Dosen Pengampu:
Dr. Abdullah Sinring, M.Pd
Oleh:
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Al-Kindi dan Pemikirannya.” Salawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-Nya.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak, terkhusus
kepada bapak Dr. Abdullah Sinring, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Filsafat Ilmu yang telah memberikan tugas makalah ini, sehingga penulis dapat
menambah wawasan pengetahuan dengan topik yang diberikan. Semoga Allah
SWT. senantiasa meridhoi segala usaha kami.
Di tempat
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................. 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peradaban Islam mulai di bangun oleh Nabi Muhammad saw, ketika
berhasil merumuskan konsep Piagam Madinah. Kemudian dilanjutkan oleh
Khulafa’ Rasyidin (Abu Bakar, Umar Ibn Khattab, Utsman Ibn Affan, dan Ali Ibn
Abi Thalib) puncaknya adalah ketika Harun ar-Rasyid dan anaknya al-Makmun
dari dinasti Abbasiyah berhasil membangun peradaban ilmu berkat penerjemahan
secara kontinu terhadap pemikiran-pemikiran di luar Islam, terutama pemikiran
filsafat Yunani. Kajian tata bahasa Arab juga menjadi sebuah kenicayaan untuk
mempelajari dan memahami al-Qur’an yang notabenenya berbahasa Arab. Faktor
lain yang sekaligus menjadi faktor utama bagi timbulnya gerakan pemikiran
filsafat dalam Islam adalah membanjirnya proses terjemahan berbagai literatur ke
dalam bahasa Arab. Diantara literatur yang diterjemahkan tersebut adalah buku-
buku India, Iran, dan buku Suriani-Ibrani, terutama sekali buku-buku Yunani.
Pada pusat-pusat kebudayaan seperti Syria, Mesir, Persia, juga Mesopotamia,
pemikiran filsafat Yunani diketemukan oleh kaum Muslimin. Namun kota
Baghdad yang menjadi pusat kekuasaan dinasti Abbasiyah menjadi jalur utama
masuknya filsafat Yunani kedalam Islam, dan disinilah timbul gerakan
penerjemahan buku-buku Yunani kedalam bahasa Arab. Berkat adanya usaha-
usaha penerjemahan tersebut, umat Islam telah mampu mewarisi tradisi
intelektual dari tiga jenis kebudayaan yang sangat maju, yakni Yunani, Persia, dan
India. Warisan intelektual tersebut dimanfaatkan dalam membangun suatu
kebudayaan ilmu pengetahuan yang lebih maju, seperti yang kelihatan dalam
berbagai bidang ilmu dan mazhab filsafat pemikiran Islam.
Orang yang dipandang sangat berjasa dalam proses penerjemahan tersebut
dan dianggap sebagai filosof Islam pertama adalah Al-Kindi, di mana ia berhasil
mendamaikan warisan-warisan Hellenistis dengan Islam. Ia juga dikenal sebagai
filosof Arab pertama. Al-Kindi menyusun filsafatnya di Bagdad yang ketika itu
masih menjadi ibu kota pemerintahan dan sekaligus pusat pengkajian
1
pengetahuan. Di kota ini juga al-Kindi mendapat banyak dukungan moral dan
material dari tiga khalifah dinasti Abbasiyah, al-Ma’mun, al-Mu’tasim dan al-
Watsiq. Ketiga khalifah itu menunjukkan minat yang tinggi pada pengetahuan dan
menyetujui kelangsungan kegiatan belajar mengajar, kegiatan ilmiah, filosofis dan
kesusastraan. Menurut Ibnu Nadhim, kecenderungan al-Kindi ternyata tidak hanya
pada filsafat Yunani saja, tetapi al-Kindi juga mendalami studi keagamaan India,
Chaldean dan Harran (Basri, 2013:18). Terlepas dari semua ketidaksempurnaan
sistematika filsafat al-Kindi, ia tetaplah sosok yang paling berjasa dalam
membuka akses filsafat dan sains Yunani serta membangun fondasi filsafat Islam
bagi para filosof muslim setelahnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana riwayat hidup dari seorang al-Kindi?
2. Bagaimana pemikiran al-Kindi tentang filsafat dan agama?
3. Bagaimana pemikiran al-Kindi tentang jiwa?
4. Apa saja karya dari seorang al-Kindi?
C. Tujuan
Berdasarkan dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka
didapatkan tujuannya, yaitu:
1. Untuk mengetahui riwayat hidup al-Kindi.
2. Untuk mengetahui dan memahami pemikiran al-Kindi tentang filsafat dan
agama.
3. Untuk mengetahui dan memahami pemikiran al-Kindi tentang jiwa.
4. Untuk mengetahui karya-karya al-Kindi
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Himsi, seorang penerjemah Kristen, atas buku Enneads karya Plotinus (204-270
M); buku Enneads inilah yang di kalangan pemikir Arab kemudian disalah pahami
sebagai buku Theologi karya Aristoteles (Soleh, 2013: 89).
Berkat kelebihan dan reputasinya dalam filsafat dan keilmuan, al-Kindi
kemudian bertemu dan berteman baik dengan khalifah al-Makmun (813-833 M),
seorang khalifah dari Bani Abbas yang sangat gandrung pemikiran rasional dan
filsafat. Lebih dari itu, ia diangkat sebagai penasehat dan guru istana pada masa
khalifah al-Muktashim (833-842 M) dan al-Watsiq (842-847 M). Posisi dan
jabatan tersebut bahkan masih tetap dipegangnya pada awal kekuasaan khalifah
al-Mutawakkil (847-861 M), sebelum akhirnya ia dipecat karena hasutan orang-
orang tertentu yang tidak suka dan iri atas prestasi-prestasi akademik yang
dicapainya.Sikap iri dan permusuhan dari kalangan tertentu seperti inilah yang
tampaknya juga telah memunculkan informasi-informasi negative tentang watak
dan sifat al-Kindi. Misalnya, al-Kindi ditampilkan sebagai sarjana yang
mempunyai sifat pelit dan kikir. Sifatnya ini bahkan ditonjolkan sebanding
dengan tingkat popularitas dan prestasi keilmuannya. Namun, George N Atiyeh
(1923-2008 M) meragukan kebenaran informasi tersebut. Sebab, menurutnya,
para pengkritiknya juga tidak dapat melakukan hal lain kecuali memuji prestasi-
prestasi akademik dan filsafatnya. Selain itu, beberapa informasi lain justru
menyatakan sebaliknya, yaitu bahwa al-Kindi mempunyai watak yang mulia,
berperilaku sebagai orang yang bermartabat, penuh dedikasi dan tulus.
Al-Kindi meninggal di Baghdad, tahun 873 M. Menurut Atiyeh, al-Kindi
meninggal dalam kesendirian dan kesunyian, hanya ditemani oleh beberapa orang
terdekatnya.
4
perbuatan dalam tindakan, semakin dekat manusia pada kebenaran, akan semakin
dekat pula pada kesempurnaan (Basri, 2013). Oleh karena itu, pengetahuan
tentang kebenaran dan hal-hal lain yang diderivikasi dari problem kebenaran
merupakan orientasi para filosof manapun tanpa membedakan latar pemikiran dan
jenis ataupun aliran yang dianut.
Para filosof muslim sebagaimana juga para filosof Yunani, percaya bahwa
perihal kebenaran berada jauh di atas batas-batas pengalaman (Basri, 2013).
Karena kebenaran bersifat abadi di alam adialami, atau berada di alam idea atau di
dalam posisi yang meliputi seluruh yang ada. Dalam berteori, para filosof mencari
kebenaran, dan dalam praktek, menyesuaikan kebenaran itu dengan kenyataan
empiris. Jika pengetahuan tentang kebenaran merupakan orientasi yang hendak
dicapai oleh para filosof, maka Al-Kindi pun menetapkan tujuan utama Filsafat
sebagai jalan menuju pengetahuan tersebut. Menurut Al-Kindi, pengetahuan akan
kebenaran mengharuskan manusia untuk menggabungkan fisika dan Metafisika,
sains dan teknologi.
5
Dalam upaya perpaduan agama dan filsafat yang dilakukan Al-Kindi
didasari pada keyakinan bahwa kitab suci al-Qur’an telah mewartakan
argumentasi-argumentasi yang meyakinkan seputar ihwal kebenaran yang tidak
akan pernah bertentangan dengan doktrin yang dihasilkan filsafat. Hanya saja,
proses pemaduan agama dan filsafat tidak mungkin terlaksana tanpa mengakui
keberadaan alat kerja agama dan filsafat yang sama. Bagi Al-Kindi, fakta bahwa
filsafat bersandar pada kemampuan akal (rasionalitas) tidak berbeda dengan fakta
bahwa doktrin agama jga memerlukan akal sebagai alat untuk memahami
ajaranya. Ini berarti, Al-Kindi menaruh hormat yang tinggi pada anugerah akal
dengan cara memaksimalkan kerja akal dalam mencapai pengetahuan akan
kebenaran (Basri, 2013: 38).
6
3. Filsafat menggunakan metode Logika, sedangkan agama mendekati
persoalan manusia dengan keimanan.
7
oleh jiwa yang suci. Jiwa yang tidak suci, setelah berpisah dengan badan, ia tidak
akan langsung masuk ke Alam kekal, tetapi ia akan mengembara untuk jangka
waktu tertentu untuk membersihkan diri. Mula-mula jiwa bermukim di Bulan,
kemudian di Mercuri dan terus ke Falak yang lebih tinggi lagi guna
pembersihannya setahap demi setahap. Setelah jiwa benar-benar bersih, jiwa itu
baru memasuki Alam Kebenaran atau Alam Kekal (Nasution, 1978: 18). Namun
demikian, al-Kindi menolak pendapat Plato yang menyatakan bahwa jiwa berasal
dari alam idea (Zar, 2004: 60). Dari argumen ini terlihat jelas bahwa Al-Kindi
mengakui keabadian jiwa, namun keabadiaan jiwa itu jelas berbeda dengan
keabadian Tuhan, karena keabadian jiwa bukan dari dirinya sendiri melainkan
keabadiannya karena Allah.
Jiwa merupakan entitas tunggal yang subtansinya sama dengan subtansi
pencipta sendiri karena ia sesunggunya adalah limpahan dari subtansi Tuhan
artinya Subtansi roh berasal dari subtansi Tuhan. Hubungan roh dengan Tuhan
sama dengan hubungan cahaya dengan matahari. Sekalipun ia bergabung dengan
tubuh, sesunggunya ia terpisah dan independen dari tubuh. Tubuh adalah
rintangan bagi jiwa sehingga ketika jiwa meninggalkan tempat tinggal
sementaranya (tubuh), ia akan bersatu kembali dengan dunia intelek dan bersatu
dengan-Nya (Qadir, 1991: 85).
D. Karya-Karya Al-Kindi
Menurut Ali Mahdi Khan, Al-Kindi adalah seorang penuls dan ilmuan
eksiklo pedia. Tulisan-tulisan orisinalnya berjumlah 275 buah, termasuk buku-
buku filsafat, logika, fisika, politik, psikologi, etika, astronomi, kedokteran,
peradaban, teologi, musik, optik, geografi, fenomenologi, sejarah, dan bidang-
bidang lainnya. Al-Kindi juga sangat dihormati para pemikir Eropa abad
pertengahan, sangat disayangkan buku-bukunya masih ada hanya berjumlah
kurang dari dua puluh buah, segelintir dalam bahasa Arab, sebagian lagi dalam
bahasa Latin.
Adapun beberapa karya yang ditulis al-Kindi adalah sebagai berikut:
Pertama, fil al-falsafat al-Ul; Kedua, Kitab al-Hassi ‘ala Ta’allum al-Falsafat;
8
Ketiga, Risalat ila al-Ma’mun fi al-‘illat wa Ma’lul; Keempat, Risalat fi Ta’lif al-
A’dad; Kelima, Kitab al-Falsafat al-Dakhilatn wa al-Masa’il al-Manthiqiyyat wa
al-Mu’tashah wa ma Faruqa al-Thabi’yyat; Keenam, Kammiyat Kutub
Aristoteles; Ketujuh, Fi al-Nafs.
Dari uraian di atas dapat dijadikan bukti bahwa wawasan keilmuan al-
Kindi sangatlah luas. Bahkan beberapa karya tulisnya telah diterjemahkan oleh
Gerard Cremona ke dalam bahasa Latin, yang sangat mempengaruhi pemikiran
Eropa pada abad pertengahan. Oleh karena itu, Cardono sebagaimana menyatakan
bahwa al-Kindi termasuk salah satu pemikir besar.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dari makalah ini, penulis berharap kepada para pembaca agar dapat
memberikan sebuah kritik atau saran yang bersifat membangun terhadap makalah
ini. Agar makalah yang telah dibuat dapat menjadi lebih baik lagi dan dapat
dijadikan sebagai bahan penambahan wawasan dan pengetahuan yang lebih
bermanfaat.
10
DAFTAR PUSTAKA
Aravik, Havis & Amri, Hoirul. “Menguak Hal-Hal Penting Dalam Pemikiran
Filsafat al-Kindi.” Jurnal Sosial & Budaya Syar’i 6, Nomor 2 (2019):
191-206
Umar & Santalia, Indo. “Pemikiran Al-Kindi: Dalam Sebuah Kajian Filsafat.”
Jurnal Penelitian Ilmu Sosial 2, Nomor 1 (2022): 760-764
https://drive.google.com/file/d/1n1hZgApPs1tEWYWui9GSfNh7BZZYzXAM/vi
ew?usp=drivesdk
11