Anda di halaman 1dari 3

BIOGRAFI BEBERAPA IMAM HADIST

A. IMAM BUKHARI

Kata “bukhari” berasal dari nama sebuah kota yaitu kota bukhara. Makna dari ungkapan
“bukhari” itu sendiri adalah: orang bukhara. Sedangkan nama lengkap dari Imam Bukhari
adalah: Abu Abdullah Muhammad Ibn Ismail Ibn Al-mughiran Ibn Barnizbah. Sesuai dengan
namanya, Imam Bukhari dilahirkan di kota Bukhara pada hari Jum’at tanggal 13 Syawal
194H. Tempat beliau lahir kini termasuk wilayah Rusia, Yang waktu itu memang menjadi
pusat kebudayaan ilmu pengetahuan islam sesudah Madinah, Dimaskus dan Baghdad.
Bukhari mempunyai liku-liku hidup yang sangat panjang serta penuh dengan keteladanan
yang patut menjadi panutan kalangan generasi muda. Di saat ia baru berumur 10 tahun telah
mulai memberikan perhatian yang besar terhadap ilmu-ilmu yang berhubungan dengan
hadits. Bahkan ketika itu ia telah menghafal hadits dalam jumlah yang sangat besar. Dalam
penyusunan kitab Shahih, Imam Bukhari menghabiskan waktu selama 16 tahun. Masjidil
Haram merupakan tempat ia meletakkan dasar-dasar serta bab-babnya. Syarat keshahihan
hadist menurut Imam Bukhari ada lima syarat yaitu: a. Sanadnya Bersambung b. Perawinya
adil c. Perawinya dhabith, Tidak ada Syadz, d. Tidak ada 'ilal.

B. IMAM MUSLIM

Nama lengkap dari Imam Muslim adalah Abu Al-Husain Muslim Ibn Husain Ibn Al-
Hajjaj Al-Qusairi. Ia dilahirkan pada tahun 204 H. Dan wafatnya pada tanggal 25 Rajab tahun
261 H. Namun sayangnya sumber yang ada tidak memberikan informasi kepada kita tentang
nenek moyang, keluarga, dan masa kanak-kanak beliau. Imam Muslim adalah orang yang
mencintai pengetahuan terutama di bidang hadist. Tetapi dapat dipastikan bahwa ia lebih
dahulu mempelajari Al-Qur’an dan bahasa arab sebelum memulai pembelajaran hadist. Hal
ini merupakan laziman pendidikan yang berkembang pada waktu itu. Ia mulai mempelajari
hadist pada saat berusia kurang lebih 15 tahun.
Kesungguhan dalam menuntut ilmu hadits ke berbagai daerah dan dari beberapa orang
guru hadits, membuat Imam Muslim terkenal sebagai seorang ulama yang ilmu
pengetahuannya di bidang hadits dan menjadi guru hadits pada masanya. Apabila Imam
Bukhari dikenal sebagai ahli hadits nomor satu, ahli tentang ‘illat-‘illat (cacat) hadits dan
seluk beluk hadits, dan daya kritiknya sangat tajam, maka Muslim adalah orang kedua setelah
Bukhari, baik dalam ilmu, keistimewaan dan kedudukannya, karena Imam Muslim adalah
salah satu dari muridnya.

C. IMAM ABU DAWUD

Nama lengkap Abu Dawud adalah Sulayman Bin Al-Asy’at Ibn Ishaq Al-Azdi Al-
Sijitani. Ia dilahirkan di Sijistan pada tahun 202 H. Sejak kecil beliau telah menuntut ilmu
pengetahuan terutama bahasa arab dan al-qur’an sesuai dengan tradisi saat itu. Kemudian
beliau mengintesifkan pelajaran dalam ilmu hadist dengan bermukim di baghdad sampai
berusia 21 tahun, sesudah itu beliau melanjutkan rihlah ke hijaz, syam, mesir, iraq, dan
khurasan untuk mencari ilmu ke berbagai pusat pengajaran hadist. Abu dawud merupakan
tokoh intelektual di masanya yang mempunyai banyak karya-karya sebagai bukti bahwa
dirinya concern terhadap ilmu pengetahuan, khususnya dalam masalah hadist.
Di antara karya-karya abu dawud adalah: 1. Al-Marasil, 2. Masil al-Imam Ahmad, 3. Al-
Nasikh wa al-Mansukh, 4. Risalah fi Wasf Kitab al-Sunan, 5. Al-Zuhdu, 6. Ijabat ‘an Sawalat
al-Ajurri, 7. As’ilah ‘an Ahmad ibn Hanbal, 8. Tasmiyat al-Akhwan, 9. Kitab al-Qadr, 10. Al-
Ba’th wa al-Nusyur, 11. Al-Masail allati Khalafat ‘alaihi al-Imam Ahmad, 12. Dala’il al-
Anshar, 13. Musnad Malik, 14. Al-Du‘a’, 15. Ibtida’ al-Wahy, 16. Al-Tafarrud fi al-Sunan,
17. Al-‘lam al-Nubuwwah, 18. Al-Sunan. Imam abu dawud memiliki guru yang sangat
banyak di antara gurunya yang paling menonjol antara lain: Ahmad ibn Hanbal, al-Qa'nabi,
Abu Amar al-Darir, Muslim ibn Ibrahim, Abdullah ibn Raja', Abdul Walid al-Thayalisi dan
lain-lain. Dan abu dawud memiliki jumlah jumlah murid yang sangat banyak antara lain: Abu
'Isa al-Tirmidzi, Abu ‘Abd al-Rahman al-Nasa'i, putranya sendiri Abu Bakar ibn Abu Dawud,
Abu Awanah, Abu Sa'id al-Arabi, Abu Ali al-Lu'lu'i, Abu Bakar ibn Dassarah, Abu Salim
Muhammad ibn Sa'id al-Jaldawi dan lain-lain.

D. IMAM TIRMIDZI

Nama lengkap Tirmidzi ialah Abu Isa Muhammad bin Musa bin Ad-Dhahha’ al Sulmani
al-Tirmidzi. Beliau adalah ulama hadits ternama dan penulis beberapa kitab yang dikenal. Dia
dilahirkan di kota Termis, yang berada di pinggiran sungai Jihan Iran Utara. Kakek Abu ‘Isa
at-Tirmidzi berasal dari daerah Miras, kemudian pindah ke Termis dan hidup di sana. Di kota
itulah Abu Isa dilahirkan. Sejak kecil dia sudah senang mempelajari berbagai ilmu, terutama
sekali hadits. Dia banyak mengunjungi kawasan-kawasan Islam untuk belajar hadits dan ilmu
lainnya. Di antara negeri yang pernah disinggahinya adalah: Hijaz, Irak, Khurasan dan lain-
lain. Dalam perjalanan tersebut dia bertemu dengan berbagai ulama besar ahli hadits untuk
memperoleh hadits, kemudian dihafal dan dicatatnya baik sedang dalam perjalanan maupun
ketika sudah tiba disuatu tempat. Abu Isa al-Tirmidzi terkenal kuat hafalannya, dan
ketakwaannya, amanah dan sangat teliti. Salah satu bukti kekuatan hafalannya, dapat
diketahui dari cerita yang dikisahkan oleh Ibn Hajar dalam kitab Tahzib at-Tahzib.
Tirmidzi terkenal sebagai seorang amanah, ulama dan imam yang berilmu luas. Kitabnya
al-Jami’ as-Sahih sebagai bukti atas ketinggian ilmunya, kekuatan hafalannya, banyak
bacaannya dan penguasaan hadits-nya sangat luas. Tirmidzi juga dikenal sebagai ahli fiqh
yang memiliki pandangan luas.

E. IMAM AL-NASA’I

Dia adalah ulama terkemuka melebihi ulama lain dimasanya. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh al-Zahabi dalam kitabnya yang berjudul Tazkirah, nama lengkap Imam
Nasa’i adalah Abu Abdur Rahman Ahmad bin Ali Bin Syu’aib ibn Ali ibn Sinan ibn Bahar
al-Khurasani al-Qadhi. Dialah pengarang kitab Sunan dan kitab-kitab berharga lainnya.
Dilahirkan di daerah Nasa pada tahun 215 H. Ada yang berpendapat, dia dilahirkan tahun 214
H. Dia lahir dan dibesarkan di Nasa.103 Ia belajar menghafal al-Qur’an dan mempelajari
ilmu-ilmu dasar dari guru-guru madrasah di negerinya. Setelah menginjak remaja, dia senang
mengembara untuk mendapatkan hadits sebelum berusia lima belas tahun, dia pergi ke Hijaz,
Irak, Mesir, dan Jazirah untuk belajar hadits dari ulama-ulama negeri itu sehingga Nasa’i
menjadi ulama hadits terkemuka yang mempunyai sanad ‘Ali (sedikit sanadnya).
Nasa’i tinggal di Mesir di jalan Qanadil hingga setahun menjelang wafatnya. Kemudian
ia pindah ke Damaskus. Di tempat yang baru ini ia mengalami peristiwa yang menyebabkan
kematiannya. Nasai menerima hadits dari beberapa ulama terkemuka. Ketika berusia lima
belas tahun, dia belajar ke Qutaibah selama empat belas bulan. Guru lainnya adalah Ishaq bin
Rahawaih ̧ al-Haris ibn Miskin, Ali bin Khasram dan Abu Dawud (penulis al-Sunan) dan
Tirmidzi (penulis al-Jami’).
Dia sering ikut bertempur bersama gubernur Mesir, Nasa’i terkenal keberaniannya dan
keteguhan hatinya menegakkan cara berjihad menurut Sunnah Rasul. Sehingga dia dikenal
selalu menjaga Jarak dengan majlis penguasa. Meskipun sering ikut berperang bersamanya.
Begitulah seharusnya, di samping mengajarkan ilmu pengetahuan, apabila ada panggilan
jihad hendaklah ulama segera memenuhi panggilan itu. Selain itu, Imam Nasa’i mengikuti
jejak Nabi Dawud, sehari berpuasa sehari tidak. Nasa’i sangat teliti terhadap perawi dan telah
menentukan persyaratan yang sangat ketat dalam menerima hadits. Fiqih Nasa’ Di samping
ahli di bidang hadits, mengetahui para perawi dan kelemahan hadits yang diriwayatkan, dia
juga seorang ahli fiqih.

F. IMAM IBNU MAJAH

Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majar ar-Rabi’i al-Qazwini.
Dilahirkan di Qazwin tahun 209 H. dan wafat tanggal 22 Ramadhan 273 H. Jenazahnya
dishalatkan oleh saudaranya, Abu Bakar sedangkan pemakamannya dilakukan oleh kedua
saudaranya, Abu Bakar dan Abdullah serta putranya, Abdullah. Dia tumbuh sebagai orang
yang menyintai ilmu pengetahuan terutama hadits dan meriwayatkannya. Untuk mendapatkan
dan mengumpulkan hadits, ia mengembara ke beberapa negeri. Dia pergi ke Irak, Hijaz,
Syam, Mesir, Kufah, Basrah dan kota-kota lain untuk mendapatkan hadits dari ulama
setempat.
Ibnu Majah belajar dan meriwayatkan hadits dari Abu Bakar ibn Abi Syaibah,
Muhammad ibn Abdullah ibn Namir, Hisyam ibn Ammar, Muhammad ibn Rumh, Ahmad
ibn al-Azhar, Basyir bin Adam dan ulama besar lainnya. Sedangkan hadis-haditsnya
diriwayatkan oleh Muhammad ibn Isa al-Abhari, Abu Hasan al-Qattan, Sulaiman bin Yazid
al-Qazwini, Ibn Sibawaih, Ishaq ibn Muhammad dan ulama-ulama lainnya.
Ibn Majah merupakan ulama besar ketika masanya, terutama dalam bidang hadits yang
dipelajari oleh kebanyakan umat Islam. Ibn Majah mempunyai banyak kitab hasil tulisannya.
antara lain: 1. Kitab as-Sunan, salah satu dari kutubus Sittah (Enam kitab hadits), 2. Tafsir al-
Qur’an, 3. Kitab Tarikh, Berisi sejarah sejak masa sahabat sampai masa Ibn Majah.

Anda mungkin juga menyukai