Guru Pengampu :
Ust. Pahmiyannor, S.Pd.I
Disusun Oleh :
Kelompok 6
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyusun makalah yang berjudul “Ilmu Rijalul Hadits
beserta gelar dan cabangnya” ini dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Penyusunan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh guru pengajar mata
pelajaran Ilmu Hadits, Ust. Pahmiyannor, S.Pd.I.
Makalah ini juga bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang Ilmu Rijalul Hadits
beserta gelar dan cabangnya. Penyusun berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi
manfaat kepada para pembaca. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai Ilmu Rijalul Hadits beserta gelar dan cabangnya.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya, untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
agar dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik. Atas kritik dan sarannya, penyusun
mengucapkan terima kasih.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadis menurut para ahli adalah segala riwayat yang berasal dari Rasulullah Saw baik
berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat fisik dan tingkah laku beliau, baik sebelum
diangkat menjadi Rasul maupun sesudahnya. Sedangkan menurut M.M. Azami
mendefinisikan secara etimologi berarti komunikasi, kisah, percakapan : religius atau
sekular, historis atau kontemporer. Menurut Imam Az-Zamakhsyari istilah hadis ini terjadi
ketika kita saat meriwayatkan dan mengatakan bahwasanya dia telah menceritakan kepadaku
bahwa Nabi telah bersabda. Awal mula disebut hadis karena mengandung pengertian sebagai
khabar dan kisah, baik yang baru maupun yang lama. Hal ini sejajar seperti apa yang
dikatakan oleh Abu Hurairah kepada kaum Anshar yakni “apakah kamu ingin untuk saya
kabarkan kepadamu tentang suatu kisah dari kisah-kisah zaman jahiliyah.
Ulama pertama kali yang memperkenalkan dan mempelajari secara serius ilmu ini ialah
al-Bukhari (256) kemudian usaha itu dilanjutkan oleh Muhammad ibn sa‟id (230 h),
selanjutnya menyusul ibn Abd al-Barr (463 H) dengan kitabnya al-Isti‟ab. Pada awal abad
ketujuh hijrah menyusul „Izzudin ibn al-Atsir (630 H), kitab ini memuat uraian tentang para
sahabat Nabi SAW, atau Rijal al-Hadits pada thaqabah pertama, meskipun di dalamnya
terdapat nama-nama yang bukan sahabat
Kegiatan penelitian ini tidak hanya ditujukan kepada apa yang materi berita dalam
hadis itu saja, atau lebih dikenal matan hadis, tetapi juga kepada berbagai hal yang
berhubungan dengan istilah sanad. Jadi ringkasnya untuk mengetahui apakah suatu hadis
dapat dipertanggungjawabkan keorisinilannya berasal dari Nabi, diperlukan penelitian matan
dan sanad hadis yang bersangkutan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ilmu Rijalul Hadits?
2. Apa saja kegunaan Ilmu Rijalul Hadits?
3. Apa saja gelar gelar untuk Rijalul Hadits?
4. Apa saja cabang cabang Ilmu Rijalul Hadits?
C. Tujuan & Manfaat Penulisan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas dari mata pelajaran Ilmu Hadits
2. Dapat menjelaskan pengertian dari Ilmu Rijalul Hadits
3. Untuk mengetahui kegunaan Ilmu Rijalul Hadits
4. Dapat menyebutkan gelar gelar untuk Rijalul Hadits
5. Untuk mengetahui cabang cabang dalam Ilmu Rijalul Hadits
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagai sumber ajaran Islam ke dua, hadis berbeda dengan al-Qur‟an yang semua
ayatnya diterima secara mutawatir. Sedang hadis periwayatannya berlangsung secara mutawatir
dan sebagian lagi secara ahad. Bahkan, kodifikasi hadis yang resmi pun baru dirintis masa
khalifah Umar bin Abd al-Aziz (w. 110 H/720 M). Oleh karenanya penelitian terhadap
orisinalitas hadis memang sangat diperlukan agar validitasnya sebagai hadis Nabi dapat
dipertanggungjawabkan. Pentingnya problem orisinalitas hadis ini terjawab, telah memotivasi
para ulama‟ hadis melahirkan kajian Ilmu yang berkaitan dengan sanad, yaitu Ilmu Rijalil Hadis
dan Ilmu Ilalil hadis.
Sebagai salah satu cabang Ulum al-Hadis, Ilmu Rijalil Hadis merupakan Ilmu yang
secara spesifik mengupas keberadaan para rijal hadis atau para perawi atau transmitter
hadis.Dengan demikian, Ilmu Rijal al-Hadis dalam mengkaji para perawi pada dasarnya
memiliki dua scope bahasan, yang pertama biografi atau sejarah para perawi sebagai cakupan
Ilmu Tarikh ar-Ruwah dan kedua, sebagai tahapan kelanjutan bahasan pertama, yakni mengkaji
rawi dari segi justifikasi kualitas rawi.
Latar Belakang Ilmu rijalul hadits merupakan salah satu cabang besar ilmu yang tumbuh
dari hadis riwayah dan dirayah. Ilmu ini dapat membantu kita untuk mengetahui keadaan para
perawi yang menerima hadis dari Rasulullah saw. Dengan keadaan rawi yang menerima hadis
dari sahabat dan seterusnya. Dengan mengetahui keadaan perawi yang menjadi sanad akan
memudahkan kita menilai kualitas suatu hadits. Jadi, bisa kita simpulkan bahwa ilmu rijalul
hadis merupakan separuh dari ilmu hadits. Berkaitan dengan sanad, ada satu hal yang harus
diperhatikan yaitu pembahasan tentang seluk beluk dan ihwal para periwayat hadis yang sering
disebut dengan ilmu rijalul hadis.
Ilmu rijal hadis adalah ilmu yang membahas tentang hal-hal ikhwal dan sejarah para rawi
dari kalangan sahabat, tabiin, atba‟al-tabiin. Ilmu yang membahas para perawi hadist, baik dari
sahabat, dari tabi‟in, maupun dari angkatan-angkatan sesudahnya.” Dalam ilmu ini kita dapat
mengetahui keadaan para perawi yang menerima hadits dari Rasullullah saw.dan dari sahabat
dan seterusnya di dalam ilmu ini di terangkan terikh (sejarah) ringkas dan riwayat hidup para
perawi, mazhab yang di pagangi oleh para perawi dan keadaan-keadaan para perawi itu
menerima hadist
Dalam ilmu Rijalul Hadis ini dijelaskankan tentang sejarah ringkas para rawi hadis dan
riwayat hidupnya, dan mazhab yang dianut serta sifat-sifat rawi dalam meriwayatkan hadis.
Kitab-kitab yang disusun dalam ilmu ini banyak macamnya. Ada yang hanya menerangkan
riwayat singkat dari sahabat Nabi, dan ada yang menerangkan riwayat hidup rawi secara
lengkap. Ada juga yang menjelaskan para rawi yang dipercayai (siqah) saja. Ada yang
menerangkan riwayat-riwayat para rawi yang lemah-lemah, atau para mudallis, atau para
pembuat hadis maudu‟.
Ulama pertama kali yang memperkenalkan dan mempelajari secara serius ilmu ini ialah
al-Bukhari (256) kemudian usaha itu dilanjutkan oleh Muhammad ibn sa‟id (230 h), selanjutnya
menyusul ibn Abd al-Barr (463 H) dengan kitabnya al-Isti‟ab. Pada awal abad ketujuh hijrah
menyusul „Izzudin ibn al-Atsir (630 H), kitab ini memuat uraian tentang para sahabat Nabi
SAW, atau Rijal al-Hadits pada thaqabah pertama, meskipun di dalamnya terdapat nama-nama
yang bukan sahabat.[6]
Kegiatan penelitian ini tidak hanya ditujukan kepada apa yang materi berita dalam hadis
itu saja, atau lebih dikenal matan hadis, tetapi juga kepada berbagai hal yang berhubungan
dengan istilah sanad. Jadi ringkasnya untuk mengetahui apakah suatu hadis dapat
dipertanggungjawabkan keorisinilannya berasal dari Nabi, diperlukan penelitian matan dan sanad
hadis yang bersangkutan.
Untuk dikatakan satu thabaqat, para rawi memiliki persamaan sebagaimana berikut:
a. Hidup dalam masa yang sama
b. Umurnya sama
c. Menerima hadis dari guru-guru yang sama
d. bersamaan saat bertemu dengan guru-gurunya
Menurut ulama hadis kebersamaan dalam menimba ilmu sudah cukup untuk dikatakan satu
thabaqat, karena pada umumnya mereka memiliki umur yang sama. Kategorisasi bagi seorang
periwayat dalam satu thabaqat bisa berbeda-beda. Hal ini karena ada perbedaan segi penilaian
dan dasar kategorisasinya. Oleh karena itu, terkadang dua orang rawi dikatakan satu thabaqat
karena ada sisi kesamaan dan dianggap berbeda thabaqat karena ada perbedaan dari sisi yang
lain. Anas bin Malik al-Ansari yang merupakan sahabat junior akan dikatakan berada di bawah
thabaqat Abu Bakar bila dilihat dari sisi mereka masuk Islam. Akan tetapi bila dilihat dari sisi
mereka berdua sama-sama sahabat Nabi Saw., maka mereka dianggap satu thabaqat
4. Ilmu al-Mu`talif dan al-Mukhtalif
Secara bahasa, mu`talif artinya disatukan atau diselaraskan. Mukhtalif artinya berbeda
dan menyelisihi. Yaitu dua nama sama khat-nya namun lafad dan orangnya berbeda.
Tulisan arab zaman dahulu belum ada harokat dan titiknya, jadi rawan salah baca dan
salah orang. Nama-nama seperti ini tersebar luas dan tidak dapat dipastikan berapa
jumlah pastinya. Banyak ulama menulis kitab yang membahas tentang al-mu`talif dan
almukhtalif, di antaranya kitab al-Ikmal karangan Abi Nashr bin Makula`.
5. Ilmu al-Muttafiq wa al-Muftariq
Adalah persamaan dua nama perawi pada khat dan lafalnya, kalau sebelumnya yang
sama hanya khat-nya saja. Dalam usul fikih, hal ini disebut dengan istilah musytarak.
Kesamaan ini bisa terletak pada nama rawi sendiri, nama ayahnya, nama keluarga, dan
lain sebagainya yang membuat nama perawi tidak jelas.
BAB III
KESIMPULAN
KesimpulanIlmu Rijal al-hadits adalah ilmu yang membahasa para rawi, baik dari
kalangansahabat, tabiin, maupun dari generasi-generasi sesudahnya. Fungsi dan kegunaan ilmu
RijalulHadits adalah pembahasan para rawi hadis dengan penekanan aspek-aspek biografi hidup
dan penjelasan persoalan-persoalan rawi dan sanad. Sasaran pokok dari Ilmu rijal al-hadits
adalahilmu Tarikh ar-Ruwah dan Ilmu Al-Jarh wa At-Ta‟dil. Dan buku-buku yang membahas
ilmu perlu dikaji dan telaah agar dapat mengetahui para periwayat hadis dan hadis dari segi
dapatditerima atau ditolak riwayatnya