Anda di halaman 1dari 13

TAFSIR IBNU KATSIR

Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

Studi Naskah Tafsir

Oleh:

Kelompok I

1. Saidatul Alawiyah (20100012)


2. Yuliastiani Siregar (20100013)
3. Nur Jannah Angriani (20100015)

Dosen Pengampu:

Nana gustianda S.Th.l M.Ag

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

MANDAILING NATAL

T.A 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat,
sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik
kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi kehidupan akhirat kelak. Sehingga
semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih baik mudah dan
penuh manfaat.
Kami menyadari sekali, di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangannya, baik dari segi tata bahasa. Rasa terima
kasih penulis ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah selaku pembimbing
yang telah memberikan banyak masukan serta saran yang sangat bermanfaat dalam
proses penyelesaian karya tulis ilmiah dalam bentuk makalah ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut serta membantu
menyumbangkan pikirannya dalam bentuk kritik, saran dan masukan demi
kesempurnaan makalah ini nantinya.
Mudah-mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi,
teman-teman, serta pembaca lainnya yang ingin mengambil hikmah dari judul ini
“Tafsir Ibnu Katsir” sebagai tambahan dalam referensi yang telah ada.

Panyabungan, September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Ibnu Katsir ........................................................................... 2


B. Nama Kitab Tafsir Ibnu Katsir dan Karya Lainnya ........................... 4
C. Metode Tafsir Ibnu Katsir dan Contoh Penafsirannya ....................... 6
D. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Ibnu Katsir .................................. 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 9
B. Saran .................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur‟an adalah kitab yang agung dan sempurna, juga merupakan kitab
suci yang menempati posisi sentral dan sumber inspirasi bagi umat Islam
khususnya dan dunia pada umumnya. Tak terhitung kitab atau buku yang ditulis di
dunia ini disebabkan informasi, hukum dan berbagai perilaku yang harus dilakukan
oleh manusia yang diperoleh dari al-Qur‟an. Namun, ayat-ayat al-Qur‟an tersebut
banyak yang masih bersifat global, sehingga menuntut umat Islam untuk
melakukan studi atas kandungan isinya. Upaya untuk memahami kitab Allah (al-
Qur‟an) serta menerangkan maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendaki,
serta mengeluarkan hukum-hukum dan hikmah-hikmahnya disebut tafsir.
Mufasir pertama dalam sejarah adalah Rasulullah SAW sebagai penerima
wahyu dari pemegang otoritas wahyu itu sendiri, yaitu Allah SWT Setelah
Rasulullah SAW wafat, tidak ada lagi tempat bertanya yang kebenaran tafsirnya
bisa diyakini. Tafsir Ibn Katsir merupakan kitab yang paling banyak diterima dan
tersebar di tengah umat Islam. Penafsiran beliau sangat kaya dengan riwayat, baik
hadis maupun atsar, sehingga sangat bermanfaat dalam berbagai displin ilmu
agama, seperti aqidah, fiqh, dan lain sebagainya. Sangat wajar apabila Imam al-
Suyuthi berkata: “Belum pernah ada kitab tafsir yang semisal dengannya.”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Ibnu Katsir?
2. Apa saja nama kitab Tafsir Ibnu Katsir dan karya lainnya?
3. Bagaimana metode Tafsir Ibnu Katsir dan contoh penafsirannya?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan Tafsir Ibnu Katsir?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui biografi Ibnu Katsir.
2. Untuk mengetahui nama kitab Tafsir Ibnu Katsir dan karya lainnya.
3. Untuk mengetahui metode Tafsir Ibnu Katsir dan contoh penafsirannya.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Tafsir Ibnu Katsir.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Ibnu Katsir


Penulis kitab tafsir ini adalah Imam al-Jalil Al-Hafiz Imad ad-Din, Abi al-
Fida‟ Isma‟il ibn Umar ibn Katsir ibn Dhau‟ ibn Dzar‟i al-Bashri al-Dimasyqi, al-
Qurasyi, al-Syafi‟i. Ia biasa dipanggil dengan sebutan Abu al-Fida‟, Namun, beliau
dikenal dengan julukan Ibn Katsir, yaitu julukan yang disandarkan pada kakeknya
(Katsir). Ibn Katsir adalah seorang ulama Syafi‟î dan salah satu dari ahli hadis,
dilahirkan di desa ibunya yaitu desa mijdal yang berada di Bashra. Menurut Solah
Abdul Fatah al-Khalidi dalam bukunya “Ta’rifu al-Darisin bi Manahijil
Mufassirin”, Ibnu Katsir lahir pada tahun 700 H/1300 M.1
Berbeda dengan Solah Abdul Fatah Al-Khalidi, Manna‟ Khalil al-Qattan
menyebutkan didalam bukunya Studi Ilmu-ilmu Qur‟an bahwa Ibn Katsir
dilahirkan pada tahun 705 H/1305 M. Namun, dibeberapa literatur yang penulis
telaah, disebutkan bahwa Ibn Katsir lahir pada tahun 700 H/1300 M. Ayahnya
berasal dari Bashra, bernama Syihab al-Din Abu Hafsh Umar ibn Katsir. Ia adalah
salah seorang alim di kotanya, imam dan khatib di kampungnya. Ayahnya wafat
ketika Ibn Katsir berumur tiga tahun. Selanjutnya kakaknya bernama Abdul Wahab
yang mendidik dan mengasuh Ibn Katsir kecil, dan membawanya ke Damaskus.
Pada saat itu, beliau berguru pada ulama-ulama besar di Damaskus.
Ketika berumur 6 tahun Ibnu Katsir pergi dan menetap di kota Damaskus,
ibu kota Syiria. Setibanya di Damaskus Ibnu Katsîr mendalami ilmu fiqh kepada
Syaikh Burhan al-Din Ibrahim Ibn Abdi al-Rahman al-Fazzari yang biasa dikenal
dengan sebutan Ibn al-Farkah. Kemudian, Ibn Katsir belajar ilmu ushul fiqh
Ibn Hajib kepada Syaikh Kamal al-Dîn bin Qodi Syuhbah. Lalu ia berguru kepada:
Isa bin Mut‟im, Syaikh Ahmad bin Abi Thalib al-Muammari, Ibn Asakir, Ibn
Syayrazi, Syaikh Syamsu al-Dîn al-Dzahabi, Syaikh Abu Musa al-Qurafi, Abu al-
Fatah al-Dabusi, Syaikh Ishaq ibn al-Amadi, Syaikh Muhammad ibn Zurad.
Kesungguhannya didalam menuntut ilmu membuatnya tidak hanya mengupas ilmu
dibidang fiqh, lebih dari itu, Ibn Katsir pun menelusuri keilmuan dibidang lain
seperti tafsir, hadis, bahkan sejarah.

1
M. Adib. Profil Para Mufassir Al-Qur’an dan Para Pengkajinya. Banten: Pustaka Dunia, hlm. 7. 2011.

2
Kesungguhan, kecerdasan serta daya hafal yang kuat membawa sang imam
menjadi sosok yang memiliki kredibilitas bukan hanya dibidang tafsir, akan tetapi
Ibn Katsir pun dikenal sebagai ahli hadis bahkan sejarah. Karya Ibn Katsir dibidang
hadis seperti “al-Takmil fî Makrifati al-Tsiqat wa al-Dlu’afa’ wa al-Majahil” atau
karya beliau “Jami’ al-Masanid wa al-Sunan” menjadi bukti nyata bahwa selain
tokoh dalam dunia tafsir, Ibnu Katsir juga tokoh dalam dunia hadis, atau karyanya
“al-bidayah wa an-nihayah” menjadi bukti akan kompetensinya di bidang sejarah.
Pada ketika beumur 11 tahun, Ibn Katsir berhasil menghafal al-Qur‟an dibawah
bimbingan Syaikh Ghailan al-Ba‟labaki, hal ini bertepatan dengan kedatangan
Syaikh al-Hafiz Ibn Jama‟ah di kota Damaskus.
Ibn Katsir pun menemuinya untuk berguru, dari Syaikh al-Hafiz Ibn
Jama‟ah inilah Ibn Katsir belajar takhrij hadis kitab ar-rafi’i (as-syarh al-kabir)
sebuah kitab fiqh mazhab Syafi‟i. Dalam bidang hadis, ia banyak belajar dari
ulama-ulama Hijaz. Ibn Katsîr mempelajari Sahih Muslim berguru kepada Syaikh
Nazmu al-Din bin al-Asqalani, dan ia memperoleh ijazah dari al-Wani. Ia juga
dididik oleh pakar hadis terkenal di Suriah yakni Jamal ad-Din al-Mizzi, al-
Mizzi kagum dengan beliau sehingga menihkahkan Ibn Katsir dengan anak
perempuannya (Zainab). Dalam waktu yang cukup lama, ia hidup sebagai orang
yang sederhana dan tidak terkenal.
Popularitasnya dimulai ketika ia terlibat dalam penelitian untuk menetapkan
hukuman terhadap seorang zindiq yang didakwa menganut paham hulul
(inkarnasi). Penelitian ini diprakarsai oleh Gubernur Altunbuga al-Nasiri di akhir
tahun 741 H/1341 M. Pada tahun 748 H/1341 M ia menggantikan gurunya
Muhammad ibn Muhammad al-Dzahabi di sebuah lembaga pendidikan Turba
Umm Salih. Selanjutnya ia juga diangkat menjadi kepala lembaga pendidikan hadis
di Dar al-Hadis al-Asyrafiyah setelah Hakim Taqiuddin al-Subki wafat yaitu
kepala terdahulu yang ia gantikan. Kemudian di tahun 768 H/1366 M ia diangkat
menjadi guru besar oleh Gubernur Mankali Buga di Masjid Umayah Damaskus.
Selain guru-guru yang telah dipaparkan di atas, masih ada beberapa guru
yang mempunyai pengaruh besar terhadap Ibn Katsir, mereka adalah:
1. Ibn Taymiyyah (728 H). Banyak sekali sikap Ibn Katsîr yang terwarnai dengan
Ibn Taymiyah, baik itu dalam berfatwa, cara berpikir juga dalam metode karya-
karyanya.
2. Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Dzahabi.

3
3. Syaikh Abu Abbas Ahmad al-Hijar (Ibn al-Syahnah).
4. Syaikh Abu Ishaq Ibrahim al-Fazarî.
5. Syaikh al-Hafidz Kamal al-Diin Abdul Wahhab.
6. Imâm Kamal al-Din Abu Ma‟ali Muhammad bin Zamalkani.
7. Imâm Muhyiyu al-Din Abu Zakariya Yahya al-Syaibani.
8. Imam Muhammad Qosim al-Barzali.
9. Syaikh Syamsu al-Dîn Abu Nashr Muhammad al-Syirazi, dan lain-lain.
Selain memiliki banyak guru, Ibn Katsir juga memiliki banyak murid,
diantaranya:
1. Muhammad bin Muhammad bin Khodri al-Quraysi.
2. Mas‟ud al-Anthaki al-Nahwi.
3. Muhammad ibn Abi Muhammad al-Juzri (Syaikh Ilmu Qiraat).
4. Muhammad ibn Ismail.
5. Imam Ibn Abi „Uzz al-Hanafi, dan lain-lain.
B. Nama Kitab Tafsir Ibnu Katsir dan Karya Lainnya
Mengenai nama tafsir yang dikarang oleh Ibn Katsir ini, tidak ada data yang
dapat memastikan berasal dari pengarangnya. Hal ini karena dalam kitab tafsir dan
karya-karya lainnya, Ibn Katsîr tidak menyebutkan judul/nama bagi kitab tafsirnya,
padahal untuk karya-karya lainnya ia menyebutkannya.2 Demikian pula dalam
kitab-kitab biografi yang disusun oleh ulama klasik, tidak ada yang menyebutkan
judul karyanya ini. Meski demikian, para penulis sejarah tafsir al-Qur‟an, seperti
Muhammad Husain al-Dzahabi dan Muhammad „Ali al-Sabuni, menyebut tafsir
karya Ibn Katsir ini dengan nama Tafsir al-Qur‟an al-Azhim.
Tafsir ini disusun oleh Ibn Katsir berdasarkan sistematika tertib susunan
ayat-ayat dan surat-surat dalam mushaf al-Qur‟an, yang lazim disebut sebagai
sistematika tartib mushafi. Tafsir Ibn Katsir adalah salah satu kitab tafsir yang
terkenal dengan menggunakan pendekatan periwayatan atau yang biasa
disebut tafsir bi al-ma’tsur. Dalam kitab tafsirnya, Ibn Katsir lebih banyak
mencantumkan periwayatan baik dari hadis-hadis Nabi, perkataan para sahabat dan
tabi‟in sebagai sumber dari argumentasinya, tak jarang Ibnu Katsir juga
memberikan penjelasan tentang jarh wa ta’dil pada periwayatan, mensahihkan dan
mendhaifkan hadis.

2
Anwar Rosehan. Pengantar Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia, hlm. 2-4. 2009.

4
Setiap kitab tafsir memliki kecenderungan yang berbeda dalam
penafsirannya. Pada Tafsir al-Qur‟an al-Azhim ini, kecenderungan yang nampak
adalah dari segi ahkam/fiqh. Hal ini dapat disimpulkan, karena Ibn Katsir selalu
memberi penjelasan yang luas disertai dengan pendapat para pada setiap ayat
ahkam/fiqh. Pada mulanya buku ini ditulis dengan 10 jilid, tetapi kemudian
dicetak dengan 4 jilid yang sangat tebal setiap jilidnya. Pada terbitan Dar al-Jil,
Beirut, tahun 1991, kalasifikasinya seperti berikut:3
1. Jilid I, dari surat al-Fatihah sampai surat an-Nisa‟. Jumlah halaman 552
halaman.
2. Jilid II, dari surat al-Maidah sampai surat al-Nahl. Jumlah halaman 573
halaman.
3. Jilid III, dari surat al-Isra samapai surat Yasin. Jumlah halaman 558 halaman.
4. Jilid IV, dari surat al-Shafat sampai surat an-Nas. Jumlah halaman 580
halaman.
Sebagai ulama ia banyak menghasilkan karya-karya ilmiah dari berbagai
disiplin ilmu Islam, seperti tafsir, hadits, juga sejarah. Diantaranya
1. Kitab Tafsir al-Qur‟an al-„Adzim yang dikenal dengan nama tafsir Ibnu Katsir.
2. Jamiul masanid wa as-Sunan Hadi li Aqwami Sunan, sebanyak 8 jilid yang
berisi tokoh-tokoh perawi hadis.
3. At-Takmilah fi Ma‟rifatus Tsiqat wad Dhu‟afa wal Majahil, sebanyak 5 jilid
yang berisi nama-nama perawi yang kuat dan yang lemah.
4. Mukhtashar kitab Muqaddimah Ibnu shallah, al-Ba‟is al-Hadis.
5. Al-Bidayah wan Nihayah sebanyak 14 jilid dalam bidang sejarah.
6. Al-Fashal fȋ sirah ar-Rasul, Thabaqat asy-Syafi‟iyah.
7. Al-Ijtihad fi Thalabil Ijtihad dalam bidang fiqh.
8. Al-Kawakibub Darari fi at-Tarȋkh.
9. Tafsirul Qur‟an, al-ijtihad fi Talabil jihad.
10. Al-wadhihun Nafis fi Manaqibul Imam Muhammad Ibn Idris.
11. Kitabul Ahkam.
12. Ahkamul kabir.
13. Syarah Shahih al-Bukhari.
14. Simai.

3
Fahmi. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Bogor: Litera Antarnusa, hlm. 9. 2012.

5
C. Metode Tafsir Ibnu Katsir dan Contoh Penafsirannya
Tafsir karya monumental Ibnu Katsir itu ada pendapat yang mengatakan
bahwa dari segi metodologi ia menganut sistem tradisional, yakni sistematika tertib
mushaf dengan merampungkan penafsiran seluruh ayat dari surah al-Fatihah hingga
akhir surah an-Nas.4 Dikatakan bahwa dalam operasionalisasinya, Ibnu Katsir
menempuh cara pengelompokkan ayat-ayat berbeda, namun tetap dalam konteks
yang sama. Metode demikian juga ditempuh beberapa mufassir di abad 20-an
seperti Rasyid Ridha, Al-Maraghi, dan Al-Qasimi. Kitab ini dapat dikategorikan
sebagai salah satu kitab tafsir dengan corak dan orientasi (al-laun wa ittajah) tafsir
bi al-ma’tsur/tafsir bi al-riwayah, karena dalam tafsir ini sangat dominan memakai
riwayat/hadis, pendapat sahabat dan tabi‟in.
Adapun metode (manhaj) yang ditempuh Ibnu Katsir dalam menafsirkan al-
Qur‟an dapat dikategorikan sebagai manhaj tahlili (metode analitis). Kategori ini
disebabkan pengarangnya menafsirkan ayat demi ayat secara analitis menurut
urutan mushaf al-Qur‟an. Meski demikian metode penafsiran kitab ini pun dapat
dikatakan semi tematik (maudhu’i) karena ketika menafsirkan ayat ia
mengelompokan ayat-ayat yang masih dalam satu konteks pembicaraan ke dalam
satu tempat. Adapun langkah-langkah dalam penafsirannya secara garis besar ada
tiga, yaitu:
1. Menyebutkan ayat yang memuatnya, kemudian menafsirkannya dengan bahasa
yang mudah dan ringkas. Jika memungkinkan, ia menjelaskan ayat tersebut
dengan ayat yang lain, kemudian memperbandingkannya hingga makna dan
maksudnya jelas.
2. Mengemukakan berbagai hadis atau riwayat yang marfu’ yang berhubungan
dengan ayat yang sedang diproses. Ia pun sering menjelaskan antara hadis atau
riwayat yang dapat dijadikan argumentasi (hujah) dan yang tidak, tanpa
mengabaikan pendapat para sahabat, tabi‟in.
3. Mengemukakan berbagai pendapat mufasir para ulama tabi‟in ulama. Dalam
hal ini, ia terkadang menentukan pendapat yang paling kuat antara para ulama
yang dikutipnya, atau mengemukakan pendapatnya sendiri dan terkadang ia
sendiri tidak berpendapat. Selain itu, kitab tafsir ini banyak menguraikan
makna-makna al-Qur‟an dengan menggunakan analisis kebahasaan.

4
Abd Mu‟in Salim. Metode Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Teras, hlm. 17. 2010.

6
Adapun contoh penafsirannya:

َ‫ِّمنََ ّٰاللوَ ّٰذلكََباََن َُّهمََكاَنُواَيك ُف ُرونََباََّٰ ّٰيتََ ّٰاللوََوي قتُلُونََالنَّبيََبغيََاْل َِّق ّٰذلكََِباَعصواَ َّوكاَنُوا‬
َ‫ي عت ُدون‬
Artinya:“Kemudian, mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan dan mereka
(kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena
mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak
(alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan
melampaui batas.”(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 61)
Setiap orang yang menjumpai mereka akan memandang hina dan rendah
mereka serta menetapkan kekerdilannya. Di sisi lain, mereka merasa kehinaan dan
kenistaan karena dosa yang telah mereka buat. Al-Hasan berkata, “Allah
menghinakan merka , tidak punya kekuatan serta menjadikan mereka di bawah kaki
orang muslim hingga umat islam sekarang dan kaum Majusi mewajibkan mereka
membayar pajak, serta mereka kembali memikul murkaan dan membuat marah
Allah karena dosa-dosa yang telah mereka lakukan”.
Hal itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para
nabi tanpa hak. “Allah Ta‟ala berfirman, sesungguhnya Allah membalas mereka
dengan kehinaan, kenistaan, kemurkaan dan kemarah. Sebab mereka sombong dan
tidak mau mengikuti syari‟at yang dibawa para Nabi. Mereka telah mengurangi
haknya hingga mencapai suatu titik keadaan yang menyerek mereka pada
pembunuhan para nabi tanpa hak, yaitu kejahatan yang mereka lakukan. Tidak ada
kekafiran yang lebih besar dan lebih jahat daripada membunuh Nabi.

َ‫َأشدَالناسَعذاباَيومَالَ(رواه‬:‫َأنَالنيبَصاهللَعليوَوسلمَقال‬،‫عنَعبداهللَينَمسعودَرضيَاهللَعنو‬
)‫أمحد‬
Artinya:Dari „Abdullah bin Mas‟ud Rasulullah SAW bersabda, “manusia yang
paling berat siksanya pada hari bersandar adalah orang yang membunuh
Nabi, membunuh Nabi, pemimpin yang sesat dan pelaku sadis dalam
membunuh.”(Imam Ahmad)
Dalam hadis lain dikatakan, “kekosongan adalah menolak kebenaran dan
menzalimi orang lain,” yaitu menolak hak, melecehkan, meremehkan orang lain
dan meremehkan diri sendiri. Oleh karena itu, Allah menetapkan kenistaan kepada
mereka yang tidak dapat ditolak serta menyeliputi kehinaan, baik di dunia maupun
akhirat.

7
D. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Ibnu Katsir
Adapun kelebihan penafsiran Ibnu Katsir diantaranya sebagai berikut:5
1. Para pakar tafsir dan „Ulumul Qur‟an umumnya menyatakan bahwa tafsir Ibnu
Katsir ini merupakan kitab tafsir bi al-matsur terbesar kedua setelah tafsir al-
Thabari.
2. Penafsiran ayat dengan ayat al-Qur‟an.
3. Al-Qur‟an dan dengan hadis yang disusun secara semi tematik, bahkan dalam
hal ini ia dapat dikatakan sebagai perintisnya. Selain itu, dalam tafsir ini pun
banyak memuat informasi dan kritik tentang riwayat Israiliyat dan menghindari
kupasan-kupasan linguistik yang terlalu bertele-tele. Karena itulah al-Suyuti
memujinya sebagai kitab tafsir yang tiada tandingannya.
4. Tafsir ini memberi pengaruh yang sangat signifikan kepada sejumlah mufasir
yang hidup sesudahnya, termasuk Rasyid Ridha, penyusun Tafsir al-Manar.
5. Mengumpulkan ayat-ayat al-Qur‟an yang mempunyai kolerasi makna yang
saling mendukung.
6. Menerangkan asbabun nuzul, jika pada ayat itu mempunyai sebab-sebab
turunya.
Sedangkan kekurangan penafsiran Ibnu Katsir, yaitu Muhammad al-Gazali,
misalnya, menyatakan bahwa betapapun Ibnu Katsir dalam tafsirnya telah berusaha
menyeleksi hadis-hadis atau riwayat-riwayat (secara relatif ketat), ternyata masih
juga memuat hadis-hadis yang sanadnya da'if dan kontradiktif. Hal ini tidak hanya
ada dalam tafsir Ibnu Katsir tetapi juga pada kitab-kitab tafsir bil ma’tsur pada
umumnya.

5
Rifa‟i. Kemudahan dari Allah Ringkasan Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insani, hlm. 22. 2009.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ibn Katsir adalah seorang ulama Syafi‟î dan salah satu dari ahli hadis,
dilahirkan di desa ibunya yaitu desa mijdal yang berada di Bashra. Menurut Solah
Abdul Fatah al-Khalidi dalam bukunya “Ta’rifu al-Darisin bi Manahijil
Mufassirin”, Ibnu Katsir lahir pada tahun 700 H/1300 M. Mengenai nama tafsir
yang dikarang oleh Ibn Katsir ini, tidak ada data yang dapat memastikan berasal
dari pengarangnya. Hal ini karena dalam kitab tafsir dan karya-karya lainnya, Ibn
Katsîr tidak menyebutkan judul/nama bagi kitab tafsirnya, padahal untuk karya-
karya lainnya ia menyebutkannya.
Adapun metode (manhaj) yang ditempuh Ibnu Katsir dalam menafsirkan al-
Qur‟an dapat dikategorikan sebagai manhaj tahlili (metode analitis). Kategori ini
disebabkan pengarangnya menafsirkan ayat demi ayat secara analitis menurut
urutan mushaf al-Qur‟an.
Adapun kekurangan penafsiran Ibnu Katsir, yaitu Muhammad al-Gazali,
misalnya, menyatakan bahwa betapapun Ibnu Katsir dalam tafsirnya telah berusaha
menyeleksi hadis-hadis atau riwayat-riwayat (secara relatif ketat), ternyata masih
juga memuat hadis-hadis yang sanadnya da'if dan kontradiktif. Hal ini tidak hanya
ada dalam tafsir Ibnu Katsir tetapi juga pada kitab-kitab tafsir bil ma’tsur pada
umumnya.
B. Saran
Demikian hasil makalah kami, pemakalah sadar masih banyak kekurangan
dalam makalah untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah kami berikutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. 2011. Profil Para Mufassir Al-Qur’an dan Para Pengkajinya. Banten:
Pustaka Dunia.

Fahmi. 2012. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Bogor: Litera Antarnusa.

Mu‟in Salim, Abd. 2010. Metode Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Teras.

Rifa‟i. 2009. Kemudahan dari Allah Ringkasan Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insani.

Rosehan, Anwar. 2009. Pengantar Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai