Anda di halaman 1dari 17

“HADIS SUNAN ABU DAUD”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Naskah Hadist

Dosen Pengampu:
Taufik Hidayat, S.Ag, MA

Disusun oleh:
Kelompok 4
1. Siti Uswatun Hasanah 3121071
2. Rahmadania 3121061
3. Adella Fitri Fawwazah 3121069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan taufiq
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan
Salam semoga tetap tercurah pada junjungan Nabi Muhammad SAW, para sahabat
dan keluarganya.
Makalah yang berjudul “Hadis Imam Abu Daud” ini, merupakan salah satu
tugas kelompok dalam mata kuliah Studi Naskan Hadist.
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan, oleh karena itu kami
harap pembaca dapat memberikan kritik dan saran agar penulis bisa membuat
makalah yang lebih baik dikemudian hari. Penulis mengucapkan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada kita semua yang telah membaca.

Jakarta, 06 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 1
C. Tujuan Masalah .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
A. Latar Belakang Imam Abu Daud .................................................. 3
B. Guru-guru Imam Abu Daud .......................................................... 5
C. Murid-murid Imam Abu Daud ...................................................... 5
D. Karya-karya Imam Abu Daud....................................................... 6
E. Penilaian Ulama Terhadap Imam Abu Daud ............................... 7
F. Sistematika Penyusunan Kitab ...................................................... 7
G. Penilaian Para Ulama’ Terhadap Kitab Sunan Abu Daud ......... 9
H. Contoh Hadis ................................................................................. 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13
Kesimpulan ...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam konteks keilmuan Islam, mempelajari hadis Abu Daud juga dapat
membantu seseorang dalam mengevaluasi keaslian dan kualitas hadis lainnya.
Sebagai seorang Muslim, mempelajari hadis Abu Daud juga merupakan salah satu
cara untuk memperkuat iman dan taqwa, serta untuk meningkatkan kedekatan
dengan Allah SWT.
Mempelajari hadis Abu Daud sangat penting karena hadis Abu Daud termasuk
salah satu sumber penting dalam ajaran Islam. Abu Daud adalah seorang ahli hadis
terkemuka yang telah mengumpulkan banyak hadis dari Nabi Muhammad SAW
dan para sahabatnya. Kumpulan hadis Abu Daud dikenal sebagai Sunan Abu Daud
dan telah dianggap sebagai salah satu dari enam kitab hadis utama dalam Islam.
Mempelajari hadis Abu Daud sangat penting karena hadis-hadis yang terdapat
di dalamnya memberikan banyak informasi tentang ajaran Islam dan tuntunan
hidup yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, hadis Abu
Daud juga menjadi rujukan dalam menyelesaikan perbedaan pendapat dalam
masalah-masalah keagamaan, seperti ibadah, akhlak, dan hukum Islam.
Dengan mempelajari hadis Abu Daud, seseorang dapat lebih memahami ajaran
Islam secara utuh dan menyeluruh, serta dapat mengetahui bagaimana Nabi
Muhammad SAW mempraktikkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Hal
ini juga dapat membantu seseorang dalam meningkatkan kualitas ibadah dan
perilaku keislamannya.

B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana Latar Belakang Sunan Abu Daud?
2. Siapa saja guru Imam Abu Daud ?
3. Siapa saja murid Imam Abu Daud?
4. Apa saja karya Imam Abu Daud?
5. Bagaimana penilaian Ulama terhadap Imam Abu Daud?
6. Bagaimana sistematika penyusuna kitab hadis Abu Daud?

1
7. Bagaimana penilaian Ulama terhadap Kitab Sunan Abu Daud?
8. Apa contoh hadis dari Abu Daud
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana latar belakang Sunan Abu Daud?
2. Untuk mengetahui siapa saja guru Imam Abu Daud ?
3. Untuk mengetahui siapa saja murid Imam Abu Daud?
4. Untuk mengetahui apa saja karya Imam Abu Daud?
5. Untuk mengetahui bagaimana penilaian Ulama terhadap Imam Abu Daud?
6. Untuk mengetahui bagaimana sistematika penyusuna kitab hadis Abu
Daud?
7. Untuk mengetahui bagaimana penilaian Ulama terhadap Kitab Sunan Abu
Daud?
8. Untuk mengetahui apa contoh hadis dari Abu Daud

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Imam Abu Daud
Nama lengkap Imām Abū Dāud adalah Abū Dāud Sulaimān bin al-Asy’as bin
Ishāq al-Azdy al-Sijistāniy. Ia dilahirkan pada 202 H di Sijistan suatu Kota di
Basrah. Beliau lahir bertepatan masa dinasti Abbasiyah yang dijabat oleh khalifah
al-Ma’mun. Azdiy adalah sebuah suku besar di Yaman yang merupakan bakal tunas
imigrasi kekota Yasrib (Madinah) dan merupakan inti kelompok al-Anshar
(penerima) di Madinah. Sedangkan kata al-Sijistani memberikan tanda bahwa
beliau berasal dari daerah tersebut yaitu daerah terkenal di India bagian selatan,
akan tetapi ada yang berpendapat (Ibn al-Subki dan Ibn Hallikan) ia merupakan
nama daerah di Yaman dan ada yang berpendapat bahwa Sijistani adalah area yang
terletak antara Iran dan Afganistan (Kabul).
Disamping itu Imām Abū Dāwud juga diperkenalkan kepada hadis Nabi,
sehingga ia pun tertarik untuk mengaji dan mendalaminya, kecendrungannya untuk
menelaah dan mengaji hadis begitu menggelora. Berbagai ilmu ḥadīts pun dikuasai
dengan baik. Ia hafal banyak hadis dan juga rajin megoleksinya. Hampir semua
guru besar hadis dinegrinya ia datangi. Ia mendengar langsung penyampaian hadis
dari mereka, tidak jarang ia membacakan sebuah hadis dibawah arahan mereka.
Disamping itu, masih banyak lagi tata cara mendapatkan hadis yang ia lakukan
kepada para gurunya. Masa perkenalan dan pendalaman terhadap hadis di negerinya
terhitung cukup lama. Mulai balig sampai berusia 19 tahun. Hingga usia tersebut,
ia hanya belajar kepada para guru hadits di negerinya. Baru ketika berusia kurang
lebih 20 tahun, ia berkelana ke Bagdad.
Beliau memulai perjalanannya ke Baghdad (Iraq) dan menemui kematian Imam
Affan bin Muslim, sebagaimana yang beliau katakan: "Aku menyaksikan
jenazahnya dan menshalatkannya" (Tarikh Al Baghdady). Walaupun sebelumnya
Beliau telah pergi ke negeri-negeri tetangga Sajistaan, seperti Khurasan, Baghlan,
Harran, Rai dan Naisabur.
Setelah beliau masuk kota Baghdad, beliau diminta oleh Amir Abu Ahmad Al
Muwaffaq untuk tinggal dan menetap di Bashrah, dan beliau menerimanya, akan

3
tetapi hal itu tidak membuat beliau berhenti dalam mencari hadits, bahkan pada
tahun 221 H beliau datang ke Kuffah dan mengambil hadits dari Al Hafidz Al Hasan
bin Rabi' Al Bajaly dan Al Hafidz Ahmad bin Abdillah bin Yunus Al Yarbu’iy
(mereka berdua termasuk guru-gurunya Imam Muslim).
Sebelumnya beliau berkelana ke Makkah dan meriwayatkan hadits dari
Abdullah bin Maslamah Al Qa'naby (Wafat tahun 221 H), demikian juga ke
Damaskus (ibu kota Suria sekarang) dan mengambil hadits dari Ishaq bin Ibrohim
Al Faradisy dan Hisyam bin Ammaar, lalu pada tahun 224 H pergi ke Himshi dan
mengambil hadits dari Imam Hayawah bin Syuraih Al Himshy, dan mengambil
hadits dari Abu Ja'far An Nafiry di Harran juga pergi ke Halab dan mengambil
hadits dari Abu Taubah Rabi' bin Nafi' Al Halab, lalu berkelana ke Mesir dan
mengambil hadits dari Ahmad bin Shaleh Ath Thabary, kemudian beliau tidak
berhenti mencari ilmu di negeri-negeri tersebut bahkan sering sekali bepergian ke
Baghdad untuk menemui Imam Ahmad bin Hambal disana dan menerima serta
menimba ilmu darinya. Walaupun demikian beliaupun mendengar dan menerima
ilmu dari ulama-ulama Bashroh, seperti: Abu Salamah At-Tabudzaky, Abul Walid
Ath-Thayalisy dan yang lain-lainnya. Karena itulah beliau menjadi seorang imam
ahli ḥadīts yang terkenal banyak berkelana dalam mencari ilmu.
Setelah dewasa, beliau melakukan rihlah dengan intensif untuk mempelajari
ḥadīts. Ia melakukan perjalanan ke Hijaz, Syam, Irak, Jazirah Arab dan Khurasan
untuk bertemu ulama-ulama Hadits. Pengembaraanya yang sangat panjang dan
melelahkan ini ternyata membuahkan hasil yang sangat luar biasa. Melalui rihlah
keilmuan inilah Abū Dāwud mendapatkan hadis yang sangat banyak untuk
dijadikan referensi dalam penyusunan kitab sunannya.
Selain itu, Imām Abū Dāwud juga dikenal sebagai seorang yang jujur, taqwa
dan adil, hal tersebut diakui oleh banyak ulama. Selain sebagai periwayat hadits,
pengumpul dan penyusun hadits, Imām Abū Dāwud juga dikenal sebagai ahli
hukum dan sekaligus kritikus hadits yang baik, sehingga beliau dijuluki sebagai al-
Hifz at-Tamm al-‘Ilm al-Wafir dan juga al-Fahm al-Tsaqib fi al-Ḥadits. Oleh
karenanya, banyak ulama yang memberikan pujian dan penghargaan kepada beliu,
di antaranya dari guru beliau sendiri, yaitu Imām Ahmad bin Hanbal

4
B. Guru-guru Imam Abu Daud
Guru-guru Imām Abū Dāwud antara lain:
1. Aḥmad bin Hanbal
2. Qutaibah bin Sa’ad
3. Yahya bin Ma’in Abu Zakariya
4. Al-Hafihz Abu Ja’far an-Nufailiy
5. Ishaq bin Rahawaih
6. Ahmad bin Shalih
7. Sa’id bin Manshur bin Syu’bah al-Jauzajaniy al-Baghdadiy
8. Amru bin Aun
9. Shafwan bin Shalih
10. Haiwah bin Syuraih al-Himshiy
11. Hisyam bin Ammar
12. Amru bin Marzuq
13. Musaddad bin Masarhad
14. Abu Abdurrahman Utsman bin Muhammad bin Abi Sufinah.
C. Murid-murid Imam Abu Daud
1. Al-Hafizh Abu Ali bin Ahmad bin Amr al-Lu,lu,i al-Bashriy,
2. Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa at-Tirmidzi,
3. Abu Sa’id Ahmad bin Muhammad al-Arabiy,
4. Al-Hafizh Abdurrahman Ahmad bin Syu’aib bin Ali bin Sinan bin Bahr bin
Dinar an-Nasa’i,
5. Abdullah bin Sulaiman bin al-Asy’ats (anaknya)
6. Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Harun al-Khilal,
7. Abu Bisyr ad-Daulabiy
8. Muhammad bin Ja’far al-Farabiy,
9. Muhamad bin Makhlad bin al-Aththar al-Khatib,
10. Abu Awanah Ya’qub bin Ishaq al-Isfaraayainiy,
11. Isma’il bin Muhammad as-Shafar,

5
12. Harb bin Isma’il, dll
D. Karya-karya Imam Abu Daud
Adapun karya yang dihasilkan oleh Imām Abū Dāwud adalah sebagai berikut:
1. Al-Marāsil, kitab ini merupakan kumpulan ḥadīts-ḥadīts mursal (gugur
perawinya), yang disusun secara tematik, adapun jumlah haditsnya adalah
6000 ḥadīts.
2. Masa’il al-Imam Ahmad
3. Al-Naskh wa al-Mansukh
4. Risalah fi Wasf Kitab Sunan
5. Al-Zuhd
6. Ijabat al-Salawat al-Ajjuri
7. As’illah Ahmad bin Hanbal
8. Tasmiyah al-Akhwan
9. Qaul Adar
10. Al-Ba’as wa Al-Nusyur
11. Al-Masa’il allati Halaf Alaihi Al-Imam Aḥmad
12. Dala’il Al-Ansar
13. Fadha’il Al-Ansar
14. Musnad Malik
15. Al-Du’a
16. Ibtida’ Al-Waḥyi
17. Al-Tafarrud fi Sunan
18. Akhbar Al-Khawarij
19. A’lam Al-Nubuwwat
20. Sunan Abū Dāwud
Dari karya-karya tersebut di atas, yang paling populer adalah kitab Sunan Abū
Dāwud. Menurut riwayat Abū Ali bin Aḥmad bin ‘Amr Al-Lu’lui Al-Basri, seorang
ulama ḥadīts mengatakan: “hadīts telah dilunakkan Abū Dāud, sebagaimana besi
telah dilunakkan Nabi Dāud ‘Alaihi as-Salām”. Ungkapan tersebut adalah
perumpamaan bagi seorang ahli hadīts, yang telah mempermudah yang rumit dan
mendekatkan yang jauh, serta memudahkan yang sukar.

6
E. Penilaian Ulama Terhadap Imam Abu Daud
Di kalangan kritikus hadīts, Imām Abū Dāud mendapatkan penilaian.
1. Musa bin Harun berkata: bahwa Imām Abū Dāud diciptakan di dunia untuk
hadīts dan di akhirat untuk surga. “Aku tidak pernah melihat orang yang
lebih utama dari dia.”
2. Abū Hatim bin Hibbān menyatakan bahwa Imām Abū Dāud adalah seorang
imam dunia dalam bidang fiqh, ilmu, hafalan, dan ibadah. Beliau telah
mengumpulkan hadīts-hadīts dan tegak mempertahankan sunnah.
3. Al-Hakim mengatakan bahwa Imām Abū Dāud adalah imam ahli hadīts
pada zamannya, tidak ada yang menyamainya.
4. Ibrahim al-Asbahani dan Abu Bakar bin Sadaqah menyanjung Abū Dāud
dan mereka memuji beliau yang belum pernah diberikan kepada siapapun
di masanya.
5. Maslahah bin Qasim mengatakan bahwa Imām Abū Dāud adalah seorang
zahid, mempunyai ilmu pengetahuan tentang hadīts, seorang Imam pada
zamannya.
6. Ahmad bin Muhammad bin Yasin al-Harawi menyatakan bahwa Imām Abū
Dāud adalah salah satu orang yang hafidz dalam bidang hadīts, yang
memahami hadīts beserta illat dan sanadnya, dan memiliki derajat tinggi
dalam beribadah, kesucian diri, ke-shahih-an, dan ke-wara’an.
7. Imam Al Khallal berkata: "Imām Abū Dāud adalah Imām yang
dikedepankan pada zamannya".
8. Abu Bakr Ash Shaghany berkata: "Hadits dilemaskan bagi Imām Abu Dāud
sebagaimana besi dilemaskan bagi Nabi Daud". (Thabaqatus Syafi'iyah
2/293).
F. Sistematika Penyusunan Kitab
Dalam Sunan Abu Daud, beliau membagi hadisnya dalam beberapa kitab.
Setiap kitab berisi sejumlah bab. Adapun perinciannya adalah 35 kitab, 1.871 bab,
dan 4.800 hadis. Tetapi menurut perhitungan Muhammad Muhyiddin Abdul
Hamid, jumlahnya sebanyak 5.274 hadis. Perbedaan penghitungan sangatlah wajar,

7
karena Abu Daud sering mencantumkan satu hadis di tempat yang berbeda.
Tindakan ini dilakukan untuk menjelaskan kandungan hukum dari hadis tersebut.
Di samping itu, beliau ingin memperbanyak jalur sanad.
Abu Daud dalam menyusun kitabnya menurut sistematika atau urutan bab-bab
fiqih yang dapat memudahkan pembaca ketika akan mencari hadis-hadis yang
berkaitan dengan masalah tertentu. Adapun sistematika atau urutan penulisan hadis
dalam kitab Sunan Abu Daud sebagai berikut:
JUMLAH
No. NAMA KITAB
BAB HADIS
1 Kitab al-Taharah 143 390
2 Kitab al-Salat 367 1165
3 Kitab al-Zakat 47 145
4 Kitab al-Luqatah (barang temuan) - 20
5 Kitab al-Manasik (manasik haji) 98 325
6 Kitab al-Nikah (pernikahan) 50 129
7 Kitab al-Talaq (perceraian) 50 138
8 Kitab al-Saum (puasa) 81 164
9 Kitab al-Jihad 182 311
10 Kitab Dahaya (binatang kurban) 20 56
11 Kitab al-Said (perburuan) 4 18
12 Kitab al-Wasaya (wasiat) 17 23
13 Kitab al-Fara’id (kewarisan) 17 43
14 Kitab al-Kharaj wa al-Imarah (pajak
40 161
dan kepemimpinan)
15 Kitab al-Janaiz (jenazah) 84 153
16 Kitab al-Aiman wa al-Nuzur (sumpah
32 84
dan nazar)
17 Kitab al-Buyu’ wa al-Ijarah (jual beli
92 245
dan sewa-menyewa)
18 Kitab al-Aqdiyah (peradilan) 30 70

8
19 Kitab al-‘Ilm (ilmu) 13 28
20 Kitab al-Asyribah (minuman) 22 67
21 Kitab al-At’imah (makanan) 55 119
22 Kitab al-Tib (pengobatan) 24 71
23 Kitab al-‘Atqu (pemerdekaan budak) 15 43
24 Kitab al-Huruf wa al-Qira’ (huruf dan
- 40
bacaan)
25 Kitab al-Hammam (kamar mandi) 3 11
26 Kitab al-Libas (busana) 47 139
27 Kitab al-Tarajjul (menghiasi rambut) 21 55
28 Kitab al-Khatam (cincin) 8 26
29 Kitab al-Fitan (fitnah-fitnah) 7 39
30 Kitab al-Mahdi - 12
31 Kitab al-Malahim (peperangan) 18 60
32 Kitab al-Hudud 40 143
33 Kitab al-Diyat 32 102
34 Kitab al-Sunnah 32 177
35 Kitab al-Adab 108 502

Dari pembagian di atas, dapat penulis garis bawahi bahwa kitab Sunan Abu
Daud merupakan kumpulan hadis-hadis hukum, mulai dari masalah thaharah,
shalat, zakat, hingga masalah hudud dan diyat. Namun ada beberapa hadis yang
bukan hadis ahkam yaitu bab ‘ilmu dan adab. Beliau juga tidak mencantumkan
hadis-hadis yang berisi kisah-kisah ataupun nasihat. Bab-bab hadis tersebut beliau
susun berdasarkan urutan bab-bab fiqih. Ini bertujuan agar susunan hadis lebih
sistematis sehingga memudahkan umat Islam dalam usahanya mengkaji hadis Nabi
SAW.

G. Penilaian Para Ulama’ Terhadap Kitab Sunan Abu Daud


Di antara pandangan positif ulama terhadap Sunan Abu Daud antara lain:

9
1. Al-Khattabi berkata, “Ketahuilah kitab Sunan Abu Daud adalah sebuah
kitab yang mulia mengenai hadis-hadis hukum yang belum pernah suatu
kitab disusun sepertinya. Para ulama menerima dengan baik kitab Sunan
tersebut. Karenanya, dia menjadi hakim antara ulama dan fuqaha yang
berlainan madzhab. Kitab ini menjadi pegangan ulama Irak, Mesir,
Maroko, dan negeri lain.”
2. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengemukakan, “Kitab Sunan Abu Daud
memiliki kedudukan tinggi dalam dunia Islam dan sebagai pemberi
keputusan bagi perselisihan pendapat. Kepada kitab itulah orang-orang
jujur mengharapkan keputusan. Mereka merasa puas atas keputusan dari
kitab tersebut, karena Abu Daud telah menghimpun segala macam hadis
hukum dan menyusunnya dengan sistematika yang baik dan indah, serta
membuang hadis yang lemah.”
3. Ibnu al-‘Arabi mengatakan, “Apabila seseorang sudah memiliki Kitabullah
dan kitab Sunan Abu Daud, maka ia tidak lagi memerlukan kitab lainnya.”
4. Imam al-Ghazali berkata, “Kitab Sunan Abu Daud sudah cukup bagi para
mujtahid untuk mengetahui hadis-hadis tentang hukum.”

Di samping penilaian positif dari sebagian besar ulama atas kitab Sunan Abu
Daud, ada pula ulama hadis yang mengkritik hadis-hadis yang terdapat dalam kitab
tersebut. Ia adalah Ibnu al-Jauzi. Ibnu al-Jauzi menemukan hadis-hadis yang
maudlu’ (palsu). Jumlah hadis Abu Daud yang dikritik ada sembilan buah. Namun
kritikan tersebut telah disanggah oleh Jalaluddin al-Suyuti dalam kitabnya yang
berjudul al-La’ali al-Masnu’ah fi Ahadis al-Maudlu’ah, dan Ali bin Muhammad
bin Iraq al-Kunani dalam kitabnya Tanjih al-Syari’ah al-Maudlu’ah.
Menurut penulis, pendapat Ibnu al-Jauzi tersebut tidak memiliki landasan atau
alasan yang kuat. Hal ini dikarenakan, dari sikapnya yang asal-asalan dalam
mengkaji hadis serta terkenal gampang mengatakan maudlu’ terhadap hadis-hadis
yang dikajinya, sehingga tingkat kepercayaan terhadap pendapatnya sangat rendah.
Terlepas dari kritikan yang dilontarkan oleh Ibnu al-Jauzi, jika melihat ada
begitu banyak ulama yang menilai positif terhadap kitab Sunan Abu Daud, dapat

10
penulis simpulkan bahwa Sunan Abu Daud memang patut menjadi salah satu dari
enam bahkan lima kitab pokok (Kutubus Sittah atau Kutubul Khomsah) karena
usaha serta metode yang luar biasa dari penyusunnya yakni Abu Daud. Kitab ini
pantas dijadikan pegangan bagi para mujtahid. Kitab ini juga dapat dijadikan
jembatan bagi ulama-ulama atau fuqaha yang berlainan madzhab dan berbeda
pendapat.
H. Contoh Hadis
1. Bacaan Sayyidina
Hadits Abu Daud Nomor 4673

ٍ ‫َحدَّثَنَا َع ْم ُرو ْبنُ عُثْ َمانَ َحدَّثَنَا ْال َو ِليد ُ َع ْن ْاْل َ ْوزَ ا ِعي ِ َع ْن أ َ ِبي َع َّم‬
َ ‫ار َع ْن َع ْب ِد اللَّ ِه ب ِْن فَرو َ َع ْن أ َ ِبي ر َُرر َْر َ َاا‬
َ ‫ض َوأ َ َّو ُ شَافِعٍ َوأ َ َّو ُ ُم‬
ٍ‫شفَّع‬ ُ ‫سيِد ُ َولَ ِد آدَ َم َوأ َ َّو ُ َم ْن ت َ ْنشَق َع ْنهُ ْاْل َ ْر‬
َ ‫سلَّ َم أَنَا‬
َ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫سو ُ اللَّ ِه‬
ُ ‫اَا َ َر‬

Telah menceritakan kepada kami [Amru bin Utsman] berkata, telah


menceritakan kepada kami [Al Walid] dari [Al Auza'i] dari [Abu Ammar] dari
[Abdullah bin Farrukh] dari [Abu Hurairah] ia berkata, "Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Aku adalah pemimpin anak Adam, orang yang pertama
kali keluar dari perut bumi (dibangkitkan) dan orang yang pertama kali memberi
syafaat dan mendapat izin untuk memberikannya."
[Abu Daud]

2. Apa yang dibaca saat rukuk dan sujud


َ ‫سى اَا َ أَبُو‬
َ‫سلَ َمة‬ َ ‫ع ْن ُمو‬
َ ‫ار ِك‬ َ ‫سى ْبنُ ِإ ْس َم ِعي َل ْال َم ْعنَى اَ َاَل َحدَّثَنَا ا ْبنُ ْال ُم َب‬ َ ‫الر ِبي ُع ْبنُ نَا ِفعٍ أَبُو ت َْو َبةَ َو ُمو‬
َّ ‫َحدَّثَنَا‬
‫صلَّى‬َ ‫سو ُ اللَّ ِه‬ ُ ‫س ِب ْح بِاس ِْم َربِكَ ْالعَ ِظ ِيم } اَا َ َر‬ َ َ‫ت { ف‬ ْ َ‫ام ٍر اَا َ لَ َّما نَزَ ل‬ ِ ‫ع ْقبَةَ ب ِْن َع‬ ُ ‫وب َع ْن َع ِم ِه َع ْن‬َ ‫سى ب ِْن أَر‬ َ ‫ُمو‬
ُ‫س ُجو ِد ُك ْم َحدَّثَنَا أَحْ َمد‬
ُ ‫سبِ ْح اس َْم َربِكَ ْاْل َ ْعلَى } اَا َ اجْ عَلُورَا فِي‬ َ {‫ت‬ ْ َ‫سلَّ َم اجْ عَلُورَا فِي ُر ُكو ِع ُك ْم فَلَ َّما نَزَ ل‬
َ ‫اللَّه ُ َعلَ ْي ِه َو‬
‫ع ْقبَةَ ْب ِن‬
ُ ‫ع ْن‬ َ ‫وب َع ْن َر ُج ٍل ِم ْن اَ ْو ِم ِه‬ َ ‫سى ب ِْن أَر‬ َ ‫سى أ َ ْو ُمو‬ َ ‫وب ب ِْن ُمو‬ َ ‫س ْع ٍد َع ْن أَر‬ ُ ‫س َحدَّثَنَا اللَّي‬
َ َ‫ْث رَ ْعنِي ابْن‬ َ ُ‫ْبنُ رُون‬
‫ي ْال َع ِظ ِيم َو ِب َح ْم ِد ِه ث َ ََلثا َو ِإذَا‬ ُ َ ‫س َّل َم ِإذَا َر َك َع َاا‬
َ ‫س ْب َحانَ َر ِب‬ َ ‫ص َّلى ال َّلهُ َع َل ْي ِه َو‬
َ ‫سو ُ ال َّل ِه‬
ُ ‫ام ٍر ِب َم ْعنَاهُ زَ ادَ اَا َ فَ َكانَ َر‬
ِ ‫َع‬
‫َة اَا َ أَبُو دَ ُاود‬
َ ‫َاف أ َ ْن ََل تَ ُكونَ َمحْ فُو‬
ُ ‫الز َرادَ ُ نَخ‬ِ ‫ي ْاْل َ ْع َلى َو ِب َح ْم ِد ِه ث َ ََلثا َاا َ أَبُو دَ ُاود َو َر ِذ ِه‬ ُ َ ‫س َجدَ َاا‬
َ ‫س ْب َحانَ َر ِب‬ َ
‫س‬َ ُ‫ث أَحْ َمدَ ب ِْن رُون‬
ِ ‫الربِيعِ َو َحدِر‬
َّ ‫ث‬ ِ ‫ص َر بِإ ِ ْسنَا ِد َرذَر ِْن ْال َحدِرثَي ِْن َحدِر‬ ْ ‫ا ْنفَ َردَ أ َ ْر ُل ِم‬

11
Telah menceritakan kepada kami Ar Rabi' bin Nafi' Abu Tsaubah dan Musa
bin Isma'il sedangkan maksud haditsnya sama, keduanya berkata; telah
menceritakan kepada kami Ibnu Al Mubarrak dari Musa. Abu Salamah Musa bin
Ayyub mengatakan; dari pamannya dari 'Uqbah bin 'Amir dia berkata; Ketika turun;
"FASABBIH BISMIRABBIKAL 'ADZIIM (maka sucikanlah dengan nama
Rabbmu yang Maha Agung)." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Jadikanlah ia sebagai bacaan ruku' kalian." dan ketika turun; "SABBIHISMA
RABBIKAL A'LA (Sucikanlah dengan nama Rabbmu yang Maha tinggi) " maka
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jadikanlah ia sebagai bacaan
sujud kalian." telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus telah
menceritakan kepada kami Al Laits yaitu Ibnu Sa'd dari Ayyub bin Musa atau Musa
bin Ayyub dari seorang laki-laki dari Kaumnya dari 'Uqbah bin 'Amir dengan
makna yang sama, dia menambahkan; Uqbah berkata; "Apabila Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam ruku' beliau mengucapkan; "Subhaana rabbiyal 'azhiim
wa bihamdihi (Maha suci Rabbku yang Maha Agung dengan pujian-Nya) "
sebanyak tiga kali, dan apabila sujud beliau mengucapkan; "Subhaana rabbiyal a'la
wa bihamdih (Maha suci Rabbku yang Maha Tinggi dengan segala pujian-Nya) "
sebanyak tiga kali." Abu Daud mengatakan; "Saya khawatir tambahan ini tidak dari
tambahan yang benar-benar terjaga (kebenarannya)." Abu Daud mengatakan;
"Penduduk Mesir meriwayatkan dengan periwayatan tunggal mengenai dua isnad
hadits ini yaitu hadits Rabi' dan hadits Ahmad bin Yunus. [Hadits Sunan Abu
Dawud No. 736 - Kitab Shalat]

12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Nama lengkap Imām Abū Dāud adalah Abū Dāud Sulaimān bin al-Asy’as bin
Ishāq al-Azdy al-Sijistāniy. Ia dilahirkan pada 202 H di Sijistan suatu Kota di
Basrah. Sejak kecil, Abu Dawud sudah sangat mencintai ilmu dan suka belajar
karena kedekatannya dengan para ulama. Sebelum menginjak usia dewasa, ia sudah
mulai mempersiapkan diri mengembara ke berbagai negeri. Begitu dirasa umurnya
cukup, Abu Dawud pergi untuk belajar dengan para ulama yang ditemuinya di
Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Sagar, dan Khurasan. Pengembaraanya yang sangat
panjang dan melelahkan ini ternyata membuahkan hasil yang sangat luar biasa.
Melalui rihlah keilmuan inilah Abū Dāwud mendapatkan hadis yang sangat banyak
untuk dijadikan referensi dalam penyusunan kitab sunannya.
Sejarah mencatat namanya sebagai seorang yang tekun dan cermat dalam
meriwayatkan dan mengumpulkan hadis Nabi SAW. Karya monumentalnya, Sunan
Abu Dawud, termasuk dalam jajaran Kutub as-Sittah, yakni enam kitab hadis yang
paling otoritatif.
Banyak ulama yang hidup sezaman maupun sesudahnya memuji kesalehan dan
kecerdasan Abu Dawud. Seperti dinukil dari buku 60 Biografi Ulama Salaf karya
Syekh Ahmad Farid, ahli fikih dari abad keempat Hijriyah, Abu Bakar al-Khallal,
berkata tentang sang muhadis, “Ia merupakan seorang imam terkemuka dan pionir
pada masanya.” Abu Dawud juga dihormati karena menguasai banyak hadis Rasul
SAW berikut dengan makna dan sanad serta ilat-ilatnya. Bahkan, murid Imam
Ahmad bin Hanbal itu diakui sebagai seorang pahlawan hadis.

13
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Ajajj al-Khatib, Ushul al-Hadits: ‘Ilmuhu wa Musthalahuhu,


(Damaskus: Dār al-Fikri, 1975), hlm 320.
Al-Mabarakfuri, Muqaddimah Tuhfatu al-Ahwadzi, (Bairut: Dar Kutub al-Ilmiah,
1990), hlm 104.
Abu Syu’bah, Fi Rihab al-Kutub al-Shihhah al-Sittah, (Kairo: Majma’ al-Buhuts
al-Islamiyyah, 1969) hlm 83.
Mustafa Azami, Ilmu Hadits (Jakarta: Lentera, 1995), hlm 142.
M. Fatih Surya Dilaga, Studi Kitab Hadits, (Yogyakarta: Teras, 2003), hlm 89.
https://konsultasisyariah.com/5073-perlukah-menambahkan-kata-sayyidina-
dalam-tahiyat.html diakses pada tanggal 09 Mei 2023
https://hamariweb.com/islam/hadith/sunan-abu-dawood-4673 diakses pada tanggal
09 Mei 2023
https://konsultasisyariah.com/5073-perlukah-menambahkan-kata-sayyidina-
dalam-tahiyat.html diakses pada tanggal 09 Mei 2023

14

Anda mungkin juga menyukai