Anda di halaman 1dari 15

ILMU RIWAYAH DAN DIRAYAH

Dosen pengampuh:
Almawardi.MS,M.Ag

Disusun oleh kelompok :

Nurhaliza (202321106)
Liliy aulia sari (202321085)
Nadiatul asra (202321103)
Emi maulida (202321101)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSITITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) LHOKSEUMAWE
2023
DAFTAR ISI......................................................................................................2
KATA PENGANTAR...............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A Latar belakang..............................................................................................4
B Rumusan masalah........................................................................................5
C Tujuan pembelajaran.....................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................6
A. Ilmu hadis riwayah.......................................................................................7
B. Ilmu hadis dirayah.......................................................................................8
C. cabang cabang ilmu hadits............................................................................9
BAB III PENUTUP..................................................................................................10
A. kesimpulan..................................................................................................11
B. Saran...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................13

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan puja dan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayat, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ilmu Riwayah dan Dirayah hadits dan
cabang-cabang ilmu hadits”meskipun masih jauh dari kata sempurna. Shalawat serta salam kami
sanjungkan kepada rasullullah beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga hari akhir
Dengan terselesainya makalah ini, kami mengucapkan trimakasih kepada bapak Almawardi.MS,M.Ag
selaku dosen mata kuliah Ilmu Al-quran dan Hadits dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yanag lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya mahasiswa IAIN lhokseumawe. Kami
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah kami.

Lhokseumawe,25 maret 2323

BAB l
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Mempelajari proses belajar mengajar hadits merupakan pengetahuan yang penting kehidupan kita,
Karena hadits merupakan sumber hukum kedua Al-Qur'an. Sebagai salah satu sumber otoritas Islam
kedua Setelah Al-Qur”an maka sejujmnlah literatur hadis memiliki pengaruh yang sangat
menentukan serta menjadi sumber hukum dan inspirasi agama, kata ilmu hadis merupakan kata
serapan dari bahasa arab ilmu al-hadis yang lerdiri dari dua kata yaitu ilmu dan al-hadis. Jadi, ilmu
hadis berarti ilmu pengetahuan yang mengkaji atau yang membahas tentang segala yang disandarkan
kepåda Nabi SAW. Baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, maupun lainnya.dan terputusnya
sanad, dan sebagainya. Menurut ' Izzudin bijama’ah mengatakan bahwa ilmu hadis ialah ilmu
tentang ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah untuk mengetahui hal ihwal sanad matan hadis.
Dengan pengertian ini maka yang menjadi pokok pembhasan idari ilmu ini ialah sanad dan matan
Secara garis besar ilmu- ilmu hadits dapat dibagi menjudi dua, yaitu ilmu dan hadits riwayah dan
ilmu hadits dirayah, di dalam ilmu hadits juga terdapaat cabang-cabang ilmu hadits untuk mengetahui
adanya sanad dan matan tersebut, dan dari penelitian tentang sanad dan matan hadis penelusuran
terhadap perawi yang meriwayatkan hadis dari segi sanad maupun matan hadits.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud ilmu hadits riwayah?
2. Apa yang dimaksud ilmu hadits dirayah?
3. Apa saja cabang-cabang ilmu hadits?

C. tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. untuk mengetahui Péngertian ilmu hadits riwayali.
2. Untuk mengetahui pengertian ilmu hadits dirayah.
3. Untuk menguraikan cabang-cabang ilmu hadits.

BAB ll

PEMBAHASAN

A. Ilmu Hadis Riwayah

Ilmu hadits riwayah adalah ilmu yang mempelajari tentang periwayatan secara teliti dan
berhati-hati bagi segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad baik berupa perkataan,
perbuatan, persetujuan dan sifat serta segala sesuatu yang disandarkan kepada sahabat dan tabiin"
(Subhi Asshalih, Ulumul Hadits...hal. 107) Obyek pembahasan ilmu riwayatul hadits: sabda
Rasulullah, perbuatan beliau, ketetapan beliau, dan sifat-sifat beliau dari segi periwayatannya secara
detail dan mendalam. Faidahnya: menjaga As-Sunnah dan menghindari kesalahan dalam
periwayatannya.

Sementara itu, obyek Ilmu Hadits Riwayah, ialah membicarakan bagaimana cara menerima,
menyampaikan pada orang lain dan memindahkan atau membukukan dalam suatu Kitab Hadits.
Dalam menyampaikan dan membukukan Hadits, hanya dinukilkan dan dituliskan apa adanya, baik
mengenai matan maupun sanadnya.

Adapun kegunaan mempelajari ilmu ini adalah untuk menghindari adanya kemungkinan
yang salah dari sumbernya, yaitu Nabi Muhammad Saw. Sebab berita yang beredar pada umat Islam
bisa jadi bukan hadits, melainkan juga ada berita-berita lain yang sumbernya bukan dari Nabi, atau
bahkan sumbernya tidak jelas sama sekali. Jadi jelaslah, dari definisi diatas kita dapat menarik
beberapa point , yaitu : Objek Ilmu Hadits Riwayah adalah matan atau isi hadits yang di sandarkan
kepada Nabi, Sahabat dan Tabiin. Ilmu Hadits Riwayah mempelajari periwayatan yang
mengakumulasikan apa, siapa dan dari siapa suatu riwayat. Fokus kajian Ilmu Hadits Riwayah
adalah Matan Hadits. Namun tidak mungkin ada matan tanpa disertai Sanad Hadits.

Meskipun demikian, ilmu hadis riwayah ini sudah ada sejak periode Rasulunah SAW sendiri,
bersamaan dengan dimulainya periwayatan hadis itu sendiri. Sebagaimana diketahui, para sahabat
menaruh perhatian yang tinggi terhadap hadis Nabi SAW. Mereka berupaya mendapatkannya dengan
menghadiri majelis Rasulullah SAW serta mendengar dan menyimak pesan atau nasihat yang
disampaikan Nabi SAW. Kehadiran hadits sebagai sumber pokok ajaran islam, memang banyak
dipersoalkan, hal ini berkaitan dengan matan, perawi, sanad dan lainnya, yang kesemuanya menjadi
boleh atau tidaknya suatu hadits untuk dijadikan hujjah. Terlepas dari itu, perbedaan sahabat dalam
memahami hadits pun menjadi hal yang penting untuk ditelaah lebih lanjut, karena
perbedaan.pemahaman tersebut mengakibatkan periwayatan pun menjadi berbeda. Hal inilah yang
menjadi salah satu penyebab suatu hadits diperselisihkan oleh para ulama tentang
kehujjahannya.Perbedaan pemahaman hadits yang dilakukan para sahabat antara tekstual dengan
kontekstual melahirkan apa yang disebut dengan "Hadits Riwayah Bil-lafdzi" dan"Hadits Riwayah Bil-
ma'na."

a. HADITS RIWAYAH BIL-LAFDZI

yaitu:Meriwayatkan hadits dengan lafadz adalah meriwayatkan hadits sesuai dengan lafadz yang
mereka terima dari Nabi saw dan mereka hafal benar lafadz dari Nabi tersebut. Atau dengan kata lain
meriwayatkan dengan lafadz yang masih asli dari Nabi saw. Riwayat hadits dengan lafadz ini sebenarnya
tidak ada persoalan, karena sahabat menerima langsung dari Nabi baik melalui perkataan maupun
perbuatan, dan pada saat itu sahabat langsung menulis atau menghafalnya

b. HADITS RIWAYAH BIL-MA'NA


Meriwayatkan hadits dengan makna adalah meriwayatkan hadits dengan maknanya saja sedangkan
redaksinya disusun sendiri oleh orang yang meriwayatkan. Atau dengan kata lain apa yang diucapkan
oleh Rasulullah hanya dipahamj maksudnya saja, lalu disampaikan oleh para sahabat dengan lafadz atau
susunan redaksi mereka sendłri. Hal ini dikarenakan para sahabat tidak sama daya ingatannya, ada yang
kuat dan ada pula yang lemah. Di samping iłu kemungkinan masanya sudah lama, sehingga yang masih
ingat hanya maksudnya sementara apa yang diucapkan Nabi sudah tidak diingatnya, Menukil atau
meriwayatkan hadjts secara makna ini hanya diperbolehkan ketikan hadits-hadits belum terkodifikasi.

B. Ilmu Hadist Dirayah

Menurut imam Assyuthi, Ilmu Hadits Dirayah adalah " ilmu yang mempelajari tentang hakikat
periwayatan, syarat-syaratnya, macammacamnya dan hukum-hukumnya, keadaan para perawi, syarat-
syarat mereka, macam-macam periwayatan, dan hal-hal yang berkaitan dengannya". Disebut dengan juga
ilmu Musthalahul Hadits - undangundang (kaidah-kaidah) untuk mengetahui hal ihwal sanad, matan,
caracara menerima dan menyampaikan al-Hadits, sifat-sifat rawi dan lain sebagainya, Obyek Ilmu Hadits
dirayah : meneliti kelakuan para rawi dan keadaan marwinya (sanad dan matannya). Menurut sebagian
ulama, yang menjadi obyeknya ialah Rasulullah SAW sendiri dalam kedudukannya sebagai Rasul Allah.
Faedahnya atau tujuan ilmu ini : untuk menetapkan maqbul (dapat diterima) atau mardudnya
(tertolaknya) suatu hadits dan selanjutnya untuk diamalkannya yang maqbul dan ditinggalnya yang
mardud, Istilah lain yang dipakai oleh ulama ahli hadits terhadap ilmu hadits dirayah adalah ilmu ushul
al-hadits. Dinamakan ilmu hadis dirayah dikarenakan ilmu tersebut dihasilkan dari kesungguhan berfikir,
yaitu mengedepankan pengembangan isi hadist dengan pemahaman secara kontekstual isi hadist dilihat
dari berbagai sudut pandang isi tersebut,

Hukum mempelajarinya wajib 'ain jika tidak ada yang mempelajarinya, dan wajib kifayah jika
telah ada seseorang yang mempelajarinya. Pendiri Ilmu Hadits Dirayah adalah Al-Qadhi Abu Muhammad
Al-Hasan bin Abdurahman bin Khalad Ramahumuzi (w.360 H) Pokok pembahasan ilmu dirayah itu dua,
yaitu : rijal al-sanad dan jarah-ta'dil. Dari pembahasan dua ulasan itu muncul penilaian, bahwa suatu
matan hadits dinilai shahih, atau hasan atau dla'if, Kata penilaian seperti itu biasa disebut Mushthalah al-
Hadits,

a. Rijal al-Sanad

Sering disebut riwayat perawi al-hadits, yaitu untaian informasi tentang sosok perawi yang
menceritakan matan hadits dari

satu rawi kepada rawi yang lain, sampai pada penghimpun hadits. Informasi itu menceritakan setiap rawi,
dari segi kapan dia lahir dan wafatnya, siapa guru-gurunya, kapan tahun belajarnya, siapa murid-murid
yang berguru kepadanya, dari daerah mana dia, kedatangan dia ke seorang guru kapan, dalam keadaan
sehat, atau campur aduk kata-katanya (ikhtilath), atau dalam periwatan hadits

terdapat illat (cacad) bagi perawi, atau bagi matan hadits, dan begitulah seterusnya.
Dari satu segi, persyaratan perawi hadits adalah muslim, aqilbaligh, kesatria ('adalah) dan kuat ingatan
(dlabith), baik dlabith ingatan atau dlabit catatan Sedangkan cara penyampaiannya bisa menggunakan
pendengaran teks dari guru kepada murid, murid membaca teks di depan guru, ijazah, timbang terima
teks dari guru ke murid, tulisan guru yang terkirimkan, pengumuman guru, wasiat, dan penemuan tulisan
guru oleh murid (wijadah). Semua bisa dikembangan dengan teknologi sekarang, seperti konsep dlabith
bisa ditambah dengan catatan, atau website, atau sms dan sebagainya..

Tingkatan perawi hadits pertama adalah shahabat Rasulullah Saw. yaitu seseorang yang pernah bertemu
Rasulullah Saw. dalam keadaan hidup, sadar dan beriman (Islam) sampai dia wafat dalam keadaan Islam.
Teknik penulisan matan hadits, sanadnya dimulai dari penyebutan sahabat Nabi, tabi'in, tabi' altabi'in
dan murid-muridnya, sampai guru perawi hadits yang ditulis oleh penghimpun hadits. Semua penyajian
seperti itu biasanya ditulis oleh ulama mutaqaddimin dalam kitab karangannya masing-masing.
Sedangkan penulisan ulama mutaakhirin dalam kitab-kitabnya hanya menyebutkan sahabat Nabi dan
nama penghimpun matan hadits itu saja, seperti sebutan : Rawahu al-Bukhari dari Ibn Umar dan
sebagainya. Penyajian seperti itu, baik penyajian ulama mutaqaddimin atau ulama mutaakhrin.

b. Jarah-ta'dil

Adalah unsur ilmu hadits yang penting dalam menentukan perawi hadits, diterima atau ditolak matan
haditsnya. Dengan kata lain hadits Nabi dinilai shahih atau tidak, didasarkan pada penilaian itu. Dari
segi lain, klasifikasi tingkat tinggi-rendahnya nilai hadits pun, ditentukan oleh unsur itu juga. Atas dasar
itu, hampir semua kitab Ulum al-Hadits, baik karya ulama mutaqaddimin atau mutaakhirin, selalu
membahas jarah ta'dil. Kitab-kitab yang membahas jarah-ta'dil banyak sekali, dengan metode dan
penyajian materi yang berbeda-beda. Tokoh yang pertama kali memperhatikan jarah ta'dil sebagai ilmu,
adalah Ibn Sirin (w.110 H), Al-Sya'bi (w.103 H), Syu'bah, (w.160 H), dan al•imam Malik (w. 179 H.).
Sedangkan tokoh yang pertarna kali menulis kitab jarah-ta'dil adalah Yahya ibn Ma'in (1 68-223 H), Ali
ibn al-Madini (161-234 H), dan Ahmad ibn Hanbal (164-241 H). Kemudian bermunculan kitab-kitab
yang menulis jarah ta'dil. Jarah ta'dil pada dasarnya diangkat dari ayat-ayat al-Qur'an, antara lain ayat 6
Surat al-Hujurat, dan beberapa hadits Nabi Saw. Kemudian pemahaman terhadap ayat dan hadits itu
dikongkritkan oleh ahli hadits untuk dijadikan sebagai konsep jarah ta'dil. Kemudian konsep itu
diterapkan pada setiap orang yang akan menceritakan hadits Nabi, Sebenarnya, pekerjaan itu sudah
dilakukan oleh pengamal hadits sejak dari zaman Rasulullah, zaman sahabat Nabi, dan ulama berikutnya,
Tetapi gagasan itu baru dinormatifkan sebagai ilmu hadits, pada zaman tabfin, seperti tersebut di atas,

Adalah unsur ilmu hadits yang penting dalam menentukan perawi hadits, diterima atau ditolak matan
haditsnya. Dengan kata lain hadits Nabi dinilai shahih atau tidak, didasarkan pada penilaian itu. Dari
segi lain, klasifikasi tingkat tinggi-rendahnya nilai hadits pun, ditentukan oleh unsur itu juga. Atas dasar
itu, hampir semua kitab Ulum al-Hadits, baik karya ulama mutaqaddimin atau mutaakhirin, selalu
membahas jarah ta'dil. Kitab-kitab yang membahas jarah-ta'dil banyak sekali, dengan metode dan
penyajian materi yang berbeda-beda. Tokoh yang pertama kali memperhatikan jarah ta'dil sebagai ilmu,
adalah Ibn Sirin (w.110 H), Al-Sya'bi (w.103 H), Syu'bah, (w.160 H), dan al•imam Malik (w. 179 H.).
Sedangkan tokoh yang pertarna kali menulis kitab jarah-ta'dil adalah Yahya ibn Ma'in (1 68-223 H), Ali
ibn al-Madini (161-234 H), dan Ahmad ibn Hanbal (164-241 H). Kemudian bermunculan kitab-kitab
yang menulis jarah ta'dil. Jarah ta'dil pada dasarnya diangkat dari ayat-ayat al-Qur'an, antara lain ayat 6
Surat al-Hujurat, dan beberapa hadits Nabi Saw. Kemudian pemahaman terhadap ayat dan hadits itu
dikongkritkan oleh ahli hadits untuk dijadikan sebagai konsep jarah ta'dil. Kemudian konsep itu
diterapkan pada setiap orang yang akan menceritakan hadits Nabi, Sebenarnya, pekerjaan itu sudah
dilakukan oleh pengamal hadits sejak dari zaman Rasulullah, zaman sahabat Nabi, dan ulama berikutnya,
Tetapi gagasan itu baru dinormatifkan sebagai ilmu hadits, pada zaman tabfin, seperti tersebut di atas,
C. cabang-cabang ilmu hadits

menurut tengku muhammad hasbi ash-shiddieqy, cabang-cabang besar yang


tumbuh dari ilmu hadits riwayah dan dirayah ialah:
a. limu Rijalil Hadis
limu yang membahas tentang pata perawi hadits, baik dari sahabat, tabi'in. maupıjn dati angkatan
sesudahnya. Dengan ilmu ini dapatlah kita mengetahui keadaan para perawi penerima hadits dari
Rasulullah dan keadaan para perawi yang menerima hadits dari sahabat dan seterusnya. Di dalam ilmu
ini diterangkan tarikh ringkas dari riwayat hidup para perawi, mazhab yang dipegang oleh para perawi
dan keadaan-keadaan para perawi itü dalam menerima hadis.

b.limul Jarhi Wat Takdil

limul Jarhi Wat Takdil limu Jarhl Wat Takdir, pada hakekatnya merupakan suatu bagian dari ilmu rijalil
hadis. Akan tetapi, karena bagian ini dipandang sebagai yang terpenting maka ilmu ini dijadikan sebagai
ilmu yang berdiri sendiri. Yang dimaksud dengan ilmul jarhi wat takdil ialah: "limu yang menerangkan
tentang catatancatatan yang dihadapkan pada para perawi dan tentang penakdilannya (memandang adil
para perawi) dengan memakai kata-kata yang khusus dan tentang martabat-martabat katakata itu. " limu
Jarhi wat Ta'dil dibutuhkan oleh para ulama hadits karena dengan ilmu ini akan dapat dipisahkan, mana
informasi yang benar yang datang dari Nabi dan mana yang bukan.
c. Ilmu Illail Hadis

Ilmu yang menerangkan sebab-sebab yang tersembunyi, tidak nyata, yang dapat mencacatkan hadis.
Yakni menyambung yang munqati, merafakan yang mauqu memasukkan satu hadits ke dalam hadits
yang lain dan yang serupa itu semuanya ini, bila diketahui, dapat merusakkan kesahihan hadist. Ilmu ini
merupakan semulia-mulia ilmu yang berpautan dengan hadis, dan sehalus-halusnya. Tak dapat diketahui
penyakit-penyakit hadits melainkan oleh ulama yang mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang
martabat-martabat perawi dan mempunyai malakah yang kuat terhadap sanad dan matanmatan hadits.
Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan bahwa cara mengetahui 'illah hadits adalah dengan mengumpulkan
beberapa jalan hadits dan mencermati perbedaan perawinya dan kedhabithan mereka, yang dilakukan
oleh orang orang yang ahli dalam ilmu ini. Dengan cara ini akan dapat diketahui apakah hadits itu mu'tal
(ada 'illatnya) atau tidak. Jika menurut dugaan penelitinya ada 'illat pada hadits tersebut maka
dihukuminya sebagai hadits tidak shahih Di antara para ulama yang menulis ilmu ini, ialah Ibnul Madini
(23 H), Ibnu Abi Hatim (327 H), kitab beliau sangat baik dan dinamai Kitab Illial Hadist. Selain itu,
ulama yang menulis kitab ini adalah Al-lmam Muslim (261 H), Ad-Daruqutni (357 H) dan Muhammad
ibnu Abdillah Al-Hakim.
d. Ilmu nasil wal mansuh

ilmu nasil wal mansuh ilmu yang menerangkan hadis-hadis yang sudah dimansuhkan dan yang
menasihkannya.Apabila didapati suatu hadits yang maqbul, tidak ada yang memberikan perlawanan
maka hadits tersebut dinamai Muhkam. Namun jika dilawan oleh hadits yang sederajatnya, tetapi
dikumpulkan dengan mudah maka hadits itü dinamai Mukhatakiful Hadits. Jika tak mungkin dikumpul
dan diketahui mana yang terkemudian, maka yang terkemudian itu, dinamai Nasih dan yang terdahulu
dinamai Mansuh. Banyak para ahli yang menyusun kitab-kitab nasih dan mam'uh ini, diantaranya
Ahmad ibnu ishaq Ad-DilIary (318 H), Muhammad ibnu Bahar Al-Asbahani (322 H), Alunad ibnu
Muhaminad AnNah-has (338 H) Dan sesudah itü terdapat beberapa ulama lagi yang menyusunnya, yaitu
Muhammad ibnu Musa Al-Hazimi (584 H) menyusun kitabnya, yang dinamai Al-lktibar. Kitab Aliktibar
itü telah diringkaskan oleh lbnu Abdil Haq (744 H)

e. Ilmu Asbabi Wuruddil Hadis

Ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi yang menurunkan sabdanya dan masa-masanya Nabi
menurunkan itu. Menurut Prof Dr. Zuhri ilmu Asbabi Wurudil Hadits adalah ilmu yang menyingkap
sebab-sebab timbulnya hadits. Terkadang, ada hadits yang apabila tidak diketahui sebab turunnya, akan
menimbulkan dampak yang tidak baik ketika hendak diamalkan
f. Ilmu Talfiqil Hadits

Ilmu yang membahas tentang cara mengumpulkan hadits-hadits yang isinya berlawanan. Cara
mengumpulkannya adakalanya dengan menakhsiskan yang 'amm, atau menaqyidkan yang mutlak, atau
dengan memandang banyaknya yang terjadi. Ilmu ini dinamai juga dengan ilmu Mukhtaliful Hadis. Di
antara para ulama besar yang telah berusaha menyusun, ilmu ini ialah Al-lmamusy Syafii (204 H), Ibnu
Qurtaibah (276 H), At-Tahawi (321 H) dan ibnu Jauzi (597 H). Kitabnya bernama At-Tahqiq, kitab ini
sudah disyarahkan oleh Al-Ustaz Ahmad Muhammad Syakir dan baik sekali nilainya.
g. Ilmu Fannil Mubhamat

ilmu untuk mengetahui nama orang-orang yang tidak disebut dalam matan, atau di dalam sanad. Di
antara yang menyusun kitab ini, Al-Khatib Al Baghdady. Kitab Al Khatib itu diringkas dan dibersihkan
oleh An-Nawawy dalam kitab Al-lsyarat lla Bayani Asmail Mubhamat.Perawi-perawi yang tidak
tersebut namanya dalam shahih bukhari diterangkan dengan selengkapnya oleh Ibnu Hajar AlAsqallanni
dalam Hidayatus Sari Muqaddamah Fathul Bari.
h. Ilmu Ghoriebil Hadits

Yang dimaksudkan dalam ilmu haddits ini adalah bertujuan menjelaskan suatu hadits yang dalam
matannya terdapat lafadz yang pelik, dan yang sudah dipahami karena jarang dipakai, sehingga ilmu ini
akan membantu dalam memahami hadits tersebut. Kitab yang terkenal dalam ilmu ini diantaranya
"AIFaiqu fi Gharibi'l Hadits" karya Imam Zamakhsyary

i.llmu Tashif wat Tahrif

Yaitu ilmu yang menerangkan tentang hadits-hadits yang sudah diubah titiknya (dinamai mushohaf),
dan bentuknya (dinamai muharraf).
j.llmu Tawarikhir Ruwah

llmu tentang hal-ihwal para rawi, tanggal lahir, tanggal wafat, guru-gurunya, tanggap kapan
mendengar dari gurunya, orang yang berguru kepadanya, kota kampung halamannya, perantauannya,
keadaan masa tuanya dan semua yang berkaitan dengan per haditsan. Kitab Tawarikhir Ruwah yang
terkenal "At-Tarikhu'l-Kabir" karya Imam Bukhary dan 'Tarikh Baghdad" karya Imam Al Khatib
Baghdady.
k. llmu Thabaqotur Ruwah

llmu yang pembahasannya diarahkan kepada kelompok orangorang (rawi) yang berserikat dalam
suatu alat pengikat yang sama.Kitab bidang ilmu ini yang terkenal diantaranya "Thabaqatur Ruwah"
karya Al Hafidz Abu 'Amr Khalifah Bin Khayyath Asy Syaibany.
l. llmu Tawarikhu'l Mutun

llmu yang menitik beratkan kapan dan dimana atau di waktu apa hadits itu diucapkan atau peebuatan
itu dilakukan Rasulullah saw. Kitab yang terkenal dalam ilmu ini diantaranya "Mahasinu'l Ishthilah"
karya Imam Sirajuddin Abu Hafsh 'AmarBin Salar Al-Bulqiny.

m. llmu Mukhtaliful

Hadits llmu yang membahas hadits hadits yang menurut lahirnya saling bertentangan, untuk
dikompromikan, sebagaimana halnya membahas hadits hadits yang sukar dipahami atau diambil isinya,
untuk menghilangkan kesukarannya dan menjelaskan hakikat-hakikatnya.Kitab yang terkenal dalam
bidang ini diantaranya "Musykilu'l Hadits wa Bayanuhu" karya Abu Bakr Muhammad Bin Al Hasan
(Ibnu Furak) Al Anshary Al Asbihany.
A. Ilmu Hadis Riwayah

Ilmu hadits riwayah adalah ilmu yang mempelajari tentang periwayatan secara teliti dan berhati-hati
bagi segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad baik berupa perkataan, perbuatan,
persetujuan dan sifat serta segala sesuatu yang disandarkan kepada sahabat dan tabiin" (Subhi Asshalih,
Ulumul Hadits...hal. 107) Obyek pembahasan ilmu riwayatul hadits: sabda Rasulullah, perbuatan beliau,
ketetapan beliau, dan sifat-sifat beliau dari segi periwayatannya secara detail dan mendalam. Faidahnya:
menjaga As-Sunnah dan menghindari kesalahan dalam periwayatannya.
Sementara itu, obyek Ilmu Hadits Riwayah, ialah membicarakan bagaimana cara menerima,
menyampaikan pada orang lain dan memindahkan atau membukukan dalam suatu Kitab Hadits. Dalam
menyampaikan dan membukukan Hadits, hanya dinukilkan dan dituliskan apa adanya, baik mengenai
matan maupun sanadnya.

Adapun kegunaan mempelajari ilmu ini adalah untuk menghindari adanya kemungkinan yang salah dari
sumbernya, yaitu Nabi Muhammad Saw. Sebab berita yang beredar pada umat Islam bisa jadi bukan
hadits, melainkan juga ada berita-berita lain yang sumbernya bukan dari Nabi, atau bahkan sumbernya
tidak jelas sama sekali. Jadi jelaslah, dari definisi diatas kita dapat menarik beberapa point , yaitu : Objek
Ilmu Hadits Riwayah adalah matan atau isi hadits yang di sandarkan kepada Nabi, Sahabat dan Tabiin.
Ilmu Hadits Riwayah mempelajari periwayatan yang mengakumulasikan apa, siapa dan dari siapa suatu
riwayat. Fokus kajian Ilmu Hadits Riwayah adalah Matan Hadits. Namun tidak mungkin ada matan
tanpa disertai Sanad Hadits.

Meskipun demikian, ilmu hadis riwayah ini sudah ada sejak periode Rasulunah SAW sendiri, bersamaan
dengan dimulainya periwayatan hadis itu sendiri. Sebagaimana diketahui, para sahabat menaruh
perhatian yang tinggi terhadap hadis Nabi SAW. Mereka berupaya mendapatkannya dengan menghadiri
majelis Rasulullah SAW serta mendengar dan menyimak pesan atau nasihat yang disampaikan Nabi
SAW. Kehadiran hadits sebagai sumber pokok ajaran islam, memang banyak dipersoalkan, hal ini
berkaitan dengan matan, perawi, sanad dan lainnya, yang kesemuanya menjadi boleh atau tidaknya suatu
hadits untuk dijadikan hujjah. Terlepas dari itu, perbedaan sahabat dalam memahami hadits pun menjadi
hal yang penting untuk ditelaah lebih lanjut, karena perbedaan.pemahaman tersebut mengakibatkan
periwayatan pun menjadi berbeda. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab suatu hadits
diperselisihkan oleh para ulama tentang kehujjahannya.Perbedaan pemahaman hadits yang dilakukan
para sahabat antara tekstual dengan kontekstual melahirkan apa yang disebut dengan "Hadits Riwayah
Bil-lafdzi" dan"Hadits Riwayah Bil-ma'na."

Hukum mempelajarinya wajib 'ain jika tidak ada yang mempelajarinya, dan wajib kifayah jika telah ada
seseorang yang mempelajarinya. Pendiri Ilmu Hadits Dirayah adalah Al-Qadhi Abu Muhammad Al-
Hasan bin Abdurahman bin Khalad Ramahumuzi (w.360 H) Pokok pembahasan ilmu dirayah itu dua,
yaitu : rijal al-sanad dan jarah-ta'dil. Dari pembahasan dua ulasan itu muncul penilaian, bahwa suatu
matan hadits dinilai shahih, atau hasan atau dla'if, Kata penilaian seperti itu biasa disebut Mushthalah
al-Hadits,
A. Kesimpulan

Ilmu hadits dapat diartikan sebagai sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang
cara-cara persambungan hadits sampai kepada rasullulah saw, dari segi ihwal para perawinya, kedabitan,
keadilan, dan dari bersambung tidaknya sanad dan sebagainya. ilmu hadits di bagi menjadi 2 yaitu: ilmu
hadits riwayah dan ilmu hadits dirayah.

Adapaun cabang-cabang ilmu hadits dapat di kategorikan kedalam 3 bagian, yaitu: ilmu hadits yang
menekan kan pada personal matan hadits, ilmu hadits yang menekankan pada persoalan sanad maupun
matan nya

Manfaat dalam pembelajaran cabang-cabang ilmu hadits, antara lain: dapat memberikan
pengetahuan tentang cara menjaga As-sunah dan menghindari kesalahan dalam periwayatannya,
memberikan pengetahuan baru tentang cara mengetahui kualitas sebuah hadits, apakah hadits tersebut
di terima dan ditolak baik dari sudut sanad maupun matannya.
B. Saran

sesungguhnya di dalam makalah ini masih banyak kekurangan, kami mengharapakan adanya kritik
dan sran yang membangundari pembaca supaya menjadi acuanuntuk penulis agar membuat makalah
menjadi lebih baik lagi. kami menghimbau bagi pembaca, sebaiknya mencari referansi lain karena
keterbatasan penulis dalam membuat makalah ini, sehingga pembaca dapat menambah pengetahuan dan
wawasan.
DAFTAR PUISTAKA

Ash shiddieqy, M. Hasbi. 001. sejarah dan pengantar ilmu hadits.


Semarang: PT. Pustaka Rizki putra.
Suparta, Munzir. llmu Hadis, Jakarta: Rajawali Press, 003
Shalih, Subhi , Membahas llmu-ilmu Hadis. Pustaka Pirdaus, 007

Rahman, Fathur, Ikhtisar Mustalahul Hadis, Bandung: PT. Al Ma'arif, 1974


Ash shalih, Subhi. 1993. Membahas ilmu-ilmu hadits. Jakarta: Pustaka
Firdaus

Ismail,
M. Syuhubi. 1992. Metodologi penelitian hadits. Jakarta: PT. Bulan Bintang
Ismail, M. Syuhubi.2007. Pengantar ilmu hadits. Jakarta: PT. Angkasa Bandung

Nuruddin. 012. 'ulumul Hadits. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset Mifdhol Abdurrahman,
(Jakarta : Pustaka Al-Kausar. 004).
Ath-tahhan,Mahmud. Ushul at-takhrij wa dirasah al-asanid.maktabah arrusyd,riyadh,1983

M.Taisir musthalah al-hadist .Dar al-quran al-karim,Beirut, 1979 m.

Al-Khathib Muhamad ajjaj.As-sunah Qabla at-tadwin.Dar al-fikr,Beirut,1 971 Muslim, Abu al-Husain
bin al-hajjaj al-Qursyairi an-Naisaburi.shahih muslim. Dar al-fikr,Beirut, 1992 m.

As-sayuthi,jalal ad-din Abd ar-Rahman bin Abi Bakar .Al-jami ash-shagir fir Alhadis al-Basyir an-
Nazir.Dar al fikr,beirut,t.t.
Utang ranuwijaya.ilmu hadist.jakarta,gaya media pratama.1996

m.Hanafi, Ahmad, 1989, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam , Jakarta: Bulan Bintang

Jalaluddin, Fiqih remaja, 009, Jakarta: Kalam Muliua,


Qardhawi, Yusuf, 007, Pengantar Studi Hadts , (Bandung: Pustaka Setia
Smeer. Zeid B. t.th, Ulumum Hadist Pengantar Studi Hadist Praktis. , Malang, UIN- Malang Press

Syauki, Achmad, 1985, Lintasan Sejarah Al-Qur'an , Bandung: Sulita


Thahhan. Mahmud, 007, Intisari llmu Hadist, Malang:UlN-Press
Thalib, Muhammad, 1977, llmu Ushul Fiqh , Jakarta: Bina llmu
DAFTAR PUISTAKA
Ash shiddieqy, M. Hasbi. 001. sejarah dan pengantar ilmu hadits.
Semarang: PT. Pustaka Rizki putra.
Suparta, Munzir. llmu Hadis, Jakarta: Rajawali Press, 003

Shalih, Subhi , Membahas llmu-ilmu Hadis. Pustaka Pirdaus, 007

Rahman, Fathur, Ikhtisar Mustalahul Hadis, Bandung: PT. Al Ma'arif,


1974

Ash shalih, Subhi. 1993. Membahas ilmu-ilmu hadits. Jakarta: Pustaka


Firdaus
Ismail,

M. Syuhubi. 1992. Metodologi penelitian hadits. Jakarta: PT. Bulan


Bintang
Ismail, M. Syuhubi.2007. Pengantar ilmu hadits. Jakarta: PT. Angkasa
Bandung
Nuruddin. 012. 'ulumul Hadits. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Offset Mifdhol Abdurrahman, (Jakarta : Pustaka Al-Kausar. 004).
Ath-tahhan,Mahmud. Ushul at-takhrij wa dirasah al-asanid.maktabah
arrusyd,riyadh,1983
M.Taisir musthalah al-hadist .Dar al-quran al-karim,Beirut, 1979 m.
Al-Khathib Muhamad ajjaj.As-sunah Qabla at-tadwin.Dar al-fikr,Beirut,1
971 Muslim, Abu al-Husain bin al-hajjaj al-Qursyairi an-Naisaburi.shahih
muslim. Dar al-fikr,Beirut, 1992 m.
As-sayuthi,jalal ad-din Abd ar-Rahman bin Abi Bakar .Al-jami ash-
shagir fir Alhadis al-Basyir an-Nazir.Dar al fikr,beirut,t.t.
Utang ranuwijaya.ilmu hadist.jakarta,gaya media pratama.1996

m.Hanafi, Ahmad, 1989, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam ,


Jakarta: Bulan Bintang
Jalaluddin, Fiqih remaja, 009, Jakarta: Kalam Muliua,
Qardhawi, Yusuf, 007, Pengantar Studi Hadts , (Bandung: Pustaka Setia
Smeer. Zeid B. t.th, Ulumum Hadist Pengantar Studi Hadist Praktis. ,
Malang, UIN- Malang Press
Syauki, Achmad, 1985, Lintasan Sejarah Al-Qur'an , Bandung: Sulita

Thahhan. Mahmud, 007, Intisari llmu Hadist, Malang:UlN-Press


Thalib, Muhammad, 1977, llmu Ushul Fiqh , Jakarta: Bina llmu

Anda mungkin juga menyukai