Anda di halaman 1dari 11

TOKOH HADIS PADA MASA SAHABAT

(Abdullah bin Abas, Jabir bin Abdillah, Abu Said Al-Khudri)

MAKALAH

Ditulis untuk Memenuhi Tugas Matapelajaran


Ilmu Hadis

OLEH
KELOMPOK 2:

1. Aris Rahman Hakim


2. Ahmad Arzam Gufron
3. Aryan Satriya
4. Asih Husna Fitrisia
5. Puja Mayang Sari
6. Taras Putri

Guru:
ZASMAN OKTARIA, S.PdI

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 SUNGAI PENUH


KELAS XII KEAGAMAAN
TAHUN 2024

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi
sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada
terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah karya Ilmiah
dengan judul “TOKOH HADIS PADA MASA SAHABAT (Abdullah bin Abas,
Jabir bin Abdillah, Abu Said Al-Khudri)”. Dalam penyusunannya, penulis
memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, terutama Zasman Oktaria,
S.PdI selaku guru matapelajaran Ilmu Hadis yang telah memberi pemahaman
sehingga makalah ini dapat di tulis. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini
dapat lebih bermanfaat bagi semua pembaca.

Sungai Penuh, Januari 2024


Penyusun

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................. 1
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Abdullah Bin Abas..................................................................... 3
2.2 Jabir bin Abdillah....................................................................... 4
2.3 Abu Sa'id al-Khudriy.................................................................. 6
BAB III PENUTUP
2.1 Kesimpulan................................................................................ 7
2.2 Saran........................................................................................... 7
KEPUSTAKAAN....................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Hadis, sebagai sumber utama dalam Islam setelah Al-Qur'an, memiliki
peran penting dalam membimbing umat dalam menjalani kehidupan sehari-
hari sesuai ajaran agama. Pada masa awal Islam, Sahabat Nabi menjadi
penjaga dan perantara utama dalam menyampaikan serta menjelaskan hadis-
hadis Rasulullah SAW. Tiga tokoh hadis yang menjadi fokus dalam makalah
ini, yaitu Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdillah, dan Abu Said Al-Khudri,
memiliki peran sentral dalam menyampaikan warisan kebijakan dan ajaran
Rasulullah. Keilmuan, ketabahan, dan dedikasi mereka dalam menjaga serta
menyebarkan hadis-hadis tersebut menjadi landasan utama pembahasan dalam
makalah ini. Melalui pemahaman mendalam terhadap kontribusi mereka, kita
dapat meresapi kekayaan intelektual dan spiritual yang menjadi pijakan bagi
pengembangan pemahaman Islam di masa kini.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Apa peran Abdullah bin Abbas dalam menyampaikan hadis-hadis
Rasulullah pada masa sahabat?
2. Bagaimana Jabir bin Abdillah berkontribusi dalam menyampaikan hadis-
hadis Rasulullah dan mengabadikan sejarah Nabi pada masa sahabat?
3. Bagaimana Abu Said Al-Khudri berperan dalam menyampaikan dan
menjelaskan hadis-hadis Rasulullah pada masa sahabat, terutama di
Madinah?
1.6 Tujuan
Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk menambah
pengetahuan tetang:
1. Peran Abdullah bin Abbas dalam menyampaikan hadis-hadis Rasulullah
pada masa sahabat.

1
2. Peran Jabir bin Abdillah dalam menyampaikan hadis-hadis Rasulullah dan
mengabadikan sejarah Nabi pada masa sahabat.
3. Peran Abu Said Al-Khudri dalam menyampaikan dan menjelaskan hadis-
hadis Rasulullah pada masa sahabat, terutama di Madinah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Abdullah Bin Abas
Abdullah bin Abbas (‫عبد هللا بن عباس‬, lahir sekitar 619 M – wafat di
Thaif, sekitar 687 (68 H)) adalah seorang sahabat Nabi Muhammad sekaligus
saudara sepupunya. Nama Ibnu Abbas (‫ )ابن عباس‬juga digunakan untuknya
untuk membedakannya dari Abdullah yang lain. Ibnu Abbas merupakan salah
seorang sahabat yang berpengetahuan luas, sangat banyak hadis yang
diriwayatkan melalui Ibnu Abbas, beliau juga merupakan kakek dari Imam
Muhammad al-Abbasi yang menjadi ayah dari satu Imam Revolusi
Abbasiyah, yakni Ibrahim al-Imam dan dua Khalifah dari Kekhalifahan
Abbasiyah, yakni Abu Abbas Abdullah As-Saffah dan Abu Ja'far Abdullah
Al Mansur. Ibnu Abbas lahir saat Nabi sudah 10 tahun menjalankan dakwah
dan sedang diblokasi ekonomi oleh Quraisy.
Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf
bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib[1] bin Fihr
bin Malik bin an-Nadhr[2] bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas
bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan. Ayahnya, Al-Abbas, adalah
paman Nabi Muhammad, sehingga silsilahnya bertemu dengan Nabi
[3]
Muhammad pada Abdul Muthalib bin Hasyim . Lubabah al-Kubra al-
Hilaliyah. Namanya adalah Ummu al-Fadhl binti al-Harits bin Hazn bin al-
Bujair bin al-Huzam bin Ru'aibah bin Abdullah bin Hilal bin Amir bin
Sha'sha'ah bin Muawiyah bin Bakar bin Hawazin bin Manshur bin Ikrimah
bin Khashafah bin Qais bin Ailan bin Mudhar. [4] Dia adalah saudara
perempuan Maimunah binti al-Harits, istri Nabi Muhammad.[5] Kunyah: Abu
al-Abbas.[3]
Abdullah bin Abbas, dengan kedekatannya sebagai sepupu Rasulullah,
muncul sebagai pilar utama dalam menyampaikan hadis-hadis dan memahami
ajaran Rasulullah pada masa sahabat. Berkat doa Rasulullah yang
memohonkan kebijaksanaan kepadanya, Abdullah bin Abbas menjadi figur
yang mendalam pemahamannya terhadap Al-Qur'an dan hadis. Perannya

3
tidak hanya sebagai penjaga warisan hadis, tetapi juga sebagai pengajar ulung
yang membimbing generasi berikutnya. Abdullah bin Abbas memberikan
sumbangsih penting dalam pengembangan ilmu fikih dan tafsir,
menjadikannya sumber otoritatif dalam memahami ajaran agama. Sebagai
penasihat agama, ia tidak hanya memberikan penjelasan mengenai hadis-
hadis Rasulullah, tetapi juga menjadi konsultan dalam berbagai masalah
agama. Dengan dedikasinya terhadap sejarah Islam, Abdullah bin Abbas
berhasil mengabadikan warisan Rasulullah melalui generasi-generasi
berikutnya, menjadikannya tokoh sentral dalam melestarikan dan
menyebarkan ajaran Islam di masa sahabat dan setelahnya.

2.2 Jabir bin Abdillah


Jabir bin 'Abdullah bin 'Hamran al-Anshari (Arab: ‫جابر بن عبدهللا بن عمرو‬
‫اري‬QQ‫رام األنص‬QQ‫بن ح‬, lahir di Madinah, 15 sebelum Hijriah - meninggal di
Madinah, 78 Hijriah pada umur 94 tahun). Dia berasal dari keluarga miskin
dari Yatsrib. Dia berasal dari suku Khazraj. ia adalah sahabat setia Nabi
Muhammad dan keturunannya, Syiah Imam dan ia telah meriwayatkan 1.547
hadits.
Ayahnya bernama Abdullah bin Amru, sedangkan ibunya bernama
Nasibah binti 'Uqbah. Ia bersama ayahnya dan pamannya mengikuti Bai'at
al-'Aqabah kedua di antara 70 sahabat anshar yang berikrar akan membantu
menguatkan dan menyiarkan agama Islam. Ia juga mendapat kesempatan ikut
dalam peperangan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, kecuali perang
Uhud, karena dilarang oleh ayahnya. Setelah ayahnya terbunuh, ia selalu ikut
berperang bersama Nabi Muhammad.
Jabir bin Abdullah dikatakan telah memeluk Islam ketika ia masih
kecil. Menurut ahli sejarah, ia diketahui telah berjuang dalam perang
sebanyak 19 kali di bawah komando Nabi Muhammad. Dan dia juga datang
pada saat menaklukkan Mekah.
Dalam perang Uhud, Jabir bin Abdullah tidak diizinkan oleh ayahnya
untuk perang Uhud. Jabir bin Abdullah memiliki 7 saudara (beberapa ahli

4
sejarah ada yang mengatakan 9) dan ayahnya ingin dia untuk mengurus
keluarganya. Jadi, bukannya perang, tetapi Jabir bin Abdullah melayani
tentara yang haus. Ayahnya tewas dalam perang Uhud bersama dengan
saudaranya iparnya, Amru bin Jamuuh, keduanya telah mencapai hampir
berusia 100 tahun.
Dalam era ini, Jabir bin Abdullah ikut berjuang di semua 3 perang
saudara besar yang bertarung dalam perang bersama Ali bin Abu Talib, yaitu
Basra, Siffin, dan Nahrawan.
Karena usia tua dan kebutaannya, Jabir bin Abdullah tidak dapat ikut
dalam perang Karbala (10 Oktober 680 Masehi) dimana cucu Nabi
Muhammad, Husain bin Ali mati syahid. Namun, dia mendirikan praktek
yang menandai Arba'iin. Dia melakukan kunjungan ke makam Husain bin Ali
di Karbala, bersama dengan salah seorang temannya, Attiya bin Saad bin
Junadah (seorang sarjana). Jabir bin Abdullah membacakan sebuah ziaraat
disana yang dikenal sebagai Ziaraat-i-Arba'iin .
Jabir bin Abdullah memiliki hidup yang panjang dan ia buta di usia
tuanya. Tapi dia taat menunggunya saat dia akan bertemu dengan Muhammad
bin Ali. Setiap pagi ia keluar dari rumahnya, duduk di pinggir jalan dan
menunggu suara jejak untuk mengenali Imam kelima. Suatu hari seperti saat
ia menunggu di jalan di kota Madinah, ia mendengar seseorang berjalan ke
arahnya, suara langkah kakinya mengingatkannya pada cara nabi Muhammad
berjalan. Jabir bin Abdullah pun berdiri, pria itu berhenti dan menanyakan
namanya. Dia menjawab, "Muhammad", Jabir bin Abdullah bertanya, "Anak
siapa?". Dia menjawab "Ali bin Husain". Jabir bin Abdullah langsung
mengenali pria yang sedang berbicara dengannya, ia adalah Muhammad bin
Ali. Dia mencium tangannya dan menyampaikan pesan dari nabi Muhammad.
Jabir bin Abdillah wafat pada tahun 78 Hijriah atau 697 Masehi di usia
94 tahun di Madinah, dan dikebumikan di kota Madain. Dia memiliki
kehidupan yang sangat panjang. Jabir bin Abdillah meninggal karena diracuni
oleh Al-Hajjaj bin Yusuf Thaqfi karena kesetiaannya kepada Ahl al-Bayt.

5
2.3 Abu Sa'id al-Khudriy
Abu Sa'id al-Khudriy (‫ )أب>>>و س>>>عيد الخ>>>دري‬adalah Sahabat Nabi
Muhammad dari golongan Ansar. Nama lengkapnya Sa'ad bin Malik bin
Sinan al Khazrajiy al Anshariy. Al Khudriy adalah nisbat pada sebuah
kampung kaum Anshar.
Menurut Adz Dzahabiy, Abu Sa'id al Khudriy adalah ulama dari
kalangan sahabat yang hadir membai'at Rasulullah SAW di bawah pohon. Ia
mengajukan diri untuk ikut berperang dalam Pertempuran Uhud pada 625 di
mana ayahnya Malik ibn Sinan tewas, ia ikut dalam berbagai pertempuran
selanjutnya. Pada Pertempuran Harrah tahun 64/683, ia ikut berperang untuk
mempertahankan Madinah dari serbuan tentara Bani Umayyah. Ia disebutkan
meninggal pada tahun 63/682, 64/683, 65/684, atau 74/693. [1] Abu Sa'id salah
satu perawi hadis yang paling banyak digunakan oleh umat Muslim. Jumlah
hadis yang diriwatkan melaluinya berjumlah 1170 hadis, hal ini membuatnya
termasuk dalam tujuh orang paling produktif dalam meriwayatkan hadis. [2]
Sebanyak 84 dari hadits yang diriwayatkannya ditakhrij oleh Imam
Bukhariuy dan Imam Muslim.
Abu Sa'id al-Khudri, juga dikenal sebagai Sa'd b. Malik b. Sinan, lahir
pada tahun 10 BH/612-3 dan meninggal pada tahun 74/693-4 2. Dia adalah
salah satu sahabat terkecil dari Rasulullah. Ayahnya adalah sahabat
Rasulullah dan ibumnya, Anisa bt. Abi Haritha, berasal dari suku Banu Najjar
2
. Abu Sa'id al-Khudri adalah seorang ulama dari kalangan sahabat yang hadir
membai'at Rasulullah SAW di bawah pohon 3. Dia mengajukan diri untuk ikut
berperang dalam Pertempuran Uhud pada 625 di mana ayahnya Malik ibn
Sinan tewas, dia ikut dalam berbagai pertempuran selanjutnya 3. Walaupun
dia pernah pergi ke Suriah untuk menemui Muawiyah bin Abu Sufyan, dia
tetap penduduk Madinah 3. Pada Pertempuran Harrah tahun 64/683, dia ikut
berperang untuk mempertahankan Madinah dari serbuan tentara Bani
Umayyah 3.

6
Abu Sa'id al-Khudri dikenal sebagai salah satu perawi hadis yang
paling banyak digunakan oleh umat Muslim. Jumlah hadis yang diriwatkan
melalui dia berjumlah 1170 hadis, hal ini membuatnya termasuk dalam tujuh
orang paling produktif dalam meriwayatkan hadis 3.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sebagai sahabat Nabi Muhammad, Abdullah bin Abbas, Jabir bin

Abdillah, dan Abu Sa'id al-Khudri muncul sebagai pilar utama dalam

menyampaikan dan menjaga warisan hadis-hadis Rasulullah pada masa

sahabat. Keahlian mereka dalam memahami, mengajarkan, dan meriwayatkan

hadis-hadis menciptakan fondasi kuat untuk pengembangan ilmu fikih, tafsir,

dan pemahaman agama. Melalui peran mereka yang mendalam, ketiganya

berhasil mengabadikan ajaran Rasulullah, menjadikan mereka tokoh sentral

dalam melestarikan dan menyebarkan ajaran Islam di masa sahabat dan

setelahnya.

3.2 Saran

Saran saran yang dapat diberikan berasarkan makalah adalah bagi

siswa agar manfaatkan setiap kesempatan belajar sebagai peluang untuk

mengembangkan pemahaman dan keterampilan, serta jangan ragu untuk

bertanya dan berinteraksi aktif dalam proses pembelajaran.

7
Referensi

Syamsuddin adz-Dzahabi (2001). "Siyar A'lam an-Nubala - Di antara sahabat


termuda - Abdullah bin Abbas al-Bahr - jilid 3". islamweb.net (dalam
bahasa Arab). Mu'assah ar-Risalah. hlm. 332: 341. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2020-03-30. Diakses tanggal 2020-03-30.
https://id.wikipedia.org/wiki/Abdullah_bin_Abbas.

Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah oleh Ibnu Hajar al-'Asqalani – Jabir bin


Abdullah bin Amru bin Haram (1) Diarsipkan 10 2017 ‫و‬Q‫ يولي‬di Wayback
Machine. https://id.wikipedia.org/wiki/Jabir_bin_Abdullah

Ahmad bin `Ali Ibn Hajar al-`Asqalani, al-Isabah fi tamyiz al-sahabah, Ibn
Shaqrun ed., 1328/1910, Vol. 2, p. 35.
https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Sa%27id_al-Khudri

Anda mungkin juga menyukai