Anda di halaman 1dari 15

AL-KINDI

(Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam)

Febriansyah Luqman Wijaya

NIM. 1880506230008

(E-mail : febrylw57@gmail.com)

Program Magister Pendidikan Agama Islam

Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

ABSTRAK

Al-Kindi merupakan filosof muslim pertama yang menyusun pemikiran Filsafat Islam
dengan sistematika yang jelas. Pemikiran filsafat Al-Kindi merupakan refleksi doktrin-
doktrin yang diperolehnya dari sumber-sumber Yunani klasik dan warisan Neo
Platonis yang dipadukan dengan keyakinan agama Islam. Al-Kindi membuka ruang
pembicaraan sebagai upaya pemaduan antara doktrin filsafat dan agama. Pengetahuan
tentang Tuhan oleh Al-Kindi disebut sebagai filsafat awal atau filsafat pertama. Al-
Kindi membagi akal berdasarkan tiap tahapan sebagai berikut; akal yang selalu aktif
(merupakan inti semua akal dan semua objek pengetahuan), akal potensial (akal yang
menjamin kesiapan manusia untuk memahami hal-hal yang mungkin rasional dan
membutuhkan rangsangan dari luar), akal aktual (akal potensial yang telah keluar dari
batas potensial ketika jiwa mulai memahami hal-hal yang rasional dan abstrak) dan
akal lahir (akal yang telah serius dalam memahami hal-hal yang rasional dan mengubah
sesuatu yang potensial menjadi aktual).

Kata Kunci : Pemikiran Filsafat, Al-Kindi

1
PENDAHULUAN
Al-Kindi adalah sosok filosof yang sangat ulet dalam menjalankan syari’atnya.
Al-Kindi juga sebagai Ilmuan Muslim yang sangat terkenal. Tidak sedikit lembaga-
lembaga yang didirikan oleh Al-Kindi, diantaranya sebuah tempat yang berfungsi
sebagai tempat perkumpulan. Tempat ini sering disebut dengan Baith Al-Hikmah.
Tidak sedikit pula Ilmu yang diajarkan Oleh Al-Kindi, baik itu dari ilmu Agama sampai
ilmu yang berkaitan dengan filsafat yang diajarkan oleh Al-Kindi.1

Menurut Al-Kindi filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan tentang yang benar.
Konsep filsafat Al-Kindi secara umum memusatkan pada penjelasan tentang metafisika
dan studi tentang kebenaran. Pencapaian kebenaran menurut Al-Kindi adalah dengan
filsafat. Oleh sebab itu, Ilmu filsafat menurut Al-Kindi adalah ilmu yang paling mulia.
Al-Kindi mengatakan “Sesungguhnya ilmu manusia yang derajatnya paling mulia
adalah ilmu filosof. dengan ini hakek ilmu didefinisikan, dan tujuan filosof
mempelajari filsafat adalah mengetahui Al-Haq (Allah).2 Sedangkan ilmu filsafat yang
paling mulia dan paling tinggi derajatnya adalah filsafat yang pertama (Falsafah al-
Ula). Yakni Ilmu tentang al-Haq A-al-Ula yang menjadi sebab segala sesuatu yang
tidak lain adalah Tuhan Allah SWT.

Manusia merupakan makhluk unik yang menjadi kajian filsafat sejak awal.
Dengan mengkaji manusia, lahirlah banyak cabang ilmu pengetahuan yang bersumber
dari manusia. Misalnya biologi, antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu komunikasi,
ekonomi, hukum, dan lain-lain. Bahkan, banyak teori yang lahir dari cabang-cabang
ilmu tersebut. Untuk itu, penulis mengkaji tentang manusia perspektif Al-Kindi.
Pemikiran Al-Kindi cukup besar dan mendasar terutama di bidang filsafat, fisika,
metafisika, efistemologi, dan etika. Ia mempertemukan antara filsafat dan agama.
Menurut Al-Kindi filsafat adalah ilmu tentang kebenaran atau ilmu yang termulia dan

1
Ismail, Filsafat Islam ( Tokoh dan Pemikirannyo), (cet.1 Bandung : ITB Press, 2013), hal.21
2
Muhammad Abdul Hadi Abu Zaidah, Rasa’il Al-Kindi al-falsafiyah, (Dar al-Fikral-
Arabiy,1369 H/1950M)

2
tertinggi martabatnya. Agama juga merupakan ilmu mengenai kebenaran.3 Al-Kindi
tidak spesifik menjelaskan tentang manusia melainkan Antropologi mengenai jiwa dan
sifatnya yang akan penulis angkat di latar belakang masalah ini. Konsep Al-Kindi
mengenai manusia ialah tentang Jiwa, Akal dan Etika, Jiwa dan sifat-sifatnya, Akan
dengan pengertiannya dan Etika dengan pemahamannya. Seperti halnya Jiwa menurut
Al-Kindi tidak tersusun, tetapi mempunyai arti penting, sempurna dan mulia, begitu
dengan sifat-sifatnya ialah berakal budi, bernafsu amarah, bernafsu syahwat. Begitu
juga dengan akal dalam pengertiannya digambarkan oleh Al-Kindi sebagai suatu esensi
sederhana yang dapat mengetahui realitas-realitas sebenarnya dari benda-benda dan
pemahaman etika ialah ilmu.

Dengan demikian, filsafat Al-Kindi adalah membahas soal Tuhan dan agama
menjadi dasar filsafatnya. Dengan demikian kerja filsafat yang dilakukan Al-Kindi
adalah mengharmonisasi antar filsafat dan agama. Bahwa antar keduanya tidak ada
perbedaan yang kontras. Ia mengatakan “Falsafah yang termulia dan tertinggi
derajatnya adalah falsafah utama , yaitu ilmu tentang yang benar pertama, yang
menjadi sebab bagi segala yang benar”.4 Terdapat perbedaan dengan orientasi filsafat
Aristoteles, bahwa filsafat adalah ilmu tentang wujud karena yang wujud memiliki
kebenaran. Berarti, orientasi filsafat al-Kindi adalah metafisik sedangkan Aristoteles
adalah dibangun di atas teori fisika.

METODE

Metode dalam Penelitian ini adalah library research, artinya data-data yang
digunakan berasal dari sumber kepustakaan baik itu primer maupun sekunder, baik
berupa buku, ensiklopedi, jurnal, majalah dan karya lain yang dipublikasikan. Teknik

3
Abu Ahmadi, Filsafat Islam, (Toha Putra : Semarang, 1982), hal.20
4
Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam Konsep, Filsuf dan Ajarannya, (Bandung : Pustaka
Setia, 2009), hal.56

3
Pengumpulan Data dalam penelitian ini dengan mengumpulkan literatur baik sebagai
sumber primer maupun sekunder untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan
Al-Kindi, kemudian melakukan analisis terhadap data-data yang diproleh.

PEMBAHASAN

A. Biografi Al-Kindi
Nama Lengkap Al-Kindi ialah Abu Yusuf Yakub ibn Ishaq ibn al-Sahabbah
ibn Imran ibn Muhammad ibn al-Asy`as ibn Qais ibn al-Kindi.5 Lebih populer
di kampus-kampus dan seminar-seminar filsafat dengan sebutan al-Kindi,
dinisbatkan kepada Kindah yaitu suatu kabilah terkemuka pra Islam yang
merupakan cabang dari Bani Kahlan yang menetap di Yaman. Pendidikan Al-
Kindi dimulai dari lingkungan keluarga yang pertama-tama diberikan padanya
adalah membaca Al-Qur’an, menulis dan berhitung. Pada masa kecilnya, Al-
Kindi sempat merasakan masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid yang
terkenal sangat memperhatikan dan mendorong perkembangan ilmu
pengetahuan bagi kaum Muslim. Ia pun banyak mempelajari sastra, agama dan
menerjemahkan beberapa buku yunani di dalam bahasa syiria kuno dan ke
dalam bahasa arab.
Orang tua Al-Kindi adalah gubernur dari Kufah pada masa pemerintahan
Al-Mahdi (775-758 M) dan Harun Al-Rasyid (786-809) dari Bani Abbas, akan
tetapi beberapa tahun setelah kelahiran Al-Kindi, ayahnya meninggal dunia
Ishaq Ibnu As-Sabah.6 Dengan demikian Al-Kindi pun dibesarkan dalam
keadaan yatim. Al-Kindi adalah keturunan suku kindah (Yaman), di bagian
arab selatan yang sejak dulu menempati daerah selatan Jazirah Arab yang
tergolong memiliki apresiasi kebudayaan yang cukup tinggi dan banyak

5
Ahwani Al Fuad Ahmad, Filsafat Islam, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1985) hal.64
6
Khan Mahdi Ali, Dasar-Dasar Filsafat Islam Pengantar ke Gebrang Pemikiran, (Bandung :
Nuansa, 2004) hal.47

4
dikagumi banyak orang. Ia lahir ditengah keluarga yang kaya akan informasi
kebudayaan dan berderajat tinggi serta terhormat dimata masyarakat.
Sebelum kepindahananya ke kota Basrah untuk menuntut ilmu lebih banyak
lagi, Al-Kindi telah menunjukan kecakapannya dan minatnya yang amat besar
terhadap ilmu pengetahuan, serta ketekunannanya belajar sejak kecil.
Pendidikan Al-Kindi pun berlanjut ke kota Baghdad, di kota ini Pengetahuan
Al-Kindi pun mengalami kemajuan bahkan Ia termasuk pelopor pemikiran
Islam dan peterjemah buku-buku asing kedalam bahasa Arab. Bermacam-
macam ilmu telah dikajinya termasuk filsafat, walapun pada masa-masa itu
penuh pertentangan agama dan mazhab yang di banjirin oleh paham golongan
mutazilah serta ajaran-ajaran syiah.
Di kota Baghdad Ia di perlakukan dengan baik oleh Al-Makmun dan
saudara-saudara laki-lakinya Al-Muktashim dan sampai akhirnya Al-Kindi
mendapatkan posisi penting sebagai guru tabib kerajaan, bahkan Ia dipercaya
Muktashim untuk mendidik anaknya yaitu Ahmad. Masa-masa yang penuh
dengan dinamika politik dan intelekrual serta puncak kejayaan Daulah
Abbasiyah dalam bidang militer dan politik. Suasana tersebut sangat kondusif
bagi Al-Kindi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan filsafatnya.7
Al-Kindi telah lahir di tengah situasi perkembangan pengetahuan dalam
Islam yang mendapatkan pengaruh dari pemikiran yunani. Saat itu
intelektualisme Islam berkembang dalam dua jalan yang berbeda :
1. Jalan Ortodoksi yang banyak ditempuh oleh mayoritas umat Islam yang
berusaha mengembangkan jenis ilmu-ilmu pengetahuan seperti : filologi,
sejarah, jurisprudensi.
2. Jalan Non-Ortodoksi yaitu jalan yang dipengaruhi oleh kebudayaan yunani,
siria, dan persia yang berusaha mengembangkan berbagai disiplin ilmu

7
Arsyad Natsir M, Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah, (Bandung : Mizan, 1989) hal.49

5
filsafat, matamatika, astronomi, astrologi, ilmu-ilmu fisika, dan geografi.
Al-Kindi pun mencoba menempuh jalan yang terakhir.

Al-Kindi termasuk filosof pertama yang berorientasi pada akal. Ia hidup


pada masa abbasiyah yang orientasi resminya adalah menghadapi keterasingan
akal yang diusung oleh al-manawiyah dan syi’ah. Ia hidup semasa dengan al-
makmun, al-mutashim, al-watsiq dan al-mutawakkil. Pada masa itu, Ia
menghadapi pada masa-masa penindasan, ketika terjadi transformasi sunni
yang di prakarsai al-mutawakkil guna menentang mu’tazilah. Dengan demikian
Al-Kindi terlibat pertarungan ideologis tersebut.8

B. Karier dan Karya-Karya Al-Kindi


1. Karier Al-Kindi
a. Ia membuat sebuah studi seksama tentang pengetahuan Yunani, Persia
dan India di Basrah dan Baghdad.
b. Ia lantas termasuk sebagai seorang ilmuwan filsafat, kedokteran dan
ilmu-ilmu spesifik.
c. Ia memasuki istana Abbasiyah pada masa kekuasaan al-Ma‟mun yang
mengangkatnya sebagai Pengawas Bait al-Hikmah untuk
menerjemahkan dan menyunting karya-karya Yunani.
d. Ia juga bertindak sebagai astrolog istana dan sebagai seorang tutor bagi
salah satu pangeran di istana.
e. Al-Kindi adalah seorang penulis dan ilmuwan ensiklopedi. Tulisan-
tulisan orisinalnya berjumlah 275, termasuk buku-buku filsafat, logika,
fisika, politik, psikolog, etika, matematika, astronomi, kedokteran,
musik, optik, astronomi, geografi, fenomenologi, sejarah peradaban,
teologi dan bidang-bidang lainnya.

8
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisime dalam Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1973) hal.15

6
f. Dia sangat dihormati oleh para pemikir Eropa abad pertengahan.

Dalam sejarah hidupnya, di samping dikenal sebagai filsuf, juga amat


masyhur namanya sebagai ilmuwan. Ia memiliki perpustakaan pribadi “Al-
Kindiyah” dengan sejumlah koleksi buku-buku, yang merupakan sumber
informasi pengetahuan.9

Al-Kindi mempertemukan agama dengan filsafat atas dasar


pertimbangan bahwa keduanya sama-sama merupakan ilmu tentang
kebenaran, sehingga diantara keduanya tidak ada perbedaan. Pengaruh
golongan Mu’tazilah nampak jelas pada jalan pemikirannya ketika ia
menetapkan kesanggupan akal manusia untuk mengetahui rahasia-rahasia
apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Ilmu filsafat pertama yang
meliputi ketuhanan, keesaan, keutamaan, dan ilmu-ilmu lain yang
mengajarkan bagaimana cara memperoleh hal-hal yang berguna dan
menjauhkan hal-hal yang merugikan dibawa juga oleh rasul Tuhan.

Al-Kindi menganut aliran Mu’tazilah dan kemudian belajar filsafat.


Zaman itu adalah zaman penterjemahan buku-buku Yunani dan Al-Kindi
kelihatannya turut juga aktif dalam gerakan penterjemahan ini, tetapi
usahanya lebih banyak dalam memberi kesimpulan dari pada penterjemah.
Kemudian ia sendiri mengarang buku-buku dan menurut keterangan Ibn al-
Nadim buku-buku yang ditulisnya (besar dan kecil) berjumlah 241 dalam
falsafat, logika, ilmu hitung, astronomi, kedokteran, ilmu jiwa, politik,
optika, musik, matematika, dan sebagainya.10

9
Soleh Khudori, Filsafat Islam dari Klasik hingga Kontemporer, (Yogyakarta : Ar-Ruzz, 2013),
hal.88
10
Supena Ilyas, Filsafat Islam, (Yogyakarta : Ombak, 2013) hal.79

7
2. Karya-Karya Al-Kindi
Dibanding dengan karyanya di bidang filsafat, sebenarnya karya-karya
ilmiahnya di bidang ilmu pengetauan jauh lebih banyak. Karena itu banyak
peneliti yang menganggap al-Kindi hanya sebagai ilmuwan dan bukan
sebagai filsuf.11 Karya-karyanya adalah sebagai berikut :
a. Bidang Astronomi
1) Risalah fi Masa’il Su’ila anha Ahwal al-Kawakib, jawaban terhadap
pernyataan-pernyataan tentang keadaan planet-planet.
2) Risalah fi Jawab Masa’il Thabi’iyyah fi Kayfiyyatul Nujumiyyah,
pemecahan soal-soal fisis tentang sifat-sifat perbintangan.
3) Risalah fi anna Ru’yat al-Hilal la Tudhbathu bi al-Haqiqah wa
innama al-Qawl fiha bi at-Taqrib, bahwa pengamatan astronomis
Bulan Baru tak dapat ditentukan dengan ketetapan mutlak.
4) Risalah fi Mathrah asy-Syu’aa, tentang proyeksi sinar.
5) Risalah fi Fashlayn, tentang dua musim (musim panas dan musim
dingin).
6) Risalah fi idhah ‘illat Ruju’ al-Kawakib, tentang penjelasan sebab
gerak ke belakang planet-planet.
7) Fi asy-Syu’a’at, tentang sinar (bintang)
b. Meteorologi
1) Risalah fi ‘illat Kawnu adh-Dhabab, tentang sebab asal mula kabut.
Ini telah diterbitkan dalam Rasa’il II : 76-8.
2) Risalah fi Atsar alladzi Yazhharu fi al-Jaww wa Yusamma
Kawkaban, tentang tanda yang nampak di langit dan disebut sebuah
planet.
3) Risalah fi ‘illat Ikhtilaf Anwa’us Sanah, tentang sebab perbedaan
dalam tahun-tahun.

11
Arsyad Natsir M, Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah, (Bandung : Mizan, 1989), hal.53-55

8
4) Risalah fi ‘illat allati laba Yabrudu ‘ala al-Jaww wa Yaskhunu
maqaruba min al-Ardh, tentang alasan mengapa bagian atas atmosfir
tetap dingin sedangkan bagian lebihh dekat dengan bumi tetap
panas.
5) Risalah fi al-Bard al-Musamma ‘Bard al-‘Ajuz”, tentang dingin “si
Nyonya Tua”.
c. Ramalan
1) Risalah fi Taqdimat al-Khabar, tentang prediksi.
2) Risalah fi Taqdimat al-Ma’rifah bi al-Ahdats, tentang ramalan
dengan (mengamati) gejala (meteorologi).
d. Magnitude (besaran)
1) Risalah fi Ab’ad Masafat al-Aqalim, tentang besarnya jarak antara
(tujuh) iklim.
2) Risalah fi Istikhraj Bu’da Markaz al-Qamar min al-Ardh, tentang
perhitungan jarak antara pusat bulan dan bumi.
3) Risalah fi Idhah Wujidan Ab’ad Bayna an-Nazhir wa Markaz
A’midat al-Jibad, tentang bagaimana menghitung jarak antara
seorang pengamat dan puncak gunung serta bagaimana menghitung
ketinggian gunung.
4) Risalah fi Istikhraj Alat wa’ Amaliha Yustakhraj biha Ab‟ad al-
Ajram, tentang konstruksi sebuah instrumen untuk menentukan
besarnya obyek-obyek yang diamati.
e. Ilmu Pengobatan
1) Risalah fi ‘illat Nafts ad-Damm, tentang hemoptesis (batuk darah
dari saluran pernapasan).
2) Risalah fi Asyfiyat as-Sumum, tentang obat penawar racun.
3) Risalah fi ‘illat al-Judzam wa Asyfiyatuhu, tentang penyakit lepra
dan pengobatannya.
4) Risalah fi ‘Adhat al-Kalb al-Kalib, tentang rabies.

9
5) Risalah fi ‘illat Baharin al-Amradh al-Haddah, tentang sebab igauan
dalam penyakit-penyakit akut.
f. Geometri
1) Risalah f ‘Amal Syakl al-Mutawassihayn, tentang konstruksi bentuk
garis-garis tengah.
2) Risalah fi Taqrib Watar ad-Da‟irah tentang perhitungan yang
mendekati dari daftar tali busur-tali busur sebuah lingkaran.
3) Risalah fi Taqrib Qawl Arsyamidas fi Qadar Quthr ad-Da’irah min
Muhithiha, tentang perhitungan teori Archimedes yang mendekati
mengenai besarnya suatu diameter, yang diketahui dari kelilingnya.
4) Risalah Ishlah Kitab Uqlidis, tentang perbaikan buku Euclides.
g. Ilmu Hitung
1) Risalah fi Madkhal ila al-Aritmathiqi, suatu pengantar ke ilmu
hitung.
2) Risalah fi al-Kammiyat, al-Mudhafah, tentang jumlah relatif.
3) Kitab fi al-Khalq an-Nusbiyah wa az-Zamaniyah, tentang mengukur
perbandingan-perbandingan dan masa.
4) Risalah fi at-Tawhid min al-A’dad, tentang keesaan dari segi-segi
angka.
h. Logika
1) Risalatuhu fi Madkhal al-Mantiq bi Istifa al-Qawl fihi, sebuah
pengantar lengkap logika.
2) Risalah fi al-Ibanah’an Qawl Bathlimayus fi al-Awwal Kitabihi al-
Majithi’an Qawl Aristhathalis fi Analuthiqa, tentang penjelasan
ulasan Ptolemy pada permulaan almagest, mengenai apa yang
dikatakan Aristoteles dalam analitiknya.
3) Ikhtisar Kitab Isaghuji li Farfuris, sebuah ikhtisar Eisagoge
Porphyry.
i. Falsafat Ketuhanan

10
1) Pengetahuan Ilahi.
2) Sebagai yang tercantum dalam Qur’an yaitu pengetahuan langsung
yang diperoleh Nabi dari Tuhan. Dasar pengetahuan ini ialah
keyakinan.
3) Pengetahuan manusiawi (human science atau falsafat), dasarnya
ialah pemikiran (ratio reason).12

C. Pemikiran Filsafat Al-Kindi


Al-Kindi adalah orang pertama yang memperkenalkan filsafat di dunia
Islam. Menurut al-Kindi, fungsi filsafat sesungguhnya bukan untuk menggugat
kebenaran wahyu atau untuk menuntut keunggulan yang lancang atau menuntut
persamaan dengan wahyu. Filsafat haruslah sama sekali tidak mengajukan
tuntutan sebagai jalan tertinggi menuju kebenaran dan mau merendahkan
dirinya sebagai penunjang bagi wahyu. Menurutnya, sebagaimana dikutip oleh
Salam, tidak pada tempatnya malu mengakui kebenaran darimana saja
sumbernya. Bagi mereka yang mengakui kebenaran tidak sesuatu yang lebih
berharga daripada kebenaran itu sendiri dan tidak pernah meremehkan martabat
orang yang menerimanya. Ia adalah orang yang berusaha untuk
menggabungkan antara kebenaran yang bersumber dari filsafat dan kebenaran
yang bersumber dari wahyu. Jadi ia berusaha menyesuaikan antara akal dengan
wahyu. Al-Kindi telah mampu menjadikan ilmu Yunani dapat diakses dan telah
membangun pondasi filsafat dalam Islam dari sumber yang dan sulit, yang
sebagian di antaranya diteruskan dan dikembangkan oleh Al-Farabi.13
Menurut Al-Kindi filsafat adalah pengetahuan yang benar. Sedang agama
menerangkan tentang apa yang benar. Jelas ada perbedaan antara filsafat dan
agama. Keduanya bertujuan untuk menerangkan apa yang benar dan yang baik.

Harun Nasution, Filsafat dan Mistisime dalam Islam,…., hal.14


12

Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam Konsep, Filsuf dan Ajarannya,…., hal.54
13

11
Agama disamping menerangkan wahyu juga mempergunakan akal, dan filsafat
mempergunakan akal. Wahyu tidak bertentangan dengan filsafat, hanya
argumentasi yang dikemukakan wahyu lebih meyakinkan daripada argumen
filsafat.14
Tuhan menurut Al-Kindi adalah pencipta alam, bukan penggerak pertama.
Tuhan itu Esa, Azali, Unik. Ia tidak tersusun dari materi dan bentuk, tidak
bertubuh dan bergerak. Ia hanyalah keesaan belaka, selain Tuhan semuanya
mengandung arti banyak. Sebagaimana telah diketahui, Al-Kindi banyak
mempelajari filsafat Yunani, maka dalam pemikirannya banyak kelihatan
unsur-unsur filsafat Yunani itu.15 Unsur-unsur yang terdapat dalam pemikiran
filsafat Al-Kindi ialah :
1. Aliran Pitagoras tentang matematika sebagai jalan ke arah filsafat.
2. Pikiran-pikiran Aristoteles dalam soal-soal fisika dan metafisika, meskipun
Al-Kindi tidak sependapat dengan Aristoteles tentang qadimnya alam.
3. Pikiran-pikiran Plato dalam soal kejiwaan.
4. Pikiran-pikiran Plato dan Aristoteles bersama-sama dalam soal etika.
5. Wahyu dan Iman (ajaran-ajaran agama) dalam soal-soal yang berhubungan
dengan Tuhan dan sifat-sifat-Nya.
6. Pikiran-pikiran aliran Mutazilah dalam penghargaan kekuatan akal dan
dalam menawilkan ayat-ayat Al-Qur’an.

Oleh karena pemikiran Al-Kindi banyak mendapat pengaruh filsafat


Yunani, maka sebagian penulis berpendapat bahwa al-Kindi mengambil alih
seluruh filsafat Yunani. Tetapi bila pemikirannya dipelajari dengan seksama,
tampak bahwa pada mulanya Al-Kindi mendapat pengaruh pikiran filsafat
Yunani, tetapi akhirnya Ia mempunyai kepribadian sendiri. Dari beberapa

14
George N Atiyeh, Al-Kindi tokoh Filosof Muslim, (Bandung : Pustaka, 1983), hal.52
15
Nasr Hossein Seyyed, Leamen Oliver, Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, (Bandung : Mizan,
2003), hal.210

12
pemikiran filsafat yang ditekuni, akhirnya Al-Kindi berkesimpulan bahwa
filsafat Ketuhananlah yang mendapat derajat atau kedudukan yang paling tinggi
dibandingkan dengan lainnya.

Ia memandang pembahasan mengenai Tuhan adalah sebagai bagian filsafat


yang paling tinggi kedudukannya. Selain itu, banyak pengamat mengatakan,
bahwa yang mempengaruhi pemikiran Al-Kindi bukan hanya filsafat Yunani,
akan tetapi juga Aliran Mutazilah yang sangat berpegang teguh terhadap Al-
Quran dan kekuatan akal, terutama di dalam mengemukakan pendapatnya yang
berhubungan dengan masalah Ketuhanan.16

Terlihat Filsafat Yunani mempengaruhi pola fikir Al-Kindi, salah-satunya


saat beliau memadukan perpaduan antara agama dan filsafat, dalam konsepsi
pemikirannya bahwa berfilsafat tidak bertentangan dengan agama, karena
filsafat adalah pengetahuan yang benar dan agama yang diwakili oleh Al-
Qur‟an membawa argumen-argumen yang lebih meyakinkan dan benar tidak
mungkin bertentangan dengan kebenaran yang dihasilkan filsafat, oleh karena
itu berfilsafat/mempelajarinya tidak dilarang, karena agama dan filsafat
mempunyai tujuan yang sama yakni kebaikan dan kebenaran. Menurutnya
siapapun yang menolak filsafat dapat digolongkan sebagai “kafir”, karena
sudah jelas bahwa ia mengingkari kebenaran, kendatipun ia merasa dirinya
paling benar. Pengetahuan tentang kebenaran –termasuk yang dihasilkan
filsafat– berkenaan dengan kebenaran tentang Tuhan, segala sesuatu yang baik
dan berguna dan juga sebagai alat untuk menjauhi larangan-Nya dan
menjalankan perintah-Nya. Adalah kebenaran yang harus disambut baik
kedatangannya, darimanapun itu datangnya. Bukan malah menjauhi atau
bahkan menolaknya.17

16
Ibid., hal.215
17
Ibid., hal.19

13
PENUTUP

A. Kesimpulan
Al-Kindi adalah filsuf pertama dalam Islam, yang menyelaraskan antara
agama dan filsafat. Ia melicinkan jalan bagi Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu
Rusdy. Ia memberikan dua pandangan berbeda. Pertama, mengikuti jalur ahli
logika dan memfilsafatkan agama. Kedua, memandang agama sebagai sebuah
ilmu ilahiah dan menempatkannya di atas filsafat. Ilmu ilaihiah ini diketahui
lewat jalur para Nabi. Akan tetapi, melalui penafsiran filosofis, agama menjadi
selaras dengan filsafat.
Persoalan metafisika telah dibicarakan oleh al-Kindi dalam Jumrohtul
Wahda: Filsafat Al-Kindi Dalam beberapa risalahnya, antara lain risalah yang
berjudul “tentang filsafat pertama” dan “tentang keesaan Tuhan dan
berakhirnya benda-benda alam”. Tuhan adalah wujud sempurna yang tidak
didahului oleh wujud lain, tidak berakhir wujud-Nya dan tidak ada wujud
kecuali dengan-Nya. Sesuai dengan paham yang ada dalam Islam, Tuhan bagi
Al-Kindi adalah Pencipta bukan penggerak pertama sebagaimana pendapat
Aristoteles.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1982. Filsafat Islam. Toha Putra : Semarang


Ahwani Al Fuad Ahmad. 1985. Filsafat Islam. Jakarta : Pustaka Firdaus
Arsyad Natsir M. 1989. Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah. Bandung : Mizan

George N Atiyeh. 1983. Al-Kindi tokoh Filosof Muslim. Bandung : Pustaka


Ilyas, Supena. 2013. Filsafat Islam. Yogyakarta : Ombak

Ismail. 2013. Filsafat Islam ( Tokoh dan Pemikirannya). cet.1 Bandung : ITB Press
Khan Mahdi Ali. 2004. Dasar-Dasar Filsafat Islam Pengantar ke Gebrang Pemikiran.
Bandung : Nuansa

Khudori, Soleh. 2013. Filsafat Islam dari Klasik hingga Kontemporer. Yogyakarta :
Ar-Ruzz
Muhammad Abdul Hadi Abu Zaidah. 1369 H/1950M. Rasa’il Al-Kindi al-falsafiyah.
Dar al-Fikral-Arabiy

Nasr Hossein Seyyed. Leamen Oliver. 2003. Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam.
Bandung : Mizan

Nasution, Harun. 1973. Filsafat dan Mistisime dalam Islam. Jakarta : Bulan Bintang

Supriyadi, Dedi. 2009. Pengantar Filsafat Islam Konsep, Filsuf dan Ajarannya.
Bandung : Pustaka Setia

15

Anda mungkin juga menyukai