Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

STRATEGI PEMBELAJARAN METAKOGNITIF

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Materi Media Pembelajaran

Dosen Pembimbing : Dra. Rismiyati Nurindawati, SE., M.Ag

Disusun oleh:

Rajun Wagola

Ahmad Husain Nashir

Aliman ichsan

Alimuddin Nafi AL Khair

Arif Ari Wibowo

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH KLATEN


TAHUN 2021

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Media
Pembelajaran, dengan judul: “STRATEGI PEMBELAJARAN METAKOGNITIF”.

Solawat serta salam, semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Agung


Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari zaman kebodohan menuju zaman
yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Dalam penyususnsn makalah ini semaksimal mungkin kami upayakan dan


didukung dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunan
makalah ini. Untuk itu, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Sekolah Tinggi
Agama Islam Muhammdiyah Klaten.

Namun tidak lepas dari semua itu, Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang
kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran dari
berbagai pihak yang dapat membantu penyusunan makalah ini untuk mencapai
kesempurnaan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................................3


1. Pengertian Metakognitif...............................................................................3
2. Pendekatan Metakognitif..............................................................................3
3. Peranan Metakognitif Dalam Pembelajaran.................................................5
4. Strategi Perkembangan Petakognitif............................................................7
5. Jenis-Jenis Strategi Metakognitif...............................................................10

BAB III. PENUTUP.............................................................................................12


A. Kesimpulan.................................................................................................12
B. Saran...........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keterampilan metakognitif diperlukan untuk kesuksesan belajar karena
dengan keterampilan metakognitif memungkinkan siswa mampu mengelola
kecakapan kognitif atau pengetahuannya dan mampu melihat kelemahannya sehingga
dapat dilakukan perbaikan pada tindakan-tindakan berikutnya. Lebih lanjut,
dinyatakan bahwa siswa yang mampu menggunakan keterampilan metakognitifnya
akan memiliki prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang tidak
menggunakan keterampilan metakognitifnya. Hal ini disebabkan karena keterampilan
metakognitif dapat memungkinkan siswa melakukan perencanaan, mengikuti
perkembangan, dan memantau proses belajarnya (Eriawati, 2013).
Dalam menata bangsa ke kehidupan yang lebih maju dan bermartabat, juga
diperlukan kemampuan metakognisi yang merupakan bentuk kognisi atau proses
berpikir tingkat tinggi yang melibatkan pengendalian aktivitas kognitif. Metakognisi
menekankan pemantauan dan tanggung jawab diri siswa, sehingga siswa dapat
mengatur dirinya untuk merencanakan, memantau, dan mengevaluasi tujuan
pembelajarannya. Siswa yang terampil metakognisi dipastikan menjadi pelajar
mandiri (Hartono, 2014).
Kemampuan metakognisi dan prestasi akademik memiliki hubungan positif
yang dapat diberdayakan. Kenyataan dalam pembelajaran biologi yang dilakukan
selama ini semata-mata hanya menekankan pada penguasaan konsep kognitif yang
didapatkan dengan tes tertulis objektif, sedangkan ruang untuk metakognisi kurang
diberdayakan. Kegiatan belajar seperti ini membuat siswa cenderung belajar
mengingat atau menghafal juga tanpa memahami atau tanpa mengerti apa yang
diajarkan oleh gurunya. Akibatnya ketika siswa dihadapkan dengan masalah, siswa
mengalami kesulitan untuk memecahkannya (Pratiwi, 2016).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metakognitif ?
2. Bagaimana pendekatan metakognitif ?
3. Bagaimana peranan metakognitif dalam pembelajaran ?
4. Bagaimana starategi pengembangan metakognitf ?
5. Apa saja jenis-jenis strategi metakognitif ?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan metakognitif.
2. Mengetahui pendekatan metakognitif.
3. Mengetahui peranan metakognitif dalam pembelajaran.
4. Mengetahui starategi pengembangan metakognitf.
5. Mengetahui jenis-jenis strategi metakognitif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Metakognitif

Metakognitif adalah suatu kesadaran tentang kognitif kita sendiri, bagaimana


kognitif kita bekerja serta bagaimana mengaturnya. Kemampuan ini sangat penting
terutama untuk keperluan efisiensi penggunaan kognitif kita dalam menyelesaikan
masalah. Secara ringkas metakognitif dapat diistilahkan sebagai “thinking about
thingking”.

2. Pendekatan Metakognitif

Weinert dan Kluwe (1987) menyatakan bahwa metakognisi adalah second-


order cognition yang memiliki arti berpikir tentang berpikir, pengetahuan tentang
pengetahuanku, atau refleksi tentang tindakan-tindakan. Woolfolk (1995)
menjelaskan bahwa setidaknya terdapat dua komponen terpisah yang terkandung
dalam metakognisi, yaitu pengetahuan deklaratif dan prosedural tentang
keterampilan, strategi, dan sumber yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas.
Mengetahui apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya, mengetahui prasyarat
untuk meyakinkan kelengkapan tugas tersebut, dan mengetahui kapan melakukannya.

Lebih jauh lagi, Brown (Weinert dan Kluwe, 1987) mengemukakan bahwa
proses atau keterampilan metakognitif memerlukan operasi mental khusus yang
dengannya seseorang dapat memeriksa, merencanakan, mengatur, memantau,
memprediksi, dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri. Menurut Flavell
(Weinert dan Kluwe, 1987), bentuk aktivitas memantau diri (selfmonitoring) dapat
dianggap sebagai bentuk metakognisi. Dalam sudut pandang yang lain, Tim MKPBM
(2001) memandang metakognitif sebagai suatu bentuk kemampuan untuk melihat
pada diri sendiri sehingga apa yang dia lakukan dapat terkontrol secara optimal. Para
peserta didik dengan pengetahuan metakognitifnya sadar akan kelebihan dan
keterbatasannya dalam belajar. Artinya saat siswa mengetahui kesalahannya, mereka
sadar untuk mengakui bahwa mereka salah, dan berusaha untuk memperbaikinya.

Suzana (2004: B4-3) mendefinisikan pembelajaran dengan pendekatan


keterampilan metakognitif sebagai pembelajaran yang menanamkan kesadaran
bagaimana merancang, memonitor, serta mengontrol tentang apa yang mereka
ketahui; apa yang diperlukan untuk mengerjakan dan bagaimana melakukannya.
Pembelajaran dengan pendekatan metakognitif menitikberatkan pada aktivitas belajar
siswa; membantu dan membimbing siswa jika ada kesulitan; serta membantu siswa

3
untuk mengembangkan konsep diri apa yang dilakukan saat belajar matematika.
Sejalan dengan itu pula, Nindiasari (2004) menyatakan bahwa pembelajaran dengan
pendekatan keterampilan metakognitif sangat penting untuk mengembangkan
kemampuan siswa dalam mempelajari strategi kognitif.

 Contoh dari strategi kognitif ini antara lain: bertanya pada diri sendiri,
memperluas aplikasi-aplikasi tersebut, dan mendapatkan pengendalian kesadaran atas
diri mereka.

Ada dua konteks yang mesti dipahami agar siswa mampu belajar secara baik
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan
metakognitif, yaitu siswa dapat memahami dan menggunakan strategi kognitif dan
strategi kognitif metakognitif selama proses pembelajaran berlangsung. Menurut
Hartono (Nindiasari, 2004), pengertian strategi kognitif adalah, “Penggunaan
keterampilan-keterampilan intelektual secara tepat oleh seseorang dalam
mengorganisasi aturan-aturan ketika menanggapi dan menyelesaikan soal”,
sedangkan strategi kognitif metakognitif adalah mengontrol seluruh aktivitas
belajarnya, bila perlu memodifikasi strategi yang biasa digunakan untuk mencapai
tujuan. Bila diterapkan dalam belajar, anak bertanya pada dirinya sendiri untuk
menguji pemahamannya tentang materi yang dipelajari.

Selain dengan latihan, belajar juga merupakan metakognisi melalui aktivitas


yang digunakan yaitu mengatur dan memantau proses belajar. Adapun kegiatannya
menurut Flavell (Weinert dan Kluwe, 1987) mencakup perencanaan, monitoring, dan
memeriksa hasil. Kegiatan-kegiatan metakognitif ini muncul melalui empat situasi,
yaitu:

1. peserta didik diminta untuk menjustifikasi suatu kesimpulan atau


mempertahankan sanggahan,
2. situasi kognitif dalam mengahadapi suatu masalah membuka peluang
untuk merumuskan pertanyaan,
3. peserta didik diminta untuk membuat kesimpulan, pertimbangan, dan
keputusan yang benar sehingga diperlukan kehati-hatian dalam memantau
dan mengatur proses kognitifnya, dan
4. situasi peserta didik dalam kegiatan kognitif mengalami kesulitan,
misalnya dalam pemecahan masalah.Aspek metakognitif sebagai bagian
terkait dari pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan
metakognitif sangat penting untuk dapat dikembangkan agar mahasiswa
mampu memahami dan mengontrol pengetahuan yang telah didapatnya
dalam kegiatan pembelajaran.

4
Adapun aspek aktivitas metakognitif yang dikemukakan oleh Flavell (Suzana,
2004: B4-4) adalah:

1. kesadaran mengenal informasi,


2. memonitor apa yang mereka ketahui dan bagaimana mengerjakannya
dengan mempertanyakan diri sendiri dan menguraikan dengan kata-kata
sendiri untuk simulasi mengerti,
3. regulasi, membandingkan dan membedakan solusi yang lebih
memungkinkan.

Dengan demikian, seperti yang diungkapkan oleh Borkwoski; Borkwoski,


Johnson, & Reid; Pressley et al., 1987; Torgosen; Wong (Jacob, 2003: 17-18), bahwa
dosen mengajar mahasiswa untuk merancang, memonitor, dan merevisi kerja mereka
sendiri mencakup tidak hanya membuat mahasiswa sadar tentang apa yang mereka
perlukan untuk mengerjakan apabila mereka gagal untuk memahami.

Bagaimana siswa secara berangsur-angsur menguasai keterampilan


metakognisi ini mungkin memerlukan suatu proses yang cukup lama.Namun
demikian, pendidik (dosen/guru) dapat memulai lebih awal di sekolah atau perguruan
tinggi, dengan model keterampilan ini, dengan secara spesifik melatih siswa dalam
keterampilan dan strategi khusus (seperti perencanaan atau evaluasi, analisis
masalah),dan dengan struktur mengajar mereka sedemikian sehingga para siswa
terfokus pada bagaimana mereka belajar dan juga pada apa yang mereka pelajari
(Jacob, 2000: 444).

3. Peranan Metakognitif Dalam Pembelajaran

a. Keberhasilan Belajar

Sebagaimana dikemukakan pada uraian sebelumnya bahwa metakognisi


pada dasarnya adalah kemampuan belajar bagaimana seharusnya belajar
dilakukan yang didalamnya dipertimbangkan dan dilakukan aktivitas-aktivitas
sebagai berikut (Taccasu Project, 2008).

1. Mengembangkan suatu rencana kegiatan belajar.


2. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya berkenaan dengan kegiatan
belajar.
3. Menyusun suatu program belajar untuk konsep, keterampilan, dan ide-ide
yang baru.

5
4. Mengidentifkasi dan menggunakan pengalamannya sehari-hari sebagai
sumber belajar.
5. Memanfaatkan teknologi modern sebagai sumber belajar.
6. Memimpin dan berperan serta dalam diskusi dan pemecahan masalah
kelompok.
7. Belajar dari dan mengambil manfaat pengalaman orang-orang tertentu yang
telah                   berhasil dalam bidang tertentu.
8. Memahami faktor-faktor pendukung keberhasilan belajarnya.

Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas dapat dinyatakan bahwa


keberhasilan seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh kemampuan
metakognisinya. Jika setiap kegiatan belajar dilakukan dengan mengacu pada
indikator dari learning how to learn maka hasil optimal akan mudah dicapai.

b. Pengembangan Metakognisi dalam Pembelajaran

Mengingat pentingnya peranan metakognisi dalam keberhasilan belajar,


maka upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dapat dilakukan
dengan meningkatkan metakognisi mereka. Mengembangkan metakognisi
pembelajar berarti membangun fondasi untuk belajar secara aktif. Guru sebagai
sebagai perancang kegiatan belajar dan pembelajaran, mempunyai tanggung
jawab dan banyak kesempatan untuk mengembangkan metakognisi pembelajar.
Strategi yang dapat dilakukan guru atau dosen dalam mengembangkan
metakognisi peserta didik melalalui kegiatan belajar dan pembelajaran adalah
sebagai berikut (Taccasu Project, 2008).

1. Membantu peserta didik dalam mengembangkan strategi belajar dengan:


a. Mendorong pembelajar untuk memonitor proses belajar dan berpikirnya.
b. Membimbing pembelajar dalam mengembangkan strategi-strategi
belajar yang efektif.
c. Meminta pembelajar untuk membuat prediksi tentang informasi yang
akan muncul atau disajikan berikutnya berdasarkan apa yang mereka
telah baca atau pelejari.
d. Membimbing pembelajar untuk mengembangkan kebiasaan bertanya.
e. Menunjukkan kepada pembelajar bagaimana teknik mentransfer
pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan dari
suatu situasi ke situasi yang lain.
2. Membimbing pembelajar dalam mengembangkan kebiasaan peserta didik
yang baik melalui:
a. Pengembangan kebiasaan mengelola diri sendiri

6
Pengembangan kebiasaan mengelola diri sendiri dapat
dilakukan dengan:(1) mengidentifikasi gaya belajar yang paling cocok
untuk diri sendiri (visual, auditif, kinestetik, deduktif, atau induktif);
(2) memonitor dan meningkatkan kemampuan belajar (membaca,
menulis, mendengarkan, mengelola waktu, dan memecahkan
masalah); (3) memanfaatkan lingkungan belajar secara variatif (di
kelas dengan ceramah, diskusi, penugasa, praktik di laboratorium,
belajar kelompok, dst).

b. Mengembangkan kebiasaan untuk berpikir positif

Kebiasaan berpikir positif dikembangkan dengan: (1)


meningkatkan rasa percaya diri (self-confidence) dan rasa harga diri
(self-esteem) dan (2) mengidentifikasi tujuan belajar dan menikmati
aktivitas belajar.

c. Mengembangkan kebiasaan untuk berpikir secara hirarkhis

Kebiasaan untuk berpikir secara hirarkhis dikembangkan dengan:


(1) membuat keputusan dan memecahkan masalah dan (2) memadukan
dan menciptakan hubungan-hubungan konsep-konsep yang baru.

d. Mengembangkan kebiasaan untuk bertanya

Kebiasaan bertanya dikembangkan dengan: (1) mengidentifikasi


ide-ide atau konsep-konsep utama dan bukti-bukti pendukung; (2)
membangkitkan minat dan motivasi; dan (3) memusatkan perhatian
dan daya ingat.Pengembangan metakognisi pembelajar dapat pula
dilakukan dengan aktivitas-aktivitas yang sederhana kemudian menuju
ke yang lebih rumit.

4. Strategi Perkembangan Metakognitif

Blakey & Spence (1990) mengemukakan strategi-startegi atau langkah-


langkah untuk meningkatkan keterampilan metakognisi, yakni:

a. Mengidentifikasi
“apa yang kau ketahui” dan “apa yang kau tidak ketahui” Memulai
aktivitas pengamatan, siswa perlu membuat keputusan yang disadari
tentang pengetahuan mereka. Dengan menyelidiki suatu topik, siswa

7
akan menverifikasi, mengklarivikasi dan mengembangkan, atau
mengubah pernyataan awal mereka dengan informasi yang akurat.

b. Berbicara tentang berpikir (Talking about thinking)


Selama membuat perencanaan dan memecahkan masalah, guru
boleh “menyuarakan pikiran”, sehingga siswa dapat ikut
mendemonstrasikan proses berpikir. Pemecahan masalah
berpasangan merupakan strategi lain yang berguna pada langkah ini.
Seorang siswa membicarakan sebuah masalah, mendeskripsikan
proses berpikirnya, sedangkan pasangannya mendengarkan dan
bertanya untuk membantu mengklarifikasi proses berpikir.

c. Membuat jurnal berpikir (keeping thinking journal)

Cara lain untuk mengembangkan metakognisi adalah melalui


penggunaan jurnal atau catatan belajar. Jurnal ini berupa buku
harian dimana setiap siswa merefleksi berpikir mereka, membuat
catatan tentang kesadaran mereka terhadap kedwiartian (ambiguities)
dan ketidakkonsistenan, dan komentar tentang bagaimana mereka
berurusan/menghadapi kesulitan.

d. Membuat perencanaan dan regulasi-diri

Siswa harus mulai bekerja meningkatkan responsibilitas untuk


merencanakan dan meregulasi belajar mereka. Sulit bagi pebelajar
menjadi orang yang mampu mengatur diri sendiri (self-directed) ketika
belajar direncanakan dan dimonitori oleh orang lain.

e. Melaporkan kembali proses berpikir (Debriefing thinking process)


Aktivitas terakhir adalah menfokuskan diskusi siswa pada proses
berpikir untuk mengembangkan kesadaran tentang strategi-strategi
yang dapat diaplikasikan pada situasi belajar yang lain. Metode tiga
langkah dapat digunakan; Pertama: guru mengarahkan siswa untuk
mereviu aktivitas, mengumpulkan data tentang proses berpikir; Kedua:
kelompok mengklasifikasi ide-ide yang terkait, mengindentifikasi
strategi yang digunakan; Ketiga: mereka mengevaluasi keberhasilan,
membuang strategi-strategi yang tidak tepat, mengindentifikasi strategi
yang dapat digunakan kemudian, dan mencari pendekatan alternatif
yang menjanjikan
f. Evaluasi-diri (Self-evaluation)

8
Mengarahkan pengalaman-pengalaman evaluasi-diri dapat diawali
melalui pertemuan individual dan daftar-daftar yang berfokus pada
proses berpikir. Secara bertahap, evaluasi-diri akan lebih banyak
diaplikasikan secara independen.

Dalam penelitian ini model yang dikembangkan sebagai model pelatihan dan
pembinaan guru sains, dengan mengadaptasi konsep metakognitif Marzano dengan
meliputi 3 (tiga) tahapan strategi sebagai berikut:

1. Tahap proses sadar belajar (awareness), merupakan komponen yang


paling dasar dari metakognisi. Kewaspadaan ini termasuk dua cara apakah
siswa biasanya melakukan pendekatan pada tugas dan cara alternatif yang
mungkin mereka lakukan. Pelajar yang baik waspada akan bagaimana
mereka berpikir dan dapat membuat pilihan yang cerdas megenai strategi
yang efektif.meliputi proses untuk menetapkan tujuan belajar,
mempertimbangkan sumber belajar yang akan dan dapat diakses (contoh:
menggunakan buku teks, mencari buku sumber di perpustakaan,
mengakses internet di lab. komputer, atau belajar di tempat sunyi),
menentukan bagaimana kinerja terbaik siswa akan dievaluasi,
mempertimbangkan tingkat motivasi belajar, menentukan tingkat kesulitan
belajar siswa.

2. Tahap merencanakan belajar (Planning), merupakan komponen rencana


dari metakognisi adalah bertanggung jawab untuk “mengidentifikasi dan
mengaktifkan kemampuan, taktik, dan proses tertentu yang akan
digunakan dalam “mencapai cita-cita” (Marzano, 1998, h. 60). Siswa pada
tahap ini memiliki dialog dalam dirinya mengenai apa yang dapat ia
lakukan dan apa yang paling efektif dalam situasi ini. Jika tugasnya
sederhana, orang mungkin tidak waspada akan pilihan apa yang ia buat.
Dengan tugas yang kompleks, bagaimana pun, proses metakognitif lebih
terbuka saat siswa memilih pilihan yang lain di dalam pikirannyameliputi
proses memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas
belajar, merencanakan waktu belajar dalam bentuk jadwal serta
menentukan skala prioritas dalam belajar, mengorganisasikan materi
pelajaran, mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk belajar dengan
menggunakan berbagai strategi belajar (outlining, mind mapping, speed
reading, dan strategi belajar lainnya).

3. Tahap monitoring dan refleksi belajar (monitoring and reflection),


merupakan komponen akhir dari metakognisi adalah pemantauan. Fungsi

9
ini bekerja pada keefektifan rencana dan strategi yang digunakan. Sebagai
contoh, siswa kelas biologi tahun kedua memutuskan untuk membuat peta
dalam komputer untuk meninjau bab untuk sebuah tes. Setelah beberapa
menit, ia menyadari bahwa ia menghabiskan waktu yang lebih mencari
tahu tentang software daripada berpikir mengenai konten dan memutuskan
untuk menggambar peta di atas kertas. Seorang siswa kelas lima yang
mengumpulkan data mengenai temperatur dan kelembaban mulai
menambahkan daftar angka yang panjang lalu menyadari bahwa pekerjaan
akan menjadi lebih cepat dan akurat jika ia menggunkan program lembar
kerja. Pemantauan proses pemikiran yang konsisten dan membuat
perubahan yang diperlukan adalah komponenyang penting dari
metakognisi. Meliputi proses merefleksikan proses belajar, memantau
proses belajar melalui pertanyaan dan tes diri (self-testing, seperti
mengajukan pertanyaan, apakah materi ini bermakna dan bermanfaat bagi
saya?, bagaimana pengetahuan pada materi ini dapat saya kuasai?,
mengapa saya mudah/sukar menguasai materi ini?), menjaga konsentrasi
dan motivasi tinggi dalam belajar.

5. Jenis-Jenis Strategi Kognitif

Gagne (1984) mengidentifikasi strategi kognitif berdasarkan alur proses


instruksional mulai dari memperhatikan (attending), mengolah stimulus (encoding),
mencari kembali informasi (retrieval), dan berpikir. Untuk setiap tahap mahasiswa
dapat menggunakan strategi kognitif yang berbeda-beda.West, Farmer dan Wolff
(1991) menjelaskan adanya 4 keluarga besar strategi kognitif, yaitu Chunking,
Spatial, Bridging, dan Multipurpose.

1. Chunking, merupakan strategi mengorganisasikan sesuatu secara


sistematis melalui proses mengurutkan (order), mengklasifikasi (classify,
dan menyusun (arrange). Chunking dapat membantu seseorang untuk
mengolah data yang sangat banyak atau proses yang sangat kompleks.
Melalui chunking, seseorang memilah-milah materi kuliah atau masalah
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, kemudian menyusun bagian-
bagian tersebut secara berurut.

2. Spatial merupakan suatu strategi untuk menunjukkan hubungan antar hal


yang satu dengan yang lain. Dalam kategori ini termasuk “frames” (tabel)
dan “concept maps” (peta konsep)
3. Bridging merupakan strategi untuk menjembatani pemahaman seseorang
melalui “metafor” (perumpamaan), analogi dan advance organizer.

10
Metafor dan analogi merupakan strategi pengandaian yang dapat
menjembatani suatu konsep baru dengan menggunakan konsep yang
sudah dipahami sebelumnya. Advance organizer merupakan kerangka
dalam bentuk abstraksi atau ringkasan tentang konsep-konsep dasar materi
yang harus dipelajari, hanya dapat dibuat oleh dosen untuk memudahkan
mahasiswa belajar.

4. Mulitpurpose merupakan strategi kognitif yang dapat digunakan untuk


berbagai tujuan, antara lain rehearsal, imagery, dan mneumoncs (jembatan
keledai). Rehearsal merupakan cara untuk untuk mereviu materi, bertanya,
mengansipasi pertanyaan dan materi, yang hanya dapat dilakukan oleh
mahasiswa, dosen dapat memberikan waktu agar   mahasiswa dapat
melakukan rehearsal. Imagery (membayangkan) merupakan proses
visualisasi  suatu konsep, kejadian, ataupun prinsip. Mneumonics
merupakan alat bantu untuk mengingat, misalnya singkatan.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Metakognitif adalah metode belajar yang megasah kemampuan siswa untuk
mengembangkan diri mereka dengan memberi kebebasan untuk mengatur waktu
belajar sesuai kebutuhan.dan keberhasilan seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh
kemampuan metakognisinya. Jika setiap kegiatan belajar dilakukan dengan mengacu
pada indikator dari learning how to learn maka hasil optimal akan mudah dicapai.

B. SARAN

Pembelajaran Metakognitif sangat baik jika diterapkan pada siswa SMP dan
SMA denga kurikulum 2013.

12
DAFTAR PUSTAKA

Satriawan,Muhammad.Pendidikan.29Maret2015.https://MuhammadSatriawan27.blog
spot.com/2013/09/Metakognitif

Sapa’at,Asep.Metakognitif.29Maret2015.https://SahabatGuru.wordpress.com/2008/1
2/11/Metakognitif-belajar-bagaimana-untuk-belajar/

Togala,Zulrahmat.BerbagiIlmu.29Maret2015.https://Zultogalatp.wordpress.com/2013
/06/15/Metakognitif-dalam-pembelajaran/

13

Anda mungkin juga menyukai