Dosen pengampuh:
Nama : Nurwahidah
Nim : 220404502036
Kelas : 1D
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat llah Swt karena berkat dan rahmat-Nya kami
bisa menyelesaikan makalah Kemandirian Belajar ( self Regulated) dan cara
Pengembanganyya Makalah ini diajukan guna memenuhi Ujian Akhir Semester (UAS) mata
kuliahPsikologi Pendidikan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Zulfikri S.pd, M.pd selaku dosen
mata kuliah Psikologi Pendidkan dan semua pihak yang telah membantu sehingga makalah
ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Makassar 8 Desember 20
penulis
DAFTAR ISI
BAB 1………………………………………………………………………………………….4
PENDAHULUAN …………………………………………………………………………….4
BAB 2…………………………………………………………………………………………..
PEMBAHASAN
A. Hubungan metakognisi………………………………………………………………
B. Pengatur Diri dan Belajar ……………………………………………………………..
Pengaturan Diri Tingkah Laku ………………………………………………………..
Pengaturan diri dalam Belajar Menurut Pintich dan De Groot ………………………..
Pengaturan diri dalam Belajar Menurut Zimmeman …………………………………..
Pengaturan diri dalam Belajar menurut Vermunt………………………………………
Pengaturan diri dalam Belajar Menurut Purdie, Hatiie ,Douglas………………………
C. Aspek-Aspek Self-Legulated Learning………………………………………………
D. Self- Regulated Learnimg dan Capaian Prestasi Akademis …………………………..
E. Peranan Budaya dalam Pengembangan Keterampilan Metakognisi …………………..
BAB 3………………………………………………………………………………………..
A. PENUTUP…………………………………………………………………………
B. SARAN ……………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemandirian belajar merupakan salah satu hal penting dalam suatu proses
pembelajaran. Kemandirian dalam belajar adalah aktivitas belajar yang berlangsung
lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari
pembelajaran. Kemandirian diartikan sebagai suatu hal atau keadaan tanpa dapat
berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Selain itu, kemandirian yang
dimiliki oleh seorang siswa juga dapat menumbuhkan kepercayaan diri. Siswa yang
mempunyai kemandirian yang tinggi, siswa tersebut akan memiliki rasa tanggung
jawab tinggi dalam belajar. Sehingga aktivitas belajar siswa akan lebih didorong oleh
kemauannya sendiri tanpa dorongan atau paksaan dari orang lain. Siswa yang
mempunyai kesadaran untuk belajar mandiri akan lebih mudah menerima informasi
guru dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki kesadaran untuk belajar mandiri
akan kesulitan menerima informasi dari guru dibandingkan dengan siswa yang
memiliki kesadaran untuk belajar mandiri. Sehingga hal tersebut akan berdampak
pada tinggi rendahnya hasil belajar.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa hubungan metakognisi dengan self regulated learning ?
2. Bagaimana pengaturan diri dalam belajar?
3. Apa aspek self regulated learning?
4. Bagaimana hubungan self regulated learning dan capaian prestasi akademik?
5. Bagimana peranan budaya dalam pengembangan keterampilan metakognisi?
C. MANFAAT PENULISAN
1. Untuk mengetahui hubungan metakognisi dengan self regulated learning
2. Untuk mengetahui pengaturan diri dalam belajar
3. Untuk mengetahui aspek self regulated learning
4. Untuk mengetahui self regulated learning dan capaian prestasi akademik
5. Untuk mengetahui peranan budaya dalam pengembangan keterampilan
metakognisi
BAB II
PEMBAHASAN
SRL merupakan salah satu aspek dari Metakognisi, yaitu merupakan strategi pemanfaatan
kognisi untuk mengatur perencanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Agar didapatkan pemahaman keterkaitan antara SRL dengan
Metakognisi kita akan melihat pandangan Flavel dalam Mulyadi ( 2016 ) : konsep
metakognisi meliputi dua aspek pengetahuan tentang kognisi ( knowledge about cognition )
atau metacognative knowledge dan regulasi kognisi atau SRL. Aspek pengetahuan kognisi
mengacu pada pengetahuan individu tentang pemahaman kognitifnya sendiri. Pengetahuan
tentang kognisi ini akan berkembang sejalan dengan usia dan pengalaman dari siswa, oleh
karena itu relatif stabil. Hal ini tidak akan menjadi garansi bahwa siswa akan aktif dan
menjadi pembelajar yang memiliki strategi.
Menurut Wolfers dalam Mulyadi ( 2016 ) Sisi atau aspek lain dari metakognisi adalah
regulasi kognisi yang mengarah pada mekanisme pengaturan diri, seperti mengecek,
merencanakan, memonitor, mengetes, merevisi, dan mengevaluasi dari aktivitas pembelajar
atau dalam pemecahan masalah. SRL terjadi ketika pembelajar secara sistematis mengatur
perilaku dan kognisinya mencapai tujuan belajar.
Dalam penelitian yang dilakukan Borkowski dan Turner dalam Mulyadi ( 2016 ) terdapat
perbedaan keterampilan metakognisi antara anak penderita gangguan mental, siswa reguler
dan siswa berbakat (gifted). Siswa dengan gangguan mental tidak memiliki strategi atau
aktivitas pengaturan dalam proses belajar mereka. Siswa berbakat menunjukkan proses
menentukan secara unggul dalam pengaturan kognisinya. Dan merealisasikan efejtivitas dari
strategi dan menerapkan secara tepat. Dan mereka juga memodifikasi strategi terhadap
perubahan tuntutan tugas.
B. Pengaturan Diri dalam Belajar
Sebelum menguraikan tentang SRL terlebih dahulu diuraikan tentang pengaturan diri
tingkah laku (self-regulation of behavior).
Teori pengaturan diri berasal dari teori kognisi sosial tentang tingkah laku (social-
cognitive theories of behavior). Menurut Bandura dalam Mulyadi ( 2016 ) pengaturan diri
meliputi tiga proses yaitu :
a. Observasi diri. Sebelum mengubah tingkah laku, terlebih dahulu dilakukan penyadaran
tingkah laku dengan memantau tingkah laku dirinya. Semakin sistematis memantau
tingkah lakunya, semakin cepat invidu sadar akan apa yang dilakukannya.
b. Evaluasi diri. Langkah selanjutnya yang dilakukan dengan menilai tindakan yang
dilakukan sesuai dengan yang diinginkan, yaitu sesuai standar pribadi individu tersebut.
Standar ini berasal dariinformasi yang diperoleh dari orang lain. Dengan melakukan ini
ia akan menetukan tindakannya berada pada jalur yang benar atau salah.
c. Reaksi diri. Penilaian diri selalu diikuti dengan reaksi diri. Reaksi diri ini dapat
mengarahkan individu apakah harus menetapkan tujuan yang lebih tinggi atau harus
mengganti tujuan. Untuk mencapai tujuan, individu perlu menerapkan tahapan tindakan
yang menghasilkan reaksi diri positif dan menghindari tahapan yang berakibat
menyalahkan diri sendiri. Saat individu mengaitkan kepuasan dengan pencapaian hasil
terntentu, individu akan memotivasi diri sendiri untuk mengoptimalkan energi yang
diperlukan guna mencapai tujuan.
2. Pengaturan diri dalam Belajar Menurut Pintrich & de Groot
Pengaturan diri tingkah laku mencakup diantaranya SRL. Selanjutnya akan dikemukakan
tentang SRL dan perannya dalam mengatur belajar sehingga tercapai tujuan yaitu adanya
peningkatan prestasi akademik.
Pintrich dan de Groot dalam Mulyadi ( 2016 ) menjelaskan terdapat berbagai macam
deifini SRL, namun terdapat tiga komponen penting yang berkaitan dengan kegiatan belajar
di kelas yaitu :
Ketiga komponen tersebut digunakan sebagai definisi kerja (working definition) dalam
penelitiannya.
Hasil penelitian Paris, Lipson & Wixson (1983), Pintrich (1988,1989), Pintrich, Cross,
Kozma & McKeachie (1986), dalam Mulyadi (2016) menunjukkan pengetahuan mengenai
strategi kognisi dan metakognisi tidak cukup berguna untuk meningkatkan prestasi akademik,
tetapi siswa juga harus termotivasi untuk menggunakan strategi.
Menurut Zimmerman dalam Mulyadi ( 2016 ), siswa dikatakan menggunakan SRL bila
memiliki strategi untuk mengaktifkan metakognisi, motivasi dan tingkah laku dalam proses
belajar mereka sendiri. Definisi SRL tersebut mengasumsikan pentingnya tiga elemen berikut
ini :
a. Strategi SRL merupakan tindakan dan proses yang diarahkan untuk menguasi informasi
atau keterampilan yang meliputi cara, tujuan, dan persepsi siswa yang bersifat
instrumental. Yang memanfaatkan metode seperti mengatur dan mengubah informasi,
self-consequating, pengulangan informasi serta penggunaan bantuan memori.
b. Self-efficacymengacu tentang kemampuan seseorang dalam mengatur dan melakukan
tindakan yang dibutuhkan guna meraih kinerja keterampilan yang telah direncanakan
untuk tugas tertentu. Hal ini memfokuskan kesadaran akan kemampuan siswa sendiri
untuk menampilkan tindakan dan strategi dalam meraih tujuan.
c. Tujuan-tujuan akademik, misalnya nilai-nilai sosial, kesempatan-kesempatan kerja
setelah lulus yang sangat bervariasi.
Jadi dapat sisimpulkan menurut Zimmerman dalam Mulyadi ( 2016 ) agar suatu strategi
siswa dapat dikatakan sebagai self-regulated, jika siswa memiliki strategi untuk
mengaktifkan metakognisi, motivasi, dan tingkah laku dalam proses belajar mereka sendiri.
Dengan demikian SRL berfungsi sebagai pengaturan dari hal tersebut.
Vermunt mensinyalir belum banyak studi yang berkaitan dengan SRL, faktor-faktor yang
berkaitan, dan dampak yang ditimbulkan. Studi sebelumnya berkisar tentang keterkaitan
antara strategi pemrosesankognisi dan motivasi. Untuk itu Vermunt dalam penelitiannya
menguji keterkaitan antara 4 komponen belajar ( strategi pengaturan belajar, strategi
pemrosesan kognisi, model belajar secara mental, dan orientasi belajar ). Namun sebelum itu
akan dijelaskan keempat hal tersebut.
SRL akan menyebabkan materi pelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien,
karena dengan SRL proses belajar dapat direncanakan secara sistematis, kemajuan belajar
selalu di monitor dan bila tidak terdapat kemajuan belajar, akan dilakukan diagnosis apa yang
menjadi penyebab dan kemudian di cari pemecahannya, sehingga kesulitan belajar dapat
diatasi dan akhirnya tujuan belajar dapat tercapai
Purdie dkk. meneliti perbedaan konsepsi siswa SMP Australia dan Jepang tentang belajar
dan SRL. Hasil penelitiannya menunjukkan terdapat perbedaan, namun strategi dalam
konteks belajar yang digunakan keduanya sama. Hasil penelitian ini menghasilkan deskripsi
jelas tentang karakteristik jelas SRL. Siswa yang menggunakan SRL memiliki kemampuan
untuk mengevaluasi kemajuan mereka sendiri. Mereka memiliki insiatif sendiri dengan
menjalankan pilihan pribadi dan mengontrol cara yang diinginkan untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan untuk diri mereka sendiri.
Kesimpulan di bawah ini merupakan persamaan esensi dari pandangan teoritikus yang
berbeda mengenai pengertian SRL dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Persamaannya
adalah :
a. Adanya proses metakognisi yang mengatur proses kognisi, dalam hal ini adalah
mengatur perencanaan, mengontrol dan mengevaluasi proses belajar. Dengan ini dalam
proses belajar terdapat usaha untuk merencanakan tujuan belajar, memonitor proses
belajar agar terarah pada tujuan belajar, serta mengevaluasi untuk mengidentifikasi
adanya kendala yang dihadapi dan menemukan cara untuk mengatasi kendala tersebut.
b. Adanya motivasi yang tercermin dari adanya keyakinan akan kemampuan sendiri untuk
menyelesaikan tugas-tugas akademis.
c. Adanya komitmen pencapaian tujuan belajar atau tugas-tugas akademis.
Dengan demikian pengertian SRL dalam buku ini( Mulyadi, 2016 )adalah proses
metakognisi yang mengatur proses perencanaan, pemantauan dan evaluasi dalam aktivitas
belajar. Proses tersebut dilandasi oleh keyakinan kemampuan sendiri ( self-efficacy beliefs )
dan oleh komitmen pencapaian tugas belajar atau tugas-tugas akademis, sehingga tujuan
belajar yaitu penguasaan pengetahuan dan keterampilan dapat tercapai.
Struktur wawancara yang dipergunakan untuk mengukur strategi yang digunakan oleh
siswa dalam belajar yang disusun oleh Zimmerman dan Martinez-Pons 1986 (dalam
Mulyadi, S. 2016) adalah sebagai berikut:
Dalam penelitian ini aspek-aspek SRL menurut Zimmerman dan Martiniez-Pons sebagai
tersebut di atas tidak semua digunakan untuk menyusun instrumen pengukuran SRL siswa
SMU Negeri di Jakarta, tetapi yang digunakan adalah aspek-aspek sebagai berikut ini.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Self Regulated Learning tidak hanya aspek yang sangat menarik dan penting dari
metakognisi, tetapi juga merupakan pusat dari intelegensi dan memainkan peranan dalam
banyak macam aktivitas kognitif.
Adanya proses metakognisi yang mengatur proses kognisi dalam hal ini adalah
mengatur perencanaan, mengontrol atau memonitor, dan mengevaluasi proses belajar.
Dengan pengaturan ini dalam proses belajar terdapat usaha untuk merencanakan tujuan
belajar, serta mengevaluasi untuk mengidentifikasi adanya kendala yang dihadapi dan
menemukan kendala tersebut.
Siswa harus memiliki SLR yang baik untuk membantunya tetap fokus dan mandiri
dalam belajar sehingga mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
B. SARAN
Siswa dengan tingkat kemandirian rendah dan sedang diharapkan dapat meningkatkan
kemandiriannya dengan mengembangkan self-regulated learning (SRL) melalui
latihan dalam menetapkan tujuan belajar, memilih strategi belajar yang tepat, serta
membuat danmelaksanakan jadwal belajar.
DAFTAR PUSTAKA