Anda di halaman 1dari 15

PENDIDIKAN MENURUT ALKINDI

Dosen Pengampu

Disusun oleh

Marhaya

Anisa Nuraini Homsa

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS IBNU CHALDUN

JAKARTA

2022
PRAKATA

Alhamdulillah. puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak

lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengapu yang membimbing

kami dalam mengerjakan mata kuliah Filsafat Pendidikan. Makalah ini kami beri

judul tentang Pendidikan Menurut Al Kindi. Penulis sangat berharap semoga

makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa menambah ilmu

dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam

penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.

Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan di dunia ini mempunyai disiplin ilmu yang tidak sama ,

semuanya mempunyai perbedaan dan karakteristik yang berbeda. Hal tersebut

membuat ilmu pengetahuan yang dipelajari semakin berarti dan mempunyai

manfaat yang besar bagi perkembangan pendidikan. Apabila suatu ilmu

dikembangkan dan dikaji lebih dalam lagi dengan konteks dan kondisi serta ruang

dan waktu yang berbeda, maka akan terlahir pula suatu ilmu yang kreatif dan

mempunyai ciri khas yang unik sekalipun ilmu itu bukan berasal dari agama dan

budaya. (Wiyanto, 2019) Seperti halnya filsafat Islam, pada awalnya sudah

diketahui bahwa filsafat merupakan pengetahuan yang berasal dari Yunani, akan

tetapi para filosof, para ahli keagamaan Islam, atau orang-orang muslim

semasanya, yang mempunyai kegiatan untuk berfikir, senantiasa menggali lebih

dalam lagi mengenai filsafat. Sehingga ilmu filsafat yang tadinya berasal dari

agama dan ajaran Yunani, kemudian dikemas dan dikaitkan dengan hal-hal atau

ilmu-ilmu yang bersumber dari al-Qur'an dan as-Sunnah, maka lahirlah filsafat

Islam sebagai ilmu pengetahuan yang cukup popular yang dikembangkan dan

diajarkan secara turun temurun oleh para filosof kepada generasi-generasinya atau

kepada murid-muridnya. Dalam membahasa filsafat Islam, tentunya pemikiran

yang menjadi pencetusnya adalah al-Kindi. Sebelumnya Filasafat Islam di bagian

Timur Dunia Islam (Masyriqi) berbeda dengan filsafat Islam di Maghribi (bagian

Dunia Barat). Di antara filosof Islam di kedua kawasan terdapat sebuah


perselisihan pendapat tentang berbagai pokok pengertian. Di Timur ada filosof

terkemuka, al-Kindi, al-Farabi dan Ibnu Sina. Di Barat juga ada filosof

terkemuka, Ibnu Bajah, Ibnu Thufail dan Ibnu Rusyd. Pada makalah kali ini, yang

akan kami bahas adalah perjalanan hidup al-Kindi dan pemikiran-pemikirannya

terhadap pendidikan dalam ranah filsafat Islam.

Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk membuat makalah yang

berjudul “Pendidikan Menurut Al Kindi”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana biografi Al-Kindi?

2. Bagaimana pemikiran-pemikiran filsafat Al-Kindi terhadap

pendidikan?

3. Bagaimana tinjauan tentang pemikiran Al-Kindi terhadap pendidikan?

C. Tujuan

1. Ingin mengetahui biografi Al-Kindi.

2. Ingin mengetahui bagaimana pemikiran-pemikiran filsafat Al-Kindi

terhadap pendidikan.

3. Ingin mengetahui bagaimana tinjauan tentang pemikiran Al-Kindi

terhadap pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Al-Kindi

Abu Yusuf Yakub ibn al-Shabbah ibn Imran ibn Muhammad ibn al-

Asy’as ibn Qais Al-Kindi adalah nama lengkap filsuf muslim keturunan Arab

(Yaman) pencetus pertama filsafat Islam. Selanjutnya nama Al-kindi diambil

dari nama Banu Kindah, salah satu suku Arab besar pada masa pra Islam. di

Barat terkenal dengan Al-Kindus. Ia lahir di kufah sekitar 185 H (801 M) dari

keluarga yang berada dan terhormat. Kakek buyutnya, Al-Asy’as ibn Qais

adalah salah seorang sahabat Nabi yang gugur bersama Sa’ad ibn Abi Waqqas

dalam peperangan antara kaummuslimin dengan Persia di Irak.Sedangkan

Ayahnya Ishaq ibn al-Shabbah adalah gubernur Kufah pada masa

pemerintahan Al-Mahdi (775-785 M) dal AlRasyid (786-809 M). Ayahnya

wafat ketika ia masih kanak-kanak, namun ia tetap memperoleh kesempatan

untuk menuntut ilmu dengan baik di Bashrah dan Baghdad di mana dia dapat

bergaul dengan ahli pikir terkenal (Nasution, dalam Marzuenda, 2015)

Menurut Dasoeki (dalam Marzuenda, 2015) Al-Kindi hidup selama

masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, yaitu : Al-Amin (809-813), Al-

Makmun (813-833), Al-Mu’tashim (833-842), Al-Wathiq (842-847) dan Al-

Mutakkil (847-861), dimana pada masa-masa itu adalah satu masa kehidupan

politik dan disiplin intelektual sedang mencapai puncak kejayaannya serta

kekhalifahan Abbasiyah berada pada puncak kekuatan militer dan politik.


Nama Al-Kindi dikenal dikemudian hari melalui kitab-kitabnya yang

berjumlah tidak kurang dari 241 buah dalam bidang filsafat, logika aritmatika,

kedokteran, ilmu jiwa, politik, musik, matematika, dan lain-lain. Pada masa

hidup Al-Kindi penterjemahan buku-buku Yunani sangat pesat dan ia turut

aktif dalam kegiatan itu. Ia mencoba mempertemukan atau memadukan agama

dan filsafat. Menurut Al-Kindi filsafat adalah pengetahuan yang benar.

Sedang agama menerangkan tentang apa yang benar. Jelas ada perbedaan

antara filsafat dan agama. Keduanya bertujuan untuk menerangkan apa yang

benar dan yang baik.

Agama disamping menerangkan wahyu juga mempergunakan akal,

dan filsafat mempergunakan akal.Wahyu tidak bertentangan dengan filsafat,

hanya argumentasi yang dikemukakan wahyu lebih meyakinkan daripada

argumen filsafat. Sebenarnya, tidak ada kepastian tentang tanggal kematian

dan siapa-siapa yang pernah menjadi gurunya.L Massignon mengatakan

bahwa Al-Kindi wafat sekitar 246 H (860 M). C. Nallino menduga tahun 260

H (873 M), dan T. J. de Boer menyebut 257 H (870 M). Adapun Mustafa Abd

al-Raziq (mantan Rektor Al-Azhar) mengatakan tahun 252 H (866 M), dan

Yaqut al-Hilmawi menyebutkan setelah berusia 80 tahun atau lebih sedikit

(Marzuenda, 2015).
B. Pemikiran Filasafat Al-Kindi

1. Penerjemah

Al-Kindi seorang pelopor yang memperkenalkan tulisan-tulisan

Yunani, Suriah dan India kepada dunia Islam. Dalam buku Thabaqat

al-Athibbah (golongan dokter) karya Ibn Juljul, bahwa penerjemah

yang mahir dalam Islam ada lima orang : Hunain ibn Ishaq, Ya’qub

ibn Ishaq, Al-Kindi, Tsabit ibn Qurrah, dan ‘Umar ibn Farkhan al-

Thabari. Namun tidak berarti bahwa Al-Kindi hanya ahli dalam bidang

penerjemahan, karena ia juga menjelaskan dan menyingkap berbagai

permasalahan yang sulit dipahami. Hal ini dimungkinkan karena Al-

Kindi banyak menguasai ilmu yang berkembang pada waktu itu di

Kufah dan Baghdad, sepert Kedokteran, filsafat, simantik, geometri,

aljabar, ilmu falak, astronomi, bahkan ia berkemampuan mengubah

lagu.

Jadi tidak heran kalau banyak istilah-istilah yang dikembangkan Al-

Kindi mendapat perhatian filosof sesudahnya dan sampai saat ini

masih dipergunakan, sebagai contoh dari istilah-istilah dimaksud dapat

dikemukakan : “Jirm” (tubuh), oleh Al-Kindi dirubah menjadi jism,

istilah “thinah” (materi) menjadi maddah, istilah “al-tawahhum”

(imajinasi) menjadi al-takhayyul, istilah “al-tamam” (akhir) dirubah

menjadi al-ghayah, istilah “al-ghalibiyyah” (nafsu birahi) menjadi al-

ghadhabiyyah, istilah “al-quniah” (sifat atau sikap) menjadi al-

malakah, dan istilah “al-jami’ah” (sillogisme) menjadi al-qiyas.


Sebagian besar karya Al-Kindi (berjumlah sekitar 270 buah) ibn

Al-Nadim berdasarkan tulisan Al-Qifti mengelompokan tulisan-tulisan

Al-Kindi menjadi tujuh belas kelompok : 1). Filsafat, 2). Logika, 3).

Ilmu Hitung, 4). Globular, 5). Musik, 6). Astronomi, 7). Geometri, 8).

Sferil, 9). Medis, 10). Astrologi, 11).Dilektika, 12).Psikologi,

13).Politik, 14).Meteorologi, 15).Dimensi, 16).Benda-benda Pertama,

17).Spech tertentu logam dan kimia.(Marzuenda, 2015).

2. Matematika

Menurut Marzuenda (2015) Al-Kindi telah menulis hampir seluruh

ilmu pengetahuan yang berkembang pada saat itu. Tetapi, di antara

sekian banyak ilmu, ia sangat menghargai matematika. Hal ini

disebabkan karena matematika bagi al-Kindi adalah mukaddimah bagi

siapa saja yang ingin mempelajari filsafat.Mukaddimah ini begitu

penting sehingga tidak mungkin bagi seseorang untuk mencapai

keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dulu meguasai

matematika.Matematika disini meliputi ilmu tentang bilangan,

harmoni, geometrid an astronomi.

Yang paling utama dari seluruh cakupan matematika disini adalah

ilmubilangan atau aritmatika karena jika bilangan tidak ada, maka

tidak akan ada sesuatu apapun. Disini kita bias melihat samar-samar

pengaruh filsafat Pitagoras.


3. Filsafat Jiwa

Menurut Al-Kindi jiwa tidak tersusun, substansinya adalah ruh yang

berasal dari substansi Tuhan. Dalam hal jiwa, al-Kindi lebih dekat

dengan pandangan pilot yang mengatakan bahwa hubungan antara jiwa

dan badan bercorak aksidental (al-‘aradh). Al-Kindi berbeda dari

Aristoteles yang berpendapat bahwa jiwa adalah form dari badan

(Marzuenda, 2015).

Menurut Al-Kindi, jiwa memilik 3 daya, antara lain 1. Jiwa bernafsu (

al-Quwwah Asy-Syahw𝑎̅niyyah), 2. Jiwa memarah ( al-Quwwah al-

Ghadhabiyyah) dan 3. jiwa berakal (al-Quwwah al-‘Aqilah). Selama

ruh atau jiwa berada dibadan, ia tidak akan menemukan kebahagiaan

hakiki dan pengetahuan yang sempurna. Setelah berpisah dari badan

dan dalam keadaan suci, ruh akan langsung pergi ke “alam kebenaran”

atau “alam akal” diatas bintang-bintang, berada dilingkungan cahaya

Tuhan dan dapat melihat-Nya.

C. Pendidikan menurut Al-Kindi

Menurut (Marzuenda, 2015) Al-Kindi, fungsi filsafat sesungguhnya bukan

menggugat kebenaran wahyu atau untuk menuntut keunggulan yang lancang

atau menuntut persamaan dengan wahyu. Filsafat haruslah sama sekali tidak

mengajukan tuntutan sebagai jalan tertinggi menuju kebenaran dan mau

merendahkan dirinya sebagai penunjang bagi wahyu.


Ia mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan tentang segala sesuatu

sejauh jangkauan pengetahuan manusia. Karena itu, Al-Kindi dengan tegas

mengatakan bahwa filsafat memiliki keterbatasan dan bahwa ia tidak dapat

mengatasi problem semisal mukjizat, surga, neraka, dan kehidupan akhirat.

Dalam semangat ini pula, al-Kindi mempertahankan penciptaan dunia ex

nihilio, kebangkitan jasmani, mukjizat, keabsahan wahyu, dan kelahiran dan

kehancuran dunia oleh Tuhan.

Menurut Al-Kindi banyak mempelajari filsafat Yunani, maka dalam

pemikirannya banyak kelihatan unsurunsur filsafat Yunani itu. Unsur-unsur

yang terdapat dalam pemikiran ialah :

1. Aliran Pitagoras tentang matematika sebagai jalan kearah filsafat.

2. Pikiran-pikiran Aristoteles dlam soal-soal Fisika dan Metafisika, meskipun

Al-Kindi tidak sependapat dengan Aristoteles tentang qadimnya alam.

3. Pikiran-pikiran Plato soal kejiwaan.

4. Pikiran-pikiran Plato dan Aristo bersama-sama dalam soal etika.

5. Wahyu dan Iman (ajaran-ajaran agama) dalam soal-soal yang berhubungan

dengan Tuhan dan sifat-sifatNya.

6. Pikiran-pikiran aliran Mu’tazilah dalam penghargaan kekuatan akal dan

dalam mena’wilkan ayat-ayat Al-Qur’an.

Oleh karena pemikiran Al-Kindi banyak mendapat pengaruh filsafat

Yunani, maka sebagian penulis berpendapat bahwa al-Kindi mengambil alih

seluruh filsafat Yunani. Tetapi bila pemikirannya dipelajari dengan seksama,


tampak bahwa pada mulanya al-Kindi mendapat pengaruh pemikiran filsafat

Yunani, tetapi akhirnya ia mempunyai kepribadian sendiri.

Dari beberapa pemikiran filsafat yang ditekuni, akhirnya Al-Kindi

berkesimpulan bahwa filsafat ketuhananlah yang mendapat derajat atau

kedudukan yang paling tinggi dibandingkan dengan lainnya.Ia memandang

pembahasan mengenai Tuhan adalah sebagai bagian filsafat yang paling tinggi

kedudukannya. Selain itu, banyak pengamat mengatakan, bahwa yang

memengaruhi pemikiran Al-Kindi bukan hanya filsafat Yunani, akan tetapi

juga aliran Mu’tazilah yang sangat berpegang teguh terhadap Al-Qur’an dan

kekuatan akal, terutama didalam mengemukakan pendapatnya yang

berhubungan dengan masalah Ketuhanan.


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Al-Kindi adalah filosuf Islam yang mula-mula secara sadar berupaya

mempertemukan ajaran-ajaran Islam dengan filsafat Yunani.Sebagai seorang

filosuf, Al-Kindi amat percaya kepada kemampuan akal untuk memperoleh

pengetahuan yang benar tentang realitas. Tetapi dalam waktu yang sama

diakuinya pula keterbatasan akal untuk mencapai pengetahuan metafisis. Oleh

karenanya menurut Al-Kindi diperlukan adanya Nabi yang mengajarkan hal-

hal diluar jangkauan akal manusia yang diperoleh dari wahyu Tuhan.Dengan

demikian Al-Kindi tidak sependapat dengan para filosuf Yunani dalam hal-hal

yang dirasakan bertentangan dengan ajaran agama Islam yang

diyakininya.Misalnya mengenai kejadian alam yang berasal dari ciptaan

Tuhan yang semula tiada, berbeda dengan pendapata Aristoteles yang

mengatakan bahwa alam tidak diciptakan dan bersifat abadi.Oleh karenanya

Al-Kindi tidak termasuk filosuf yang dkritik Al-Ghazali dalam kitabnya

Tahafut Al-falasifah (Kerancuan Para Filosuf).

Karangan-karangan Al-Kindi umumnya berupa makalah-makalah pendek

dan dinilai kurang mendalam dibandingkan dengan tulisan-tulisan Al-Farabi.

Namun sebagai filosuf perintis yang menempuh jalan bukan seperti para

pemikir sebelumnya, maka nama Al-Kindi memperoleh cetak biru dan

mendapat tempat yang istimewa dikalangan filosuf sezamannya dan


sesudahnya. Tentu saja ahliahli pikir kontemporer yang cinta kebenaran den

kebijaksanaan akan senentiasa merujuk kepadanya.

B. Saran

Diharapkan dengan mempelajari pendidikan menurut Al-Kindi

menjadikan penulis maupun pembaca mengetahui apa saja pemikiran-

pemikiran Al-kindi terhadap pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA

Marzuenda. 2015. Pemikiran Filsafat Al-Kindi. diakses pada 10 Oktober 2022, dari

https://www.academia.edu/40026452/PEMIKIRAN_FILSAFAT_AL_KINDI

Wiyanto, Ari. 2019. Makalah Filsafat Islam Al-Kindi. Diakses pada 10 Oktober 2022,

dari https://www.academia.edu/32253545/Makalah_Filsafat_Islam_Al_Kindi

Endaswara, Suwardi. 2017. Filsafat Ilmu Edisi Revisi.Yogyakarta: Caps.

Anda mungkin juga menyukai