Disusun oleh:
Rajun Wagola
Aliman ichsan
JURUSAN TARBIYAH
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Media
Pembelajaran, dengan judul: “STRATEGI PEMBELAJARAN METAKOGNITIF”.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Sekolah Tinggi
Agama Islam Muhammdiyah Klaten.
Namun tidak lepas dari semua itu, Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang
kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran dari
berbagai pihak yang dapat membantu penyusunan makalah ini untuk mencapai
kesempurnaan.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keterampilan metakognitif diperlukan untuk kesuksesan belajar karena
dengan keterampilan metakognitif memungkinkan siswa mampu mengelola
kecakapan kognitif atau pengetahuannya dan mampu melihat kelemahannya sehingga
dapat dilakukan perbaikan pada tindakan-tindakan berikutnya. Lebih lanjut,
dinyatakan bahwa siswa yang mampu menggunakan keterampilan metakognitifnya
akan memiliki prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang tidak
menggunakan keterampilan metakognitifnya. Hal ini disebabkan karena keterampilan
metakognitif dapat memungkinkan siswa melakukan perencanaan, mengikuti
perkembangan, dan memantau proses belajarnya (Eriawati, 2013).
Dalam menata bangsa ke kehidupan yang lebih maju dan bermartabat, juga
diperlukan kemampuan metakognisi yang merupakan bentuk kognisi atau proses
berpikir tingkat tinggi yang melibatkan pengendalian aktivitas kognitif. Metakognisi
menekankan pemantauan dan tanggung jawab diri siswa, sehingga siswa dapat
mengatur dirinya untuk merencanakan, memantau, dan mengevaluasi tujuan
pembelajarannya. Siswa yang terampil metakognisi dipastikan menjadi pelajar
mandiri (Hartono, 2014).
Kemampuan metakognisi dan prestasi akademik memiliki hubungan positif
yang dapat diberdayakan. Kenyataan dalam pembelajaran biologi yang dilakukan
selama ini semata-mata hanya menekankan pada penguasaan konsep kognitif yang
didapatkan dengan tes tertulis objektif, sedangkan ruang untuk metakognisi kurang
diberdayakan. Kegiatan belajar seperti ini membuat siswa cenderung belajar
mengingat atau menghafal juga tanpa memahami atau tanpa mengerti apa yang
diajarkan oleh gurunya. Akibatnya ketika siswa dihadapkan dengan masalah, siswa
mengalami kesulitan untuk memecahkannya (Pratiwi, 2016).
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metakognitif ?
2. Bagaimana pendekatan metakognitif ?
3. Bagaimana peranan metakognitif dalam pembelajaran ?
4. Bagaimana starategi pengembangan metakognitf ?
5. Apa saja jenis-jenis strategi metakognitif ?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan metakognitif.
2. Mengetahui pendekatan metakognitif.
3. Mengetahui peranan metakognitif dalam pembelajaran.
4. Mengetahui starategi pengembangan metakognitf.
5. Mengetahui jenis-jenis strategi metakognitif.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Metakognitif
2. Pendekatan Metakognitif
Lebih jauh lagi, Brown (Weinert dan Kluwe, 1987) mengemukakan bahwa
proses atau keterampilan metakognitif memerlukan operasi mental khusus yang
dengannya seseorang dapat memeriksa, merencanakan, mengatur, memantau,
memprediksi, dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri. Menurut Flavell
(Weinert dan Kluwe, 1987), bentuk aktivitas memantau diri (selfmonitoring) dapat
dianggap sebagai bentuk metakognisi. Dalam sudut pandang yang lain, Tim MKPBM
(2001) memandang metakognitif sebagai suatu bentuk kemampuan untuk melihat
pada diri sendiri sehingga apa yang dia lakukan dapat terkontrol secara optimal. Para
peserta didik dengan pengetahuan metakognitifnya sadar akan kelebihan dan
keterbatasannya dalam belajar. Artinya saat siswa mengetahui kesalahannya, mereka
sadar untuk mengakui bahwa mereka salah, dan berusaha untuk memperbaikinya.
3
untuk mengembangkan konsep diri apa yang dilakukan saat belajar matematika.
Sejalan dengan itu pula, Nindiasari (2004) menyatakan bahwa pembelajaran dengan
pendekatan keterampilan metakognitif sangat penting untuk mengembangkan
kemampuan siswa dalam mempelajari strategi kognitif.
Contoh dari strategi kognitif ini antara lain: bertanya pada diri sendiri,
memperluas aplikasi-aplikasi tersebut, dan mendapatkan pengendalian kesadaran atas
diri mereka.
Ada dua konteks yang mesti dipahami agar siswa mampu belajar secara baik
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan
metakognitif, yaitu siswa dapat memahami dan menggunakan strategi kognitif dan
strategi kognitif metakognitif selama proses pembelajaran berlangsung. Menurut
Hartono (Nindiasari, 2004), pengertian strategi kognitif adalah, “Penggunaan
keterampilan-keterampilan intelektual secara tepat oleh seseorang dalam
mengorganisasi aturan-aturan ketika menanggapi dan menyelesaikan soal”,
sedangkan strategi kognitif metakognitif adalah mengontrol seluruh aktivitas
belajarnya, bila perlu memodifikasi strategi yang biasa digunakan untuk mencapai
tujuan. Bila diterapkan dalam belajar, anak bertanya pada dirinya sendiri untuk
menguji pemahamannya tentang materi yang dipelajari.
4
Adapun aspek aktivitas metakognitif yang dikemukakan oleh Flavell (Suzana,
2004: B4-4) adalah:
a. Keberhasilan Belajar
5
4. Mengidentifkasi dan menggunakan pengalamannya sehari-hari sebagai
sumber belajar.
5. Memanfaatkan teknologi modern sebagai sumber belajar.
6. Memimpin dan berperan serta dalam diskusi dan pemecahan masalah
kelompok.
7. Belajar dari dan mengambil manfaat pengalaman orang-orang tertentu yang
telah berhasil dalam bidang tertentu.
8. Memahami faktor-faktor pendukung keberhasilan belajarnya.
6
Pengembangan kebiasaan mengelola diri sendiri dapat
dilakukan dengan:(1) mengidentifikasi gaya belajar yang paling cocok
untuk diri sendiri (visual, auditif, kinestetik, deduktif, atau induktif);
(2) memonitor dan meningkatkan kemampuan belajar (membaca,
menulis, mendengarkan, mengelola waktu, dan memecahkan
masalah); (3) memanfaatkan lingkungan belajar secara variatif (di
kelas dengan ceramah, diskusi, penugasa, praktik di laboratorium,
belajar kelompok, dst).
a. Mengidentifikasi
“apa yang kau ketahui” dan “apa yang kau tidak ketahui” Memulai
aktivitas pengamatan, siswa perlu membuat keputusan yang disadari
tentang pengetahuan mereka. Dengan menyelidiki suatu topik, siswa
7
akan menverifikasi, mengklarivikasi dan mengembangkan, atau
mengubah pernyataan awal mereka dengan informasi yang akurat.
8
Mengarahkan pengalaman-pengalaman evaluasi-diri dapat diawali
melalui pertemuan individual dan daftar-daftar yang berfokus pada
proses berpikir. Secara bertahap, evaluasi-diri akan lebih banyak
diaplikasikan secara independen.
Dalam penelitian ini model yang dikembangkan sebagai model pelatihan dan
pembinaan guru sains, dengan mengadaptasi konsep metakognitif Marzano dengan
meliputi 3 (tiga) tahapan strategi sebagai berikut:
9
ini bekerja pada keefektifan rencana dan strategi yang digunakan. Sebagai
contoh, siswa kelas biologi tahun kedua memutuskan untuk membuat peta
dalam komputer untuk meninjau bab untuk sebuah tes. Setelah beberapa
menit, ia menyadari bahwa ia menghabiskan waktu yang lebih mencari
tahu tentang software daripada berpikir mengenai konten dan memutuskan
untuk menggambar peta di atas kertas. Seorang siswa kelas lima yang
mengumpulkan data mengenai temperatur dan kelembaban mulai
menambahkan daftar angka yang panjang lalu menyadari bahwa pekerjaan
akan menjadi lebih cepat dan akurat jika ia menggunkan program lembar
kerja. Pemantauan proses pemikiran yang konsisten dan membuat
perubahan yang diperlukan adalah komponenyang penting dari
metakognisi. Meliputi proses merefleksikan proses belajar, memantau
proses belajar melalui pertanyaan dan tes diri (self-testing, seperti
mengajukan pertanyaan, apakah materi ini bermakna dan bermanfaat bagi
saya?, bagaimana pengetahuan pada materi ini dapat saya kuasai?,
mengapa saya mudah/sukar menguasai materi ini?), menjaga konsentrasi
dan motivasi tinggi dalam belajar.
10
Metafor dan analogi merupakan strategi pengandaian yang dapat
menjembatani suatu konsep baru dengan menggunakan konsep yang
sudah dipahami sebelumnya. Advance organizer merupakan kerangka
dalam bentuk abstraksi atau ringkasan tentang konsep-konsep dasar materi
yang harus dipelajari, hanya dapat dibuat oleh dosen untuk memudahkan
mahasiswa belajar.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metakognitif adalah metode belajar yang megasah kemampuan siswa untuk
mengembangkan diri mereka dengan memberi kebebasan untuk mengatur waktu
belajar sesuai kebutuhan.dan keberhasilan seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh
kemampuan metakognisinya. Jika setiap kegiatan belajar dilakukan dengan mengacu
pada indikator dari learning how to learn maka hasil optimal akan mudah dicapai.
B. SARAN
Pembelajaran Metakognitif sangat baik jika diterapkan pada siswa SMP dan
SMA denga kurikulum 2013.
12
DAFTAR PUSTAKA
Satriawan,Muhammad.Pendidikan.29Maret2015.https://MuhammadSatriawan27.blog
spot.com/2013/09/Metakognitif
Sapa’at,Asep.Metakognitif.29Maret2015.https://SahabatGuru.wordpress.com/2008/1
2/11/Metakognitif-belajar-bagaimana-untuk-belajar/
Togala,Zulrahmat.BerbagiIlmu.29Maret2015.https://Zultogalatp.wordpress.com/2013
/06/15/Metakognitif-dalam-pembelajaran/
13