadhan 273 H dalam usia 74 tahun.

2. Biografi Penulis Hadits Kitab Kutubut-Tis’ah (ada 3 : Imam Ahmad, Imam Malik, Al-Darimi)

a. Imam Ahmad

Nama lengkap beliau adalah Abu Abdullah Ahmad bin bin Hilal Al-syaibani salah satu
pendiri Mazhab empat yang diberi nama mazhab hambali. Beliau adalah orang yang
berwawasan luas, ulama yang sangat dalam pemahamannya terhadap ruh syariat. Selama
hayatnya, Imam Ahmad cinta sekali kepada sunnah Rasulullah SAW, sehingga
mendorongnya untuk banyak meniru Rasulullah dalam segala urusan agama dan dunia.
Beliau tidak hafal satu haditspun kecuali mengamalkannya Imam Ahmad tertarik untuk
menulis hadits pada tahun 179 H saat berumur 16 tahun. Beliau terus berada di kota
Baghdad mengambil hadits dari syaikh-syaikh hadits kota itu hingga tahun 186H.

Imam Ahmad berguru kepada banyak ulama yang tersebar diberbagai negeri seperti
Mekkah, Kufah, Basrah, Bagdad, Yaman, dan negeri lainnya. Dari perantauan ilmiayah
inilah, beliau mendapatkan guru-guru yang kenamaan,. Imam Ahmad ibn Hanbal selain
seorang ahli mengajar dan ahli mendidik , ia juga seorang pengarang. Ia mempunyai
beberapa kitab yang telah disusun dan telah direncanakannya, yang isinya sangat berharga
bagi masyarakat umat yang hidup sesudahnya. Diantara karya beliau yang sangat gemilang,
ialah Musnadu’l Kabir kitab musnad ini merupakan satu-satunya kitab musnad terbaik.
Sebuah kitab dinamakan kitab Musnad apabila penyusunnya memasukkan semua hadis yang
pernah dia terima, dengan tanpa menyaring dan menerangkan derajat hadis-hadis tersebut.

b. Imam Malik
Imam malik dilahirkan di kota Madina pada tahun yang masih di perselisihkan antara
90,92 dan 93H atau antara 94-97H. Memiliki nama lengkap Abu Abdullah Malik ibn Anas ibn
Malik ibn Abi Amir ibn Amr ibn al-Haris ibn Gaiman ibn Husail ibn Amr ibn al-Haris al-Asbahi
al-Madani. Pada saat malik tumbuh dewasa dan pada masa sebelumnya, Madina al
Munawwara berkembang dengan para ulama besar yang merupakan pewaris langsung
pengetahuan para sahabat. Beliau adalah seorang muhadist yang menjunjung tinggi hadist
Rasullullah Saw. Jika hendak memberikan hadist, ia berwudhu’ terlebih dahulu, kemudian
duduk di alas sholat dengan tenang dan tawadhu’. Beliau juga ahli fiqih.

Al muwatha’ merupakan karyanya yang sangat gemilang dalam ilmu hadist. Beliau
menulisnya pada tahun 144 H atas anjuran Kholifah Ja’far Manshur sewaktu menunaikan
ibadah haji. Selanjutnya mengenai isi Kitab al-Muwatta’ ini tidak hanya menghimpun hadist
Nabi, tetapi juga memasukkan pendapat sahabat, Qaul Tabi’in, Ijma’ Ahlul Madinah dan
pendapat Imam Malik. Dalam Kitab al-Muwatta’ tidak semua hadisnya sahih, ada yang
munqati’, mursal, dan mu’dal. Meskipun demikian, banyak ulama hadis berikutnya yang
mencoba mentakhrij dan me-muttasil-kan hadis-hadis yang munqati’, mursal, dan mu’dal.

Beliau meninggal di Madinah tahun 169 H atau 179 H.

c. Al-Darimi

Al-Darimi dilahirkan pada tahun wafatnya Ibn al-Mubarak, yaitu pada tahun 181 H di kota
Samarqand. Beliau memiliki nama lengkap ‘Abdurrahman ibn al-fadhl ibn Bahram ‘Abdis
shamad. Sejak kecil beliau telah dikaruniai kecerdasan otak sehingga beliau mudah untuk
memahami dan menghafal setiap yang didengarnya. Dengan bakal kecerdasannya itulah ia
menemui para syaikh dan belajar ilmu. Ia belajar kepada orang yang lebih tua darinya atau
bahkan lebih mudah dari beliau, sehingga ulama pada masanya telah ia kunjungi dan telah ia
serap ilmunya. Karya beliau yang popular adalah kitab hadist yang diberi judul “al hadist al
musnad al marfu’ wa al mauquf wa al maqthu’ atau yang terkenal dengan sunan al Darimi.
Di samping itu al Darimi juga menyusun kitab tafsir dan kitab ensiklopedi. Tetapi sampai
sekarang tidak ada yang tahu keberadaan kitabnya.

Imam al-Darimi meninggal dunia pada hari Tarwiyah tahun 255 H setelah shalat ‘Ashar. Ia
dikubur pada hari Jum’at yang bertepatan dengan hari ‘Arafah. Ketika meninggal, alDarimi
umurnya telah mencapai 75 tahun.

Anda mungkin juga menyukai