Anda di halaman 1dari 58

0

RINGKASAN MATERI
KISI-KISI UJI PENGETAHUAN
PAEDAGOGIK

Dibuat guna nggo maca dewek

Program Pendidikan Profesi Guru PAI Dalam Jabatan Tahun 2019

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2019

MBrebes Ngrangkum
1

MBrebes Ngrangkum
2

73
Disajikan deskripsi kompetensi, mahasiswa dapat menganalisis rumusan KI KD dalam kaitan
dengan penyusunan IPK
langkah-langkah merumuskan indikator
Pertama, menganalisis tingkat kompetensi yang digunakan pada KD
a. Memahami Kata Kerja Operasional dalam Taxonomi Bloom.
b. Menentapkan KD yang akan diturunkan menjadi indikator.
c. Menentukan kata kerja dari Kompetensi Dasar sesuai dengan Taxonomi Bloom.
Kedua, menganalisis Indikator berdasarkan tingkat UKRK (Urgensi,Kontinuitas, Relevansi, Keterpakaian)
kompetensi pada KD.
a. UKRK dijadikan kiteria dalam memilih dan memilah ketepatan indikator kunci atau indikator penunjang.
b. Kategorikan Indikator:
1) Indikator Kunci
 Indikator yang sangat memenuhi kriteria UKRK.
 Kompetensi yang dituntut adalah kompetensi minimal yang terdapat pada KD.
 Memiliki sasaran untuk mengukur ketercapaian standar minimal dari KD.
 Dinyatakan secara tertulis dalam pengembangan RPP dan harus teraktualisasi dalam pelaksanaan
proses pembelajaran.
2) Indikator Pendukung atau indikator prasyarat
 Membantu peserta didik memahami indikator kunci.
 Kompetensi yang sebelumnya telah dikuasai siswa dikaitkan dengan indikator kunci yang dipelajari.
3) Indikator Pengayaan
 Mempunyai tuntutan kompetensi yang melebihi dari tuntutan kompetensi dari standar minimal.
 Tidak harus selalu ada.
 Dirumuskan apabila siswa berpotensi memiliki kompetensi yang lebih tinggi dan perlu peningkatan dari
standar minimal.

74
Disajikan contoh IPK, mahasiswa dapat menentukan kriteria IPK yang bermuatan tuntutan
pembelajaran abad 21 serta penguatan pendidikan karakter
Indikator kemampuan inovasi menurut P21 disebut dengan 4 C’s yaitu critical thinking, communication,
collaboration, dan creativity. Indikator berdasrkan standar P21 berfokus pada berdasrkan standar P21
berfokus pada kemampuan berpikir tingkat tinggi.

75
Disajikan data dan informasi tentang usia peserta didik kelas antara 7-17 tahun, mahasiswa dapat
menentukan model/pendekatan/strategi pembelajaran berdasarkan teori perkembangan
intelektual peserta didik
A. Definisi Perkembangan Proses dan Keterampilan Kognitif Peserta Didik
Perkembangan proses kognitif dapat dikaji dengan menggunakan pendekatan sistem pemrosesan
informasi, Teori pemrosesan informasi ini setidaknya didasarkan atas tiga asumsi umum:
a. Pikiran dipandang sebagai suatu sistem penyimpanan dan pengembalian informasi.
b. Individu-individu memproses informasi dari lingkungan
c. Terdapat keterbatasan pada kapasitas untuk memproses informasi dari seorang individu.
Keterampilan kognitif, yakni suatu kemampuan menata dan menggunakan pikiran dalam mengolah informasi,
baik dalam belajar maupun tidak. Perkembangan keterampilan kognitif meliputi kemampuan metakognitif,
strategi kognitf, gaya kognitif, dan pemikiran kritis.

MBrebes Ngrangkum
3

Piaget membagi tahapan perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu:


(1) Tahap sensorimotorik (0-2 tahun).
Tahap ini juga disebut masa discriminating dan labeling. Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-
gerak reflex, bahasa awal, dan ruang waktu sekarang saja;
(2) Tahap praoperasional (2-7 tahun).
Pada tahap praoperasional, atau prakonseptual, atau disebut juga dengan masa intuitif, anak mulai
mengembangkan kemampuan menerima stimulus secara terbatas. Kemampuan bahasa mulai berkembang,
pemikiran masih statis, belum dapat berpikir abstrak, dan kemampuan persepsi waktu dan ruang masih
terbatas;
(3) Tahap operasional konkrit (7-11 tahun)
Tahap ini juga disebut masa performing operation. Pada masa ini, anak sudah mampu menyelesaikan tugas-
tugas menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat, dan membagi; dan
(4) Tahap operasonal formal (11-15 tahun)
Tahap ini juga disebut masa proportional thinking. Pada masa ini, anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi,
seperti berpikir secara deduktif, induktif, menganalisis, mensintesis, mampu berpikir secara abstrak dan secara
reflektif, serta mampu memecahkan berbagai masalah.
B. Karakteristik Kemampuan Proses dan Keterampilan Kognitif Peserta Didik
1. Persepsi
Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk memperoleh dan
mengintrepetasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh system alat indera manusia.
Persepsi merupakan suatu yang terjadi dalam tahap-tahap berikut:
a. proses kealaman atau proses fisik
b. proses fisiologis,
c. proses psikologik
d. Hasil yang diperoleh dari proses persepsi.
2. Memori (Ingatan)
Memori adalah system kognitif manusia yang mempunyai fungsi menyimpan informasi atau pengetahuan.
3. Atensi (Perhatian )
Atensi merupakan sebuah konsep multi-dimensional yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan ciri-
ciri dan cara-cara merespons dalam system kognitif.
C. Komponen Keterampilan Kognitif Peserta Didik
1. Metakognitif
Metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi atau pengetahuan tentang pikiran
dan cara kerja.
2. Strategi Kognitif
Strategi kognitif merupakan salah satu kecakapan aspek kognitif yang penting dikuasai oleh seseorang peserta
didik dalam belajar atau memecahkan masalah. Strategi kognitif merupakan kemampuan tertinggi dari domain
kognitif, setelah analisis, sintesis, dan evaluasi.
Jenis strategi kognitif yang digunakan oleh peserta didik dalam belajar dan memecahkan masalah, yaitu:
a. Chunking. Strategi chunking dilakukan dengan cara mengorganisasikan materi secara sistematis melalui
proses mengurutkan, mengklasifikasikan, dan menyusun.
b. Spatial. Strategi spatial merupakan strategi untuk menunjukkan hubungan antara satu hal dengan hal yang
lain.
c. Multipurpose. strategi kognitif yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain reharsal, imagery,
dan mnemonics.
3. Gaya Kognitif
Gaya kognitif adalah karakteristik individu dalam penggunaan fungsi kognitif (berfikir, mengingat,
memecahkan masalah, membuat keputusan, mengorganisasi dan memproses informasi, dan seterusnya) yang
bersifat konsisten dan berlangsung lama. Gaya kognitif merupakan bagian dari gaya belajar.

MBrebes Ngrangkum
4

4. Pemikiran Kritis
Merupakan kemapuan untuk berpikir secara logis, reflektif, dan produktif yang diaplikasikan dalam menilai
situasi untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang baik.
Beberapa komponen pemikiran kritis, yaitu:
a. Basic operations of reasoning. seseorang memiliki kemampuan untuk menjelaskan, mengeneralisasi,
menarik kesimpulan deduktif, dan merumuskan langkah-langkah logis lainnya secara mental.
b. Domain-specific knowledge. Dalam menghadapi suatu problem, seseorang harus memiliki pengetahuan
tentang topic atau kontennya. Untuk memecahkan suatu konflik pribadi, seseorang harus memiliki
pengetahuan tentang person dan dengan siapa yang memiliki konflik tersebut.
c. Metacognitive knowledge. emikiran kritis yang efektif mengharuskan seseorang untuk memonitor ketika ia
mencoba untuk benar-benar memahami suatu ide, menyadari kapan ia memerlukan informasi baru, dan
mereka-reka bagaimana ia dapat dengan mudah mengumpulkan dan mempelajari informasi tersebut.
d. Values, beliefs, and dispositions. melakukan penilaian secara fair dan objektif. Ini berarti ada semacam
keyakinan diri bahwa pemikiran benar-benar mengarah pada solusi. Ini juga berarti ada semacam
keyakinan diri bahwa pemikiran benar-benar mengarah pada solusi. Ini juga berarti ada semacam disposisi
yang persisten dan reflektif ketika berpikir.
D. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif Peserta Didik
Faktor yang memengaruhi perkembangan kognitif dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Faktor hereditas/keturunan
2. Faktor lingkungan
3. Faktor kematangan
4. Faktor pembukaan
5. Faktor minat dan bakat
6. Faktor kebebasan
E. Implikasi Perkembangan Proses dan Keterampilan Kognitif dalam Pembelajaran
Beberapa strategi yang dapat digunakan guru dalam membantu peserta didik mengembangkan proses-proses
kognitifnya.
1. Ajak peserta didik memfokuskan perhatian dan meminimalkan gangguan.
2. Bantu peserta didik membuat isyarat atau petunjuk sendiri atau memahami satu kalimat yang perlu
mereka perhatikan.
3. Gunakan media dan teknologi secara efektif sebagian dari pengajaran di kelas.
4. Ubah lingkungan fisik dengan mengubah tata ruang, model tempat duduk, atau berpindah pada satu
setting berbeda.
5. Hindari perilaku yang membingungkan dan dorong peserta didik untuk mengingat materi pembelajaran
secara lebih mendalam.
6. Bantu peserta didik menata informasi yang akan dimasukkan ke dalam memori.
7. Latih peserta didik menggunakan strategi nemonic.

76
Disajikan studi kasus terkait dengan tindak tawuran pelajar, mahasiswa dapat menganalisis
perilaku menyimpang peserta didik berdasarkan teori perkembangan moral.
A. Definisi perkembangan moral dan spiritual peserta didik
Moral merupakan tingkah laku manusia yang berdasarkan atas baik-buruk dengan landasan nilai dan norma
yang berlaku dalam masyarakat.
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain.
Spritualitas adalah citra rasa totalitas kedalaman pribadi manusia. Spritualitas mengandung makna semangat,
roh, jiwa, dan keteguhan hati atau keyakinan.
Spiritualitas mungkin dapat dimengerti dengan membahas kata kunci, beberapa kata kunci yang bisa
dipertimbangkan, yaitu :
1. Meaning (makna). Makna merupakan sesuatu yang signifikan dalam kehidupan manusia, merasakan
situasi, memiliki dan mengarah pada suatu tujuan.
2. Values (nilai-nilai). Nilai-nilai adalah kepercayaan, standar dan etika yang dihargai
MBrebes Ngrangkum
5

3. Transcendence (transendensi). Transendensi meruapak pengalaman, kesadaran dan penghargaan terhadap


dimensi transendental bagi kehidupan di atas diri seseorang.
4. Connecting (bersambung). Bersambung adalah meningkatkan kesadaran terhadap hubungan dengan diri
sendiri, orang lain, tuhan dan alam.
5. Becoming (menjadi). Menjadi adalah membuka kehidupan yang mnuntut refleksi dan pengalaman,
termasuk juga seseorang dan bagaimana seseorang mengetahui.
B. Karakteristik Perkembangan Moral Spiritual Peserta Didik
Tahap-tahap perkembangan moral dapat dibagi sebagai berikut:
1. Tingkat prakonvensional
Tingkatan ini dapat dibagi menjadi dua tahap: a). Tahap orientasi hukuman dan kepatuhan. B). Tahap
orientasi relativis-instrumental.
2. Tingkat Konvensional
Tingkatan ini memiliki 2 tahap:
a). Tahap orientasi kesepakatan antar pribadi atau orientasi laki-laki/gadis baik.
b). Tahap orientasi aturan dan ketertiban.
3. Tingkat pasca-konvensional (otonom/berlandaskan prinsip)
Ada dua tahap pada tingkat ini, yaitu : a). Tahap orientasi kontrak sosial legalitas. b). Tahap orientasi prinsip
Etika universal.
Ernes Harms membagi perkembangan keagamaan menjadi tiga tingkatan, yakni:
1. The Fairy Tale Stage (tingkat dongeng), dimulai 3-6 tahun. Konsep ketuhanan dipengaruhi oleh fantasi dan
emosi. Hurlock (2002) menambahkan bahwa disebut sebagai tahap dongeng karena anak menerima semua
keyakinanannya dengan unsur yang tidak nyata. Oleh karena itu, cerita-cerita agama dan kebesaran
upacara agama sangat menarik anak-anak.
2. The Realistic Stage (tingkat kenyataan), dimulai 7-12 tahun. dimulai 7-12 tahun. Pada masa ini, anak
mampu memahami konsep ketuhanan secara realistik dan konkrit.
3. The Individual Stage, terjadi pada usia remaja dimana pada masa ini situasi jiwa menudkung untuk mampu
berfikir abstrak dan kesensitifan emosinya. Pemahaman ketuhanan dapat ditekankan pada makna dan
keberadaan Tuhan bagi kehidupan manusia.
Erikson yang mengacu pada tahapan kehidupan yang terdiri dari 7 tahap perkembangan agama, yakni:
1. Tahap prima faith
2. Tahap intuitive-projektive
3. Tahapa mythic-literal faith
4. Tahap synthenic-conventional faith
5. Tahap individuative-reflectif faith
6. Tahap conjunctive-faith
7. Tahap universalizing faith
Berdasarkan usia, karakteristik perkembangan spiritualitas peserta didik tediri dari dua macam yaitu:
1. Karakteristik perkembangan spiritualitas anak usia sekolah, Tahap mythic-literal faith, yang dimulai usia 7-
11 tahun.
2. Karakteristik perkembangan spiritualitas remaja
C. Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Moral dan Spritual Peserta Didik
Usaha membentuk tingkah laku, terdapat berapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya yaitu :
1. Lingkungan keluarga
2. Lingkungan sekolah
3. Lingkungan pergaulan
4. Lingkungan masyarakat
5. Faktor genetis, atau pengaruh sifat-sifat bawaan atau hereditas yang ada pada pada diri peserta didik.
6. Tingkat penalaran
7. Teknologi.
D. Implikasi perkembangan moral dan spiritual peserta didik dalam pembelajaran.
Al-Gazali (Arief, 2002) menasehati para pendidik agar memiliki sifat berikut:
1. Mempunyai rasa kasih sayang pada anak didik
MBrebes Ngrangkum
6

2. Tidak mengharapkan balas jasa ataupun ucapan terima kasih, tetapi hendaklah mengajar dengan maksud
mencari keridhaan Allah swt, dan mendekatkan diri padaNya
3. Mencegah anak didik dari akhlak yang tidak baik
4. Supaya memperhatikan tingkat akal pikiran anak didik dan berbicara sesuai dengan tingkat akal pikirannya
5. Jangan memperlihatkan adanya kontradiksi antara perkataan dan perbuatan
6. Berikan nasehat pada anak didik setiap kesempatan
7. Jangan menimbulkan rasa benci pada anak didik mengenai suatu cabang ilmu.
Kecerdasan spiritual yaitu kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yang
menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya.

77
Disajikan studi kasus/data atau informasi terkait dengan kehidupan peserta didik di lingkun dan
sekolah/masyarakat, mahasiswa dapat menganalisis perilaku peserta didik berdasarkan teori
perkembangan emosional
A. Definisi Perkembangan Emosi dan Sosial Peserta Didik
Emosi merupakan suatu keadaan yang kompleks, dapat berupa perasaan, ataupun getaran jiwa yang ditandai
oleh perubahan biologis yang muncul menyertai terjadinya suatu perilaku.
Perkembangan sosial peserta didik adalah tingkatan jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang
tua, saudara, teman bermain, hingga masyarakat secara luas. Sedangkan perkembangan emosional adalah
luapan perasaan ketika anak berinteraksi dengan orang lain.
B. Karakteristik Perkembangan Sosial Emosi dalam Kaitannya dengan Aspek Fisik dan Mental lainnya.
Syamsuddin (2000) menggambarkan Emosi adalah gabungan lima komponen (elicitors, receptors, state,
expression, experience), yang kemudian dibagi dalam tiga variabel berikut :
1. Variabel stimulus, Rangsangan yang menimbulkan emosi disebut sebagai variabel stimulus.
2. Variabel organismik, Perubahan – perubahan fisiologis yang terjadi saat mengalami emosi disebut sebagai
variabel organik.
3. Variabel respon, Pola sambutan ekspresif atas terjadinya pengalaman emosi disebut sebagai variabel
respons.
Tabel Keterkaitan Perkembangan Sosial Emosi dan Perubahan Fisik.
Jenis Emosi Perubahan Fisik
1. Terpesona 1. Reaksi elektris pada kulit
2. Marah 2. Peredaran darah bertambah cepat
3. Terkejut 3. Denyut jantung bertambah cepat
4. Kecewa 4. Bernafas panjang
5. Sakit / marah 5. Pupil mata membesar
6. Takut / tegang 6. Air liur mengering
7. Takut 7. Berdiri bulu roma
8. Tegang 8. Pencernaan terganggu, otot- otot menegang atau bergetar (tremor)
Erik Erikson berpendapat perkembangan sepanjang hayat tersebut diperhadapkan dengan delapan tahapan,
yaitu :
1. Umur 0 – 1 fase perkembangan Trust vs Mistrust
2. Umur 2 – 3 fase perkembangan Autonomy vs Shame
3. Umur 4 – 5 fase perkembangan Inisiative vs Guilt
4. Umur 6 – 11 fase perkembangan Indusstry vs Inferiority
5. Umur 12 – 18/20 fase perkembangan Ego-identity vs Role on fusion
6. Umur 18/19 – 30 fase perkembangan Intimacy vs Isolation
7. Umur 31 – 60 fase perkembangan Generation vs Stagnation
8. Umur 61 ke atas fase perkembangan Ego Integrity vs putus asa

MBrebes Ngrangkum
7

C. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi dan Sosial Peserta Didik


Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak, yakni:
1. Pengaruh keadaan individu sendiri.
Faktor dalam diri yang lain berupa yang mempengaruhi emosi anak, yaitu peran kematangan dan peran
belajar. Lima jenis kegiatan belajar turut menunjang pola perkembangan emosi anak yaitu:
a. Belajar secara coba dan ralat (trial and error learning),
b. Belajar dengan cara meniru (learning by imitation),
c. Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification),
d. Belajar melalui p,engkondisian (conditioning),
e. Pelatihan (training),
2. Konflik-konflik dalam proses perkembangan.
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan perkembangan emosi anak adalah sebagai berikut:
(1) Kesadaaran kognitifnya yang telah meningkat memungkinkan pemahaman terhadap lingkungan berbeda
dari tahap semula,
(2) Imajinasi atau daya khayalnya lebih berkembang,
(3) Berkembangnya wawasan sosial anak.
3. Faktor lingkungan.
Faktor lingkungan ini terbagi tiga, yakni:
a. Lingkungan Keluarga.
b. Lingkungan tempat tinggal
c. Lingkungan sekolah
D. Implikasi Perkembangan Emosi dan Sosial dalam Pembelajaran
Beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh orang dewasa di sekitar untuk pengembangan emosi peserta
didik, yakni:
1. Guru dan orang tua tidak boleh membuat jarak social
2. Guru atau orang tua harus terampil dalam mengamati atau mengobservasi berbagai karakter emosi dan
perilaku sosial anak
3. Guru dan orang tua harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam merekam, mencatat, dan
membuat prediksi-prediksi tentang perbuatan apa yang akan menyertai peserta didik
4. Untuk mendukung kemampuan diatas, sebaiknya guru atau orang tua bersifat objektif, bertindak sesuai
kadar dan tingkatan ekspresi yang ditampilkan anak.
Beberapa strategi membantu peserta didik dalam memperoleh tingkah laku interpersonal yang efektif yaitu:
1. Mengajarkan keterampilan-keterampilan sosial dan strategi pemecahan masalah sosial.
2. Menggunakan strategi pembelajaran kooperatif
3. Memberikan label perilaku yang pantas
4. Meminta siswa untuk memikirkan dampak dari perilaku-perilaku yang mereka miliki
5. Mengembangkan program mediasi teman sebaya.

78
Diberikan deskripsi tentang gaya belajar siswa (tanpa menyebut nama gaya belajar) dalam
pembelajaran, mahasiswa dapat menentukan jenis teori belajar behavioristik dalam pembelajaran.
Pengertian belajar menurut teori behavioristik adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami
siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan
tingkah lakunya.

Dalam teori behaviosristik yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran
atau output yang berupa respons. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya daftar
perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau cara-cara tertentu, untuk membantu belajar siswa, sedangkan
Respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru. Faktor lain yang juga
dianggap penting oleh aliran behaviotistik adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa
saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka
MBrebes Ngrangkum
8

respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responpun akan
tetap dikuatkan.

Pengertian belajar menurut para ahli adalah sebagai berikut:

1. Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja
yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat
ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan siswa ketika belajar, yang
juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Dari definisi belajar tersebut maka menurut
Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berujud kongkrit yaitu yang
dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati.
2. Menurut J.B. Watson belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan
respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur.
3. Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan
pengertian tentang belajar.
4. Edwin Guthrie mengemukakan bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau
pemuasan biologis sebagaimana yang dijelaskan oleh Clark dan Hull. Dijelaskannya bahwa hubungan
antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar
siswa perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih
tetap.
5. Skinner mengemukakan bahwa hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam
lingkungannya akan menimbulkan perubahan tingkah laku.

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti;
tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang
tersedia.

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan
belajar sebagai aktivitas “mimetic”, yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan
yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Thorndike merumuskan peran yang harus
dilakukan guru dalam proses pembelajaran, yaitu:
1. Membentuk kebiasaan siswa. Jangan berharap kebiasaan itu akan terbentuk dengan sendirinya
2. Berhati hati jangan smpai membentuk kebiasaan yang nantinya harus diubah. Karena mengubah
kebiasaan yang telah terbentuk adalah hal yang sangat sulit.
3. Jangan membentuk dua atau lebih kebiasaan, jika satu kebiasaan saja sudah cukup
4. Bentuklah kebiasaan dengan cara yang sesuai dengan bagaimana kebiasaan itu akan digunakan

79
Diberikan deskripsi tentang gaya belajar siswa (tanpa menyebut nama gaya belajar) dalam
pembelajaran, mahasiswa dapat menentukan jenis teori belajar kognitif dalam pembelajaran.
Model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual.
Dalam praktek pembelajaran, teori kognitif antara lain tampak dalam rumusan-rumusan seperti: “Tahap-tahap
perkembangan”.
Teori-teori perkembangan menurut para ahli antara lain:
1.Teori Perkembangan Jean Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan
atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka
makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya.
Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan
ekuilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan informasi
baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Proses akomodasi merupakan proses
penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Sedangkan proses ekuilibrasi adalah penyesuaian
berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
2. Teori Belajar Menurut Jerome Bruner
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya
melihat lingkungan, yaitu; enactive, iconic, dan symbolic.

MBrebes Ngrangkum
9

Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara menyusun materi
pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap perkembangan orang tersebut.
Menurut Bruner, kegiatan mengkategori memiliki dua komponen yaitu;
1) tindakan pembentukan konsep, dan
2) tindakan pemahaman konsep.
Artinya, langkah pertama adalah pembentukan konsep, kemudian baru pemahaman konsep.
3. Teori Belajar Bermakna David Ausubel
Struktur kognitif merupakan struktur organisasional yang ada dalam ingatan seseorang yang
mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah ke dalam suatu unit konseptual. Teori
kognitif banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru
merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
4. Hierarki Belajar menurut Gagne
Menurut Gagne belajar konsep merupakan suatu bagian dari suatu hierarki delapan bentuk belajar. Dalam
hierarki ini, setiap tingkat belajar bergantung pada tingkat-tingkat sebelumnya.
5. Hasil Belajar menurut Gagne
Gagne mengemukakan lima macam hasil belajar, tiga di antaranya bersifat kognitif, satu bersifat
afektif, dan satu lagi bersifat psikomotorik. Ada lima kemampuan yang ditinjau dari segi-segi yang
diharapkan dari suatu pengajaran atau instruksi, kemampuan itu perlu dibedakan karena kemampuan itu
memungkinkan berbagai macam penampilan manusida dan juga karena kondisi-kondisi untuk memperoleh
berbagai kemampuan itu berbeda. Kemampuan-kemampuan tersebut yaitu keterampilan intelektual, strategi
kognitif, sikap, informasi verbal, dan keterampilan motorik.
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaian dengan
penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran,
mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam
pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat
diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami
perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan
benda-benda kongkrit.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan
siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru
dengan setruktur kognitif yang telah dimiliki si belajar.

80
Diberikan deskripsi tentang gaya belajar siswa (tanpa menyebut nama gaya belajar) dalam
pembelajaran, mahasiswa dapat menentukan jenis teori belajar konstruktivistik dalam
pembelajaran
Karakteristik manusia masa depan yang dikehendaki adalah menusia-manusia yang memiliki kepekaan,
kemandirian, tanggung jawab terhadap resiko dalam mengambil keputusan, mengembangkan segenap aspek
potensi melalui proses belajar yang terus menerus untuk menemukan diri sendiri dan menjadi diri sendiri yaitu
suatu proses … (to) learn to be. Mampu melakukan kolaborasi dalam memecahkan masalah yang luas dan
kompleks bagi kelestarian dan kejayaan bangsanya.
Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat
mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru.
Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan dari pikiran seseorang yang telah mempunyai
pengetahuan kepada pikiran orang lain yang belum memiliki pengetahuan tersebut.
Von Galserfeld mengemukakan bahwa ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses
mengkonstruksi pengetahuan, yaitu;

MBrebes Ngrangkum
10

1. kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman,


2. kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan,
3. kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada lainnya.
Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan.
Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun
konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil
prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang
akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan istilah lain,
dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.
Dalam belajar konstruktivistik guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkonstruksian belajar
oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak menstransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan
membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut untuk lebih memahami jalan
pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar.
Teori belajar kokonstruktivistik merupakan teori belajar yang di pelopori oleh Lev Vygotsky. Teori belajar
ko-kontruktinvistik atau yang sering disebut sebagai teori belajar sosiokultur merupakan teori belajar yang
titik tekan utamanya adalah pada bagaimana seseorang belajar dengan bantuan orang lain dalam suatu zona
keterbatasan dirinya yaitu Zona Proksimal Developmen (ZPD) atau Zona Perkembangan Proksimal dan
mediasi. Di mana anak dalam perkembangannya membutuhkan orang lain untuk memahami sesuatu dan
memecahkan masalah yang dihadapinya
Zona Perkembangan Proksimal mendefinisikan fungsi-fungsi tersebut yang belum pernah matang, tetapi dalam
proses pematangan. Fungsi- fungsi tersebut akan matang dalam situasi embrionil pada waktu itu. Fungsi-fungsi
tersebut dapat diistilahkan sebagai “kuncup” atau “bunga” perkembangan yang dibandingkan dengan “buah”
perkembangan.
Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang
didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan
potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau
melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu. Dalam Yuliani Vygotsky mengemukakan ada
empat tahapan PD yang terjadi dalam perkembangan dan pembelajaran, yaitu :
1. Tindakan anak masih dipengaruhi atau dibantu orang lain.
2. Tindakan anak yang didasarkan atas inisiatif sendiri.
3. Tindakan anak berkembang spontan dan terinternalisasi
4. Tindakan anak spontan akan terus diulang-ulang hingga anak siap untuk berfikir abstrak.
Siswa dalam pembelajaran konstruktivistik di abad 21 dituntut untuk :
1. memiliki kreativitas dan inovasi,
2. dapat berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain,
3. menggunakan kemampuannya untuk mencari informasi dan menganalisis informasi yang dia dapatkan,
4. berpikir kritis dalam memecahkan masalah ataupun dalam membuat keputusan,
5. memahami konsep-konsep dalam perkembangan teknologi dan mampu mengoperasikannya

81
Diberikan deskripsi tentang gaya belajar siswa (tanpa menyebut nama gaya belajar) dalam
pembelajaran, mahasiswa dapat menentukan jenis teori belajar humanistik dalam pembelajaran
A. Pengertian Belajar Menurut Teori Humanistik
Banyak tokoh penganut aliran humanistik, di antaranya adalah Kolb yang terkenal dengan “Belajar Empat
Tahap”, Honey dan Mumford dengan pembagian tentang macam-macam siswa, Hubermas dengan “Tiga
macam tipe belajar”, serta Bloom dan Krathwohl yang terkenal dengan “Taksonomi Bloom”.
B. Pandangan David A. Kolb terhadap Belajar.
Kolb seorang ahli penganut aliran humanistik membagi tahap-tahap belajar menjadi 4, yaitu:
1. Tahap pengalaman konkrit
Pada tahap paling awal dalam peristiwa belajar adalah seseorang mampu atau dapat mengalami suatu
peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya. Ia dapat melihat dan merasakannya, dapat menceriterakan
peristiwa tersebut sesuai dengan apa yang dialaminya.

MBrebes Ngrangkum
11

2. Tahap pengamatan aktif dan reflektif


Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah bahwa seseorang makin lama akan semakin mampu melakukan
observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Ia mulai berupaya untuk mencari jawaban dan
memikirkan kejadian tersebut.
3. Tahap konseptualisasi
Tahap ke tiga dalam peristiwa belajar adalah seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi,
mengembangkan suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi obyek
perhatiannya.
4. Tahap eksperimentasi aktif.
Tahap terakhir dari peristiwa belajar menurut Kolb adalah melakukan eksperimentasi secara aktif.
C. Pandangan Peter Honey dan Alan Mumford terhadap Belajar.
Tokoh teori humanistik lainnya adalah Peter Honey dan Alan Mumford. Pandangannya tentang belajar diilhami
oleh pandangan Kolb mengenai tahap-tahap belajar di atas. Honey dan Mumford menggolong- golongkan
orang yang belajar ke dalam empat macam atau golongan, yaitu kelompok aktivis, golongan reflektor,
kelompok teoritis dan golongan pragmatis.
D. Pandangan Jurgen Habermas terhadap belajar.
Menurutnya, belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan
belajar yang dimaksud di sini adalah lingkungan alam maupun lingkungan sosial, sebab antara keduanya tidak
dapat dipisahkan. Dengan pandangannya yang demikian, ia membagi tipe belajar menjadi tiga, yaitu;:
1) belajar teknis ( technical learning),
2) belajar praktis ( practical learning),
3) belajar emansipatoris (emancipatory learning).
E. Pandangan Benjamin Samuel Bloom dan David Krathwohl terhadap Belajar.
Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum ke dalam tiga kawasan yang dikenal dengan sebutan
Taksonomi Bloom. Secara ringkas, ketiga kawasan dalam taksonomi Bloom tersebut adalah sebagai berikut:
1.Domain kognitif terdiri atas 6 tingkatan, yaitu:
a. Pengetahuan (mengingat, menghafal)
b. Pemahaman (menginterpretasikan)
c. Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah)
d. Analisis (menjabarkan suatu konsep)
e.Sintesis (menggabungkan bagian-bagian kosep menjadi suatu konsep utuh)
f.Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide. metode, dsb.)
2.Domain psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu:
a. Peniruan (menirukan gerak)
b. Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
c. Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)
d. Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar).
e. Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
3.Domain afektif, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu:
a. Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
b. Merespon (aktif berpartisipasi)
c. Penghargaan (menerima nilai- nilai, setia kepadanilai-nilai tertentu)
d. Pengorganisasian(menghubung- hubungkan nilai-nilai yang dipercayainya)
e. Pengamalan (menjadikan nilai-nilai teori-behaviorisme sebagai bagian dari pola hidupnya)
F. Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan PembelajaraN
Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih
luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan
untuk mencapai tujuannya. ada teori humanistik, guru diharapkan tidak hanya melakukan kajian bagaimana
dapat mengajar yang baik, namun kajian mendlam justru dilakukan untuk menjawab pertanyaan bagaimana
agar siswa dapat belajar dengan baik. Pada penerapan teori humanistic ini adalah hal yang sangat baik bila guru
dapat membuat hubungan yang kuat dengan siswa dan membantu siswa untuk membantu siswa berkembang

MBrebes Ngrangkum
12

secara bebas.Dalam prakteknya teori humanistik ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir induktif,
mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar.

82
Diberikan deskripsi tentang gaya belajar siswa (tanpa menyebut nama gaya belajar) dalam
pembelajaran, mahasiswa dapat menentukan jenis teori belajar sosial dalam pembelajaran.
Teori Pembelajaran Sosial atau disebut juga Teori Observasional atau Teori belajar dari model. merupakan
perluasan dari teori belajar perilaku (behavioristik).
Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Berbeda dengan penganut
Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus
(S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema
kognitif individu itu sendiri.
Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral
terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang
pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan
memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Prinsip-Prinsip yang Mendasari Teori Belajar Sosial :
1. Prinsip faktor-faktor yang saling menentukan
Bandura menyatakan bahwa diri seorang manusia pada dasarnya adalah suatu sistem (sistem diri / self system).
Sebagai suatu sistem bermakna bahwa prilaku, berbagai factor pada diri seseorang, dan peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam lingkngan orang tersebut, secara bersama-sama saling bertindak sebagai penentu atau
penyebab yang satu terhadap yang lainnya.
Sistem yang saling terkait menggambarkan ketiga faktor yaitu: faktor kepribadian (Personal), faktor perilaku
(Behavior), dan faktor lingkungan (Environment).
2. Kemampuan untuk membuat atau memahami symbol/tanda/lambang
Bandura menyatakan bahwa orang memahami dunia secara simbolis melalui gambar-gambar kognitif, jadi
orang lebih bereaksi terhadap gambaran kognitif dari dunia sekitar dari pada dunia itu sendiri.
3. Kemampuan berfikir ke depan
Selain dapat digunakan untuk mengingat hal-hal yang sudah pernah dialami, kemampuan berpikir atau
mengolah simbol tersebut dapat dimanfaatkan untuk merencanakan masa depan.
4. Kemampuan untuk seolah-olah mengalami apa yang dialami oleh orang lain
Orang-orang, terlebih lagi anak-anak mampu belajar dengan cara memperhatikan orang lain berperilaku dan
memperhatikan konsekuensi dari perilaku tersebut. Inilah yang dinamakan belajar dari apa yang dialami orang
lain.
5. Kemampuan mengatur diri sendiri
Prinsip berikutnya dari belajar sosial adalah orang umumnya memiliki kemampuan untuk mengendalikan
perilaku mereka sendiri.

MBrebes Ngrangkum
13

83 - 86
Diberikan kasus tentang pembelajaran, mahasiswa dapat menilai konstruksi IPK dalam RPP yang
berorientasi pada pengembangan kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif, dan kemampuan
kolaboratif
Disajikan informasi tentang kegiatan pembelajaran SKI, mahasiswa dapat menentukan
Model/Pendekatan/Strategi pembelajaran untuk pengembangan kemampuan berpikir kritis
Disajikan informasi tentang kegiatan pembelajaran SKI, mahasiswa dapat menentukan
Model/Pendekatan/Strategi pembelajaran untuk pengembangan kemampuan berpikirkreatif
Disajikan informasi tentang kegiatan pembelajaran, mahasiswa dapat menentukan
Model/Pendekatan/Strategi pembelajaran untuk untuk pengembangan kemampuan berpikir
inovatif

88
Disajikan data dan informasi tentang kemajuan teknologi, mahasiswa dapat menentukan
karakteristik guru abad 21

A. Globalisasi dan Kesadaran Global


Global memiliki pengertian menyeluruh, ketika dunia ini tidak lagi dibatasi oleh batas negara, wilayah, ras,
warna kulit dan sebagainya.
Ciri-ciri yang berkaitan dengan globalisasi ini seperti berikut:
1. Globalisasi perlu didukung oleh kecepatan informasi, kecanggihan teknologi, transportasi dan komunikasi
yang diperkuat oleh tatanan organisasi dan manajemen yang tangguh.
2. Globalisasi telah melampaui batas tradisional geopolitik.
3. Adanya saling ketergantungan antarnegara.
4. Pendidikan merupakan bagian dari globalisasi.
Globalisasi secara khusus memasuki tiga arena penting dalam kehidupan manusia yaitu ekonomi, politik dan
budaya. Hal ini didukung dua kekuatan yaitu bisnis dan teknologi sebagai tulang punggung globalisasi.
Konsep inovasi sebagai kesadaran global yaitu:
1. Dalam era globalisasi kita berada pada suatu masyarakat yang terbuka, dan penuh kompetisi.
2. Masyarakat di dalam era globalisasi menuntut kualitas yang tinggi baik dalam jasa, barang, maupun
investasi modal.
3. Era globalisasi merupakan suatu era informasi dengan sarana-sarananya yang dikenal sebagai information
superhighway.
4. Era globalisasi merupakan era komunikasi yang sangat cepat dan canggih.
5. Era globalisasi ditandai dengan maraknya kehidupan bisnis.
6. Era globalisasi merupakan era teknologi dan oleh sebab itu, anggota-anggotanya harus melek digital.
B. Kesadaran Global Guru Abad 21
Pendidikan Global memiliki 3 tujuan yaitu:
1. Pendidikan Global memberikan pengalaman yang mengurangi rasa kedaerahan dan kesukuan.
2. Pendidikan Global memberikan pengalaman yang mempersiapkan siswa untuk mendekatkan diri dengan
keragaman global.
3. Pendidikan global mempersiapkan masa depan siswa dengan memberikan keterampilan analisis dan
evaluasi yang luas.
Pendidikan Global adalah suatu pendidikan yang berusaha untuk meningkatkan kesadaran siswa, bahwa
mereka hidup dan berada pada satu area global yang saling berkaitan.
C. Keterampilan Global Guru Abad 21
Guru harus memiliki ketrampilan yang mencakup:
(1) Keterampilan Berpikir Kritis;
Kemampuan berpikir kritis dikelompokan ke dalam 5 langkah yaitu:
1. Memberikan penjelasan secara sederhana
MBrebes Ngrangkum
14

2. Membangun keterampilan dasar


3. Menyimpulkan
4. Memberikan penjelasan lanjut
5. Mengatur strategi dan taktik
(2) Kemampuan Menyelesaikan Masalah;
Metode pemecahan masalah terdiri dari beberapa langkah yaitu:
a. Merumuskan masalah
b. Menganalisis masalah
c. Merumuskan hipotesis
d. Mengumpulkan data
e. Pengujian hipotesis
f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah
(3) Komunikasi dan Kolaborasi;
Kemampuan komunikasi mencakup keterampilan dalam menyampaikan pemikiran dengan jelas dan persuasif
secara oral maupun tertulis, kemampuan menyampaikan opini dengan kalimat yang jelas, menyampaikan
perintah dengan jelas, dan dapat memotivasi orang lain melalui kemampuan berbicara.
(4) Kreativitas dan Inovasi;
Kreativitas menurur Mulyasa (2005), adalah kemampuan untuk menemukan dan menciptakan sesuatu hal yang
baru, cara-cara baru, model baru yang berguna bagi siswa dalam proses belajar.
Ciri-ciri dari orang kreatif antara lain:
a. Kelancaran berpikir (fluency of thinking)
b. Keluwesan berpikir (flexibility)
c. Elaborasi (elaboration)
d. Originalitas (originality)
(5) Literasi Media Informasi, Komunikasi, dan Teknologi.
Seseorang yang berkemampuan literasi media adalah seseorang yang mampu menggunakan keterampilan
proses seperti kesadaran, analisis, refleksi dan aksi untuk memahami pesan alami yang terdapat pada media.
Kerangka literasi media terdiri atas kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan
menciptakan pesan dalam berbagai bentuk media, menciptakan suatu pemahaman dari peranan media pada
masyarakat, dan membangun keterampilan penting dari informasi hasil penyelidikan dan ekspresi diri.

87
Disajikan kasus pembelajaran, mahasiswa dapat menilai pelaksanaan pembelajaran tersebut
apakah telah berorientasi pada pendekatan TPACK
A. Technological, Pedagogical and Content Knowledge (TPACK)
Technological, Pedagogical and Content Knowledge (TPACK) adalah sebuah konsep integrasi dari tiga unsur
yang berbeda; teknologi, pedagogi, dan konten pengetahuan.
Proses digitalisasi yang dimaksud adalah migrasi data dari data real dalam bentuk manual ke data yang virtual.
Pedagogi atau seni mengajar anak kecil adalah core ilmu pendidikan.
Content knowledge atau isi pengetahuan adalah objek yang dituju oleh subjek pendidikan bernama guru dan
siswa. Objek ini bisa dalam bentuk sikap, pengetahuan atau keterampilan.
Konten pengetahuan merupakan objek yang bisa didesain sedemikian rupa sehingga menggabungkan teknologi
dan ilmu pengetahuan dalam mendesain konten pengetahuan dalam TPACK adalah sesuatu yang prospektif
dilakukan.
Teknologi data adalah fase kedua setelah teknologi informasi.
Teknologi data adalah teknologi untuk menguasai data dan menjual atau menggunakan data virtual untuk
kepentingan pemiliknya.
Cara pengumpulannya adalah dengan cara korporasi modern atau menggunakan seluruh partisipasi manusia.

MBrebes Ngrangkum
15

Ada Guru yang dipersiapkan dalam teknologi datanya semisal video pembelajaan, ada materi ajar yang sangat
lengkap yang dipersiapkan oleh teknologi datanya, ada media pembelajaran yang sudah menggunakan
computer/ internet based, ada juga evaluasi yang didesain secara valid dan reliabel dalam mengukur
keberhasilan pendidikannya. Sistem ini lebih hebat dari sekolah nyata. Mungkin yang kurang adalah
pengalaman nyata siswa dalam interaksi bersama kawan-kawan sekelasnya.
Kementerian Ristekdikti mendorong setiap universitas untuk membuka kelas online. Kelas ini sama saja dengan
kelas jauh, walaupun dalam sistemnya berbeda jauh sekali.

100
Diberikan contoh-contoh aktifitas guru di dalam kelas dalam pembelajaran, mahasiswa mampu
mengidentifikasi langkah yang tepat dalam penerapan TPAC pada pembelajaran
B. Implementasi TPACK pada Pendidikan Dasar dan Menengah
TPACK dalam konteks pembelajaran bisa dengan menggunakan model Computer Assisted Instruction (CAI)
atau yang lebih ekstrim dengan menggunakan Computer Based Instruction (CBI).
TPACK dalam kelembagaan bisa didesain dengan menggunakan aplikasi yang dikembangkan semisal
ruangguru.com, gurusd.net, atau aplikasi-aplikasi lainnya.
Implementasi TPACK di dikdasmen bisa dilakukan dengan dua cara;
1. di ruang kelas dengan menggunakan teknologi sebagai bagian dari pembelajaran dan
2. di ruang global sebagai aplikasi dari implementasi teknologi data menggunakan CBI.
Yang bisa digunakan dalam CBI yang mudah adalah menggunakan web-based learning.
Beberapa social software yang bisa digunakan adalah blog seperti di Blogspot, WordPress, EzBlogWorld,
Bachraich Blog, Getablog atau seperti Wiki dan Podcast.
Ada dua (2) model yang bisa dikembangkan dalam TPACK bebasis data ini, yaitu:
a. TPACK sebagai model untuk membantu siswa belajar tambahan di rumah dan sekolah dapat mengontrol
belajarnya secara sistematis, atau
b. TPACK sebagai model global yang bisa diakses oleh semua orang untuk belajar.
Peluang lain adalah berdimensi ekonomis dimana setiap guru yang memiliki konsistensi dalam menggunakan
blog (misalnya) dapat mendaftarkan diri ke adsense semacam Google Adsense atau Facebook Adsense.
Guru yang memiliki blog akan dapat uang yang besar dalam “menjual data” kepada siswanya.
Tantangan terbesar dalam melakukan TPACK di Dikdasmen adalah kualifikasi guru dalam bidang pengetahuan
teknologi komputer (dan turunannya semacam smartphone, phablet, tablet dan sejenisnya). Solusi yang paling
memungkinkan adalah melatih guru dalam memahami teknologi komputer/informasi (TI) terlebih dahulu.
Tantangan terbesar adalah insfrastruktur berupa alat-alat komputer dan akses internet yang baik.
C. Implementasi TPACK di Perguruan Tinggi
TPACK sebagai instrument dosen professional maka ada beberapa langkah yang bisa dilakukan:
1. Dalam konteks pembelajaran, langkahnya adalah menggunakan TPACK sebagai media pembelajaran. Satu
SKS adalah 50 menit tatap muka, 50 menit tugas mandiri dan 50 menit tugas terstruktur.
2. Dalam konteks penelitian, dosen bisa menggunakan TPACK dengan menggunakan sistem OJS individu atau
menggunakan OJS public seperti academia.edu atau researchgate.com. Tujuan penggunaan OJS adalah
untuk mempermudah indeksasi tulisan dosen dimana OJS adalah sebuah ekosistem jurnal ilmiah.
3. Dalam konteks pengabdian kepada masyarakat, dosen bisa menggunakan TPACK sebagai alat untuk
menunjukan portofolio pengabdian kepada masyarakat.
Ruang dan waktu yang dahulu menjadi masalah interaksi belajar dosen-mahasiswa, kini ditiadakan dan
berdampak kepada cost kuliah yang rendah.
Pembangunan OJS sebagai media publikasi karya ilmiah dari laporan penelitian atau pengabdian masyarakat
akan berdampak kepada peluang ekonomi dan peluang citra yang lebih baik.
Web yang dipasang Adsense akan mampu memberikan keuntungan finansial hasil dari Biaya Per Klik (BPK) atau
biaya tayang iklan di web.

MBrebes Ngrangkum
16

D. Implementasi TPACK dalam Pembelajaran PAI


Model pembelajaran campuran (blended learning) merupakan pembelajaran tidak terfokus pada kegiatan
tatap muka di kelas (face to face), tetapi menggunakan juga teknologi berbasis web (online learning) untuk
mendukung kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan di kelas. Teknologi yang dimaksudkan dapat juga
berupa alat-alat peraga (tools) hasil pengembangan kreatifitas guru, dan tetap mengacu pada kebaruan
teknologi.
Pedagogi bukan saja bagaimana mengembangkan seni-seni dalam mengajar, atau mendesain kelengkapan
instrumen-instrumen proses dan penilaian dalam pembelajaran, namun dituntut juga memahami siswa secara
psikologis dan biologis.
Untuk meningkatkan content knowledge, latar belakang pendidikan sangat penting, selain itu guru tidak
cukup hanya mengandalkan text book semata, namun perlu didukung dengan meng-update informasi terkini
bidang keilmuan terkait yang dipublikasikan oleh jurnal-jurnal ilmiah bereputasi.
Ada yang kurang lengkap dari gagasan tersebut, yaitu kepribadian yang santun (good personality) yang harus
dimiliki seorang guru.
Pembentukan sikap tidak hanya tanggungjawab guru-guru agama ataupun guru-guru budi pekerti. Nilai-nilai
sikap perlu terintegrasi pada semua mata pelajaran.
Penguasaan teknologi, ketrampilan pedagogi, kompeten dalam disiplin keilmuan, yang dibungkus dengan
kepribadian yang baik (good personality), adalah profil guru yang memberi secercah harapan dalam upaya
transformasi peradaban yang lebih baik.
Kompetensi dasar Pendidikan Agama adalah menjadi ilmuwan dan profesional yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan memiliki etos kerja, serta menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan dan kehidupan.
MK PAI pada dasarnya tidak untuk menjadikan mahasiswa sebagai ahli di bidang agama Islam, melainkan untuk
menjadikan mereka semakin taat menjalankan perintah agama dengan baik dan benar, dan berakhlak mulia.
Standar nasional PAI di Perguruan Tinggi disebutkan bahwa pembelajaran PAI merupakan upaya sadar dan
terencana dalam mengembangkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan nilai-nilai ajaran Islam dari
sumber utamanya secara tekstual dan kontekstual melalui kegiatan pengajaran, bimbingan, latihan, dan
pengalaman yang disampaikan secara dialogis, komprehensif, dan multiperspektif.
Tujuan PAI sebagai berikut:
a. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan mahasiswa kepada Allah SWT,
b. Memperkokoh karakter muslim dalam diri mahasiswa,
c. Mengembangkan pemikiran dan akhlak yang selaras dengan keyakinan Islam dalam kehidupan,
d. Mengantarkan mahasiswa mampu bersikap rasional dan dinamis dalam mengembangkan dan
memanfaatkan IPTEKS sesuai dengan nilai-nilai Islam bagi kepentingan bangsa dan umat manusia, dan
e. Membimbing mahasiswa untuk mengembangkan penalaran yang benar dan baik, serta berpikir kritis dalam
memahami berbagai masalah aktual dan menyikapinya dengan perspektif Islam.
Materi ajar dalam buku-buku PAI harus berorientasi pada pengembangan sikap beragama yang moderat dan
berwawasan ke-Indonesia-an pada satu sisi, dan berwawasan global pada sisi lain.
Kompetensi Inti diklasifikasikan menjadi empat KI: sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan.
Empat KI ini kemudian dirinci menjadi sejumlah kompetensi dasar (KD) yang jumlahnya tergantung kedalaman
dan keluasan masing-masing KI dan materi pembelajaran.
Pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik dilakukan berbasis kompetensi inti dan kompetensi dasar
dengan menggunakan kerangka kerja saintifik.
Pembelajaran PAI dengan pendekatan saintifik ini dikenal dengan sintak generiknya sebagai berikut:
a. Mengamati;
b. Menanya;
c. Mengumpulkan informasi;
d. Mengasosiasi;
e. Mengkomunikasikan.
Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwan mengutamakan penalaran
induktif (inductive reasoning) daripada penalaran deduktif (deductive reasoning).

MBrebes Ngrangkum
17

Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya,
penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara
keseluruhan atau menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas.
Banyak keraguan muncul terkait dengan kemampuan pendekatan saintifik dalam menumbuhkembangkan
sikap dan perilaku positif peserta didik. Hal ini karena pendekatan saintifik lebih menekankan pada proses
penalaran logika dan data empiris. Padahal persoalan moral dan perilaku tidak hanya melibatkan aspek kognitif
(moral knowing), melainkan lebih banyak berkenaan dengan aspek afektif (moral feeling).
Banyak ahli pendidikan Islam menyarankan agar pembelajaran PAI di sekolah formal dilakukan dengan
menekankan pada pembinaan aspek afektif.
Pendekatan pengajaran pendidikan Islam untuk tingkat perguruan tinggi seharusnya bersifat filosofis dan
ilmiah (Muhaimin & Abdul Mujib, 1993: 221).
Dalam bidang pengembangan ilmu, baik ilmu kealaman, ilmu sosial, bahkan ilmu agama, sikap ilmiah yang
dicirikan dengan pola pikir logis, sistematis, dan empiris memang harus diutamakan dan dikembangkan. Namun
dalam bidang norma dan moral, khususnya terkait dengan agama, pengembangan aspek afektif yang
seharusnya didahulukan. Sebab agama sangat terkait dengan sikap dan pilihan hidup. Sedangkan sikap dan
pilihan hidup amat dipengaruhi oleh aspek afeksi manusia.
TPACK juga dapat menjadi pendekatan untuk pembelajaran PAI pada materi-materi yang perlu dikonkretkan.

89
Disajikan beberapa contoh materi pokok dan bahan ajar, mahasiswa dapat menyusun materi ajar
berdasarkan struktur pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
cara - cara menyusun Bahan ajar cetak
 Handout, secara harfiah dapat bermakna buku penunjang yang dibagikan kepada siswa agar guru tidak
perlu repot-repot lagi menulis materi di papan tulis dan siswapun tidak perlu mencatat di buku, guru hanya
tinggal memajang materi yang telah di buat didepan kelas atau di tempel di papan tulis, berikut cara
menyusunnya : 1. tentukan judul yang sesuai dengan KD dan Indikator, 2.Berisikan referensi atau kutipan
dari sumber lain, 3.Gunakan kalimat yang sederhana dan tidak terlalu panjang, 4.Revisi isi Handout
sebelum diperbanyak.
 Buku, dalam hal ini buku dapat kita ambil dari hasil karya orang lain ataupun kita susun secara mandiri,
langkah-langkah yang dapat di lakukan oleh seorang guru dalam memilih atau menyusun buku : 1.
Pilihlah/tentukan judul yang sesuai dengan tuntutan KD dan Indikator, 2.Pilihlah/rancanglah outline
buku yang lengkap sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, 3. Kumpulkan buku referensi sebagai
penunjang atau pelengkap ,4.Pilihlah/tulislah buku yang menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
oleh siswa.
 Modul, perangkat pembelajaran yang dapat dipakai walaupun tanpa dibimbing oleh guru, biasanya, modul
yang baik adalh modul yang ditulis secara sistematis sehingga siswa dapat memahami kompetensinya
dengan baik. langkah-langkah menyusun modul : 1.Buatlah judul modul sesuai dengan KD dan Indikator,
2.Jika anda membuat lebih dari satu modul berilah kode untuk mempermudah dalam pengelolaan
contoh Digit pertama, angka satu (1) IPA, (2) (IPS), (3) Bahasa. Kemudian digit kedua merupakan
klasifikasi/kelompok utama kajian atau aktivitas pada jurusan yang bersangkutan, contoh pada jurusan
IPA, nomor 1 digit kedua berarti Fisika, 2 Kimia, 3 Biologi dan seterusnya, 3. merumuskan Kompetensi
yang harus dikuasai siswa saat menyelesaikan modul tersebut, 4. Mencantumkan alat evaluasi atau
penilaian, 5. Mencantumkan petunjuk penggunaan modul, 6. Kalimat yang digunakan tidak terlalu
panjang, 7. berikan gambar pendukung agar konsep dapat mudah dimengerti.
 Lembar kerja siswa(LKS), merupakan lembaran-lembaran yang harus di isi oleh siswa. Dalam menyiapkan
lembar kegiatan siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut : 1.Menentukan jumlah LKS yang
harus di tulis, 2.Tentukan judul yang sesuai dengan KD dan Indikator, 3.tentukan alat penilaianyang
sesuai dangan PAP(penilaian acuan patokan), 4.Dahului dengan penjelasan materi secara singkat,
5.Tugas-tugas harus di tulis secara jelas untuk mengurang pertanyaan siswa yang berlebihan.
 Brosur, merupakan bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau
cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dapat dilipat tanpa dijilid. Dalam menyusun brosur
jangan lupa memeperhatikan langkah-langkah berikut: 1. Buatlah judul sesuai dengan materi pokok
sesuaikan dengan banyaknya materi, 2. KD materi yang dicapai harus sesuai dengan Standar ISI,
3.Kalimat harus jelas, menarik dan mempunyai informasi pendukung seperti gambar atau foto,

MBrebes Ngrangkum
18

4.Gunakan kalimat yang pendek dalam satu paragraph, 5.Materi mempunyai hubungan dengan sumber
belajar yang terkait.
 Leaflet, hampir serupa dengan brosur, bedanya hanya pada tampilan fisiknya saja, isi leafet sama dengan
brosur, biasanya di tampilkan dalam bentuk dua kolom kemudian dilipat
 Wallchart, merupakan bagan siklus/proses atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu.
Contohnya siklus makhluk hidup, rantai makanan. Dalam membuatnya wallchart sebaiknya berisikan :
1.Judul materi yang sesuai dengan KD dan Indikator, 2.Memilki petunjuk penggunaan, 3.Gambar harus
jelas, padatn dan menarik, 4.Pemberian tugas yang berkaitan dapat di lakukan dalam bentuk LKS,
selebaran , atau dibuku tugas.
 Foto/Gambar, sebaiknya disajikan sebelum siswa mengerjakan tugas, baik secara individu atau
berkelompok model bahan ajar ini kurang cocok untuk tugas pengamatan, Dalam menyiapkan gambar hal-
hal yang perlu diperhatikan antara lain : 1.Beri judul pada gambar sesuai dengan materi pokok, 2.Buat
desai foto/gambar dengan membuat storyboard(papan cerita), 3.Gambar harus jelas, padat, serta
menarik sebaiknya pilihlah yang berwarna, 4, Jika perlu sebelum diperbanyak editlah gambar/foto dan
berikan tulisan untuk menjelaskan isi gambar/foto.
 Model/maket, merupakan contoh benda yang hampir menyerupai benda aslinya tapi dalam ukuran atau
skala yang lebih kecil. tapi sebaiknya tetap di tunjang oleh bahan ajar tertulis seperti brosur, atau LKS.
Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat maket/model: 1.Berilah judul pada maket sesuai
dengan KD dan indikator, 2.Pilihlah bahan yang murah serta tidak berbahaya atau mengandung toxin,
3.Siapkan informasi pendukung baik dalam bentul selebaran atau brosur untuk memperjelas materi,
4.Jika memungkinkan sebaiknya maket dibuat oleh orang yang memilki keterampilan khusus, tetntu saja
sesuaikan dengan budget yang anda miliki, 5. Siapkan tugas dalam bentuk pertanyaan setelah anda
menjelaskan materi.

90
Disajikan narasi terkait dengan pembelajaran dan tuntutan keterampilan global sebagai dasar
dalam pembuatan RPP, mahasiswa mampu merumuskan langkah-langkah penentuan pstrategi
pembelajaran yang tepat sesuai dengan tuntutan K13 dan perkembangan abad 21

91
Disajikan narasi terkait dengan pembelajaran dan tuntutan keterampilan global sebagai dasar
dalam pembuatan RPP, mahasiswa mampu merumuskan langkah-langkah penentuan pstrategi
pembelajaran yang tepat sesuai dengan tuntutan K13 dan perkembangan abad 21
A. Deskripsi tentang Pembelajaran Kurikulum 2013
Kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat
dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk
bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia.
Kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang:
a. Berpusat pada peserta didik,
b. Mengembangkan kreativitas peserta didik,
c. Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang,
d. Bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan
e. Menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode
pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.
Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah,
mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan.
Bagi peserta didik, pembelajaran harus bergeser dari “diberi tahu” menjadi “aktif mencari tahu”.
Bagi peserta didik, pengetahuan yang dimilikinya bersifat dinamis, berkembang dari sederhana menuju
kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari
yang bersifat konkret menuju abstrak.

MBrebes Ngrangkum
19

Sebagai manusia yang sedang berkembang, peserta didik telah, sedang, dan/atau akan mengalami empat
(4) tahap perkembangan intelektual, yakni :
a. sensori motor, (terjadi sebelum seseorang memasuki usia sekolah)
b. pra-operasional, operasional konkret, dan (dimulai ketika seseorang menjadi peserta didik di jenjang
pendidikan dasar)
c. operasional formal (dimulai sejak tahun kelima dan keenam sekolah dasar)
Guru menyediakan pengalaman belajar bagi peserta didik, pengalaman belajar tersebut semakin lama
semakin meningkat menjadi kebiasaan belajar mandiri dan ajeg sebagai salah satu dasar untuk belajar
sepanjang hayat (life long education).
Pengetahuan selalu menjadi unsur penggerak untuk pengembangan kemampuan lain.
B. Pembelajaran Langsung dan Tidak Langsung
Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan dimana peserta didik mengembangkan pengetahuan,
kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang
dirancang dalam silabus dan RPP ber upa kegiatan - kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah
ditemukannya dalam kegiatan a nalisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan
keterampilan langsung atau yang disebut dengan instructional effect.
Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung
tetapi tidak diran cang dalam kegiatan khusus.
Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap.
Pembelajaran langsung jika muncul menjadi suatu mata pelajaran tertentu, Pembelajaran tidak langsung jika
tidak menjadi suatu pelajaran tertentu,
Pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah.
Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: a. mengamati; b. menanya; c.
mengumpulkan informasi; d. mengasosiasi; dan e. mengkomunikasikan.
C. Strategi Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Dalam standard proses, tahapan pembelajaran terdiri dari penyiapan perangkat pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Tahapan pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
(kegiatan pendahuluan, inti, penutup) harus dilakukan dengan pendekatan ilmiah (scientific approach) dan
bernuansa tematik.
D. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran Aktif (SPA)
1. Everyone is a Teacher Here (Setiap Orang Menjadi Guru)
Setiap orang di kelas diposisikan bisa menjadi seperti guru.
Tujuan penerapan strategi ini adalah membiasakan peserta didik untuk belajar aktif secara individu dan
membudayakan sifat berani bertanya, tidak minder dan tidak takut salah.
Digunakan pada model pembelajaran discovery learning, problem based learning pada saat kegiatan
menanya.
2. Poster Session (Membuat Poster)
Mendorong peserta didik bekerja dalam kelompok untuk menuangkan pemahaman yang diperoleh dalam
bentuk gambar.
Dapat dilakukan pada model pembelajaran discovery learning, project based learning, contextual teaching and
learning maupun inquiry learning pada saat menyampaikan / mengkomunikasikan hasil analisa.
3. Small Group Discussion (Diskusi Kelompok Kecil)
Dapat diterapkan pada semua level MI, MTs, maupun MA.
Dapat diterapkan pada kegiatan mengumpulkan informasi, menguji jawaban tentatif maupun mengasosiasi
pada model pembelajaran inquiry learning maupun problem based learning.

MBrebes Ngrangkum
20

4. The Power of Two & Four (Menggabung 2 dan 4 Kekuatan)


Dapat diterapkan dalam pembelajaran PAI.
Kombinasi strategi yang memungkinkan adalah power of 2, 4, 8 dengan Small Group Discussion (SGD), dan
diakhiri dengan gallery walk.
Dapat diterapkan pada kegiatan mengumpulkan informasi, menguji jawaban tentatif maupun mengasosiasi
pada model pembelajaran inquiry learning maupun problem based learning.
5. Information Search (Mencari Informasi)
Tepat digunakan pada level atas, misalnya, MTs kelas IX dan MA.
Model kombinasi strateginya adalah information search, SGD dan Gallery Walk.
Dapat diterapkan pada kegiatan mengumpulkan informasi, pada model pembelajaran inquiry learning,
discovery learning maupun problem based learning.
6. Point-Counter Point (Beradu Pandangan sesuai Perspektif)
Tepat digunakan dengan kombinasi strategi role play dan debat berantai pada model pembelajaran problem
based learning.
7. Role Play (Bermain Peran)
Dapat diterapkan dalam pembelajaran PAI materi beriman kepada malaikat Allah. Penjelasan mengenai
contoh iman kepada malaikat Allah dapat melalui role play kisah santri dan kyai. Kombinasi strateginya adalah
role play dengan SGD.
Dapat dilakukan pada sesi mengkomunikasikan pada model pembelajaran problem based learning.
8. Debat Berantai
Tepat diterapkan pada kelas MA.
Kombinasi strateginya adalah debat berantai dengan model pembelajaran problem based learning.
9. Gallery Walk (Pameran berjalan)
Dapat diterapkan dalam pembelajaran PAI pada semua level MTs dan MA.
Kombinasi strateginya adalah gallery walk, diskusi kelompok, dan turnamen. Strategi turnamen digunakan
untuk memotivasi tiap kelompok agar menampilkan hasil kerja kelompok terbaiknya.
Dapat dilakukan dengan model pembelajaran project based learning pada tahap mengevaluasi project pada
aktifitas mengkomunikasikan.
E. Menata Kelas Pembelajaran Aktif dan Dinamis
Mewujudkan desain belajar siswa maka pengaturan ruang kelas dan siswa (setting kelas), yakni memungkinkan
hal-hal sebagai berikut:
1. Mobilitas: peserta didik dikondisikan ke bagian lain dalam kelas.
2. Aksesibilitas: peserta didik mudah menjangkau sumber belajar yang tersedia.
3. Komunikasi: peserta didik mudah berkomunikasi secara intensif kepada seluruh teman di kelas.
4. Interaksi: memudahkan interaksi antara guru dan peserta didik maupun antar peserta didik. Interaksi yang
tercipta berupa interaksi multi-arah.
5. Dinamika: kelas dinamis, dibuktikan dengan dinamika kelompok, dinamika individu, dan dinamika
pembelajaran.
6. Variasi kerja peserta didik: memungkinkan peserta didik bekerjasama secara perorangan, berpasangan,
atau kelompok.
Tata-letak fisik kelas pada umumnya bersifat sementara (tentatif), fleksibel dan realistis. Artinya guru dapat
saja mengadakan perubahan setiap saat sesuai dengan keperluan dan kesesuaian dengan materi ajarnya.
1. Formasi Huruf U
Para peserta didik dapat melihat guru dan/atau melihat media visual dengan mudah dan mereka dapat saling
berhadapan langsung satu dengan yang lain.
2. Formasi Lingkaran
Para peserta didik duduk pada sebuah lingkaran tanpa meja atau kursi untuk melakukan interaksi berhadap-
hadapan secara langsung. Sebuah lingkaran ideal untuk diskusi kelompok penuh.

MBrebes Ngrangkum
21

3. Susunan Chevron (V)


Susunan V mengurangi jarak antara para peserta didik, pandangan lebih baik dan lebih memungkinkan untuk
melihat peserta didik lain.
4. Kelas Tradisional
Secara psikologis, bila digunakan sepanjang masa tanpa variasi format lain akan berpengaruh terhadap gape
psikologis peserta didik seperti merasa minder, takut dan tidak terbuka dengan teman, karena sesama peserta
didik tidak pernah saling berhadapan (face to face) dan hanya melihat punggung temannya sepanjang tahun
dalam belajar.

93
Disajikan model pembelajaran, peserta mampu menentukan model yang paling tepat
A. Proses Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Standar proses pembelajaran di dalam kurikulum 2013 diatur dalam Permendikbud No 65 Tahun 2013.
Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah
ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Nomor 32 Tahun 2013.
Standar Proses disebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik kompetensi.
Capaian pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga ranah yakni: ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi
dalam bentuk rumusan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
1. Desain Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan
sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran.
Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.
a. Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran.
Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi.
Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu
pertemuan atau lebih.
RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya
mencapai Kompetensi Dasar (KD).
c. Prinsip Penyusunan RPP
1) Perbedaan individual peserta didik
2) Partisipasi aktif peserta didik
3) Berpusat pada peserta didik
4) Pengembangan budaya membaca dan menulis
5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut
6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar;
7) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar,
dan keragaman budaya;
8) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan
situasi dan kondisi.

MBrebes Ngrangkum
22

d. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan
penutup.
B. Model-Model Pembelajaran Kurikulum 2013
1. Discovery Learning
Discovery Learning mengarahkan siswa untuk memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif
untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan.
Penemuan konsep terjadi bila data dari guru tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi dalam bentuk proses
(never ending process).
Siswa didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri
kemudian mengorganisasi atau membentuk (konstruksi) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam
suatu bentuk akhir.
Discovery dilakukan melalaui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi yang disebut
cognitive process.
Mengaplikasikan Discovery Learning secara berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri
individu yang bersangkutan.
a. Langkah Pembelajaran
1) Menciptakan stimulus/ rangsangan (Stimulation)
2) Menyiapkan pernyataan masalah (Problem Statement)
3) Mengumpulkan data (Data Collecting)
4) Mengolah data (Data Processing)
5) Memverifikasi data (Verrification)
6) Menarik kesimpulan (Generalization)
b. Persyaratan Pendukung
1) Secara klasikal siswa perlu memiliki kecerdasan/ kecakapan awal yang baik selain keterampilan berbicara
dan menulis yang baik.
2) Jumlah siswa tidak terlalu banyak (idealnya maksimal 32)
3) Pemilihan materi harus dengan kompetensi dominan pada aspek pemahaman.
4) Fasilitas harus memadai
c. Manfaat Model Discovery Learning
1) Membantu siswa memperbaiki dan meningkatkan keterampilan kognisi.
2) Pengetahuan yang diperoleh bersifat individual dan optimal karena menguatkan pengertian, ingatan, dan
transfer pengetahuan.
3) Menumbuhkan rasa senang pada siswa, karena berhasil melakukan penyelidikan.
4) Memungkinkan siswa berkembang dengan cepat sesuai kemampuannya.
5) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajar dengan melibatkan akal dan motivasinya.
6) Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan diri melalui kerjasama
dengan siswa lain.
7) Membantu siswa menghilangkan keraguan karena mengarah pada kebenaran final yang dialami dalam
keterlibatannya.
8) Mendorong siswa berpikir secara intuitif, inisiatif, dalam merumuskan hipotesis.
9) Dapat mengembangkan bakat, minat, motivasi, dan keingintahuan.
10) Memungkinkan siswa memanfaatkan berbagai sumber belajar.
2. Project Based Learning
Pembelajaran Berbasis Proyek adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/ kegiatan sebagai inti
pembelajaran.
Dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan
insvestigasi dan memahaminya.
Proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing
peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam
kurikulum.
Memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan
berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.
MBrebes Ngrangkum
23

a. Langkah Pembelajaran
1) Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek
2) Mendesain perencanaan proyek
3) Menyusun jadwal
4) Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek
5) Menguji hasil
6) Mengevaluasi kegiatan/ pengalaman
b. Persyaratan pendukung
1) Siswa terbiasa dengan aktivitas pemecahan masalah, sehingga proyek tidak memakan waktu terlalu lama.
2) Dukungan sarana dan prasarana yang memadai termasuk peralatan belajar.
3) Pengaturan waktu dan jadwal kegiatan yang terkontrol.
4) Perlunya kejelasan tugas dan hasil yang diharapkan dari kegiatan proyek.
c. Manfaat model pembelajaran project based learning
1) Meningkatkan motivasi belajar, mendorong kemampuan siswa melakukan pekerjaan penting, artinya
mereka perlu dihargai.
2) Mengembangkam kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis.
3) Mengembangkan keterampilan komunikasi, kolaborasi, dan pengelolaan sumberdaya.
4) Memberikan pengalaman kepada siswa dalam pembelajaran, praktik, dalam mengorganisasi proyek, dan
membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
5) Melibatkan siswa untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki,
kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
6) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga siswa maupun gurumenikmati proses
pembelajaran.
3. Problem Based Learning
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan berbagai
permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari peserta didik (bersifat kontekstual) sehingga merangsang
peserta didik untuk belajar.
Menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi
dari permasalahan dunia nyata.
a. Langkah Pembelajaran
1) Mengorientasi peserta didik pada masalah
2) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
3) Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
4. Pembelajaran Kontekstual
Contextual Teaching Learning (CTL) adalah sebuahsistem belajar yang didasarkan pada filosofi
konstruktivistik.
Delapan komponen yang harus ditempuh, yaitu:
1. membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna,
2. melakukan pekerjaan yang berarti,
3. melakukan pembelajaran yang diatur sendiri,
4. bekerja sama,
5. berpikir kritis dan kreatif,
6. membantu individu untuk tumbuh dan berkembang,
7. mencapai standar yang tinggi, dan
8. menggunakan penilaian otentik.
Konsep CTL, belajar akan lebih bermakna jika anak didik ‘mengalami’ apa yang dipelajarinya, bukan sekedar
‘mengetahui’ apa yang dipelajarinya.
CTL merupakan konsep belajar yang membantu para guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang di milikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

MBrebes Ngrangkum
24

Proses pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus
dipahami, yaitu :
Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi.
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi
kehidupan nyata.
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan.
Lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan CTL:
1. Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing
knowledge).
2. Pembelajaran yang kontekstual adalah pembelajaran dalam rangka memperoleh dan menambah
pengetahuan baru (acquiring knowledge).
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge)
4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge).
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
5. Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis,
analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Menekankan kepada proses mencari dan menemukan.
Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung.
Peran siswa dalam pembelajaran ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru
berperan sebagai “fasilitator” dan “pembimbing” siswa untuk belajar.
Merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Pembelajaran ini sering juga dinamakan pembelajaran heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu
heuriskein yang berarti “saya menemukan”.
a. Ciri-ciri Pembelajaran Inkuiri
Pertama, pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan.
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari
sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).
Ketiga, tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis,
dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri
1) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual.
2) Prinsip Interaksi.
3) Prinsip Bertanya.
4) Prinsip Belajar untuk Berpikir.
5) Prinsip Keterbukaan.
c. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
1) Merumuskan masalah
2) Mengembangkan hipotesis
3) Menguji jawaban tentative
4) Menarik kesimpulan
5) Menerapkan kesimpulan dan generalisasi
d. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri
1) Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui model ini dianggap jauh lebih
bermakna.
2) Pembelajaran ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

MBrebes Ngrangkum
25

3) Pembelajaran ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern
yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
4) Keuntungan lain adalah dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam
belajar.
Kelemahan, diantaranya:
1) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2) Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru
sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka
strategi ini tampaknya akan sulit diimplementasikan.
C. Langkah Pemilihan Model Pembelajaran
Pemilihan model pembelajaran mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Karakteristik pengetahuan yang dikembangkan menurut kategori faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif. Pada pengetahuan faktual dan konsepetual dapat dipilih discovery learning, sedangkan pada
pengetahuan prosedural dapat dipilih project based learning dan problem based learning.
2. Karakteristik keterampilan yang tertuang pada rumusan kompetensi dasar dari KI-4. Pada keterampilan
abstrak dapat dipilih discovery learning dan problem based learning, sedangkan pada keterampilan
konkret dapat dipilih project based learning.
3. Pemilihan ketiga model tersebut mempertimbangkan sikap yang dikembangkan, baik sikap religius (KI-1)
maupun sikap sosial (KI-2)

94
Diuraikan ciri-ciri pembelajaran holistik, peserta didik mampu menganalisis pembelajaran holistik
A. Pembelajaran Holistik
1. Konsep Pembelajaran Holistik
Pembelajaran holistic adalah turunan dari konsep pembelajaran holistik (holistic learning) yang merupakan
suatu filsafat Pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat
menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan
alam, dan nilai-nilai spiritual.
Paradigma pembelajaran holistik menekankan proses pendidikan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tujuan pembelajaran holisti kadalah terbentuknya manusia seutuhnya dan masyarakat seutuhnya.
b. Materi pembelajaran holistik mengandung kesatuan pendidikan jasmani-ruhani, mengasah kecerdasan
intelektual-spritual-emosional, kesatuan materi pendidikan teoritis –praktis, kesatuan materi pendidikan
pribadi-sosial-ketuhanan.
c. Proses pendidikan holistik mengutamakan kesatuan kepentingan anak didik dan masyarakat.
d. Evaluasi Pendidikan holistik mementingkan tercapainya perkembangan anak didik dalam bidang
penguasaan ilmu, sikap, dan keterampilan.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran holistik, di antaranya:
(1) menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif;
(2) prosedur pembelajaran yang fleksibel;
(3) pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu;
(4) pembelajaran yang bermakna,; dan
(5) pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.
2. Ciri-Ciri Pembelajaran Holistik
Terdapat sembilan ciri pembelajaran holistic yaitu:
a. Pembelajaran diarahkan agar siswa menyadari akan keunikan dirinya dengan segala potensinya.
b. Pembelajaran tidak hanya mengembangkan cara berpikir analitis/linier tapi juga intuitif.
c. Pembelajaran berkewajiban menumbuh-kembangkan potensi kecerdasan jamak.
d. Pembelajaran berkewajiban menyadarkan siswa keterkaitannya dengan komunitasnya, sehingga mereka
tak boleh mengabaikan tradisi, budaya, kerjasama, hubungan manusiawi, serta pemenuhan kebutuhan
yang tepat guna.
MBrebes Ngrangkum
26

e. Pembelajaran berkewajiban mengajak siswa menyadari hubungannya dengan bumi dan "masyarakat" non
manusia
f. Kurikulum berkewajiban memperhatikan hubungan antara berbagai pokok bahasan dalam tingkatan trans-
disipline
g. Pembelajaran berkewajiban menghantarkan siswa menyeimbangkan antara belajar individual dengan
kelompok (kooperatif), kolaboratif, antara isi dengan proses, antara pengetahuan dengan imajinasi, antara
rasional dengan intuisi, antara kuantitatif dengan kualitatif.
h. Pembelajaran adalah sesuatu yang tumbuh, menemukan, dan memperluas cakrawala.
i. Pembelajaran adalah sebuah proses kreatif dan artistik.
3. Strategi Pembelajaran Holistik
Pembelajaran holistik adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pemahaman informasi dan
mengaitkannya dengan topik-topik lain sehinggga terbangun kerangka pengetahuan.
Rencana pembelajaran sedapat mungkin bertujuan agar peserta didik mengasah
a. Berpikir
b. Kecerdasan emosional
c. Kemandirian
d. Saling ketergantungan
e. Sensasi ganda
f. Fun
g. Artikulasi

95
Disajikan konsep pembelajaran kontekstual dan futuristik, peserta didik mampu membedakan
konsep keduanya
B. Pembelajaran Kontekstual
1. Konsep Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan konteks
dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar.
Komponen utama pembelajaran yakni : konstruktivisme (constructivism), menyelidiki (inquiry), pemodelan
(modeling), dan penilaian autentik (authentic assessment).
2. Penerapan Pembelajaran Kontekstual
Beberapa model pembelajaran yang merupakan aplikasi pembelajaran kontekstual antara lain model
pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran kooperatif (cooperative learning), dan
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).
C. Pembelajaran Futuristik
1. Konsep Pembelajaran Futuristik
Dalam aspek siswa, banyak perubahan yang terjadi pada mereka karena perubahan teknologi yang selalu
disuguhkan pada mereka setiap hari, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Mereka menyukai ada kontrol.
b. Mereka juga menyukai banyak pilihan.
c. Mereka adalah orang-orang yang menyukai ikatan kelompok dan ikatan social
d. Mereka adalah orang-orang terbuka
2. Trend E-Learning dalam Pembelajaran Futuristik
a. Pembelajaran Berbasis Android
b. Pembelajaran Otomatis (Automatic Learning)
c. Blended Learning

MBrebes Ngrangkum
27

96
Disajikan RPP yang memanfaatkan teknologi dan media informasi abad 21, peserta mampu
menemukan RPP yang paling tepat
A. Peran Teknologi dan Media dalam Pembelajaran Abad 21
1. Pendahuluan
Demi tegaknya kebenaran berdasarkan ilmu pengetahuan, Galileo yang merelakan kematiannya kepada
institusi agama karena demi mempertahankan teorinya bahwa bumi adalah berputar.
Johannes Gutenberg, sang penemu mesin cetak. Berkat penemuan monumental itu, ilmu pengetahuan dapat
disebarkan secara meluas karena bisa didokumentasikan dalam bentuk buku dalam jumlah berlipat-ganda.
Berkat ilmu pengetahuan dan teknologi itu peradaban manusia terus mengalami perubahan secara
revolusioner. Jika sebelumnya masih bersifat masyarakat agraris yang mengandalkan moda produksi
feodalisme, kemudian berubah menjadi masyarakat industri dengan moda produksi kapitalisme.
Perkembangan media cetak pun dalam dunia pembelajaran juga terus berkembang pesat berkat inovasi dan
temuan-temuan baru yang lebih canggih, yaitu bersifat elektronik.
Implikasi perubahan dari cetak ke elektronik, dan kemudian dari sistem analog menjadi digital menjadi
penyebab fundamental perubahan masyarakat ke arah apa yang dikenal sebagai masyarakat digital.
Semua itu kemudian mengubah hubungan antara guru, teknologi, dan media dalam suatu proses
pembelajaran.
Diterminisme teknologi dan media, yaitu anggapan bahwa teknologi dan media adalah berperan sangat
menentukan dalam proses komunikasi pembelajaran.
Karakteristik atau ciri-ciri teori diterminisme teknologi dan efek media ini antara lain:
1. Komunikasi pembelajaran bersifat searah atau dalam hubungan asimetris.
2. Media sangat berpengaruh, sehingga mendominasi dalam proses pembelajaran.
3. Media dipandang efektif dalam memindahkan pesan pembelajaran secara searah.
4. Khalayak atau siswa bersifat pasif dan senantiasa menerima secara apa adanya pesan yang disampaikan
oleh media.
5. Peran guru dapat digantikan oleh media dalam suatu proses pembelajaran.
Pendekatan determinisme teknologi memposisikan teknologi sebagai faktor dominan dan berpengaruh dalam
mengubah perilaku komunikasi warga masyarakat. Hadirnya pembelajaran hibrida yang sebagian
memanfaatkan e-learning sebagai pola pembelajaran online dianggap sebagai penentu bagaimanakah
perilaku belajar peserta didik.
Asumsi kaum cyber optimists, yakin bahwa perkembangan teknologi informasi akan menghasilkan pendataran
piramida penguasaan informasi sehingga setiap warga negara akan memiliki informasi yang memadai untuk
mengambil keputusan.
Ada tiga alasan pokok yang menyertai optimisme ini.
Pertama, teknologi informasi ini akan membuka akses lebar-lebar pada semua lapisan masyarakat karena
teknologi informasi ini akan mengurangi secara drastis biaya untuk memperoleh informasi.
Kedua, sekali seseorang memiliki sambungan internet, informasi yang diperlukan untuk keperluan pembuatan
kebijakan politik dan individual akan dengan mudah didapatkan melalui internet.
Ketiga, sifat interaktif media baru ini juga akan memperbaiki tingkat responsiveness dan akuntabilitas berbagai
lembaga politik (termasuk pemerintah) karena warga dan berbagi kelompok sosial yang ada dalam masyarakat
bisa berpartisipasi secara lebih efisien dalam berbagai bentuknya.
2. TIK dalam Pembelajaran
Dari sudut pandang teknologi pendidikan, TIK memang terbukti memiliki sumber daya besar untuk membantu
peningkatan kualitas pembelajaran.
Kehadiran TIK sebagai media pembelajaran banyak membantu guru dalam berbagai hal, antara lain:
- Meningkat interaksi.
- Pembelajaran menjadi lebih menarik
- Pengelolaan pembelajaran lebih efektif dan efisien.
- Meningkatkan kualitas pembelajaran
- Proses pembelajaran dapat dilaksanakan di mana pun dan kapan pun.
MBrebes Ngrangkum
28

- Menimbulkan sikap positif siswa terhadap proses pembelajaran.


TIK itu sendiri juga bisa berfungsi sebagai media pembelajaran, yaitu apa yang dikenal sebagai media baru yang
berbasis pada web.
Sebagai media yang terkoneksi dengan internet (jaringan) TIK berperan
memberikan kontribusi pada pembelajaran, antara lain:
- Mampu memberikan layanan informasi pembelajararan berbasis internet.
- Menjadi media dalam model pembelajaran berbasis web (online)
- Menjadi media dalam penyelenggaraan e-learning.
- Menjadi media dalam sistem pendidikan dan pembelajaran jarak jauh
3. Contoh Pembelajaran Berbasis Web
Manifestasi antusiasme siswa pada pembelajaran berbasis web tercermin pada:
(1) Memudahkan guru dan siswa dalam mencari sumber belajar alternative;
(2) Bagi siswa dapat memperjelas materi yang telah disampaikan oleh guru, karena disamping disertai gambar
juga ada animasi menarik;
(3) Cara belajar lebih efisien;
(4) Wawasan bertambah;
(5) Mengetahui dan mengikuti perkembangan materi dan info-info lain yang berhubungan dengan bidang
studi; dan
(6) Membantu siswa melek ICT.
Argumen kubu cyber optimists jika menginginkan terelaisasinya obsesi positif kehadiran media baru, maka
memang perlu adanya transformasi kultur bagi penggunanya.
4. Media Pembelajaran
Fungsi komplementer media online mulai ada kecenderungan mendominasi, dan lambat tapi pasti mulai
mengganti peran media dan sumber belajar lama. Salah satu faktor penyebabnya adalah tawaran sumber daya
yang dimiliki media baru ini memang semakin menarik pengguna, seperti lebih praktis, murah, mudah, dan
cepat akses.

97
Disajikan narasi pembelajaran, mahasiswa dapat menentukan unsur-unsur pembelajaran
berdasarkan saintifik

98
Disajikan deskripsi pembelajaran, mahasiswa dapat menentukan teknik guru dalam menstimulasi
siswa untuk bertanya dalam pembelajaran berdasarkan pendekatan saintifik

99
Diberikan contoh-contoh aktifitas guru di dalam kelas dalam pembelajaran, mahasiswa mampu
mengidentifikasi langkah yang tepat dalam pengembangan kemampuan penalaran siswa.
2. Kriteria Pendekatan Scientific
Berikut ini tujuh (7) kriteria sebuah pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai pembelajaran
scientific, yaitu:

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau
penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-
merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

MBrebes Ngrangkum
29

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi,
memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan,
dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola
berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah,
yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan proses
pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi.
3. Langkah-langkah Pendekatan Scientific
a. Mengamati (observasi)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode
ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan
tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa
ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan
mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81A/2013,
hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan
pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta
didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca,
mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah
melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
b. Menanya (Questioning)
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya
mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik
untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit
sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih
abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di
mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk
mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara
mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan
rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat
dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam
dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai
sumber yang beragam.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud
Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa
yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai
dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang
diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar
sepanjang hayat.
c. Mengumpulkan Informasi
Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan
dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu
peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih
teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam
Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui
eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara
MBrebes Ngrangkum
30

dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap
teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan
belajar sepanjang hayat.
d. Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar
Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah
dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/ eksperimen maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang
bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari
solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.
Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan
pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan
sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan
berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas
fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas
menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk
pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada
kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian
memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak,
pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah
tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.
e. Menarik kesimpulan
Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari
kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan
berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok,
atau secara individual membuat kesimpulan.
f. Mengkomunikasikan
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau
menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan
pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau
kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran
sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti,
toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan
mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

4. Fungsi dan Peranan Pendekatan Scientific


Adapun fungsi dan peranan dari pendekatan scientific adalah:
1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik
3. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu
kebutuhan
4. Untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi
5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah
6. Untuk mengembangkan karakter siswa
5. Contoh Pembelajaran Pendekatan Scientific
A. Mengamati
Dalam penyajian pembelajaran, guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, melalui
kegiatan pengamatan. Mengingat peserta didik masih berada dalam tahap konkrit menuju abstrak, maka
MBrebes Ngrangkum
31

pengamatan akan lebih banyak menggunakan media gambar, alat peraga yang sedapat mungkin bersifat
kontektual. Contohnya siswa mengamati gambar berupa lingkaran yang telah dibagikan oleh guru.
Kemudian siswa diajak untuk mengidentifikasi tentang ciri-ciri dan unsur-unsur lingkaran.
B. Menanya
Guru yang efektif seharusnya mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan
mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu
pula ia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab
pertanyaan peserta didik, ketika itu pula ia mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan pembelajar
yang baik. Contohnya ketika siswa telah mengamati lingkaran, kemudian guru bertanya apakah ciri-ciri dan
unsur-unsur lingkaran yang dapat kalian temukan?
C. Menalar
Apabila dikaitkan dengan contoh diatas, maka istilah menalar dalam kerangka proses pembelajaran
dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 adalah untuk menggambarkan bahwa guru
dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik
harus lebih aktif daripada guru. Contohnya siswa berada dalam kelompok kecil kemudian diperintahkan
untuk menentukan benda-benda berbentuk lingkaran yang ada disekitar mereka, menentukan unsur-
unsur lingkaran dari benda tersebut kemudian mencarikan rumus luas dari lingkaran bersama-sama.
D. Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan,
terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Contohnya siswa diberikaan lembar kerja, kemudian
diperintahkan untuk membagi lingkaran menjadi 8 bagian sama besar. setelah itu, siswa diperintahkan
untuk mengikuti langkah-langkah kerja yang sudah terdapat didalam lembar kerja.
E. Mengolah
Pada tahap mengolah ini peserta didik sedapat mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif. Pada
pembelajaran kolaboratif, fungsi guru lebih bersifat sebagai manager belajar, sebaliknya peserta didiklah
yang harus lebih aktif. Contohnya setelah siswa selesai melakukan semua langkah-langkah kerja yang
terdapat dalam lembar kerja, peserta didik secara bersama-sama saling bekerja sama, saling membantu
menyelesaikan tugas yang telah diberikan.
F. Menyimpulkan
Kegiatan menyimpulkan merupakan kegiatan lanjutan dari tahap mengolah, kegiatan ini bisa dilakukan
bersama-sama dengan teman sekelompok atau bisa juga dikerjakan sendiri. Mendengarkan hasil
mengolah informasi. Contohnya setelah semua langkah-langkah kerja dalam lembar kerja selesai
dikerjakan, siswa dapat menyimpulkan apa yang telah mereka dapatkan.
G. Menyajikan
Hasil tugas yang telah dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan
tertulis dan dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio kelompok atau individu namun
sebelumnya harus dikonsultasikan terlebih dahulu kepada guru.pada tahap ini meskipun togas ini
dikerjakan secara berkelompok, tetapi sebaiknya hasil pencatatan dilakukan oleh masing-masing individu.
Sehingga portofolio yang dimasukan dalam file atau map peserta didik terisi dari pekerjaannya sendiri
secara individu.
H. Mengkomunikasikan
Pada kegiatan ini, peserta didik diharapkan dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun
baik secara bersama-sama dalam kelompok ataupun secara individu dari hasil kesimpulan yang telah
dibuat bersama. Kegiatan mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru supaya peserta
didik mengetahui secara benar apakah jawaban yang mereka kerjakan sudah benar atau ada yang harus
diperbaiki. Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan konfirmasi sebagaimana pada standar proses.

MBrebes Ngrangkum
32

92
Disajikan rumusan KI, KD, dan IPK, mahasiswa mampu menentukan sumber belajar konvensional
dan berbasis IT yang relevan
B. Integrasi Teknologi dan Media Dalam pembelajaran Abad 21
Kegiatan pembelajaran di era digital dilakukan di dalam atau di luar kelas dimana teknologi berbasis komputer
merupakan komponen pembelajaran yang mudah diakses dan dapat dipakai untuk menemukan sumber
belajar.
Ada dua bentuk kegiatan belajar yang dapat dilakukan dgn memanfaatkan media digital berbasis komputer :
1. Interactive tools
Interactive tools atau media peralatan interaktif. Peserta didik di era digital menggunakan perangkat nirkabel
bergerak (internet) dengan berbagai cara di dalam dan di luar aturan sekolah yaitu dengan memanfaatkan
teknologi dan media informasi internet kapanpun dandimanapun saat diperlukan.
2. Interacting with others
Interacting with others (berinteraksi dengan orang lain).Penggunaan media komputer berbasis internet
memudahkan siswa untuk mencari sumber belajar dengan mudah dan cepat dimanapun dan kapanpun.
C. Pemanfaatan Teknologi dan Media Informasi Dalam Pembelajaran Abad 21
Beberapa kemampuan yang dapat dikembangkan guru untuk menunjukkan potensinya terkait tugas dan
perannya di era digital yaitu sebagai berikut:
1. Interactive Instruction (Pembelajaran Interaktif)
Pembelajaran ini menunjukkan bahwa kegiatan seorang guru di era digital berisi presentasi yang kaya
akanmedia interaktif.
2. Personal Response System (PRS)
Guru dalam pembelajaran berbasis digital menggunakan perangkat digital handlehand, seperti personal
response system (PRS) atau biasa disebut sebagai “Clicker.” PRS merupakan sebuah keypad wireless (tanpa
kabel) seperti remot TV yang mentransmisikan respon dari siswa. Karena setiap PRS diperuntukkan pada siswa
yang ditunjuk, maka sistem PRS dapat digunakan untuk mengecek kehadiran/presensi siswa. Manfaat utama
PRS adalah untuk mengetahui setiap respon dari siswa dalam berbagai macam keadaan.
3. Mobile Assessment Tools
Weinsteinmengemukakan sumber komputasi seluler (mobile computing resources) memungkinkan guru untuk
merekam data assessmen siswa secara langsung dalam perangkat seluler (mobile Device) yang mentransfer
data ke komputer untuk membuat laporan.
4. Community of Practice (Komunitas Praktik)
Guru di era digital juga berpartisipasi dalam kegiatan community of practice(COP), dimana kelompok guru
ataupendidik yang mempunyai tujuan sama dari seluruh penjuru dunia saling berbagi ide dan sumber daya.
Terdapat Standar Teknologi Pendidikan Nasional untuk Guru (National Educational Technology Standards for
Teacher/NETS-T) yang memberikan lima pedoman dasar untuk menjadi guru digital, yaitu:
1. Memfasilitasi dan Menginspirasi Pembelajaran dan Kreativitas Siswa.
2. Merancang dan Mengembangkan Pengalaman dan Penilaian Pembelajaran Digital-Age.
3. Model Kerja dan Belajar Digital-Age.
4. Mempromosikan dan Model Digital Citizenship dan Tanggung Jawab.
5. Terlibat dalam Pertumbuhan Profesional dan Kepemimpinan.

101
Diberikan contoh-contoh aktifitas guru di dalam kelas dalam pembelajaran, mahasiswa mampu
mengidentifikasi langkah yang tepat dalam penerapan pembelajaran untuk mencapai abad 21
A. Prinsip-prinsip Pembelajaran Efektif abad ke 21
Ada 8 prinsip pembelajaran yang efektif yaitu:
1. Mengkaji pengetahuan sebelumnya

MBrebes Ngrangkum
33

2. Mempertimbangkan perbedaan individual


3. Sesuai dengan tujuan negara (state objectives)
4. Mengembangkan ketrampilan metakognisi
5. Memberikan interaksi sosial
6. Menggabungkan konteks yang realistik
7. Melibatkan siswa dalam konteks yang relevan
8. Pemberian umpan balik yang sering, tepat waktu, dan konstruktif.
Keaktifan siswa dapat dicapai apabila guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator.
Pembelajaran efektif adalah proses pembelajaran dengan memanfaatkan tenologi digital dan media online
sebagai sumber pembelajaran dalam upaya mengaktifkan siswa. Artinya pembelajaran harus ramah teknologi,
mendorong kesadaran global, dan yang terpenting tidak menjadikan agama sebagai barrier (penghalang)
kemajuan global.
B. Strategi Pembelajaran Abad ke 21
1. Strategi pembelajaran abad ke 21
Ada empat fase proses adopsi dan adaptasi guru dalam pemebelajaran abad 21 diantaranya:
(1) berkecimpung (dabbling), yaitu berkecimpung dengan teknologi yaitu dengan cara menambahkan
teknologi ke beberapa situasi belajar secara acak.
(2) melakukan hal-hal lama dengan cara lama (old things in old ways), teknologi digunakan untuk melakukan
hal-hal lama dengan cara lama seperti ketika guru menampilkan catatan belajar di PowerPoint dari pada
menggunakan OHP (tranparancy overhead).
(3) melakukan hal-hal lama dengan cara-cara baru (old things in new ways), melakukan hal-hal lama dengan
cara baru dimana teknologi mulai digunakan, seperti ketika guru menggunakan model 3D Virtual untuk
mendemonstrasikan struktur sebuah senyawa.
(4) melakukan hal-hal baru dengan cara-cara baru (doing new things in new ways), melakukan hal-hal baru
dengan cara-cara baru yang sepenuhnya memanfaatkan kekuatan teknologi dan media.
Guna mewujudkan model pembelajaran yang relevan dan kondusif untuk menyiapkan siswa menjadi warga
negara masyarakat gobal yang melek informasi dan pengetahuan abad 21, maka diperlukan strategi
pembelajaran sebagai berikut.
a. Fokus pembelajaran pada praktik belajar lebih dalam (deeper learning) dan belajar kemitraan baru.
b. Strategi pembelajaran mengaplikasikan strategi pedagogi yang mendukung praktik deeper learning dan
kemitraan baru.
c. Pembelajaran langsung ke arah model pembelajaran penemuan (inquiry based model).
d. Pemanfaatan teknologi diarahkan pada upaya membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan
teknologis sebagai bagian dari kompetensi abad 21.
e. Pendidikan informal dan belajar pengalaman berperan penting dalam mengembangkan kompetensi
peserta didik.
f. Assesmen dilakukan dengan pendekatan pedagogik transformatif.
g. Dukungan infrastruktur pembelajaran berperan penting dalam pencapaian kompetensi abad 21.
Ada 10 tipe dari strategi instruksional pembelajaran yang biasa digunakan di kelas diantaranya:
a. Presentation (Presentasi)
b. Demontrastion (Demonstrasi)
c. Drill and Practice (Latihan terus menerus dan Praktik)
d. Tutorial
e. Discussion (Diskusi)
f. Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)
g. Problem-Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)
h. Games (Permainan)
i. Simulations (Simulasi)
j. Discovery (Penemuan)
Desain pembelajaran yang bisa dikembangkan pada pembelajaran abad 21 diantaranya:
a. Project Based Learning
b. Project Oriented Learning
c. Problem Based Learning
d. Cooperative Learning

MBrebes Ngrangkum
34

96
Disajikan RPP yang memanfaatkan teknologi dan media informasi abad 21, peserta mampu
menemukan RPP yang paling tepat
2. Menyusun rancangan pembelajaran Abad ke 21.
Perancangan pembelajaran bisa dimulai dari aspek perilaku (performance) atau dari aspek keterangan
(informasi). Jika berawal dari pendekatan perilaku maka perancang harus terlebih dahulu menentukan hal-hal
yang dapat dikerjakan oleh siswa dan hal-hal yang seharusnya mereka kerjakan. Jika memulai dari pendekatan
informasi maka perancang harus menentukan pengetahuan atau informasi yang ada dan yang diinginkan oleh
peserta didik.
Rancangan pembelajaran yang harus disiapkan mencakup tiga hal pokok yaitu meliputi tujuan pembelajaran,
inti materi pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
Guru dalam menyusun tujuan pembelajaran berdasarkan pada kurikulum dengan mengembangkan KI dan KD
dan disesuaikan dengan lingkungan sosial siswa dalam kehidupan sehari-hari. Inti pembelajaran
dikembangkan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berdasarkan pada kurikulum yang
digunakan. Sementara evaluasi disusun untuk melihat keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan serta
melakukan umpan balik refleksi kegiatan pembeljaran yang teah dilakukan.
Guru dapat mengembangkan potensi siswa melalui tugas-tugas yang dapat dikerjakan menggunakan teknologi
berbasis komputer dan dapat memanfaatkan media online sebagai alat untuk menemukan sumber belajar.
Pembelajaran abad ke 21 memiliki karakteristik yang khas yaitu komunikatif digital, informasi bersifat sangat
dinamis, informasi tersedia di mana saja, dan informasi tidak selalu valid.
Standar Teknologi Pendidikan Nasional untuk siswa (National Educational Technology Standards for
Students/NETS-S):
1. Kreativitas dan inovasi
2. Komunikasi dan Kolaborasi
3. Penelitian dan kelancaran Informasi
4. Berpikir Kritis, Pemecahan Masalah, dan Pembuatan Keputusan
5. Kewarganegaraan Digital (Digital Citizenship)
6. Operasi Teknologi dan Konsep
C. Prinsip-prinsip Penilaian Efektif pada Pembelajaran Abad ke 21
1. Penilaian Autentik
Penilaian autentik meminta siswa untuk menggunakan proses yang sesuai dengan isi materi dan keterampilan
yang sedang dipelajari dan digunakan siswa pada dunia nyata.
Penilain autentik dengan menggunakan daftar ceklist, skala sikap, daftar periksa peringkat produk, dan rubrik.
2. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio digunakan untuk menilai produk yang berwujud seperti prestasi dalam hal analisis,
sintaksis, dan evaluasi.
3. Penilaian Tradisional
Penilaian tradisional meliputi soal pilihan ganda, mengisi bagian yang kosong, isian singkat, benar salah, dan
isian singkat.
A. Membedakan Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi
1. Pengukuran
Pengukuran dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata measurement yang diartikan sebagai kegiatan yang
dilakukan untuk mengukur sesuatu, yakni membandingkan sesuatu dengan kriteria/ukuran tertentu atau
proses pemasangan fakta-fakta suatu obyek ukur dengan satuan-satuan ukuran tertentu.
Pengukuran adalah suatu proses untuk menentukan kuantitas dari suatu obyek.
Mengukur adalah memberikan angka pada fakta yang diukur yang diwujudkan dalam bentuk simbol angka
atau bilangan yang ditujukan kepada sesuatu atau objek yang diukur.
Penentuan angka ini merupakan usaha untuk menggambarkan karakteristik suatu obyek dari kemampuan
seseorang dalam bidang tertentu yang dinyatakan dengan angka.

MBrebes Ngrangkum
35

Pensekoran adalah suatu proses mengubah jawaban instrumen mejadi angka-angka yang merupakan data
kuantitatif dari suatu jawaban terhadap item (butir) dalam instrumen.
Sekor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-
angka bagi setiap butir (item) yang oleh siswa telah dijawab betul.
Pengukuran dalam bidang pendidikan atau proses belajar mengajar adalah kegiatan pengukuran yang
diarahkan untuk melihat potensi atau kemampuan, baik kemampuan dasar maupun kemampuan sebagai hasil
belajar (achievement) yang dimiliki oleh siswa.
Dalam proses pengukuran, guru menggunakan alat ukur atau instrumen tes atau non-tes.

102
Disajikan deskripsi tentang konsep dasar pengukuran, mahasiswa dapat mengambil kesimpulan
tentang pengertian, ciri, tujuan, dan manfaat penilaian pembelajaran
2. Penilaian
Penilaian dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata assessment yang diartikan menilai sesuatu atau dapat
diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek.
Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria
tertentu.
Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan bentuk kualitatif kepada atribut atau karakteristik
seseorang, kelompok atau obyek berdasarkan suatu kriteria tertentu dalam rangka menafsirkan hasil
pengukuran sehingga sehingga tampak jelas posisi atau keadaannya.
Pengukuran merupakan langkah awal yang perlu diambil dalam rangka pelaksanaan penilaian dan evaluasi.
Nilai adalah angka atau huruf yang melambangkan seberapa jauh atau seberapa besar kemampuan yang telah
ditunjukan oleh siswa terhadap materi atau bahan yang di teskan sesuai dengan indikator yang telah
ditentukan.

103
Disajikan deskripsi tentang konsep dasar pengukuran, mahasiswa dapat mengambil kesimpulan
tentang pengertian, ciri, tujuan, dan manfaat evaluasi pembelajaran
3. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang diartikan suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu yang berakhir dengan mengambil suatu keputusan atau dapat dikatakan pula
evaluasi terhadap data yang dikumpulkan dari hasil penilaian (assessment).
Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar, dan di dalamnya berlangsung proses komunikasi atau interaksi antara
siswa dengan guru serta antar siswa dalam rangka ada perubahan sikap dan tingkah laku siswa.
Evaluasi pembelajaran adalah kegiatan atau proses untuk menentukan sampai sejauh mana kegiatan
pembelajaran telah mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan atau dapat diartikan pula sebagai suatu
tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari hal-hal yang berkaiatan dengan kegiatan
pembelajaran, dan yang berakhir dengan pengambilan keputusan.
B. Tujuan Evaluasi
1. Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan, sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau kemajuan
yang dialami siswa setelah mengikuti pembelajaran dalam waktu tertentu.
2. Untuk mengetahui tingkat efektifitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
3. Memotivasi siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya.
4. Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidak berhasilan peserta didik.
C. Fungsi Evaluasi
1. Untuk mengukur kemajuan perkembangan siswa dan
2. menunjang penyusunan rencana pembelajaran berikutnya serta memperbaiki pembelajaran yang ada,
3. untuk memenuhi kebutuhan psikologis, didaktik dan administratif.
MBrebes Ngrangkum
36

Memenuhi kebutuhan psikologis:


a. Bagi peserta didik hasil evaluasi dapat menjadi pedoman untuk mengetahui kapasitas dan status dirinya
ditengah kelompoknya.
b. Bagi pendidik hasil evaluasi sebagai bahan umpan balik selain dapat mengetahui sampai sejauhmana
keberhasilannya dalam pembelajaran, juga sebagai perbaikan untuk perencanaan pembelajaran
berikutnya.
Memenuhi kebutuhan didaktik dimaksud :
a. dapat menilai hasil usaha yang telah dilakukan oleh peserta didiknya dan
b. mengetahui posisi peserta didiknya ditengah kelompoknya, serta
c. menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memerlukannya.
d. memberikan petunjuk tentang sejauh mana program pengajaran yang telah ditentukan telah dapat dicapai.
Memenuhi kebutuhan administratif :
a. sebagai bahan laporan mengenai perkembangan dan kemajuan peserta didik dalam bentuk rapor yang
disampaikan kepada orang tua, dan
b. nilai-nilai hasil evaluasi sangat penting pula sebagai bagian dalam mengambil suatu keputusan dalam
pendidikan.
c. dapat mengetahui gambaran keberhasilan proses pembelajaran berdasarkan hasil-hasil belajar peserta
didik.
D. Prinsip Prinsip Evaluasi
1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.
objekativitas dapat mempengaruhi penilaian pada saat pelaksanaan.
2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan
pembelajaran, dan berkesinambungan
3. Holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dan
dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai
peserta didik.
4. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.
5. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses
oleh semua pihak.
6. Valid, berarti penilaian harus mampu mengukur kompetensi hasil belajar sesuai dengan indikator yang
sudah ditetapkan sehingga penilaian tersebut tepat sasaran
7. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan
8. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun
eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.
9. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
E. Obyek Evaluasi Hasil Belajar
Sesuai dengan prinsip menyeluruh (holistik) dalam evaluasi, maka obyek hasil belajar meliputi ranah : kognitif,
afektif dan psikomotorik.
1. Ranah Kognitif
Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak, berupa :
a. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge) adalah yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti
atau dapat menggunakannya.
b. Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami
atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus
menghubungkannya dengan hal-hal lain.
c. Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-
ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip dan teori-teori dalam situasi baru dan konkrit.
d. Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi
atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya.
e. Evaluasi/penghargaan/evaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk menilai ketepatan: teori, prinsip,
metoda, prosedur untuk menyelesaikan masalah tertentu.
f. Kreatif adalah kemampuan mengambil informasi yang telah dipelajari dan melakukan sesuatu atau
membuat sesuatu yang berbeda dengan informasi itu.

MBrebes Ngrangkum
37

2. Ranah Afektif
Domain afektif terdiri atas beberapa jenjang kemampuan, yaitu :
a. Kemauan menerima (receiving), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk peka
terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu.
b. Menanggapi/menjawab(responding), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk tidak
hanya peka pada suatu fenomena tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara.
c. Menilai (valuing), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menilai suatu objek,
fenomena atau tingkah laku tertentu secara konsisten.
d. Organisasi (organization) adalah jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menyatukan
nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai.
e. Menghayati (characterization) adalah kemampuan seseorang untuk memiliki sistem nilai yang telah
mengontrol tingkah lakunya dalam waktu yang cukup lama dan menjadi suatu pilosofi hidup yang mapan.
3. Ranah Psikomotorik :
a. Persepsi (perception) mencakup kemampuan mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua atau lebih
perangsang menurut ciri-ciri fisiknya.
b. Kesiapan (set) yakni menempatkan diri dalam keadaan akan memulai suatu gerakan.
c. Gerakan terbiasa (mechanical response) berupa kemampuan melakukan gerakan dengan lancar karena
latihan cukup.
d. Gerakan kompleks (complex response) mencakup kemampuan melaksanakan keterampilan yang meliputi
beberapa komponen dengan lancar, tepat, urut, dan efisien.
e. Penyesuaian polagerakan (adjusment) yaitu kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola
gerakan sesuai kondisi yang dihadapi.
f. Kreativitas(creativity) berupa kemampuan untuk menciptakan pola gerakan baru berdasarkan inisiatif dan
prakarsa sendiri.
F. Skala Pengukuran
Dilihat dari bentuk data yang diperoleh melalui pengukuran, maka skala pengukuran dapat dibagi menjadi
empat macam, yaitu:
1. Skala nominal
Skala nominal adalah skala yang bersifat kategorikal, jenis datanya hanya menunjukkan perbedaan antara
kelompok satu dengan kelompok lainnya
2. Skala ordinal
Skala ordinal merupakan hasil pengelompokan data dalam bentuk urutan atau jenjang, dimana jarak antara
satu data dengan data yang lain tidak sama.
3. Skala interval
Skala interval adalah skala yang mempunyai jarak yang sama antara satu data dengan data yang lain, oleh
karena itu data interval dapat dioperasikan dengan operasi hitungan, namun tidak memiliki angka 0 mutlak.
4. Skala rasio
Skala rasio, sebagaimana skala ordinal menunjukan adanya tingkatan atribut dan sebagaimana skala interval
mempunyai jarak yang sama antara satu angka dengan angka yang lainnya, hanya untuk skala rasio memiliki
harga 0 mutlak.
G. Acuan Penilaian
Dilihat dari kegiatan penilaian pembelajaran dapat merujuk pada dua macam acuan yakni penilaian acuan
norma (norm reference test) dan penilaian acuan kriteria/patokan (criterion reference test).
1. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Penilaian acuan patokan dalam penentuan nilai menggunakan standar mutlak atau standar absolut atau
mengacu pada kriterium atau patokan.
Hasil penilaian peserta didik, baik formatif maupun sumatif, tidak dibandingkan dengan hasil peserta didik
lainnya namun dibandingkan dengan penguasaan kompetensi yang diputuskan yaitu dengan kriteria
ketuntasan minimal (KKM).
Tujuan penilaian acuan patokan adalah untuk mengukur secara pasti tujuan atau kompetensi yang ditetapkan
sebagai kriteria keberhasilannya.

MBrebes Ngrangkum
38

2. Penialaian Acuan Norma (PAN)


Penilaian acuan norma atau dikenal dengan penilaian beracuan kelompok dalam penentuan nilai menggunakan
standar relatif.
Skor mentah hasil tes peserta didik dibandingkan dengan sekor mentah yang dicapai oleh peserta didik lainnya
dalam satu kelompok. Berati kualitas peserta tes sangat tergantung kepada atau sangat ditentukan oleh
kualitas kelompoknya,
1) Langkah-langkah pengubahan sekor mentah menjadi nilai:
a) Diketahui skor mentah siswa
b) Hitung mean
c) Hitung SD
d) Mengubah skor mentah menjadi nilai
2) Berbagai Jenis Nilai Standar, dapat dipilih sesuai kebutuhan:
a) Nilai standar berskala 5
b) Nilai standar berskala 9
c) Nilai standar berskala 11
d) Nilai standar Z
e) Nilai standar T
H. Tes
Tes adalah alat ukur yang disusun secara sistematis, digunakan dalam rangka kegiatan pengukuran yaitu untuk
mengukur karakteristik orang atau obyek tertentu dengan ketentuan atau cara yang sudah ditentukan.
Tes digunakan untuk mendapatkan informasi atau data-data dari subjek yang diukur dan dinilai, dan hasil tes
peserta didik tersebut diberi sekor dan nilai.
Penggolangan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan peserta didik, yaitu
1. tes seleksi,
2. tes awal,
3. tes akhir,
4. tes diagnostik,
5. tes formatif.
Tes ditinjau dari bidang psikologi yaitu
1. tes intelegensi,
2. tes prestasi belajar,
3. tes bakat,
4. tes kepribadian.
Tes berdasarkan jumlah peserta didik yaitu :
1. tes kelompok dan
2. tes perorangan
Tes berdasarkan penyusunannya yaitu :
1. tes baku dan
2. tes buatan guru.
Tes ditinjau dari waktu yaitu :
1. tes kemampuan (power test) dan
2. tes kecepatan (speed tes).
Penggolongan tes ditinjau dari segi responnya, yaitu :
1. verbal test dan
2. nonverbal test.
Penggolongan tes ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya, yaitu
1. tes tertulis,
2. tes lisan dan
3. tes perbuatan.

MBrebes Ngrangkum
39

1. Tes Tertulis
Tes tertulis atau sering disebut paper and pencil test adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik
dalam bentuk tertulis. Tes tertulis ada dua bentuk, yaitu
a. bentuk uraian (essay)
Tes uraian (essay test) sering disebut bentuk tes subyektif (subjective test) adalah salah satu jenis tes hasil
belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat uraian kata-kata atau pembahasan.
1. Tes uraian (essay test) atau tes subyektif, memiliki karakteristik:
1) Berbentuk pertanyaan atau perintah yg menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yg
umumnya cukup panjang.
2) Menuntut testee utk memberikan penjelasan, komentar, penafsiran, dsb
3) Jumlah butir terbatas berkisar lima sampai dgn sepuluh
4) Umumnya butir-butir soal tes uraian itu diawali dengan kata-kata jelaskan, mengapa, bagaimana atau kata-
kata lain yg serupa dengan itu
2. Ketepatan penggunaan tes uraian :
1) Digunakan untuk mengungkap daya ingat atau pemahaman testee terhadap materi pelajaran, juga untuk
mengungkap kemampuan dlm memahami berbagai macam konsep berikut aplikasinya
2) Jumlah testee terbatas
3. Keunggulan dan kelemahan tes uraian :
1) Keunggulannya :
a. Tes uraian dalam penyusunannya dan pelaksanaan dapat dilakukan mudah dan cepat, dan
b. dapat dicegah spekulasi dalam menjawab soal,
c. dapat mengetahui tingkat kedalaman dan penguasaan materi tsetee, dan
d. testee termotivasi untuk berani mengungkapkan pendapatnya.
2) Kelemahannya:
a. Kurang mencakup dan mewakili isi materi,
b. pengoreksian cukup sulit dan memerlukan waktu lebih panjang,
c. kecenderungan subyektif dalam penskoran,
d. pengkoreksian menjadi sulit diserahkan kepada orang lain,
e. validitas dan reliabilitas tes umumnya rendah
4. Petunjuk operasional dlm penyusunan tes uraian
1) Butir-butir soal mencakup ide-ide pokok
2) Susunan kalimat soal berlainan dengan yang terdapat dalam buku
3) Dibuat kunci jawabannya dan pedoman penilaiannya.
4) Pertanyaan-pertanyaan dibuat variasi
5) Kalimat soal disusun secara ringkas, padat dan jelas
6) Ada pedoman cara mengerjakan dan menjawab butir-butir soal
5. Penggolan tes uraian dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu
1) Tes Uraian Terbatas
Dalam menjawab tes uraian terbatas ini, testee mengemukakan jawaban yang sifatnya sudah terarah
(dibatasi).
2) Uraian Bebas
Pada tes uraian terbuka testee (peserta tes) bebas dalam mengemukakan jawaban atau pendapatnya yang luas
dan menyeluruh.
b. bentuk objektif (objective).
Tes obyektif adalah tes hasil belajar yg terdiri dari butir-butir soal yg dapat dijawab testee (peserta tes) dgn
jalan memilih salah satu (atau lebih) diantara beberapa kemungkinan jawaban yg dipasangkan pada masing-
masing items atau dengan jalan menuliskan jawabannya berupa kata-kata/ simbol tertentu pd tempat yg telah
disediakan.
1) Ketepatan penggunaan tes obyektif:
Dapat dipergunakan pada peserta tes yang cukup banyak,

MBrebes Ngrangkum
40

2) Keunggulan dan kelemahan tes obyektif:


a) Keunggulanya:
1. Tes obyektif lebih representatif mewakili materi,
2. memungkinkan menjadi lebih obyektif,
3. dalam mengoreksi menjadi lebih mudah,
4. pengoreksian dapat dibantu orang atau dengan jasa komputer, dan
5. butir-butir soal lebih mudah dianalisis.
b) Kelemahannya:
1. Menyusunnya tes obyektif lebih sulit,
2. kurang dapat mengukur proses berfikir yg tinggi, dan
3. testee (peserta tes) terbuka untuk spekulasi dalam menjawab soal, dan
4. mebuka kesempatan testee bekerja sama.
3) Petunjuk operasional penyusunan tes obyektif
a. Testeer (pendidik) harus sering berlatih dalam menyusun tes obyektif,
b. Sebelum diujikan dilakukan analisa item (butir) pada butir soal.
c. Menggunakan tabel spesifikasi soal/kisi-kisi soal,
d. menyusun kalimatnya sederhana ringkas dan jelas,
e. soal disusun agar tidak menimbulkan penafsiran ganda, dan
f. dalam merumuskan kalimat hendaknya menggunakan tanda baca dan ditulis secara benar, serta
g. adanya pedoman atau kunci jawaban.
4) Penggolongan tes obyektif, dibedakan menjadi, bentuk: tes benar salah (true false), tes pilihan ganda
(multiple choice), tes menjodohkan (matching), tes melengkapi (completion), dan tes jawaban singkat.
a) Benar Salah (B – S)
Tes benar salah adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Salah
satu fungsi bentuk soal benar-salah adalah untuk membedakan antara fakta dengan pendapat.
b) Pilihan Ganda
Tes pilihan ganda adalah suatu bentuk tes yang itemnya terdiri atas suatu pernyataan yang belum lengkap.
c) Menjodohkan
Tes menjodohkan adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari dua kolom yang pararel, yang satu kolom terdiri
atas keterangan atau pernyataan, sedangkan kolom yang satunya terdiri atas jawaban terhadap pernyataan
yang terdapat pada kolom yang lainnya.
d) Melengkapi
Tes melengkapi adalah suatu pernyataan yang belum lengkap yang meminta siswa siswi untuk melengkapinya
dengan satu atau dua kata yang benar.
e) Jawaban Singkat
Tes jawaban singkat adalah tes isian tertulis yang menuntut siswa untuk mengisikan perkataan, ungkapan atau
kalimat pendek sebagai jawaban terhadap kalimat yang tidak lengkap, atau jawaban atas suatu pernyataan
atau jawaban atas asosiasi yang harus dilakukan.
2. Tes Lisan
Tes lisan digunakan untuk mengukur aspek yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi (communication
skill), yang digunakan untuk menguji peserta didik , baik secara individual maupun secara kelompok.
Untuk menghindari terjadinya subyektifitas maka perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tes lisan tersebut yaitu
:
a. Persiapkan instrumen (tes) tersebut beserta kunci jawabannya.
b. Segera laksanakan scoring pada setiap jawaban testee, dengan memperhatikan kelengkapan jawaban,
kelancaran dalam mengemukakan jawaban dan kebenaran jawaban serta kemampuan dalam
mempertahankan pendapat atau jawabannya
c. Selanjutnya diukur berapa persen (%), pertanyaan-pertanyaan yang sudah dijawab dengan benar oleh
testee.
d. Guru tetap fokus untuk mempertahankan situasi evaluasi dalam pelaksanaan tes lisan dari awal
pelaksanaan sampai akhir pelaksanaan tes tersebut.

MBrebes Ngrangkum
41

3. Tes Perbuatan
Performance Assesment, Project Asessment, Product Assessment
Tes perbuatan atau tes praktik adalah tes yang menuntut respon atau jawaban peserta didik dalam bentuk
perilaku, tindakan, atau perbuatan dan testee (peserta didik) diminta untuk melakukan kegiatan khusus di
bawah pengawasan testeer (pendidik /penguji) yang mengobservasi atau mengamati penampilan atau
kemampuan testee dalam mempraktikannya.
Jika fase kanak pengamatan dilakukan secara keseluruhan dahulu baru di sekor atau dinilai sedangkan jika fase
remaja dapat disekor per-kegiatan dari ketrampilan yang diamati baru kemudian dilakukan pensekoran.
Tes perbuatan dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu perkerjaan yang telah selesai dikerjaan oleh
peserta didik, termasuk juga keterampilan dan ketepatan menyelesaikan suatu pekerjaan, kecepatan dan
kemampuan merencanakan suatu pekerjaan dan hasil/produk yang dihasilkan.
I. Pendekatan Penilaian
Penilaian dilaksanakan melalui tiga pendekatan, yaitu assessment of learning (penilaian akhir pembelajaran),
assessment for learning (penilaian untuk pembelajaran), dan assessment as learning (penilaian sebagai
pembelajaran).
Assessment of learning merupakan penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai.
Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui pencapaian hasil belajar setelah peserta didik selesai mengikuti
proses pembelajaran.
Contoh adalah berbagai bentuk penilaian sumatif seperti ulangan akhir semester, ujian sekolah, dan ujian
nasional.
Assessment for learning dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan digunakan sebagai dasar
untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar,
Contoh penilaian formatif, misalnya tugas-tugas di kelas, presentasi, dan kuis.
Assessment as learning mempunyai fungsi yang hampir sama dengan assessment for learning, yaitu berfungsi
sebagai formatif dan dilaksanakan selama prosespembelajaran berlangsung. Perbedaannya, assessment as
learning melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut,
Contoh penilaian terhadap dirinya sendiri (self assessment) dan penilaian antar teman.

104
Disajikan data hasil belajar siswa, mahasiswa dapat menentukan keterhubungan antara objek dan
teknik evaluasi pembelajaran
A. Pengertian Penilaian Authentik
Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang
sesungguhnya.
Makna authentic adalah kondisi nyata atau keadaan sesungguhnya yang berkaitan dengan kemampuan
peserta didik. Penilaian authentik lebih ditekankan pada proses.
B. Macam-Macam Penilaian Authentik
1. Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap:
a. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan
indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi
sejumlah indikator perilaku yang diamati.
b. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan
kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan
berupa lembar penilaian diri.
c. Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling
menilai terkait dengan pencapaian kompetensi.
d. Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan
tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.
e. Wawancara merupakan komunikasi antara dua orang, melibatkan pendidik yang ingin memperoleh
informasi dari peserta didik dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.
MBrebes Ngrangkum
42

2. Teknik dan instrumen penilaian kompetensi keterampilan


a. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau
perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.
b. Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan
pelaporan.
c. Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta
didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan,
prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
3. Teknik dan instrumen penilaian kompetensi pengetahuan
a. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan
uraian.
b. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.
c. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau
kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
C. Penilaian Beroreantasi HOTS
Standar isi diperkaya dengan kebutuhan peserta didik untuk berpikir kritis dan analitis sesuai dengan standar
internasional, standar penilaian memberi ruang pada pengembangan instrumen penilaian yang mengukur
berpikir tingkat tinggi.
Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills /HOTS).
1. Pengertian HOTS
Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir
tingkat tinggi,
Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir
tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate),
atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite).
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif yang menggambarkan
kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah
(problem solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen
(reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.

105
Disajikan contoh-contoh soal, mahasiswa dapat menentukan katagori karakteristik soal HOTS
2. Karakteristik Soal HOTS
a. Mengukur kemampuan tingkat tinggi.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving),
keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen
(reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making).
Adapun kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas:
a) kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar;
b) kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dari berbagai sudut
pandang yang berbeda;
c) menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara cara sebelumnya.
Soal-soal HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi.
b. Berbasis masalah kontekstual.
Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, dimana peserta
didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah.
Ada lima karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat REACT.
a) Relating, asesmen berhubungan langsung dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.

MBrebes Ngrangkum
43

b) Experiencing, ditekankan kepada penggalian (exploration), penemuan (discovery), dan penciptaan


(creation).
c) Applying, menuntut kemampuan peserta didik dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di
dalam kelas untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata.
d) Communicating, menuntut kemampuan peserta didik mampu mengomunikasikan kesimpulan model pada
kesimpulan konteks masalah.
e) Transfering, menuntut kemampuan peserta didik mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam
kelas ke dalam situasi atau konteks baru.
c. Bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan HOTS, sikap dan perilaku positif dari peserta didik,
serta memperbaiki pembelajaran dan berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran
d. Proses penilaiannya dapat pula terintegrasi dengan proses pembelajaran dan bersifat on going
e. Menggunakan bentuk soal yang beragam.

106
Disajikan soal untuk mengukur ranah kognitif, mahasiswa dapat menganalisis soal tersebut
berdasarkan standar HOTS
3. Tingkatan Kognitif
a. Pengetahuan dan Pemahaman (Level 1)
Level kognitif pengetahuan dan pemahaman mencakup dimensi proses berpikir mengetahui (C1) dan
memahami (C2).
Ciri-ciri soal pada level 1 adalah mengukur pengetahuan faktual, konsep, dan procedural.
b. Aplikasi (Level 2)
Level kognitif aplikasi mencakup dimensi proses berpikir menerapkan atau mengaplikasikan (C3).
Ciri-ciri soal pada level 2 adalah mengukur kemampuan:
a) menggunakan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tertentu pada konsep lain dalam mapel
yang sama atau mapel lainnya; atau
b) menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tertentu untuk menyelesaikan masalah
kontekstual (situasi lain).
c. Penalaran (Level 3)
Level penalaran merupakan level kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS), karena untuk menjawab soal-soal
pada level 3 peserta didik harus mampu mengingat, memahami, dan menerapkan pengetahuan faktual,
konseptual, dan prosedural serta memiliki logika dan penalaran yang tinggi untuk memecahkan masalah-
masalah kontekstual (situasi nyata yang tidak rutin).
Level penalaran mencakup dimensi proses berpikir menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mengkreasi (C6).
D. Penyusunan Soal HOTS
Penyusunan soal HOTS yang dilakukan untuk mengukur ranah kognitif , ranah afektif, dan ranah psikomotorik,
dapat dijelaskan dalam uraian berikut ini.
1. Penilaian Kognitif
Dalam penulian soal dituntut untuk dapat menentukan perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi
yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang
diharapkan.
Langkah-langkah penyusunan soal-soal HOTS
a. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
Guru-guru secara mandiri atau melalui forum KKG/MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat
dibuatkan soal-soal HOTS.
b. Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi penulisan soal-soal diperlukan untuk memandu guru dalam:
a) memilih KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
b) merumuskan IPK
MBrebes Ngrangkum
44

c) memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji


d) merumuskan indikator soal
e) menentukan level kognitif
f) Menentukan bentuk soal dan nomor soal
c. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
d. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
e. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
2. Penilaian Afektif
Pada penilaian sikap diasumsikan bahwa setiap peserta didik memiliki perilaku yang baik. Perilaku menonjol
(sangat baik atau perlu bimbingan) yang dijumpai selama proses pembelajaran dapat ditulis dalam bentuk
jurnal atau catatan pendidik.
Teknik penilaian sikap pada Kurikulum 2013 antara lain meliputi: observasi, catatan kejadian tertentu
(incidental record), penilaian antar teman, penilaian diri dan wawancar.
Sikap yaitu dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam
merespon sesuatu/objek.
Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif.
Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek.
Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek.
Komponen konatif adalah kecenderungan atau kesiapan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara
tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
3. Penilaian Keterampilan
Contoh penilaian adalah teknik praktik, produk dan proyek, karena dalam proses tersebut ada critical thinking
dan kreativitas (creativity), ada proses transfer knowledge dan ada proses penyelesaian masalah (problem
solving).
Adapun langkah langkah penilaian kinerja :
a. identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan,
b. tentukan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik,
c. usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur,
d. definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur,
e. urutan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati.
E. Peran Soal HOTS
1. Mempersiapkan kompetensi peserta didik menyongsong abad ke-21.
2. Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah, dalam penilaian guru diharapkan dapat
mengembangkan soal-soal HOTS secara kreatif sesuai dengan situasi dan kondisi di daerahnya masing-
masing.
3. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik kemudian hendaknya pendidikan formal di sekolah dapat
menjawab tantangan di masyarakat sehari hari.
4. Meningkatkan mutu Penilaian, karena penilaian yang berkualitas akan dapat meningkatkan mutu
pendidikan.

107
Disajikan data soal yang sudah diujicobakan, mahasiswa dapat menganalisis butir soal untuk
menentukan tingkat validitas dan reliabilitas soal
3) Analisis Perangkat Soal
Analisis perangkat soal dimaksud yaitu validitas dan reliabilitas instrumen.
Instrumen yang valid yaitu sahih, yang mampu mengukur sejauh mana ketepatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya.
Reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya yang memiliki daya
keajegan yang tinggi.

MBrebes Ngrangkum
45

a) Pengujian Validitas Tes Hasil Belajar


Validitas suatu instrumen didalamnya mempermasalahkan apakah tes atau instrumen tersebut benar-benar
mengukur apa yang hendak diukur.
b) Pengujian Tes Secara Rasional
Validitas rasional diperoleh atas dasar hasil pemikiran, atau berdasarkan hasil pemikiran yang logis.
Untuk dapat mengetahui bahwa instrumen alat ukur tersebut sudah memiliki validitas rasional atau belum
maka dapat dilakukan melalui validitas isi dan validitas konstruk (susunan).
(1) Validitas Isi
Validitas isi untuk mengetahui sejauh mana suatu tes mampu mengukur tingkat penguasaan terhadap isi atau
materi tertentu sesuai dengan tujuan pengajaran atau sejauh mana pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu
tes atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proposional perilaku sampel yang dikenai tes
tersebut.
(2) Validitas Konstruk
Validitas Konstruk adalah untuk mengetahui sejauh mana butir-butir instrumen mampu mengukur apa yang
benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual.
d) Pengujian Tes Secara Emperical
Validitas Empiris adalah validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internal maupun kriteria
eksternal.
Kriteria internal adalah tes atau instrumen itu sendiri yang menjadi criteria, dapat dicontohkan adalah validitas
butir.
kriteria eksternal yaitu hasil ukur instrumen atau tes lain di luar instrumen yang menjadi kriteria, contoh
validitas ramalan (predictive validity) dan validitas bandingan (concurrent validity).
(1) Validitas Prediktif
Validitas prediktif yang dijadikan kriteria standar adalah prestasi belajar siswa yang akan datang.
(2) Validitas Konkuren
Validitas konkuren ialah jika kriteria standarnya adalah sama sama saat atau saat ini, dan bukan masa yang
akan datang.
e) Pengujian Validitas Item Tes Hasil Belajar
Validitas butir dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebuah item yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari tes sebagai suatu totaliats.
Validitas butir adalah validitas internal dan yang dijadikan kriteria sekor total di dalam instrumen (tes itu
sendiri).
Sebutir item dikatakan memiliki validitas tinggi jika telah memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah dengan
sekor totalnya atau ada korelasi positif yang signifikant antara sekor item dengan sekor totalnya.
d) Pengujian Reiabilitas Tes Hasil Belajar
Uji reliabilitas untuk mengetahui sejauhmana tingkat kepercayaan atau konsistennya dalam mengukur.
Dalam menghitung reliabilitas antara lain dapat menggunakan rumus Alpha Cronbach untuk tes uraian
sedangkan untuk tes obyektif menggunakan rumus Kuder Richardson. Dan tingkat reliabilaitas yang diterima
apabila ≥ 0,70.
Menghitung analisis butir soal (taraf sukar, daya beda dan fungsi distraktor) dan analisis perangkat soal ( uji
validitas dan reliabilitas) untuk langkah mudahnya dapat menggunakan software Anates.
Standar Deviasi
∑( − )
=
−1
Ket :
SD = Standar Deviasi
X = nilai
= Rata-rata nilai
MBrebes Ngrangkum
46

N = Jumlah responden/siswa
Validitas (rumus Korelasi Point Biserial)

=

= Koefisien Korelasi Poin Biserial


= Jumlah siswa yang menjawab benar
= Jumlah siswa yang menjawab salah
SD = Standar Deviasi
P = Proporsi siswa yang menjawab benar

=

q = Proporsi siswa yang menjawab salah
ℎ ℎ
=

Reliabilitas
( )
= {1 −

K = Jumlah item dalam intrumen (soal)


m = mean skor total
SD2 = Varians total

108
Disajikan data hasil tes, mahasiswa mampu menyimpulkan teknik pengolahan hasil tes
menggunakan standar tertentu
B. Pengolahan Hasil Penilaian Tes Hasil Belajar
1. Pengolahan hasil penilaian tes tertulis
a. Tes Bentuk Pilihan Ganda
Cara menskor tes bentuk pilihan ganda ada dua, yaitu:
1) Tanpa menerapkan sistem denda
S=R
Diketahui :
S : Sekor yang sedang dicari
R : Right (jumlah jawaban betul)
2) Penskoran dengan menerapkan denda
W
S = R - -----------
O - 1
Keterangan :
S : Sekor yang sedang dicari
R : Right (jumlah jawaban betul)
W : Wrong (jumlah jawaban salah)
O : Banyaknya option (pilihan) yang terdapat pada soal
1 : Bilangan konstan (tetap)

MBrebes Ngrangkum
47

b. Tes bentuk jawaban singkat dan menjodohkan


rumus yang digunakan adalah :
S=R
c. Tes obyektif bentuk matching, fill in, dan completion, perhitungan skor akhirnya pada umumnya tidak
memperhitungkan sistem denda
d. Tes Uraian
Pada umumnya tes uraian menggunakan sistem bobot ( weight) yang diberikan untuk setiap butir soal, atas
dasar taraf kesukarannya, atau atas dasar banyak sedikitnya unsur yang harus terdapat dalam jawaban.
Sekor Sesungguhnya
Nilai = ----------------------------- X 100
Sekor Maksimum Ideal

109
Disajikan data hasil tes, mahasiswa dapat mengkatagorisasikan jenis penilaian kinerja
2. Pengolahan hasil penilaian unjuk kerja
Sekor Sesungguhnya
Nilai = ------------------------------ X 100
Sekor Maksimum Ideal
Keterangan :
Sekor sesuangguhnya : Sekor yang dicapai siswa
Sekor Maksimum Ideal : Sekor yang dicapai jika dijawab semua dengan benar
100 : Skala yang dipakai, yakni skala dari rentangan mulai dari 0 sampai dengan 100
Pedoman Penskoran:
Sangat baik :5
Baik :4
Cukup :3
Kurang :2
Sangat kurang : 1

110
Disajikan materi tentang Program remedial, mahasiswa dapat menganalisis konsep Program
remedial untuk menentukan kuantitas dan kualitas suatu objek dalam pembelajaran
A. Pengertian Program Remedial
Pembelajaran remedial merupakan kelanjutan dari pembelajaran biasa atau reguler di kelas bagi peserta didik
yang belum tuntas belajar karena teridentifikasi mengalami kesulitan belajar.
Tujuan pembelajaran remedial adalah membantu mengatasi kesulitan belajar peserta didik melalui perlakuan
pengajaran.
Batas minimal untuk ketuntasan belajar untuk setiap sekolah atau madrasah berbeda antara satu dengan yang
lainnya, keadaan ini tergantung dari tingkat kesulitan dari setiap KD atau mata pelajaran tersebut dan
kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran pada masing-masing sekolah atau madrasah.
Pada periode tertentu, perlu dianalisis kembali batas minimal ketuntasan. Dalam praktiknya, batas minimal
ketuntasan belajar untuk tiap mata pelajaran sudah ditetapkan terlebih dahulu sebelum pembelajaran
berlangsung.

MBrebes Ngrangkum
48

Pembelajaran remedial dimulai dari identifikasi kebutuhan peserta didik:


Faktor penyebab ketidaktuntasan belajar ada bermacam-macam sebabnya,
 faktor dari dalam peserta didik (fisik dan psikis) antara lain seperti motivasi yang rendah, sulit konsentrasi,
kurang percaya diri atau
 faktor luar peserta didik antara lain seperti lingkungan, materi pelajaran, guru, metode mengajar, sistem
penilaian.
1. Pelaksanaan Program remedial
Program remedial dapat dilaksanakan melalui bimbingan secara perorangan bila ada beberapa peserta didik
yang mengalami kesulitan yang berbeda-beda sehingga memerlukan bimbingan secara individual.
Pemberian bimbingan secara kelompok bila terdapat beberapa peserta didik mengalami kesulitan yang sama.
Pembelajaran dilakukan dengan metode dan media yang berbeda menyesuaikan gaya belajar peserta didik.
Pemberian bimbingan dapat dilakukan melalui tugas-tugas latihan secara khusus dengan memanfaatkan tutor
sebaya baik secara individu maupun kelompok. Pembelajaran remedial dapat dilakukan sebelum semester
berakhir atau batas akhir pemasukan nilai ke dalam buku rapor.
Tiga cara pelaksanaan pembelajaran remedial, yaitu :
1) Pembelajaran di luar jam pembelajaran,
2) Pengambilan peserta didik tertentu, dan
3) Penggunaan tim pengajar.
Cara yang banyak digunakan adalah dengan pembelajaran di luar jam pelajaran dan pengambilan peserta didik
tertentu.
Setelah melakukan pembelajaran remedial diakhiri dengan penilaian untuk melihat pencapaian peserta didik
pada KD yang diremedial.
Apabila hingga akhir semester pembelajaran remedial belum bisa membantu peserta didik mencapai KKM,
pembelajaran remedial bagi peserta didik tersebut dapat dihentikan. Pendidik tidak dianjurkan memaksakan
untuk memberi nilai tuntas (sesuai KKM) kepada peserta didik yang belum mencapai KKM.
Pemberian nilai KD kepada peserta didik yang mengikuti pembelajaran remedial yang dimasukkan sebagai hasil
penilaian harian adalah nilai yang sesuai capaian yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti remedial
pembelajaran.
2. Prinsip-Prinsip Program Remedial
a. Adaptif
b. Interaktif
c. Berbagai metode pembelajaran dan penilaian
d. Pemberian umpan balik sesegera mungkin
e. Berkesinambungan
3. Langkah-Langkah Program Remedial
a. Menganalisis kebutuhan, yaitu mengidentifikasi kesulitan atau permasalahan pembelajaran dan kebutuhan
peserta didik, berdasarkan analisis terhadap Penilaian Harian (PH) dan Penilaian Tengah Semester (PTS).
Permasalahan pembelajaran, antara lain keunikan peserta didik, materi ajar, dan strategi belajar.
b. Menyusun perencanaan berdasarkan permasalahan pembelajaran, yaitu memperbaiki rencana
pembelajaran yang disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan peserta didik yaitu merancang
pembelajaran yang meliputi merancang rencana pembelajaran, merancang kegiatan pembelajaran
c. Melaksanakan program remedial.
d. Melaksanakan penilaian untuk mengetahui keberhasilan peserta didik.
e. Menetapkan nilai yang diperoleh peserta didik setelah program remedial sebagai nilai akhir capaian KD
muatan pelajaran.
Penilaian Remidial dapat ditetapkan beberapa alternatif sebagai berikut:
a. Menggunakan nilai batas KKM
b. Menggunakan nilai rerata dari nilai perolehan awal dan nilai tes setelah remedial.
c. Menggunakan nilai capaian akhir setelah remedial.
4. Penunjang Keberhasilan Pelaksanaan Pembelajaran Remedial yaitu :
a. Mengenal peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, dan
beberapa indikator untuk mengenal kesulitan belajar peserta didik yaitu :
MBrebes Ngrangkum
49

1) Peserta didik belum dapat menguasai materi pelajaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
2) Peserta didik memperoleh hasil belajar yang rendah dibandingkan dengan peserta didik lainnya.
3) Peserta didik belum mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
4) Peserta didik belum dapat menunjukkan kepribadian yang baik.
b. Memahami faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dari dalam dan luar diri peserta didik.
c. Perlu melakukan usaha perbaikan terhadap kesulitan belajar pesert didik dengan dua cara yaitu :
1) mencegah kesulitan belajar agar tidak menular kepada peserta didik lainnya,
2) menyembuhkan peserta didik yang sedang mengalami kesulitan belajar.

111
Disajikan materi tentang Program Pengayaan, mahasiswa dapat menganalisis konsep Pengolahan
hasil penilaian Program Pengayaan unjuk kerja untuk menentukan kuantitas dan kualitas suatu
objek dalam pembelajaran
B. Program Pengayaan
Program pengayaan adalah pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang telah mencapai dan/atau
melampaui KKM.
Program pengayaan dapat diselenggarakan dengan baik jika:
 dibuat perencanaan pengajaran yang baik,
 pelaksanaan pengajaran dan evaluasi dilakukan dengan baik, dan
 mendapat dukungan dari semua pihak antara lain kerjasama dari orang tua / wali murid.
 Unsur-unsur lain yang terlibat dalam rancangan pengajaran pengayaan yang perlu ada dan harus
diperhatikan adalah peserta didik, guru, media, metode, materi, serta waktu pelaksanaan.
Fokus pengayaan adalah pendalaman dan perluasan dari kompetensi yang dipelajari.
Pengayaan biasanya diberikan segera setelah peserta didik diketahui telah mencapai KKM berdasarkan hasil
penilaian harian.
Pembelajaran pengayaan biasanya hanya diberikan satu kali, tidak berulangkali.
Pembelajaran pengayaan umumnya tidak diakhiri dengan penilaian.
Dua model pembelajaran yang dilaksanakan dalam program pengayaan yaitu
 dengan memberikan pelajaran tambahan kepada peserta didik yang lamban dengan mentoring dan
tutoring, kemudian
 dengan memberikan penugasan dalam bentuk proyek yang hasilnya dapat dipresentasikan di depan
teman-teman sekelasnya.
Jelasnya Langkah-langkah sistematis dalam mengidentifikasi kelebihan kemampuan siswa dan memberikan
treatment pembelajaran pengayaan adalah sebagai berikut :
1. Belajar Kelompok
2. Belajar Mandiri
3. Pembelajaran Berbasis Tema
4. Pemadatan Kurikulum

112
Disajikan deskripsi tentang konsep dasar PTK, mahasiswa dapat mengambil kesimpulan tentang
pengertian, ciri, tujuan, dan manfaat PTK
Classroom Action Research (PTK)
Biasanya dilakukan oleh guru di kelas atau sekolah tempat ia mengajar, dengan penekanan pada
penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran. Guru merencanakan perubahan yang akan
dilakukan bersama dengan para siswa, bersama observer lainnya (jika ada) sambil melakukan observasi, dan
proses belajar berlangsung sesuai dengan jadwal belajar seperti biasanya.

MBrebes Ngrangkum
50

Aspek yang menjadi perhatian antara lain penyediaan sarana/prasarana belajar, peningkatan kualitas guru,
penam bahan alokasi biaya, pengembangan pengetahuan dan keterampilan pembelajaran untuk para guru,
pengembangan ilmu melalui penelitian maupun berbagai kegiatan lainnya.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi tentang Penelitian Tindakan kelas (PTK):
1. Penelitian untuk mengujicobakan ide-ide ke dalam praktek dalam rangka memperbaiki/mengubah sesuatu
agar memperoleh dampak nyata dari situasi. (Kemmis, 1983)
2. Bentuk penelitian reflektif diri yang secara kolektif dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk
meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan sosial serta pemahaman mengenai praktik
dan situasi tempat dilakukannya. (Taggart, 1988)
3. Bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, dilakukan untuk meningkatkan kemantapan
rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melakasanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi praktik pembelajaran yang dilakukan. (Proyek PGSM
Diknas, 1999)
Penelitian Tindakan Kelas termasuk penelitian kualitatif meskipun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat
kuantitatif, di mana uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata, peneliti merupakan instrumen
utama dalam pengumpulan data, proses sama pentingnya dengan produk. Perhatian peneliti diarahkan kepada
pemahaman bagaimana berlangsungnya suatu kejadian atau efek dari suatu tindakan (Rochiati, 2005).
Penelitian Tindakan Kelas harus dilakukan di kelas yang sehari-hari diajar bukan kelas yang diajar oleh guru lain
meksipun masih dalam satu sekolah. Hal ini disebabkan karena PTK adalah suatu penelitian yang berbasis pada
kelas. Inilah perbedaan ciri antara penelitian formal dengan PTK.
Ada tiga perinsip dasar yang menjadi ciri PTK, yaitu:
1) adanya pratisipasi dari peneliti dalam suatu program kegiatan;
2) adanya tujuan untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan melalui penelitian tindakan; dan
3) adanya tindakan (treatment) untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan.
PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di
kelas.
Tujuan utama PTK adalah memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan
nyata guru dalam kegiatan pengembangan profesinya.
1. Tujuan penelitian tindakan
Tujuan utama dari PTK adalah terjadinya suatu peningkatan kualitas pembelajaran dalam proses pembelajaran.
Guru di kelas dapat menganalisis, merefleksi, sekaligus menawarkan solusi yang tepat tentang permasalahan
yang muncul di kelas.
Menurut Kunandar (200; 2008) tujuan PTK, antara lain:
a. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi
antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan
budaya akademik dikalangan para guru.
b. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus-menerus mengingat masyarakat
berkembang secara cepat.
c. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran.
d. Sebagai alat training in-service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode baru, mempertajam
kekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya.
e. Sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap sistem pembelajaran yang
berkelanjutan yang biasanya menghambat inovasi belajar siswa.
f. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
g. g. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif dalam
melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.
h. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan atau perbaikan proses pembelajaran di
samping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga ditunjukkan untuk meningkatkan
efisiensi pemanfaatan sumber-sumber daya yang terintegrasi di dalamnya.
Pendapat dari Mc Niff (1992) menegaskan bahwa dasar utama dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk
perbaikan.
2. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Tumbuhnya budaya meneliti yang merupakan dampak dari pelaksanaan tindakan secara berkesinambungan
memberi manfaat pada munculnya inovasi pendidikan, karena para guru semakin diberdayakan untuk

MBrebes Ngrangkum
51

mengambil berbagai prakarsa professional secara mandiri. Sikap mandiri tersebut akan memicu lahirnya
“percaya diri” untuk mencoba hal-hal yang baru yang diduga dapat menuju perbaikan sistem pembelajaran.
Sikap ingin selalu mencoba akan memicu peningkatan kinerja dan profesionalisme seorang guru secara
berkesinambungan.

113
Disajikan deskripsi tentang permasalahan pembelajaran, mahasiswa dapat menentukan rumusan
masalah PTK

114
Disajikan deskripsi tentang masalah pembelajaran, mahasiswa dapat menentukan tindakan solusi
yang sesuai dalam PTK

Tujuh belas contoh permasalahan pembelajaran yang dapat dikaji melalui PTK:
1. Keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran.
2. Metode pembelajaran.
3. Motivasi belajar peserta didik.
4. Kreativitas belajat peserta didik.
5. Strategi pembelajaran.
6. Model-model pembelajaran.
7. Penanaman dan pengembangan sikap serta nilai-nilai.
8. Alat peraga, media dan sumber belajar.
9. Minat dan bakat peserta didik.
10. Materi pembelajaran.
11. Pelaksanaan pembelajaran terpadu.
12. Pembelajaran bermakna.
13. Mekanisme penilaian pembelajaran.
14. Feedback atau umpan balik dalam pembelajaran.
15. Penggunaan hadiah dan hukuman dalam pembelajaran.
16. Pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar.
17. Kerja sama mutualisme sekolah dengan masyarakat., dll,
Identifikasi Masalah:
beberapa kriteria yang perlu diperahatikan dalam identifikasi masalah PTK sebagai berikut:
1. Masalah yang akan dijadikan topic PTK benar-benar muncul dalam pembelajaran.
2. Penting dan bermanfaat untuk memecahkan masalah dan meningkatkan mutu pembelajaran.
3. Penting bagi guru sebagai peneliti dan sejalan dengan rencana pengembangan sekolah.
4. Dapat dipecahkan dengan mempertimbangkan waktu, tenaga, dan biaya yang ada.
5. Mengungkap berbagai aspek fundamental mengenai sebab dan akibat sehungga pemecahannya dapat
dilakukan berdasarkan hal-hal yang fundamental pula.
6. Adanya alas an rasional, logis, dan sistematis yang mendasari perlunya penelitian tersebut dilakukan.
7. Adanaya metode dan prosedur yang jelas untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut.
8. Masalah tersebut berada dalam jangakauan tugas guru yang dapat dihadapi secara proporsional dan
professional.
9. Masalah tersebut riil dan problematika yang memerlukan pemecahan dengan segera.
beberapa tips yang perlu diperhatikan dalam memilih masalah.
1. Masalah yang dipilih harus factual, fundamental, dan benar-benar terjadi dalam pembelajaran.
2. Masalah yang dipilih harus problematis, belum ada yang membahas, dan perlu ditangani atau dipecahkan
dengan segera.
3. Masalah yang dipilih harus dapat dicari dan diidentifikasi faktor penyebabnya, sebagai dasar untuk
menentukan alternatif tindakan.
4. Masalah yang dipilih berada dibawah kewenangan dan tanggung jawab guru..
5. Maasalah yang dipilih harus memiliki nilai strategis bagi perbaikan dan peningkatan proses dan hasil
pembelajaran.

MBrebes Ngrangkum
52

Contoh proposal atau laporan PTK mempunyai 3 rumusan masalah sekaligus.


1. Bagaimanakah aktivitas siswa kelas VII SMP Negeri 4 Danau Panggang saat mengikuti pembelajaran yang
dalam perancangannya menggunakan task analysis?
2. Bagaimanakah pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru saat melaksanakan pembelajaran yang
dalam perancangannya menggunakan task analysis?
3. Apakah penggunaan task analysis dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 4
Danau Panggang?
Perhatikan bahwa RUMUSAN MASALAH di atas disusun dalam bentuk kalimat tanya, menunjukkan adanya
tindakan yang dilakukan (penggunaan task analysis pada perancangan pembelajaran), dan menunjukkan
hubungan jenis tindakan dengan variabel lain yang berkaitan sebagai efek pelaksanaan tindakan (dalam hal ini
aktivitas siswa, pengelolaan pembelajaran oleh guru, dan yang terpenting hasil belajar siswa). Selain itu,
tampak pula bahwa ketiga rumusan masalah tersebut bersifat operasional (memungkinkan untuk diuji secara
empirik melalui pengumpulan data aktivitas siswa, data pengelolaan pembelajaran oleh guru, dan data nilai
siswa untuk variabel hasil belajar).
Contoh berikut ini adalah contoh di mana rumusan masalah pada proposal atau laporan PTK hanya ditulis
sebagai satu kalimat (tidak diurai menjadi beberapa kalimat rumusan masalah sebagaimana contoh
sebelumnya di atas. Beberapa contoh RUMUSAN MASALAH PTK itu misalnya:
1. Bagaimana cara menggunakan alat peraga, berkomunikasi dengan siswa, memberikan balikan, dan
menggunakan penguatan untuk memotivasi siswa agar tertarik dengan mata pelajaran matematika?
(Wardhani, dkk: 2007)
2. Bagaimana cara membuat penjelasan lebih mudah dipahami, mengaktifkan siswa, dan menggunakan alat
peraga, sehingga mampu meningkatkan prestasi siswa dalam IPS? (Wardhani, dkk: 2007).
Perhatikan, kedua contoh di atas dirumuskan dalam kalimat tanya, yang ditandai dengan akhir kalimat yang
diberi tanda tanya (?) dan dimulai dengan kata tanya “bagaimana”. Beberapa narasumber PTK yang pernah
saya tanya, lebih menyarankan penggunaan kata bagaimana untuk memulai rumusan masalah dibanding
penggunaan kata apakah. Menurut para narasumber tersebut, kata tanya apakah cenderung hanya merujuk
pada jawaban ya atau tidak, sementara kata bagaimana lebih merujuk pada jawaban yang lebih bersifat open
ended yang menuntut jawaban yang lebih panjang sebagai bentuk penjelasan terhadap fokus penelitian yang
dilaksanakan. Kemudian perhatikan pula, pada contoh pertama dan kedua menunjukkan adanya tindakan yang
dilakukan dan hubungannya dengan variabel lain.

115
Disajikan deskripsi tetang kegiatan PTK, mahasiswa mampu mengidentifikasi langkah-langkah PTK
yang sistematik
D. Langkah-langkah dalam Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Tahapan Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi dan perumusan masalah penelitian tindakan kelas harus terlihat bahwa masalah diidentifikasi
secara kolaborasi
2. Susunan organisasi tim penelitian tindakan kelas adalah anggota penuh tim penelitian termasuk
didalamnya kolaborator.
3. Implementasi tindakan intervensi, peneliti bertindak sebagai aktor utama dan kolaborator terlibat dalam
pengumpulan data untuk cross checking, dan bersama -sama melakukan refleksi sebelum dan sesudah
pembelajaran.
4. Laporan hasil penelitian, secara formal guru yang berperan sebagai mitra tim peneliti (kolaborator)
sekaligus tim dalam penyusunan laporan.

116
Disajikan deskripsi tentang alur penyusunan proposal PTK, mahasiswa dapat menetukan langkah-
langkah penyusunan proposal PTK
Proposal Penelitian Tindakan Kelas tidak jauh berbeda dengan rancangan proposal penelitian secara umum.
Suatu proposal penelitian tindakan kelas, memberikan rancangan yang cukup jelas dan akurat tentang judul,
masalah, kajian teori, hipotesis. Pengembangan instrumen, analisis data, teknik peloporan.

MBrebes Ngrangkum
53

Substansi secara umum, sistematika proposal penelitian tindakan kelas terdiri dari komponen-komponen
berikut:
1) judul,
2) latar belakang masalah,
3) identifikasi masalah,
4) pembatasan dan perumusan masalah,
5) cara pemecahan masalah,
6) tujuan tindakan,
7) manfaat tindakan,
8) krangka konseptual dan hipotesis tindakan,
9) metode penelitian. Metode penelitian mencakup unsur-unsur:
a) subjek dan objek penelitian,
b) rancangan penelitian, yang mencakup: perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan
ulang, dst,
c) instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data,
d) analisis data dan kriteria keberhasilan.

117
Disajikan deskripsi tentang kasus pembelajaran sebagai data dan informasi, mahasiswa dapat
menetukan teknik pengumpulan data yang tepat dalam PTK
Untuk memperoleh data yang lebih obyektif, guru dapat menggunakan alat-alat optik atau elektronik, seperti
kamera, perekam video, atau perekam suara. Pada setiap kali akan mengakhiri penggalan kegiatan, lakukanlah
evaluasi terhadap hal -hal yang telah direncanakan.
Teknik-teknik pengumpulan data PTK :
1. Catatan Anekdot
Catatan anekdot adalah riwayat tertulis, deskriptif, longitudinal tentang apa yang dikatakan atau dilakukan
perseorangan dalam kelas Anda dalam suatu jangka waktu. Deskripsi akurat ditekankan untuk meenghasilkan
gambaran umum yang layak untuk keperluan penjelasan dan penafsiran. Deskripsi tersebut biasanya
mencakup konteks dan peristiwa yang terjadi sebelum dan sesudah peristiwa yang gayut dengan persoalan
yang diteliti. Metode ini dapat diterapkan pada kelompok dan individu.
2. Catatan Lapangan
Teknik ini sejenis dengan catatan anekdot, tetapi mencakup kesan dan penafsiran subjektif. Deskripsi boleh
mencakup referensi misalnya pelajaran yang lebih baik, perilaku kurang perhatian, pertengkaran picik,
kecerobohan, yang tidak disadari oleh guru atau pimpinan terkait. Seperti halnya catatan anekdot, perhatian
diarahkan pada persoalan yang dianggap menarik.
3. Deskripsi Perilaku Ekologis
Teknik ini kurang terarah pada persoalan jika dibandingkan dengan teknik pertama di atas. Teknik ini berusaha
untuk mencatat hasil observasi dan pemahaman terhadap urutan perilaku yang lengkap.
4. Analisis Dokumen
Gambaran tentang persoalan, sekolah atau bagian sekolah, kantor atau bagian kantor, dapat dikonstruksi
dengan menggunakan berbagai dokumen: surat, memo untuk staf, edaran untuk orangtua atau karyawan,
memo guru atau pejabat, papan pengumuman guru, papan pengumuman siswa, pekerjaan siswa yang
dipamerkan, tes formal dan informal, publikasi siswa atau karyawan, kebijaksanaan, dan/atau peraturan.
Dokumen-dokumen ini dapat memberikan informasi yang berguna untuk berbagai persoalan.
5. Catatan Harian
Catatan harian adalah riwayat pribadi yang dilakukan secara teratur seputar topik yang diminati atau yang
diperhatikan. Catatan harian mungkin memuat observasi, perasaan, reaksi, penafsiran, refleksi, dugaan,
hipotesis, dan penjelasan. Persoalan mungkin berkisar dari riwayat tentang pekerjaan siswa atau karyawan
individual sampai pemantauan diri tentang perubahan dalam metode mengajar atau metode pengawasan.
Siswa atau karyawan dapat didorong untuk membuat catatan harian tentang topik yang sama untuk
memperoleh perspektif alternatif.

MBrebes Ngrangkum
54

6. Logs
teknik ini pada dasarnya sama dengan catatan harian tetapi biasanya disusun dengan mempertimbangkan
alokasi waktu untuk kegiatan tertentu, pengelompokan kelas, dan sebagainya. Kegunaannya ditingkatkan jika
mencakup komentar seperti yang terdapat dalam catatan harian tentang organisasi dan peristiwa lain.
7. Kartu Cuplikan Butir
Teknik ini mirip dengan catatan harian tetapi sekitar enam kartu digunakan untuk mencatat kesan tentang
sejumlah topik, satu untuk satu kartu. Misalnya: satu set kartu boleh mencakup topik-topik seperti
pendahuluan pelajaran, disiplin, kualitas pekerjaan siswa, efisiensi penilaian, kontak individual dengan siswa,
dan perilaku seorang siswa. Kartunya dikocok dan catatan harian dibuat untuk satu topik setiap harinya, dan
dengan demikian membangun gambaran tentang semua persoalan sebagai dasar refleksi tanpa resiko
memberikan tekanan terlalu berat atau menimbulkan kebosanan dengan aspek tertentu.
8. Portfolio
Teknik ini digunakan untuk membuat koleksi bahan yang disusun dengan tujuan tertentu. Portfolio mungkin
memuat hal -hal seperti tambatan rapat staf yang gayut dengan sejarah suatu persoalan yang diteliti,
korespondensi yang berkait an dengan kemajuan dan perilaku subyek penelitian, kliping korespodensi dan
surat kabar yang berkaitan dengan persoalan di mana lembaga tempat penelitian menjadi pusat perhatian
khalayak ramai, dan/atau tambatan rapat staf yang relevan; singkatnya dokumen apa pun yang relevan dengan
persoalan yang diteliti dapat dimuat.
9. Angket
Angket terdiri atas serangkaian pertanyaan tertulis yang memerlukan jawaban tertulis. Pertanyaan ada dua
macam.
a) Terbuka: meminta informasi atau pendapat dengan kata-kata responden sendiri.
b) Tertutup atau pilihan ganda: meminta responden untuk memilih kalimat atau deskripsi yang paling
dekat dengan pendapat, perasan, penilaian, atau posisi mereka.
Pertanyaan pernyataan harus secara cermat diungkapkan dan tujuannya harus jelas dan tidak taksa (bermakna
ganda). Mengujicobakan pertanyaan dengan te man atau cuplikan (sample) kecil responden akan
meningkatkan kualitasnya. Membatasi lingkup topik yang dicakup merupakan cara yang bermanfaat untuk
meningkatkan jumlah angket yang kembali dan kualitas informasi yang diperoleh.
10. Wawancara
Teknik ini memungkinkan meningkatnya fleksibilitas dari pada angket, dan oleh sebab itu berguna untuk
persoalan-persoalan yang sedang dijajagi daripada yang secara jelas dibatasi dari awal. Wawancara ada
beberapa macam/cara yaitu:
a) Tak terencana: misalnya, omong-omong informal di antara para pelaku penelitian atau antara
pelaku penelitian dan subyek penelitian.
b) Terencana tetapi tak terstruktur: Satu atau dua pertanyaan pembukaan dari pewancara, tetapi
setelah itu pewancara memberikan kesempatan bagi responden untuk memilih apa yang akan
dibicarakan. Pewancara boleh mengajukan pertanyaan untuk menggali atau memperjelas.
c) Terstruktur: Pewancara telah menyusun serentetan pertanyaan yang akan diajukan dan
mengendalikan percakapan sesuai dengan arah pertanyaan-pertanyaan.
11. Metode Sosiometrik
Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah individu-individu disukai atau saling menyukai. Pertanyaan-
pertanyaan sering diajukan dengan niat untuk mengetahui dengan siapa subyek tertentu ingin bekerja sama,
atau berhubungan dalam suatu kegiatan bersama. Pertanyaan juga mungkin berusaha mengungkapkan dengan
siapa subyek tertentu tidak suka bekerja sama atau berhubungan. Hasilnya biasanya diungkapkan dengan
diagram pada sosiogram, seperti pada Gambar di bawah, yang mencatat hubungan seluruh kelompok.
12. Jadwal dan daftar tilik (checklist) interaksi
Kedua teknik ini dapat digunakan oleh peneliti atau pengamat. Teknik-teknik ini boleh berdasarkan waktu, atau
berdasarkan peristiwa, yang pencatatannya dilakukan kapan saja peristiwa tertentu terjadi. Berbagai perilaku
dicatat dalam kategori waktu perilaku itu terjadi untuk membangun gambaran tentang urutan perilaku yang
diteliti. Misalnya dalam situasi sekolah, kategori jadual dan daftar tilik (checklist) dapat menunjuk pada:
a) Perilaku verbal guru: misalnya bertanya, menjelaskan, mendisiplinkan (individu atau kelompok),
memberi contoh melafalkan kata/frasa/kalimat
b) Perilaku verbal siswa: misalnya, menjawab, bertanya, menyela, berkelakar, mengungkapkan diri,
menyanggah, menyetujui.
MBrebes Ngrangkum
55

c) Perilaku nonverbal guru: misalnya, tersenyum, mengerutkan kening, memberi isyarat, menulis,
berdiri dekat siswa pandai, duduk dengan siswa lamban. Perilaku nonverbal siswa: misalnya menoleh,
mondar-mandir, menulis, menggambar, menulis cepat, tertawa, menangis, mengerutkan dahi,
mengatupkan bibir.
13. Rekaman pita
Merekam berbagai peristiwa seperti pelajaran, rapat diskusi, seminar, lokakarya, dapat menghasilkan banyak
informasi yang bermanfaat yang tertakluk (tunduk) pada analisis yang cermat. Metode ini khususnya berguna
bagi kontak satu lawan satu dan kelompok kecil di mana perekam jinjing dapat digunakan atau analisis satu
perilaku dapat dilakukan. Jika transkripsi ekstensif diperlukan, prosesnya mungkin menjadi sangat panjang dari
segi waktu.
14. Rekaman video
Perekam video dapat dioperasikan oleh peneliti untuk merekam satuan kegiatan/peristiwa untuk dianalisis
kemudian, misalnya kegiatan pembelajaran di kelas. Akan lebih baik jika satuan rekamannya pendek karena
pemutaran ulang akan memakan waktu. Bila ada asisten yang membantu, lebih banyak perhatian dapat
diberikan pada reaksi dan perilaku subyek secara perorangan (guru dan siswa), yang aspek-aspeknya
disepakati sebelum perekaman. Peneliti sendiri dapat merekam aspek tertentu dari pelaksanaan pekerjaannya
sendiri. Subyek-subyek terpilih mungkin juga dapat merekam beberapa aspek pelaksanaan pekerjaan mereka
untuk dianalisis kemudian.
15. Foto dan slide
Foto dan slide mungkin berguna untuk merekam peristiwa penting, misalnya aspek kegiatan kelas, atau untuk
mendukung bentuk rekaman lain. Peneliti dan pengamat boleh menggunakan rekaman fotografik. Karena daya
tariknya bagi subyek penelitian, foto dapat diacu dalam wawancara berikutnya dan diskusi tentang data.
16. Penampilan subyek penelitian pada kegiatan penilaian
Teknik ini digunakan untuk menilai prestasi, penguasaan, untuk mendiagnosis kelemahan dsb. Alat penilaian
tersebut dapat dibuat oleh peneliti atau para ahlinya. Pemilihan teknik pengumpulan data ini tentu saja
disesuaikan dengan jenis data yang akan dikumpulkan. Pemilihan teknik pengumpulan data hendaknya dipilih
sesuai dengan cirri khas data yang perlu dikumpulkan untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian. Untuk
keperluan trianggulasi, data yang sama dapat dikumpulkan dengan teknik yang berbeda.

118
Disajikan deskripsi tentang data dan informasi pembelajaran, mahasiswa dapat mengidentifikasi
teknik pengolahan dan analisis data
E. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan harus dianalisis. Analisis hanya bersifat kualitatif. Jika ada data kuantitatif,
analisisnya paling banyak menggunakan statistik deskriptif dengan penyimpulan lebih mendasarkan diri
pada nilai rata-rata dan simpangan baku amatan atau persentase amatan. Hasil analisis data kualitatif
dikonsultasikan dengan makna kualitatif yang mencerminkan struktur dasar terhadap jawaban masalah
penelitian.
Misalnya, bagaimana metode demontrasi dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar? Hasil analisis
data hendaknya dikonsultasikan dengan makna demonstrasi secara aktual, bukan pikiran guru atau pengamat
lainnya. Hasil analisis kuantitaif, selanjutnya dikonsultasikan pada pedoman konversi. Dalam PTK biasanya di
gunakan pedoman konversi nilai absolut skala lima. Misalnya, data hasil belajar, pedoman konversinya adalah
sebagai berikut.
Interval Kualifikasi
0 – 39,9 Sangat Kurang
40,0 – 54,9 Kurang
55,0 – 69,9 Cukup
70,0 – 84,5 Baik
85,0 – 100 Sangat Baik
Sebagai kriteria keberhasilan, peneliti dapat menetapkan nilai rata -rata minimal 55,0 atau 70,0 tergantung
rasional yang dijadikan dasar atau Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh guru. Di samping
MBrebes Ngrangkum
56

itu, kriteria ketuntasan belajar juga dapat dijadikan kriteria keberhasilan. Misalnya, ketuntasan individual
adalah nilai 7,5 pada skala 11 dan ketuntasan klasikal 85%, dan seterusnya.

119
Disajikan deskripsi tentang konsep dasar KTI, mahasiswa dapat mengambil kesimpulan tentang
pengertian, ciri, tujuan, dan manfaat KTI
Karya tulis ilmiah adalah tulisan yang disusun berdasarkan fakta atau analisa, disajikan dengan menggunakan
bahasa baku dan memberikan informasi yang bersifat obyektif dan rasional.
sebuah karya tulis dikatakan ilmiah jika disusun berdasarkan data atau sumber yang valid dan analisis yang
kritis. Yang dimaksud dengan analisis kritis di sini adalah analisis yang dilakukan dengan menggnakan berbagai
metode yang oyektif dan rasional. Obyektif di sini berarti data dan logika yang sama bisa digunakan oleh orang
yang berbeda dengan hasil yang kurang lebih sama. Jadi, meskipun sebuah tulisan ilmiah tidak bisa dilepaskan
dari subyektiviats penulis, tetapi obyektivitas data dan metode dapat menjamin validitas sebuah tulisan.
D. Karakteristik Karya Ilmiah, diantaranya:
1. Karya ilmiah adalah tulisan yang disusun secara sistemaits, logis dan rasional yang didukung oleh fakta, yaitu
berupa fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah dengan mengikuti metodologi
penulisan ilmiah yang benar.
2. Karya ilmiah menerapkan teori-teori yang dilandasi oleh hasil pengamatan, penelitian dan/atau pemikiran
yang mendalam.
3. Karya ilmiah dapat merekomendasikan pemecahan masalah dengan berbagai cara atau metode sesuai
dengan masalah yang menjadi pokok bahasan penelitian, biasanya menggunakan deduksi atau induksi.

120
Disajikan deskripsi tentang ragam KTI, mahasiswa mampu menentukan ragam bentuk KTI
Karya ilmiah dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, diantaranya:
1. Makalah
Makalah adalah sebuah karya tulis yang dibuat untuk keperluan presentasi maupun diskusi. Biasanya makalah
menyajikan sebuah topik dari sudut pandang tertentu yang ditawarkan oleh penulis. Makalah yang baik
memiliki struktur dan alur berpikir yang sistematis dan rasional, serta ditulis dengan standar bahasa yang baku
dan mengikuti pedoman penulisan karya ilmiah. Panjang makalah biasanya berkisar antara 10 – 50 halaman,
bergantung pada keluasan tema yang dibahas dan kepentingan penulisannya. Di samping itu, makalah yang
baik juga dilengkapi dengan daftar referensi yang memadai dari sumber-sumber yang otoritatif. Penulis
makalah harus selektif dalam menentukan sumber tulisannya, karena di samping isi, kualitas makalah juga
dapat dilihat dari kualitas sumber-sumber rujukan (referensi)-nya.
2. Artikel Jurnal Ilmiah,
Artikel dapat ditulis untuk berbagai kepentingan publikasi. Sebuah tulisan di koran atau majalah populer,
misalnya, disebut artikel, tetapi tidak dapat dikategorikan sebagai karya tulis ilmiah. Artikel il miah biasanya
dimuat oleh jurnal-jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga yang memiliki otoritas akademik,
seperti universitas ataupun lembaga riset. Sebuah artikel yang diterbitkan oleh jurnal ilmiah biasanya telah
melewati proses review yang cukup panjang. Review dilakukan oleh editor dan editor ahli baik menyangkut isi
maupun teknik penulisan. Oleh karena itu, jurnal yang dianggap baik atau otoritatif biasanya sangat selektif
dalam menentukan artikel yang akan diterbitkan.
Sama seperti makalah, artikel jurnal biasanya memuat sebuah topik tertentu yang dibahas menurut sebuah
sudut pandang yang ditawarkan oleh penulis. Tema yang disajikan oleh artikel harus relevan dengan disiplin
ilmu yang dipilih oleh jurnal tersebut. Misalnya artikel tentang metode pengajaran matematika dimuat oleh
jurnal yang relevan dengan pengajaran matematika. Artikel jurnal biasanya merupakan hasil penelitian yang
dipublikasikan untuk diketahui kalangan akademis.
3. Buku akademik
Buku adalah sarana seseorang untuk mengekspresikan pikirannya secara elaboratif. Berbeda dengan makalah
dan artikel jurnal yang dibatasi oleh jumlah kata ataupun halaman, buku tidak membatasi penulis untuk
mengemukakan ide dan gagasannya. Tidak ada jumlah halaman yang membatasi sebuah buku, kecuali faktor-
MBrebes Ngrangkum
57

faktor non-akademik semisal ukuran, berat dan harga. Bahkan jika penulis memerlukan ruang yang sangat luas
untuk mengekspresikan ide atau pendapatnya mengenai satu hal, ia bisa menulis buku dalam beberapa jilid.
Sebagai sebuah karya akademik, buku harus memenuhi kriteria penulisan karya akademik seperti yang telah
disebutkan di atas. Buku yang tidak memenuhi kriteria penulisan karya ilmiah tidak layak untuk disebut sebagai
sebuah karya akademik. Oleh karena itu, penulis sebuah karya akademik harus memperhatikan apakah buku
yang dirujuknya merupakan karya akademik atau tidak. Di sinilah kehatia-hatian dan kejelian penulis diperlukan
dalam mencari sumber-sumber referensi.
4. Review buku/artikel
Review adalah pembahasan tentang sebuah hasil karya akademik. Biasanya karya-karya akademik yang telah
dipublikasikan dibahas oleh akademisi -akademisi yang lain untuk mengapresiasi atau mengkritik karya yang
telah dihasilkan. Review terhadap karya akademik biasanya disajikan secara akademik pula dan diterbi tkan di
jurnal-jurnal ilmiah. Review ini biasanya memberikan penilaian sebuah karya akademik dengan
membandingkannya dengan karya-karya sejenis lain, atau mengkontekstualisasikannya pada kondisi tertentu.
Hal ini dapat membantu pembaca untuk memiliki pandangan lebih tajam dan kritis.
5. Laporan penelitian
Laporan penelitian adalah karya ilmiah yang disusun untuk mengungkapan sebuah proses penelitian dari awal
hingga akhir. Pada laporan disebutkan latar belakan masalah, persoalan yang diteliti, metode yang digunakan,
data yang diambil, kerangka teori atau kerangka berfikir yang ditawarkan, serta temuan yang dihasilkan. Semua
itu disusun secara sistematis dan logis sehingga mampu meyakinkan pembaca bahwa penelitian tersebut
benar-benar dilakukan secara obyektif, dengan metodologi yang memastikan akurasi data dan pengolahannya,
serta menghasilkan temuan yang signifikan. Sebagai sebuah tulisan akademik, laporan penelitian harus dibuat
dengan memperhatikan aturan penulisan karya ilmiah.

MBrebes Ngrangkum

Anda mungkin juga menyukai