OLEH :
KELOMPOK 4
1. ISTI QAMA DAMAYANTI ( 1911342008 )
2. SRI RAHNIANTI ANWAR ( 1911342011)
3. FADEL SURIADIN ( 1911342018 )
4. NURUL RESKY AMALIA ( 1911342019 )
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subuhanahu wata’ala, Tuhan Yang
Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Starategi Kognitif (Cognitive Strategy) dan Metakognitif
(Metakognisi)”
Karya ilmiah ini dibuat berdasarkan referensi dari internet serta informsi dari
artikel seperti artikel yang berjudul “Strategi Kognitif” oleh sebab itu, dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu penulisan penyusunan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini sangat jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan karya ilmiah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga karya ilmiah ini bisa
menjadi referensi bagi semua pihak yang membancanya sebagai suatu strategi
pembelajaran dalam belajar matematika.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan yang optimal pada segala aspek merupakan faktor kesuksesan
seorang anak kedepan. Pola pengasuhan dan pendidikan yang dilakukan oleh
orang tua, guru dan lingkungan akan berpengaruh terhadap kualitas anak. Dengan
tanpa mengabaikan aspek lain, perkembangan kognitif menjadi salah satu fokus
penting selain perkembangan fisik pada masa anak-anak.
B. Rumusan Masalah
1
7. Apa pengertian dari metakognitif (metakognisi) ?
8. Apa saja jenis-jenis pengetahuan metakognitif (metakognisi) serta proses
pengalaman metakognisi (metakognitif) ?
9. Apa saja langkah-langkah pembelajaran metakognitif (metakognisi) ?
10. Bagaimana strategi dalam pembelajaran metakognitif (metakognisi) ?
11. Bagaimana peran metakognitif (metakognisi) dalam pembelajaran ?
C. Tujuan penulis
1. Untuk mengetahui pengertian dari pendekatan kognitif dan metakognitif;
2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung perkembangan kognitif individu;
3. Untuk mengetahui klasifikasi strategi kognitif;
4. Untuk mengetahui fungsi strategi kognitif;
5. Untuk mengetahui peranan strategi kognitif dalam berbagai aspek;
6. Untuk mengetahui jenis-jenis pengetahuan metakognitif (metakognisi);
7. Untuk mengetahui peran dari strategi pembelajaran metakognitif;
8. Untuk mengetahui langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pendekatan
metakognitif;
9. Untuk mengetahui bentuk strategi kognitif dalam memecahkan masalah
menurut pandangan para ahli.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
lebih baik, padahal hasil yang lebih baik itu bersumber pada cara belajar yang penuh
kesadaran, sistematis, dan penuh refleksi diri. Oleh karena itu, cara atau siasat belajar
yang sebenarnya dapat juga diajarkan kepada siswa yang tidak begitu pandai,
sehingga siswa yang lemah pun dapat maju.
Kesimpulan dari uraian di atas adalah sangatlah bermanfaat mengajarkan
strategi kognitif kepada siswa. Hal ini didukung dengan apa yang dikemukakan oleh
Muhammad Nur (2004) bahwa mengajarkan strategi-strategi kognitif dapat membawa
ke arah peningkatan hasil belajar siswa secara nyata.
4
Agar terjadi pembelajaran, pelajar harus melakukan tindakan pada
informasi baru dan menghubungkan informasi baru tersebut dengan
pengetahuan awal. Strategi yang digunakan untuk proses pengkodean ini
disebut strategi mengulang (rehearsal). Strategi mengulang terbagi dua,
yaitu sbb:
a) Strategi Mengulang Sederhana (rote rehearsal)
Strategi mengulang sederhana yaitu sekedar mengulang dengan
keras atau dengan pelan informasi yang ingin kita hafal. Misalnya
digunakan untuk menghafal nomor telepon dan arah ke satu tempat
tertentu dalam jangka waktu pendek.
b) Strategi Mengulang Kompleks
Penyerapan bahan yang lebih kompleks memerlukan strategi
mengulang kompleks, yaitu perlu melakukan upaya lebih jauh dari
sekedar mengulang informasi. Misalnya, seorang pelajar tidak dapat
mengingat seluruh kata atau ide dalam sebuah buku hanya dengan
mambaca buku itu keras-keras. Sehingga yang dapat dilakukan adalah
menggarisbawahi ide-ide utama (under lining) dan membuat catatan
pinggir (marginal note).
Menggarisbawahi ide-ide kunci dari suatu teks adalah suatu
teknik yang kebanyakan telah dilakukan oleh pelajar.
Menggarisbawahi membantu pelajar untuk belajar lebih banyak dari
teks karena beberapa alasan. Pertama, menggarisbawahi secara fisik
menemukan ide-ide kunci sehingga pengulangan dan penghafalan
lebih cepat dan lebih efisien. Kedua, proses pemilihan apa yang
digarisbawahi membantu dalam menghubungkan informasi baru
dengan pengetahuan yang telah ada. Sayangnya pelajar tidak selalu
menggunakan prosedur menggarisbawahi secara efektif karena
terkadang mereka juga menggarisbawahi informasi yang tidak
relevan. Hal ini biasanya terjadi pada pelajar SD atau SLTP yang
mengalami kesulitan menentukan informasi mana yang penting atau
kurang penting.
Untuk melengkapi garis bawah, dapat dilakukan dengan
membuat catatan pinggir dan catatan lain. Dengan menulis catatan-
5
catatan dan komentar-komentar maka pelajar akan lebih mudah untuk
memahami maksud dari teks yang telah mereka garisbawahi.
2) Strategi Organisasi
Teknik dasar strategi organisasi yaitu menyusun materi yang akan
dipelajari ke dalam suatu kerangka. Misalnya, sekumpulan kata yang
harus diingat diatur menjadi kategori-kategori yang bermakna.
3) Strategi Elaborasi
Elaborasi merupakan strategi pemrosesan dimana informasi dielaborasi
dengan menambahkan informasi sehingga informasi baru akan menjadi
lebih bermakna. Strategi elaborasi membantu pemindahan informasi baru
dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang dengan
menciptakan gabungan dan hubungan antara informasi baru dengan apa
yang telah diketahui. Strategi elaborasi dapat dilakukan dengan
pembuatan catatan, menerapkan PQ4R dan menggunakan strategi
bridging.
a) Pembuatan Catatan
Sejumlah besar informasi diberikan kepada pelajar melalui
presentasi dan demonstrasi guru. Pembuatan catatan membantu
pelajar dalam mempelajari informasi ini secara singkat dan padat
serta menyimpan informasi untuk ulangan dan dihafal kelak
b) PQ4R
Metode PQ4R digunakan untuk membantu siswa mengingat
apa yang mereka baca. P singkatan dari preview (membaca selintas
dengan cepat), Q adalah question (bertanya), dan 4R singkatan dari
read (membaca), reflect (refleksi), recite (tanya-jawab sendiri),
review (mengulang secara menyeluruh). Melakukan preview dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebelum membaca mengaktifkan
pengetahuan awal dan mengawali proses pembuatan hubungan antara
informasi baru dengan apa yang telah diketahui. Mempelajari judul-
judul atau topik-topik utama membantu pembaca sadar akan
organisasi bahan-bahan baru tersebut sehingga memudahkan
perpindahannya dari memori jangka pendek ke memori jangka
panjang.
6
c) Bridgin
Bridging merupakan strategi untuk menjembatani pemahaman
seseorang melalui “metafor” (perumpamaan) atua analogi. Metafor
atau analogi merupakan strategi pengandaian yang dapat
menjembatani suatu konsep baru dengan menggunakan konsep yang
sudah dipahami sebelumnya. Misalnya, seorang guru dapat
mengantarkan suatu pelajaran tentang bagaimana mekanisme
perlawanan penyakit di dalam tubuh manusia dengan meminta siswa
membayangkan suatu peperangan dan membayangkan peperangan
tersebut sebagai suatu analogi bagaimana tubuh kita melawan infeksi.
Contoh lain yaitu untuk memperkenalkan cara kerja jantung,
biasanya guru mengandaikan jantung sebagai pompa sehingga siswa
membayangkan cara kerja pompa sebagai cara kerja jantung. Hal
terpenting pada strategi ini yaitu analogi yang diberikan harus benar-
benar dikenali siswa sehingga siswa akan mudah mengingat konsep
baru yang dikaitkan dengan analogi tersebut.
8
b) Question
Pengajar memberikan petunjuk kepada anak didiknya untuk
menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas, singkat dan relevan.
Pertanyaan yang dibuat bisa menggunakan rumus 5W+1H.
c) Read
Pengajar akan menyuruh anak didiknya untuk membaca secara
aktif dalam rangka mencari jawaban atas pertanyaan yang telah
tersusun. Proses membaca difokuskan pada paragraph-paragraf yang
diperkirakan mengandung jawaban yang relevan dengan pertanyaan
tadi.
d) Recite
Recite merupakan latihan untuk meningkatkan kembali
pemahaman tentang materi pelajaran dengan memberi penekanan
pada butir-butir penting yang dapat dilakukan dengan mendengarkan
sendiri, menanyakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan.
e) Review
Review atau pengulangan diperlukan untuk mencegah adanya
ide-ide yang terlupakan.
2. Strategi Pendukung
Menurut Jonassen, selain strategi utama yang beroperasi langsung pada
informasi, individu juga selayaknya menggunakan strategi pendukung. Strategi-
strategi pendukung dimaksudkan untuk mendukung pemrosesan informasi dengan
membantu individu untuk memelihara orientasi belajar yang baik. Strategi
pendukung ini meliputi strategi-strategi sistem belajar, seperti penetapan tujuan,
manajemen waktu, manajemen konsentrasi dan tehnik-tehnik relaktasi serta
strategi-strategi Metalearning.
Dalam kaitannya dengan Metalearning, Flavell dan Wellman menemukan
bahwa individu yang lebih pandai, lebih cakap dalam menyeleksi dan
menggunakan strategi yang sesuai untuk memonitor proses penyimpanan dan
pengambilan informasi mereka. Individu yang baik tetap sadar untuk memonitor
pembelajaraannya secara lebih konsisten.
Brezin mengidentifikasi lima kelompok strategi Metalearning (atau bisa
disebut sebagai strategi monitoring) yaitu sbb:
9
a. Strategi Perencanaan, meliputi seleksi (identifikasi sasaran belajar),
persiapan (mengaktifkan skemata yang relevan), pengukuran (menentukan
kesulitan atau kedalaman proses yang diperlukan) dan estimasi (memprediksi
kebutuhan proses informasi dari tugas).
b. Strategi Atttending, meliputi pendekatan, pencarian (menghubungkan
informasi yang disajikan dengan ingatan), pengkontrasan (membandingkan
informasi yang disajikan dengan ingatan) dan validasi (konfirmasi informasi
yang disajikan dengan pengetahuan yang sudah ada)
c. Strategi Encoding, meliputi elaborasi (mencoba mengaitkan informasi baru
dengan pengetahuan yang telah ada) dan menghubungkan secara kualitatif
(mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah ada secara lebih
dalam).
d. Strategi Review, meliputi konfirmasi (pengggunaan informasi baru)
pengulangan (mempraktekkan recall) dan perbaikan (revise).
e. Strategi Evaluasi, mencakup pengujian (menentukan konsistensi materi baru)
dan penilaian (penilaian informasi).
10
sebelumnya. Sehingga, keterampilan intelektual saja tidak memadai. Harus ada
pengorganisasian dan kontrol terhadap proses belajar individu itu. Pengorganisasian
dan kontrol itulah yang disebut strategi kognitif.
Kemudian, Bruning dan Jonassen berpendapat bahwa strategi kognitif
memfasilitasi transfer informasi dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka
panjang. Hal ini disebabkan karena individu yang memiliki strategi kognitif yang baik
pasti memiliki strategi-strategi khusus untuk memroses informasi yang telah
diterimanya ke dalam bentuk yang lebih mudah diingat.
Fungsi lain strategi kognitif yaitu untuk menjadikan individu menjadi individu
yang kompeten. Pressley berkeyakinan bahwa kompetensi sering merupakan hasil
dari penggunaan strategi yang tepat dan bukan dikarenakan kemampuan superior
pribadi atau kerja keras belaka. Menurut Pressley, Borkowski & Schneider, pengguna
strategi yang baik adalah seseorang yang mempunyai suatu varitas strategi dan
menggunakan prosedur-prosedur tersebut untuk mengatasi tantangan kognitif. Hal ini
diperkuat lagi oleh Pressley yang didasarkan pada hasil penelitian yang membuktikan
bahwa individu yang sukses memiliki strategi kognitif yang lebih baik daripada
individu yang kurang sukses.
Individu yang memiliki strategi kognitif yang baik adalah individu yang
memiliki kesadaran metakognisi. Artinya, yang bersangkutan tidak hanya memiliki
strategi-strategi dalam pemrosesan informasi, tetapi juga memiliki strategi-strategi
metalearning. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
individu berkesadaran metakognitif lebih strategis dan bertindak lebih baik dibanding
individu yang tidak berkesadaran metakognitif (Garner & Alexander, 1989; Pressley
& Ghatala, 1990 dalam Schraw & Dennison, 1994). Salah satu sebabnya adalah
karena kesadaran metakognitif memungkinkan seseorang untuk merencanakan,
merangkai dan memonitor belajarnya dengan cara yang langsung meningkatkan
kepandaiannya. Hal ini diperkuat oleh Resnick (1989) yang menyatakan bahwa
individu yang sukses cenderung mengelaborasi dan mengembangkan penjelasan dari
buku atau materi lain secara mandiri serta cenderung memonitor pemahaman sendiri.
Lebih jauh Schraw & Dennison (1994) menyebutkan bahwa perbedaan dalam
penggunaan strategi dan kepandaian lebih berkaitan dengan perbedaan kesadaran
metakognitif daripada dengan perbedaan dalam bakat intelektual.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai kompetensi
yang optimal, individu harus memiliki strategi kognitif. Strategi kognitif yang
11
selayaknya dimiliki tidak hanya strategi-strategi utama, seperti strategi-strategi
pemrosesan informasi yang bekerja lebih kepada menghasilkan pemahaman
informasi, tetapi juga strategi-strategi pendukung, yang berfungsi memonitor proses
belajar agar iklim belajar yang memadai dapat terpelihara. Semakin banyak strategi
kognitif yang dimiliki atau dikuasai, semakin besar peluang seseorang untuk memiliki
strategi kognitif yang baik. Selanjutnya, semakin baik strategi kognitif yang
digunakan, semakin besar peluang seseorang untuk menjadi individu yang kompeten.
13
masalah ada dua macam yaitu algoritmik dan heuristik. Algoritmik adalah suatu
perangkat aturan atau tata cara yang dapat menjamin pemecahan suatu masalah.
Sedangkan heuristik adalah suatu perangkat yang menggunakan hukum
kedekatan sehingga tidak menjamin perolehan pemecahan meskipun
kemungkinan besar dapat berhasil.
2) Selanjutnya Suharnan (2005:307) mengemukakan beberapa metode atau strategi
yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah. Berikut ini penjelasan dari
masing-masing jenis strategi tersebut.
a) Strategi acak (algoritmik)
Strategi ini dijalankan tanpa pengetahuan khusus yang dapat membimbing
seseorang ke arah pemecahan masalah. Cara ini sering disebut trial and error.
b) Strategi heuristik
Dalam strategi ini, seseorang menggunakan pengetahuannya untuk
mengidentifikasi sejumlah jalan atau cara yang akan ditempuh dan diaggap
menjanjikan bagi penemuan pemecahan suatu masalah.
c) Proximity methods
Dalam strategi ini seseorang menempuh jalan atau cara yang dipersepsi
lebih mendekati tujuan yang diinginkan.
d) Analogi
Analogi dapat dilakukan dengan cara membandingkan pola masalah yang
tengah dihadapi dengan pola masalah serupa yang pernah dialami baik oleh
orang yang bersangkutan maupun orang lain.
e) Maching
Cara ini hampir sama dengan metode kedekatan, seseorang memahami
situasi yang tengah dihadapi dengan tujuan yang diinginkan, lalu ia
membandingkan dengan pengetahuan yang ada diingatannya.
f) Generate test method
Pemecahan masalah membutuhkan dua proses. Pertama, pemecahan
masalah yang paling memungkinkan dicari atau dihasilkan. Kedua,
selanjutnya gagasan pemecahan yang dihasilkan itu lalu diuji apakah dapat
berjalan dengan baik. Jika belum berhasil, hal ini dilakukan sampai ditemukan
cara yang baik dan efektif.
g) Means and analysis
14
Dalam strategi ini, seseorang membagi masalah yang dihadapi menjadi
bagian-bagian tertentu.
h) Backward search (berjalan mundur)
Strategi ini dilakukan dengan berjalan mundur, yakni seseorang mulai
pada tujuan yang diinginkan (goal state) dan bergerak mundur ke belakang
menuju pada keadaan yang dihadapi semula (original state).
i) Forward search (berjalan ke depan)
Strategi ini dilakukan dengan berjalan maju, yakni seseorang memulai dari
kenyataan yang dihadapi, kemudian secara bertahap bergerak menuju pada
tujuan akhir yang diinginkan.
3) Menurut Nurdin (2007), strategi kognitif pemecahan masalah terdiri atas:
a) Prosedur heuristik yaitu menemukan jawaban atas suatu masalah dengan cara
yang tidak ketat, seperti dengan menggambar, membuat diagram, atau analogi.
b) Prosedur berpikir mundur. Prosedur ini merupakan prosedur pemecahan
masalah yang bertitik tolak dari tujuan yang telah diketahui dan menemukan
jalan untuk menuju ke tujuan tersebut.
c) Prosedur berpikir maju. Prosedur ini dalam pemecahan masalah adalah
berangkat dari garis star (hal yang diketahui) dan kemudian memikirkan
berbagai jalan untuk sampai pada garis finis/tujuan (hal yang ditanyakan),
bahkan dengan jalan mencobanya.
d) Strategi berpikir induktif. Strategi ini adalah strategi pemecahan masalah yang
berpangkal dari hal-hal yang khusus, selanjutnya secara bertahap menuju
kepada suatu simpulan atau sifat yang umum.
e) Prosedur berpikir deduktif. Prosedur ini dalam pemecahan masalah adalah
menerapkan hal yang umum untuk hal-hal yang bersifat khusus.
4) Sedangkan menurut Winkel (1996:128) strategi yang dapat digunakan dalam
memecahkan masalah antara lain dengan cara:
a) Bekerja mundur, yaitu bertitik tolak dari tujuan yang telah diketahui dan
menemukan sarana atau jalan yang menuju ke sana.
b) Bekerja maju, yaitu berangkat dari garis start dan kemudian memikirkan
berbagai jalan untuk sampai pada garis finis atau tujuan.
c) Analogi, yaitu menerapkan suatu jalan pemecahan yang ternyata efektif dalam
meyelesaikan soal A, pada soal B yang mirip.
15
d) Brainstorming, yaitu mengemukakan usul pemecahan sebanyak mungkin
tanpa menilai derajat keefektifannya dahulu kemudian ditetapkan kriteria
untuk menilai efektivitas dari usul-usul yang diajukan.
5) Selanjutnya menurut Anderson dan Krathwohl (dalam Nurdin, 2007) juga
menggolongkan berpikir deduktif dan berpikir induktif sebagai strategi umum
dalam memecahkan masalah. Berpikir deduktif ialah mengambil kesimpulan
dari dua pernyataan; yang pertama merupakan pernyataan umum. Sedangkan
berpikir induktif dimulai dari hal-hal yang khusus dan kemudian mengambil
kesimpulan umum.
Sejalan dengan hal yang dikemukakan oleh Yasin, bahwa orang dapat
mendekati suatu masalah dengan beberapa cara:
a) Berpikir induktif. Berpikir induktif ialah suatu proses dalam berpikir yang
berlangsung dari khusus menuju kepada yang umum. Orang mencari ciri-ciri
atau sifat-sifat yang tertentu dari berbagai fenomena, kemudian menarik
kesimpulan-kesimpulan bahwa ciri-ciri atau sifat-sifat itu terdapat pada semua
jenis fenomena.
b) Berpikir deduktif. Berpikir deduktif yaitu suatu proses dari yang umum
menuju kepada yang khusus. Dalam cara berpikir ini, orang bertolak dari suatu
teori ataupun prinsip ataupun kesimpulan yang dianggapnya benar dan sudah
bersifat umum. Dari situ ia menerapkannya kepada fenomena-fenomena yang
khusus, dan mengambil kesimpulan yang khusus yang berlaku bagi fenomena
tersebut.
c) Analogis. Berpikir analogis adalah berpikir dengan jalan menyamakan atau
memperbandingkan fenomena-fenomena yang biasa atau pernah dialami. Di
dalam cara berpikir ini, orang beranggapan bahwa dari fenomena-fenomena
yang pernah dialami berlaku pula bagi fenomena yang dihadapi
sekarang.Kesimpulan yang diambil dari berpikir analogis ini kebenarannya
lebih kurang dapat dipercaya. Kebenarannya ditentukan oleh faktor
"kebetulan" dan bukan berdasarkan perhitungan yang tepat, dengan kata lain:
Validitas kebenarannya sangat rendah.
Dari beberapa jenis strategi kognitif yang diuraikan di atas, maka jenis
strategi kognitif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah:
16
a) Strategi heuristik. Strategi ini merupakan strategi yang dapat membantu
mengarahkan siswa menemukan penyelesaian akhir dari suatu masalah seperti
menggambar atau membuat diagram.
b) Berpikir maju. Berpikir maju adalah suatu cara memecahkan masalah yang dimulai
dari hal yang diketahui selanjutnya memikirkan berbagai jalan atau sarana untuk
sampai ke hal yang ditanyakan.
c) Berpikir mundur. Berpikir mundur adalah suatu cara memecahkan masalah yang
berangkat dari hal yang ditanyakan (tujuan) selanjutnya memikirkan jalan ke
tujuan tersebut dengan menggunakan hal-hal yang diketahui.
d) Berpikir induktif. Berpikir induktif adalah suatu cara memecahkan masalah yang
berangkat dari hal yang bersifat khusus untuk selanjutnya diterapkan pada hal yang
bersifat umum.
e) Berpikir deduktif. Berpikir deduktif adalah suatu cara memecahkan masalah yang
berangkat dari hal yang bersifat umum untuk selanjutnya diterapkan pada hal yang
bersifat khusus.
17
B. Jenis-Jenis Pengetahuan dan Proses Pengalamn Metakognisi (Metakognitif)
1. Pengetahuan Metakognisi (Metacognitive Knowledge)
Ada 3 jenis pengetahuan metakognisi, diantaranya yaitu:
a. Pengetahuan deklaratif yang mengacu pada pengetahuan mengenai fakta dan
konsep yang dimiliki seseorang atau faktor yang mempengaruhi pemikirannya
dan perhatiannya dalam memecah masalah.
b. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu,
bagaimana melakukan langkah atau strategi dalam suatu proses pemecahan
masalah.
c. Pengetahuan kondisional yang mengacu pada kesadaran seseorang akan
kondisi yang mempengaruhi dirinya dalam memecahkan masalah, seperti:
kapan suatu strategi seharusnya diterapkan, mengapa menerapkan suatu
strategi dan kapan strategi tersebut digunakan dalam memecahkan masalah.
18
pertanyaan yang tertera dalam bahan ajar tersebut. Siswa dibimbing menanamkan
kesadaran dengan bertanya dan menjawab pada diri sendiri pertanyaan yang
diajukan dalam bahan ajar. Melalui pertanyaan yang diberikan, siswa diharapkan
bisa memahami uraian materi dan sadar apa yang dilakukannya, bagaimana
melakukannya, bagian mana yang belum dipahami pertanyaan apa yang timbul
dan bagaimana upaya untuk mencari solusinya.
3. Tahap Penyimpulan
Pada tahap penyimpulan, siswa melakukan rekapitulasi dari apa yang telah
dilakukan dikelas. Pada tahap ini siswa menyimpulkan sendiri, dan guru
membimbing dengan memberikan pertanyaan seperti:
Apa yang kamu pelajari tentang diri kamu sendiri dalam menyelesaikan soal
matematika yang diberikan?
19
Meminta pembelajar untuk membuat prediksi tentang informasi yang akan
muncul atau disajikan berikutnya berdasarkan apa yang mereka telah baca atau
pelejari.
Membimbing pembelajar untuk mengembangkan kebiasaan bertanya.
Menunjukkan kepada pembelajar bagaimana teknik mentransfer pengetahuan,
sikap-sikap, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan dari suatu situasi ke situasi yang
lain.
2. Membimbing pembelajar dalam mengembangkan kebiasaan peserta didik
yang baik melalui :
Pengembangan kebiasaan mengelola diri sendiri
a. Mengidentifikasi gaya belajar yang paling cocok untuk diri sendiri
(visual, auditif, kinestetik, deduktif, atau induktif);
b. Memonitor dan meningkatkan kemampuan belajar (membaca, menulis,
mendengarkan, mengelola waktu, dan memecahkan masalah);
c. Memanfaatkan lingkungan belajar secara variatif (di kelas dengan
ceramah, diskusi, penugasa, praktik di laboratorium, belajar kelompok)
Mengembangkan kebiasaan untuk berpikir positif
a. Meningkatkan rasa percaya diri (self-confidence) dan rasa harga diri
(self-esteem) dan
b. Mengidentifikasi tujuan belajar dan menikmati aktivitas belajar.
Mengembangkan kebiasaan untuk berpikir secara hirarkhis
a. Membuat keputusan dan memecahkan masalah dan
b. Memadukan dan menciptakan hubungan-hubungan konsep-konsep
yang baru.
Mengembangkan kebiasaan untuk bertanya
a. Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep utama dan bukti-bukti
pendukung;
b. Membangkitkan minat dan motivasi; dan
c. Memusatkan perhatian dan daya ingat.
20
Sebagaimana dikemukakan pada uraian sebelumnya bahwa metakognisi
pada dasarnya adalah kemampuan belajar bagaimana seharusnya belajar
dilakukan yang didalamnya dipertimbangkan dan dilakukan aktivitas-aktivitas
sebagai berikut (Taccasu Project, 2008).
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
22
23
DAFTAR PUSTAKA
https://www.pelajaran.co.id/2020/16/pengertian-metakognisi.html
https://zultogalatp.wordpress.com/2013/06/15/metakognitif-dalam-pembelajaran/
https://www.rijal09.com/2016/04/strategi-kognitif.html
Artikel :Strategi Kognitif
https://mudarwan.wordpress.com/2017/01/06/strategi-kognitif-dan-keterampilan-
berpikir/
athayaismail.blogspot.com/2016/10/makalah-strategi-belajar-kognitif.html?m=1
iii