Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

‫أبو األسود الدؤلي‬


‫نشأة النحو و تاريخ أشهر النحاة‬
‫شيخ أحمد الطنطاوي‬

DOSEN PEMBIMBING

Abdul Razak, Lc.,M.A

DISUSUN OLEH

Bulan Husniati (190502056)

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH

2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, nikmat serta karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Abu al-Aswad ad-Du’ali“ tepat pada
waktunya.
Makalah ini berisi informasi tentang nama dan nasab Abu al-Aswad ad-
Du’ali, perkataan ulama terhadap Abu al-Aswad ad-Du’ali, serta sekilas tentang
profil murid-murid Abu al-Aswad ad-Du’ali. Diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi dan pengetahuan lebih mengenai Abu al-Aswad ad-Du’ali
kepada kita semua.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu saya mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun demi kesempurnan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
bersangkutan dalam pembuatan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha yang kita lakukan. Amin.

B.Aceh, November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Nama dan Nasab Abu al-Aswad ad-Du’ali................................... 2
2.2 Perkataan Ulama terhadap Abu al-Aswad ad-Du’ali .................... 9
2.3 Sekilas Tentang Profil Murid-murid Abu al-Aswad ad-Du’ali .... 9

BAB II PENUTUP
3.1 Rangkuman .................................................................................. 12
3.2 Saran ........................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Abu al-Aswad ad-Du’ali adalah seorang perumus ilmu nahwu. Sebuah ilmu
gramatika bahasa Arab yang mengkaji tentang bunyi harokat akhir suatu kalimat.
Apakah dhommah, fathah, kasroh, atau sukun. Abul Aswad lahir di masa jahiliyah.
Dan memeluk Islam di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun ia tidak
berjumpa dengan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia merupakan sahabat dari Ali
bin Abu Thalib radhiallahu ‘anhu. Dan berada di pihaknya saat Perang Shiffin.

Abu al-Aswad ad-Du’ali ada sosok yang populer. Ia seorang tabi’in. Seorang
yang fakih. Ahli syair dan ahli bahasa Arab. Termasuk seseorang yang bagus visinya
dan cerdas pemikirannya. Selain itu, ia juga piawai dalam menunggang kuda. Dialah
peletak dasar ilmu nahwu. Dan menurut pendapat yang paling masyhur, dialah yang
memberi titik pada huruf-huruf hijaiyah pada mush-haf Alquran (az-Zarkali: al-
A’lam, 3/236-237).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana nasab Abu al-Aswad ad-Du’ali?

2. Bagaimana perkataan ulama terhadap Abu al-Aswad ad-Du’ali?

3. Siapa saja murid-murid Abu al-Aswad ad-Du’ali?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui nasab Abu al-Aswad ad-Du’ali

2. Mengetahui perkataan ulama terhadap Abu al-Aswad ad-Du’ali

3. Mengetahui murid-murid Abu al-Aswad ad-Du’ali

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Nama dan Nasab Abu al-Aswad ad-Du’ali

Nama lengkapnya ialah Dzalam ibn Amru ibn Sufyan ibn Jandal ibn
Yu’mar ibn Du’ali.1 Abu Aswad ad-Du’ali biasa dipanggil dengan nama kuniah
(panggilan) Abu Aswad, dikenal nama Du’ali karena dinisbatkan kepada kabilah
Dual dari Bani Kinanah.2 Abu al-Aswad ad-Du’ali lahir pada tahun 603 M di
Basrah dan wafat di Basrah juga 69 H. 3Abu al-Aswad ad-Du’ali dilahirkan pada
zaman Jahiliyah yakni setahun sebelum Hijrah, dia masuk Islam di akhir masa
kenabian, namun tak sempat melihat Rasulullah saw.4

Abu al-Aswad ad-Du’ali merupakan seorang tabi’in, murid sekaligus


sahabat Khalifah ke empat, yaitu Ali ibn Abi Thalib. Abu Aswad adalah tokoh
penemu tata bahasa Arab (Nahwu dan Sharf).5 Abu al-Aswad ad-Du’ali dikaruniai
dua anak laki-laki yaitu Atha’ dan Harb serta dua anak perempuan. 6 Di antara
lantunan syair Abu al-Aswad ad-Du’ali yang populer ialah:7
”Janganlah melarang sesuatu padahal kamu melakukannya, Lebih baik kamu
melakukan sesuatu yang mulia.”

1
Muhammad Said Mursi, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Penj. Khoirul Amru
Harahap dan Achmad Faozan (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2007), h. 376.
2
Bisa dibaca Duali atau Daili, dikutip dari Muhammad Said Mursi, Tokoh-tokoh Besar Islam
Sepanjang Sejarah, h. 377.
3
Dolla Sobari, Periodisasi Tokoh Ilmu Nahwu Aliran Basrah, Program Studi Bahasa dan Sastra
Arab Fakultas Adab dan Budaya Islam UIN Raden Fatah Palembang, h. 6.TAMADDUN, 2014-
jurnal.radenfatah.ac.id. http://www. Al-Arabiyyah. Com/20015/05/ Abu al- Aswad-ad- Du‟ali, penemu-
ilmu- nahwu. html. dan https.//www. Kisahislam.net/2012/05/23/kisah-tabiin-abu- al-aswad-ad-duali/.
4
Muhammad Said Mursi, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Penj. Khoirul Amru
Harahap dan Achmad Faozan, h. 377.
5
Kamil al-Baba, Alih Bahasa dan Kata Pengantar D. Sirojuddin AR. Dinamika Kaligrafi Arab
(Kepustakaan Pesantren Sukabumi LEMKA, 1989), h. 43. Moch. Syarif Hidayatullah, Cakrawala
Linguistik Arab (Tangerang Selatan: al-Kitabah, 2012), h. 21.
6
Dalam buku Al-Thahthawiy, Nasy ah al-Lughah, t.t.h. 9. Bahwa nama putri Abu al- Aswad ad-
Du‟ali disebutkan hanya menggunakan lafadz bintu, suatu peristiwa ketika putrinya salah ucap dalam
menunjukkan at- ta‟ajjub atau kekagumanya kepada bintang-bintang yang berada di langit, hal inilah
yang memotivasi Abu al-Aswad ad-Du‟ali untuk mempelajari/memperdalam ilmu nahwu.
7
Muhammad Said Mursi, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Penj. Khoirul Amru
Harahap dan Achmad Faozan, h. 377.

2
Abu al-Aswad ad-Du’ali wafat pada usia delapan puluh lima tahun, ketika
terjadi wabah pes namun adapula yang mengatakan bahwa ia wafat sebelum
terjadinya wabah pes.8
Dalam buku Muhammad Sa’id Mursi yang berjudul Abu al-Aswad ad-
Du’ali Fil Mizan, ada tujuh belas riwayat mengenai nasab Abu al-Aswad ad-
Du’ali, di antaranya:9
Pertama, riwayat al-Baghdadi, yaitu Dzhalam ibn Amru ibn Sufyan ibn
Jandal ibn Ya’mar ibn Halas ibn Nifa’ah ibn Adiy ibn Bakr ibn Abdul Manah ibn
Kinanah ibn Khuzaimah ibn Mudrikah ibn Ilyas ibn Naha ibn Niza.
Kedua, riwayat dari Jahizh, yaitu Dzhalam ibn Amru ibn Sufyan ibn
Ya’mar ibn Halas ibn Nifa’ah ibn Adiy ibn Da’il ibn Bakr ibn Abdi Manah ibn
Kinanah ibn Khuzaimah ibn Mudrikah ibn Ilyas ibn Naha ibn Niza.
Ketiga, riwayat dari as-Sirafi, yaitu Dzhalam ibn Amru ibn Sufyan ibn
Umar ibn Halas ibn Nifa’ah ibn Adiy ibn Da’il ibn Bakr ibn Kinanah.
Keempat, riwayat dari Ibnu Sa’ad, yaitu Dzhalam ibn Amru ibn Sufyan
ibn Umar ibn Halas ibn Nifa‟ah ibn „Adiy ibn Da’il ibn Bakr ibn Abdi Manah ibn
Kinanah.
Kelima, riwayat dari Ibnu Katsir, yaitu Dzhalam ibn Amru ibn Sufyan ibn
Jandal ibn Umar ibn Halas ibn Nifa’ah ibn Adiy ibn Da’il ibn Bakr ibn Abdi
Manah ibn Kinanah.
Keenam, riwayat dari al-Qafthi Dzhalam ibn Amru ibn Sufyan ibn Jandal
ibn Umar ibn Adiy ibn Da’il ibn Bakar ibn Kinanah ibn kinanah
Ketujuh, riwayat dari Ibnu Manshur, yaitu Dzhalam ibn Amru ibn Sufyan
ibn Jandal ibn Umar ibn Adiy ibn ibn Da’il ibn Bakr ibn Kinanah.
Kedelapan, riwayat dari Yasin, yaitu Dzhalam ibn Amru ibn Sufyan ibn
Jandal ibn Umar ibn Adiy ibn Da’il ibn Bakr ibn Abdi Manah ibn Mudrikah.

Kesembilan, riwayat dari Wazir al-Bakri, yaitu Dzhalam ibn Amru ibn
Sufyan ibn Bakr ibn Abdi Manah ibn Kinanah ibn Khuzaimah.

8
Rahmap, Aliran Basrah: Sejarah Lahir, Tokoh, dan Karakteristiknya. (Dosen tetap Jurusan
PBA Fakultas Tarbiyah IAIN Pontianak, at-Turats, 2014), h. 7. jurnaliainpontianak.or.id. Dolla Sobari,
Periodisasi Tokoh Ilmu Nahwu Aliran Basrah, Program Studi Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan
Budaya Islam UIN Raden Fatah Palembang. TAMADDUN, 2014 - jurnal.radenfatah.ac.id
9
Muhammad Mansur, Abu al-Aswad ad- Du‟ali fil Midzan (Iran: Maktab al-I‟lam al- Islami,
Markaz Nasir, 1376), h. 67-68.

3
Kesepuluh, riwayat dari Ibnu Juzdi, yaitu, yaitu Dzhalam ibn Amru ibn
Sufyan ibn kinanah.
Kesebelas, riwayat at-Thusi, yaitu Dzhalam ibn Amru ibn Sufyan ibn
Yu‟mar.
Keduabelas, riwayat Qufthi, yaitu Dzalam ibn Amru ibn Sufyan ibn Bakr
ibn Da‟il ibn Bakr ibn Abdi Manah ibn Kinanah ibn Khuzaimah ibn Mudrikah.
Ketigabelas, riwayat dari al-Abdi, yaitu Dzhalam ibn Zhalim.

Keempatbelas, riwayat dari al-Kasy, yaitu Dzhalam ibn Sariq.

Kelimabelas, riwayat dari al-Kasy, yaitu Dzhalam ibn Amru ibn Halas ibn
ibn „Adiy ibn Da‟il ibn Bakr ibn Khuzaimah ibn Mudrikah
Keenambelas, riwayat dari al-Kasy, yaitu Dzhalam ibn Amru ibn Halas

Ketujuhbelas, riwayat dari al-Kasy, yaitu Sariq ibn Dzhalam.

Abu al-Aswad ad-Du’ali pernah menjabat sebagai hakim di Basrah pada


masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Khattab (13- 23 H/634-644 M). Imam
Jahizh berkata: “Dia seorang hakim yang adil, bijaksana dan berakhlak mulia.”
Meriwayatkan hadits dari Umar, Ibnu Abbas, Abi Dzar, Lalu meriwayatkan
darinya Ibnu Buraidah, Akhnas, Saad Rabiyah, Ibnu Harmaz, Nasir bin Ashim,
Maimun Akran, Ibnu Raqisy dan lainnya.10
Abu al-Aswad ad-Du’ali diangkat sebagai gubernur di Basrah oleh Ali ibn
Abi Thalib (35-41 H/656-661M). Abu al-Aswad ad-Du’ali pernah ikut dalam
peperangan Jamal (Jumadil Akhir, tahun 36 H, berlangsung selama tujuh bulan,
dalam rentang waktu itu terjadi 90 kali kontak senjata, diantara korban terbunuh
dari tentara Ali ibn Abi Thalib adalah Ammar ibn Yasir r.a, seorang sahabat
11
terkemuka), perang Siffin (10 Shafar 37 H tanda-tanda kemenangan berada
dipihak Ali ibn Abi Thalib, namun pertempuran dihentikan setelah kedua kubu
sepakat melakukan genjatan senjata. Hal itu terjadi pada hari Rabu, 13 hari
sebelum bulan Shafar berakhir, tahun 37 H). Mereka sepakat mengirimkan
mediator untuk bertemu di Daumatul Jandal pada bulan Ramdhan, kedua pasukan

10
Muhammad Said Mursi, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Penj. Khoirul Amru
Harahap dan Achmad Faozan, h. 377.
11
Ibrahim al-Qiraibi, Tarikh Khulafa‟/Asy Syifa Fi Tarikh al-Khulafa‟, Penj. Haris
Khairul Anam (Jakarta: Qisthi Press, 2009), h. 831.

4
pun kembali ke wilayah masing-masing)12 bersama Khalifah Ali ibn Abi Thalib
dan termasuk sebagai juru runding dalam perang Jamal Sebelum Abu al-Aswad
ad-Du’ali menggeluti ilmu nahwu, Abu al-Aswad ad-Du’ali memang banyak
berkiprah di dunia perpolitikan.13 Abu al-Aswad ad-Du’ali juga pernah diutus oleh
sahabat Rasulullah saw, yaitu Abdullah ibn Abbas sebagai panglima perang untuk
memerangi kaum Khawarij14 (Khawarijlah yang mendorong Ali ibn Abi Thalib
untuk menerima ajakan arbitrase (tahkim) terlebih dahulu. Ali ibn Abi Thalib
mengutus Abdullah ibn Abbas r.a sebagai mediator (hakim). Namun, Khawarij
tidak setuju dengan alasan bahwa Ibnu Abbas adalah orang terdekat Ali ibn Abi
Thalib. Khawarij pun mendesak Ali ibn Abi Thalib untuk mengutus Abu Musa
Asy’ari untuk memutuskan sengketa berdasarkan pada Kitab Allah. Namun, yang
terjadi tidak sesuai dengan keinginan Khawarij, inilah penyebab mereka keluar
dari barisan Ali ibn Abi Thalib dan berkata: “Ali ibn Abi Thalib menyerahkan
keputusan hukum pada manusia? Tak ada hukum kecuali hukum Allah.”
Akhirnya, Khawarij bermarkas di Naharawan, yang terdiri dari beberapa
kelompok/sekte dan sepakat untuk tidak mengakui kekhalifahan Utsman ibn
Affan dan Ali ibn Abi Thalib).15
Abu al-Aswad ad-Du’ali adalah orang yang pertama mengumpulkan
mushaf dan peletak kaidah-kaidah nahwu, atas rekomendasi Ali ibn Abi Thalib.
Sasaran pertama Abu al-Aswad ad-Du’ali adalah mengumpulkan mushaf-mushaf
al-Quran, karena di sinilah letak kekhawatiran salah baca, Abu al-Aswad ad-
Du’ali jugalah orang yang pertama kali merumuskan tanda-tanda baca atau rumus-
rumus pembeda (diacritical marks), yang berupa titik-titik pada tulisan al- Quran
dengan menggunakan tinta (berwarna merah) yang berbeda dengan tulisan pokok
mushaf al-Quran (umumnya berwarna hitam) yang terjadi pada permulaan Bani
Umayyah di bawah kepemimpinan Mu’awiyah ibn Abu Sufyan (40- 60 H), Ziyad

12
Ibrahim al-Qiraibi, Tarikh Khulafa‟/Asy Syifa Fi Tarikh al-Khulafa,‟ Penj. Haris Khairul
Anam, h. 831.
13
http://www. al-Arabiyyah. Com/20015/05/ Abu al- Aswad-ad-Du‟ali, penemu-ilmu- nahwu.
html.
14
Muhammad Said Mursi, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Penj. Khoirul Amru
Harahap dan Achmad Faozan, h. 377.
15
Ibrahim al-Qiraibi, Tarikh Khulafa‟/Asy Syifa Fi Tarikh al-Khulafa‟, Penj. Haris
Khairul Anam, h. 839.

5
ibn Abihi, seorang gubernur Basrah (55 H) telah memerintahkan kepada Abu al
Aswad ad-Du’ali untuk menciptakan syakal-syakal guna membuktikan adanya
huruf hidup namun syakal-syakal atau harakat tersebut masih berbentuk titik-
titik.16 Usaha yang dirintis oleh Abu al-Aswad ini akhirnya disempurnakan oleh
kedua muridnya diakhir kurun pertama Hijriyah, yaitu Nashr ibn Ashim al- Laitsi
(707 M), dan Yahya ibn Ya’mur al-Udwan al-Laitsi (708 M) atas perintah al-
Hajjaj ibn Yusuf as-Tsaqafi17 seorang gubernur bawahan dari Irak (694-714 M)
terjadi pada masa Bani Umayyah di bawah kepemimpinan Malik ibn Marwan (65-
86 H/685-705 M),18 penyempurnaan terakhir terjadi pada masa permulaan Bani
Abbas oleh al-Khalil ibn Ahmad al-Farahidi al-Busairi (170 H/786 M).19
Dalam riwayat al-Zubaidi,20 “Dijelaskan bahwa Abu al-Aswad ad-Du’ali
dan Nashr ibn Ashim al-Laitsi, Abdurrahman ibn Hurmuz telah menyusun materi
nahwu dalam beberapa bab yaitu: Awamil al-Rafa, al-Nashb, al-Khafad, al-Jazm,
bab al-Fa’il, maful bihi,at-Taajjub dan al-Mudhaf.21 Nashr ibn Ashim al-Laitsi
menambahkan penyusunan ilmu nahwu yaitu: ar-Rafa’, an-Nashb, al-Jar at-
Tanwin, dan al-I’rab."22
Adapun peran Abu al-Aswad ad-Du’ali dalam ilmu nahwu yaitu ketika
Islam datang dan menyebar ke negeri Persia dan Romawi, maka terjadilah
pernikahan orang Arab dan orang Ajam, serta terjadi perdagangan, dan
pendidikan, mejadikan bahasa Arab bercampur-baur dengan bahasa Ajam, orang
yang fasih bahasanya menjadi jelek dan banyak terjadi salah ucap, sehingga
keindahan bahasa Arab menjadi hilang. Kondisi inilah yang mendorong adanya
pembuatan kaidah-kaidah yang disimpulkan dalam mengharakati bahasa Arab,
sehingga muncullah ilmu yang pertama kalinya berfungsi untuk menyelamatkan

16
D. Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 65.
17
Hajjaj ibn Yusuf ats-Tsaqafi adalah seorang gubernur bawahan Abdul Malik ibn Marwan (694-
714 M). Didin Sirajuddin AR, Diktat Kuliah Seni Kaligrafi Islam, 66.
18
D.Sirojuddin AR, Kuliah Seni Kaligrafi Islam, h. 66.
19
D. Sirojuddin, Seni Kaligrafi Islam (Jakarta: Panjimas, 1987), h. 68.
20
Al-Zubaidi, pengarang kitab Thabaqat al-Nahwiyyin wa al-Lughawiyah (Mesir, Dar al-
Ma‟arifat). Dikisahkan bahwa al-Zubaidi adalah seorang tokoh ilmu nahwu yang gigih. Diakses dari
https: //muslim .or.id>18868. Meneladani semangat para ulama dalam menuntut ilmu.
21
Syauqi Dhaif, al-Madaris an-Nahwuiya (Kairo: Dar al-Ma‟arif, 1968), h. 16.
22
Abdul Hadi al-Fadli, Marakiz al-Dirasat al-Nahwuiyah (Urdun: Maktabah al-Manar, 1986),
h. 27.

6
bahasa Arab dari kerusakan. Para ulama memikirkan perhatian terhadap al-Quran
telah mendorong mereka untuk merumuskan pengetahuan yang tekait dengan,
ilmu bacaannya (ilmu qira’at), termasuk ilmu nahwu.
Nahwu lahir dan berkembang di Basrah, kemudian meluas di Kufah,
Baghdad, Mesir, dan Andalusia yang kemudian kota-kota ini menjadi pusat
mushaf-mushaf nahwu yang dikenal sampai saat ini. Mushaf-mushaf nahwu yang
telah disebutkan, mushaf Basrah dan Kufah yang lebih dominan dan bersaing
sehingga melahirkan teori-teori dan metodenya sendiri-sendiri.23
Ada dua faktor yang menjadi sebab utama lahir dan berkembangnya ilmu
nahwu, yaitu: Faktor sosial masyarakat dan faktor peradaban.24 Pertama, Faktor
sosial masyarakat di sini adalah adanya kesalahan berbahasa yang timbul dari
sebagian masyarakat, baik dari sisi pengucapan maupun penulisan.
Seiring dengan meluasnya wilayah Islam semakin banyak pula
percampuran orang Arab Asli dan orang Ajam, mereka menggunakan bahasa Arab
dalam percakapan mereka, dan dari sinilah mulai terlihat penyimpangan dalam
bahasa Arab. Kondisi tersebut sangat mengganggu dan menimbulkan banyak
kekhawatiran di antara para pemikir Arab, sehingga para ulama berusaha
menemukan solusi dari masalah yang jika dibiarkan akan mempengerahi
kelestarian bahasa Arab itu sendiri. Ali ibn Abi Thalib salah satu orang yang
paling bertanggung jawab pada hal tersebut, karena dia adalah seorang Khalifah
saat itu. Ali ibn Abi Thalib adalah orang yang pertama kali memikirkan cara untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Terlebih lagi dia adalah orang yang sangat
mengerti tentang Fashahah dan balaghah, akan tetapi karena dia sedang
disibukkan dengan urusan peperangan yang terjadi dalam negeri yang tak bisa
ditingggalkan, maka Khalifah Ali ibn Abi Thalib memilih salah satu dari
muridnya, yaitu Abu al-Aswad ad-Du’ali.25 Kedua, Faktor Peradaban yaitu
dikarenakan masa di saat agama Islam masuk dalam dunia Arab. Sejarah
perkembangan ilmu nahwu, sejak dimulai dan dirumuskannya dasar-dasar ilmu
nahwu pada pertengahan abad ke-1 H oleh Abu al-Aswad ad-Du’ali, ilmu nahwu

23
Muhammad al-Thahthawiy, Adabiyya: Jurnal Bahasa dan Sastra (Yogyakarta: Fakultas Adab
UIN Sunan Kalijaga . 2009),h. 50.
24
Muhammad Hadi al- Fadli, Marakiz ad-Dirasat an-Nahwiyah, h. 5
25
Abdul Hadi Fadli, Marakiz ad-Dirasat an-Nabwiyah, h. 7.

7
telah banyak mengalami perkembangan dan kemajuan pada masa Bani
Abbasiyah, yaitu pertengahan pada abad ke-2 H di Basrah. Kota ini merupakan
center of knowledge and civilization bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya bagi ilmu nahwu. Nama dalam ilmu nahwu terklasifikasikan menjadi
dua arus kelompok besar yaitu, nahwu Basrah yang domotori oleh imam
Sibawaih dan nahwu Kufah yang dimotori oleh Imam Kisa’i.
Ada beberapa pendapat mengenai sejarah penulisan ilmu nahwu,
diantaranya, yaitu:
1. Ibnu Qutaibah (276 H), ia mengatakan, “Bahwa Abu al-Aswad ad-
Du’ali adalah orang yang pertama kali menulis kitab tentang ilmu
nahwu setelah Ali ibn Abi Thalib.”26
2. Al-Muzarbani (384 H), ia mengatakan, “Bahwa Abu al-Aswad ad-
Du’ali berkata: Suatu hari ketika aku pergi menghadap Ali ibn Abi
Thalib, aku melihatnya sedang berpikir keras, kemudian aku
bertanya: Apa yang sedang anda pikirkan wahai Amirul mukminin?
Ali ibn Abi Thalib menjawab, aku telah mendengar begitu banyak
kesalahan bahasa dari orang-orang disekitarku, dan aku benar-
benar ingin menyusun sebuah kitab tentang kalam orang-orang
Arab. Abu al-Aswad ad-Du’ali berkata: jika anda benar-benar
melakukan hal itu, niscaya anda telah menghidupkan sebuah kaum
dan menjadikan bahasa Arab abadi dalam diri Umat.
Setelah itu, Aku (Abu al-Aswad ad-Du’ali) meminta izin kepada Khalifah
Ali ibn Abi Thalib untuk menulis sesuatu seperti apa yang Ali ibn Abi Thalib tulis,
dan Ali ibn Abi Thalib mengizinkannya. Khalifah Ali ibn Abi Thalib memberikan
banyak masukan, baik itu tambahan maupun pengurangan. Hal inilah yang
akhirnya menjadi dasar-dasar ilmu nahwu.27

26
Abdul Hadi Fadli, Marakiz ad-Dirasat an-Nabwiyah, h. 9.
27
Abdul Hadi Fadli, Marakiz ad-Dirasat an-Nabwiyah, h. 12. Masih banyak lagi riwayat-
riwayat yang menceritakan tentang hal ini, seperti al-Mubrit 9285 H), as-Sujjaji (337 H), Abu Thayyib al-
Lughawi (351 H) Abu al-Barraj al-Ashbihani (356 H), as-Sirafi (378 H), az-Zubaidi (379 H), Hayan at-
Tauhidi (380 H), Ibnu nadhim (385 H), al-Raghib al-Ashfahani (502 H),al- Khathib at-Tibrizi (502 H),
Ibnu al-Anbari (577 H), al-Fakhru al-Razi (616 H), Yaqut al-Hamawi (626 H), al-Qafathi (645 H), al-
Yafi‟I (768 H), Ibnu Katsir (774 H), Ibnu Khaldun (808 H), al- Qaqasynady (821 H), Ibnu al-Jazari (833
H), Ibnu Hajar al-Asqalani (852 H), as-Suyuti (911 H),al-Baghdadi (1093 H), Abdul Hadi al-Fadli (1996:
10-16).

8
2.2 Perkataan Ulama terhadap Abu al-Aswad ad-Du’ali

Adapun perkataan para Ulama terhadap Abu al-Aswad ad-Du’ali di


antaranya:
Abul Hasan Ahmad al-Ijli28 berkata: “Abu al-Aswad ad-Du’ali adalah
orang yang tsiqah (terpercaya), dan orang yang pertama kali berbicara tentang
ilmu nahwu.”
Al-Waqidi29 berkata: “Abu al-Aswad ad-Du’ali masuk Islam pada masa
Rasulullah saw masih hidup.”

Al-Jahizh30 berkata: “Abu al-Aswad ad-Du’ali adalah pemuka dalam


tingkat sosial manusia, dia termasuk kalangan ilmu fiqh, penyair, ahli hadits,
orang mulia, ksatria berkuda, pemimpin, orang cerdas, ahli nahwu, pendukung
Ali ibn Abi Thalib.”

2.3 Sekilas Tentang Profil Murid-murid Abu al-Aswad ad-Du’ali


1. Nashr ibn Ashim al-Laitsi (707 H)

Nama lengkap dari Nashr ibn Ashim al-Laitsi ialah Nashr ibn
Ashim ibn Umar ibn Khalid ibn Hazm ibn As’ad ibn Wadi’ah ibn Malik
ibn Qais ibn Amir ibn Laits ibn Bakr ibn Abdi Manah ibn Ali ibn
Kinanah. Hal keturunan atau nasab Nashr ibn Ashim al-Laitsi bertemu

28
Nama lengkap dari al-Ijli ialah Ahmad ibn Abdillah ibn Shalih Abu Hasan al- Ijli, lebih dikenal
dengan Ahmad al-Ijli, Karya: Tarikh ats-Tsiqah. Abdul Mu‟thi Qal‟ah li (ed,). Beirut Dar al Kutub al-
Ilmiyyah. 1405. ( Dikutip dari buku daftar putaka Ahmad Mahdi, Biografi Rasulullah saw: Sebuah Studi
Analitis berdasarkan sumber-sumber yang otentik dengan judul asli as-Sirah an-Nabawiyyah fi Dhau‟i
al-Mashadir al-Ashliyyah: Dirasah Taliliyyah. Penerjemah Yessi HM Basyaruddin (Jakarta: Qisthi Press,
2005).
29
Nama lengkap dari al-Waqidi ialah Muhammad ibn Umar ibn al-Waqidi Abu Abdullah al-
Waqidi al-Madaini, al-Waqidi lahir di Madinah, pada tahun 130 H dan wafat di Baghdad pada tahun 207
H/823 M. Di ambil dari sumber Ahmad Mahdi, Biografi Rasulullah saw: Sebuah Studi Analitis
berdasarkan sumber Riyad sumber yang otentik. dengan judul asli as-Sirah an- Nabawiyyah fi Dhau‟I
al-Mashadir al-Ashliyyah: Dirasah Ta‟liliyyah. Penj Yessi HM Basyaruddin (Jakarta: Qisthi Press,
2005), h.33-34. Badri Yatim, Historiografi Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. I. h. 85-87.
30
Nama lengkap dari al-Jahizh ialah Abu Utsman Amr ibn Bahar al-Kinani Fuqaimi al-
Bashri, lahir, dibesarkan dan wafat di Basrah (164-255 H/ 780-868 M), al-Jahizh berasal dari keluarga
mawali Bani Kinanah, keturunan dari Abyssinia. (diakses dari AQL Islamic Center, al- Jahizh (164-255
H/780-868 M) published 25 Juli 2015). Al-Jahizh seorang penulis terkenal pada abad ke-II H tentang
prosa kesusastraan, teologi, retorika, filologi dan bidang/social Critism, di antara karyanya:
Kitabul Bayan wal Tabyeen, al-Hayawan. https:www.reseach
chagate.net/profile/Muhammad Yunus Anis/publication Journal CMES Volume. I no. 2 ed Juli-
Desember2013/319553188-Humor-dan-Komedi-dalam-Sebuah-Kilas-Balik-Sejarah-Sastra- Arab.pdf

9
dengan Abu al-Aswad ad-Du’ali dari Bakr ibn Abdi Manah. Nashr ibn
Ashim al-Laitsi adalah seorang yang faqih dan berpengetahuan di bidang
bahasa Arab, termasuk dari tabi’in, dia juga termasuk ahli Qari yang
fasih, dalam hal al-Quran dan ilmu nahwu ia menyandarkan pada Abu al-
Aswad ad-Du’ali. Nashr ibn Ashim al-Laitsi belajar nahwu juga dari
Yahya ibn Ya’mur al-Udwan al-Laitsi. Nasr ibn Ashim al-Laitsi wafat
pada tahun 89 H/708 M.

Karakteristik periode ini ialah: Pertama, tergabung dalam profesi


ahli Qari dan ahli Hadits. Kedua, memiliki perhatian pada realitas Lahn
dalam kalam Arab dan al-Quran. Ketiga, ada kesepakatan dalam
memberi titik mushaf dengan titik I’rab. Keempat, terdapat tambahan
atas penyusunan ilmu nahwu yaitu: ar-Rafa’, an-Nashb, al-Jar at-
Tanwin, dan al-I’rab. Kelima, belum terdapat peninggalan karya
tersendiri berupa tulisan.31

2. Yahya ibn Ya’mur al-Udwan al-Laitsi (708 H)

Nama lengkap dari Yahya ibn Ya’mur al-Udwan al-Laitsi yaitu,


Abu Sulaiman ibn Yahya ibn Ya’mur ibn Wasyqah ibn Auf ibn Bakr ibn
Yaskur ibn Udwan ibn Qais ibn Ilan ibn Mudhar. Yahya ibn Ya’mur al-
Udwan al-Laitsi berasal dari golongan Bani Laits, dia juga belajar ilmu
nahwu dari Abu al-Aswad ad-Du’ali tentang memberi titik mushaf pada
titik I’rab. Yahya ibn Ya’mur al-Udwan al-Laitsi wafat pada tahun 129
H/747 M.32

3. Abdurrahman ibn Hurmuz (117 H)

Nama lengkap dari Abdurrahman ibn Hurmuz ialah Abu Dawud


Abdurrahman ibn Hurmuz ibn Abi Sa’ad al-Madini al-Araj, wafat pada

31
Ada beberapa literatur yang membahas tokoh-tokoh ilmu nahwu, baik aliran Basrah maupun
Kufah antara lain, baca Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ikhtiar baru Van Houve, 1994), Jilid
IV, Cet. III, h. 2.
32
Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ikhtiar baru Van Houve, 1994), Jilid IV, Cet. III, h. 2.

10
tahun 117 H/735 M, dia seorang hamba ibnu Rabi’ah ibn al-Harits ibn
Abdul Muthalib. Ada beberapa pujian ulama hadits tentang
Abdurrahnman ibn Hurmuz yaitu: Abdullah ibn al-Hai’ah, Abdullah ibn
Bahinah, Abu Hurairah dan Abdurrahman ibn Abdul Qari.

Karakteristik periode Abdurrahman ibn Hurmuz: Pertama, tergabung


dalam profesi Qari. Para Ulama Basrah secara menyeluruh sebagai Qari
al-Quran dan juga sebagai perawi hadits. Kedua, memberi perhatian
khusus terhadap (Lahn) dalam kalam Arab, dan dalam al-Quran dan
menentang atau menegur fenomena apabila saat itu (Bani Umayyah) ada
orang yang salah baca dalam kitab suci al-Quran, sebab itu jugalah dia
setuju mushaf-mushaf al-Quran diberi titik dengan I’rab. Ketiga, awal
penyusunan ilmu nahwu mendapat petunjuk dari Ali ibn Abi Thalib yang
diawali oleh Abu al-Aswad ad-Du’ali dan diikuti oleh murid- muridnya
termasuk dirinya sendiri. Keempat, tidak terdapat peninggalan berupa
tulisan atau karya sendiri tentang generasi ini.33

Demikian biografi singkat Abu al-Aswad ad-Du’ali dan murid-


muridnya, pada bab berikutnya akan dibahas tentang sejarah fase
pengumpulan al-Quran mulai dari zaman Rasulullah sampai pada masa
Bani Abbas.

33
Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ikhtiar baru Van Houve, 1994), Jilid IV, Cet. III, h. 2.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Orang pertama yang merumuskan ilmu nahwu adalah Abu al-Aswad ad-
Du’ali. Abu al-Aswad lahir di masa jahiliyah dan memeluk Islam di masa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun ia tidak berjumpa dengan beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam. Ia merupakan sahabat dari Ali bin Abu Thalib radhiallahu ‘anhu
dan berada di pihaknya saat Perang Shiffin.

Abu al-Aswad ad-Du’ali wafat di Bashrah pada tahun 69 H/688 M. Ia


terserang wabah tah’un. Saat itu usianya 80 tahun. Ada juga yang mengatakan
bahwa ia wafat di masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz rahimahullah. Dan
kekhilafahan Umar bin Abdul Aziz dimulai pada bulan Shafar 99 H – Rajab 101
H (Ibnu Khalkan: Wafayat al-A’yan, 2/539).

3.2 Saran

Dari pembahasan, maka penulis memiliki saran yakni:

1. Kalau dilihat dari segi biografi Abu al-Aswad ad-Duali, penulis hanya
membahas sekilas saja sekedar untuk mengetahui secara umum siapa
sebenarnya Abu al-Aswad ad-Du’ali karena penulis hanya fokus kepada
pembahasan penyempurnaan dalam pemberian titik dan tanda baca pada
al-Quran. Diharapkan peneliti berikutnya bisa lebih detail
meneliti/meneropong profil Abu al-Aswad ad-Du’ali secara lengkap di
dalam buku karya Muhammad Mansur, Abu al-Aswad ad-Du’ali fil
Midzan, Iran: Maktab al-I’lam al-Islami, Markas Nasir 1376.
2. Abu al-Aswad ad-Du’ali adalah salah seorang penyair dari Basrah dan
banyak berkiprah di dalam dunia perpolitikan. Oleh karena itu,
diharapkan kepada peneliti berikutnya bisa menggali lebih lengkap apa
saja tema syair-syair yang pernah digubah oleh Abu al-Aswad-ad-Du’ali.
3. Perlu diketahui bahwa pondasi lahirnya ilmu Nahwu berasal dari jerih
payah Abu al-Aswad ad-Du’ali setelah dia mendapat izin dari Khalifah

12
Ali ibn Abi Thalib untuk menyusun I’rabil Hurf. Pembahasan dalam
bidang ilmu Nahwu yang dipelopori oleh Abu al-Aswad ad-Du’ali masih
minim sekali dibahas oleh orang-orang. Jadi, penulis berharap semoga ke
depannya ada dari peneliti berikutnya lebih spesifik untuk membahas
bagaimana cara yang ditempuh oleh Abu al-Aswad ad-Du’ali dalam
merumuskan ilmu Nahwu.

13
DAFTAR PUSTAKA

Baba, al-Kamil. Dinamika Kaligrafi Arab. Penj. D. Sirojuddin AR Kepustakaan LEMKA


Sukabumi. 1989.
Dhaif, Syauqi. al-Madaris an-Nahwiyah. Kairo: Dar al-Ma‟arif, 1968.
Dewan Redaksi. Ensiklopedi Islam. Jilid IV CET ke-III Jakarta: Ikhtiar baru Van Houve,
1994.
Fadli, al-Hadi. Marakiz al-Dirasah al-Nahwiyah. Urdun: Maktabah al-Manar, 1986.
Mansur, Muhammad. Abu al-Aswad ad- Du‟ali fil Midzan. Iran: Maktab al-I‟lam al-
Islami, Markaz Nasir, 1376.

Mursi, Muhammad Said. Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Jakarta: Pustaka
al-Kautsar, 2007.

Quraibi, al-Ibrahim. Tarikh al-Khulafa.‟ Penj. Faris Khairul Anam. Jakarta: Qisthi
Press, 2009.
Sirojuddin, AR, D. Kuliah Seni Kaligrafi Islam, Fakultas Adab dan Humaniora IAIN
Jakarta. 1983.
Sirojuddin, D. AR., Diktat Kuliah Seni Kaligrafi Islam. Skripsi SI Fakultas Adab dan
Humaniora, IAIN Syarif Hidayarullah Jakarta, 1984.
Sirojuddin, AR, D. Seni Kaligrafi Islam. Jakarta: Panjimas, 1987.

Dolla Sobari, Periodisasi Tokoh Ilmu Nahwu Aliran Basrah, Fakultas Adab dan
Humaniora, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Jl. Zainal Abidin
Fikry, No. 01 Km. 3,5 Palembang. Phone: 0817277835/08127144404.

http://ejournal.kopertais4.or.id/susi/index.php/jmpai/article/view/1295.http://schol
ar.google.co.id/scholar_url?url=http%3A%2F%2Fjurnal.radenfatah.ac.id%2Finde
x.php%2Ftamaddun%2Farticle%2Fview%2F134&hl=id&sa=T&ct=res&cd=0&ei
=d_L2WeuzO6WFjgTH9bzgAQscisig=AAGBfm2nrUMKhwPGgPlKgp4v67l9_l
gA&nossl=1&ws=1366x664&

Tamaddun by http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tamaddun is licensed under


a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Al-Arabiyyah. Com/20015/05/ Abu al- Aswad-ad-Du‟ali, penemu-ilmu nahwu. html.

https.//www. Kisahislam.net/2012/05/23/kisah-tabiin-abu-al-aswad-ad-duali.

14
15

Anda mungkin juga menyukai