Anda di halaman 1dari 4

Tarikh Ar-Ruwakh

Secara bahasa yaitu dari kata ‫ تاريخ‬artinya sejarah, tanggal, waktu. Dan ‫ الرواة‬bentuk jamak dari kata
‫ الراوي‬artinya tukang cerita, atau pembawa cerita[16]. Secara istilah Dr. Mahmud Tahhan menjelaskan
“yaitu pengertian tentang sejarah kelahiran rawi, pemerolehan riwayat dari para syaikh, pencarian hadis
ke berbagai kota dan wafatnya rawi”.[17] Ilmu Tarikh Ar-Ruwakh ini merupakan ilmu untuk mengetahui
para perawi hadis yang berkaitan dengan usaha periwayatan mereka terhadap hadis.

Sebagian ulama masih berselisih pendapat mengenai cabang ilmu ini. Ada yang mengatakan bahwa ilmu
Tarikh Ar-Ruwakh ini termasuk bagian dari ilmu Rijal Al-Hadis. Ada juga yang menganggap sama. Adapun
definisi ilmu Rijal Al-Hadis sendiri adalah ilmu yang mengkaji keadaan para rawi hadis dan perikehidupan
mereka, baik dari kalangan sahabat, tabi’in, maupun tabi’it tabiin dan generasi sesudahnya.[18] Bagian
dari ilmu rijal al-hadis adalah ilmu tarikh rijal al-hadis. ilmu ini secara khusus membahas perihal para
rawi hadis dengan penekanan pada aspek-aspek tanggal kelahiran, nasab atau garis keturuan, guru
sumber hadis, jumlah hadis yang diriwayatkan dan murid-muridnya.[19]

Tujuan Ilmu Tarikh Ar-Ruwah:

Ilmu ini bertujuan untuk mengetahui keadaan dan identitas para rawi hadis mulai dari kelahiranya,
wafatnya, guru-gurunya, masa/waktu mereka mendengar hadis dari gurunya, siapa yang meriwayatkan
hadis darinya dll. Ilmu ini penting untuk melacak keberadaan perawi hadis sehingga jelas statusnya
apakah ia termasuk perawi yang diterima periwayatnnya atau ditolak sebab latarbelakang kehidupannya
yang telah lalu. Pendapat lain mengatakan “…..termasuk tujuannnya adalah untuk mengetahui
bersambung atau terputus sanadnya[20]. Berikut contoh tentang aplikasi ilmu tarikh ar-ruwakh:

“ ‘Ufair Ibn Ma’dan dan Al-Killa’iy bercerita: “ Umar ibn Musa pernah datang kepadaku, lalu kutemui dia
di masjid dan seraya ia berkata: “telah bercerita kepada kami guru kamu yang salih”. Ketika ia telah
banyak bercerita, lalu kupotong ceritanya, “siapa yang kamu maksud guru kamu yang salih itu? sebutlah
namanya agar kamu mengetahui!”, jawabnya: “ yaitu Khalid ibn Ma’dan”. “Tahun berapa kamu bertemu
dengan dia?”, tanyaku. “ aku bertemu tahun 108 H”, jawabnya. “Dimana kamu bertemu?”, tanyaku lagi.
“Aku bertemu dengan dia pada waktu perang Armenia” , jawabnya. Aku membentak: “Takutlah kepada
Allah hai saudara, janganlah kau berdusta”. Bukankah Khalid ibn Ma’dan itu wafat tahun 108 H?
sedangkan kamu mengatakan bahwa kamu bertemu dengan dia empat tahun sesudah dia meninggal.
Dia juga tidak pernah mengikuti perang Armenia sama sekali, dia hanya ikut perang romawi saja.[21]

Contoh diatas Jelas, bahwa mengetahui tanggal lahir dan wafatnya juga penting untuk menolak
pengakuan seorang rawi yang mengaku-aku pernah bertemu dengan perawi tertentu.

Berikut ini contoh-contoh data sejarah dalam Tarikh ar-Ruwah[22]:

Ø Yang shahih tentang umur Nabi Muhammad saw dan kedua sahabat; Abu Bakar dan Umar adalah 63
tahun.

Ø Rasulullah dipanggil Allah pada waktu Dhuha hari Senin tanggal 12 rabi’ul awal tahun 11 H.

Ø Sedangkan abu bakar meninggal pada bulan Jumadil Awal tahun 13 H.

Ø Umar meninggal dunia pada bulan Dzulhijjah tahun 23 H.


Ø Utsman meninggal terbunuh pada bulan Dzulhijah tahun 35 H. berusia 82 tahun dan ada yang
mengatakan 90 tahun.

Ø Ali terbunuh pada bulan Ramadhan tahun 40 H. berusia 63 tahun.

Ø Dua sahabat yang hidup selama enam puluh tahun semasa jahiliyah dan enam puluh tahun pada
masa islam dan meninggal dunia di kota madinah tahun 54 keduanya adalah Hakim bin Hizam dan Hasan
bin Tsabith.

Ø Pendiri mazhab-mazhab yang mempunyai pengikut serta tahun lahir dan wafatnya:

a. An-Nu’man bin Stabit (Abu Hanifah) 80-150 H

b. Malik bin Anas 93-179 H

c. Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i 150-204 H

d. Ahmad bin Hambal 164-241H

Ø Pemilik kitab-kitab hadist induk serta tahun lahir dan wafatnya:

a. Muhammad bin Ismail Al-Bukhari 194-256 H

b. Muslim bin Al Hajjaj An-Naisaburi 204-261 H

c. Abu Dawud As-Sijistany 202-275 H

d. Abu Isa At-Tirmidzi 209-279 H

e. Ahmad bin Syu’eb An-nasa’i 214-303 H

f. Ibnu Majah (al-qaswiny) 207-275 H

Ø kitab-kitab yang terkenal:

§ Al-Wafayat karya Ibnu Zubr Muhammad bin Ubaidillah ar-Rib’i, ahli hadis Damaskus. meninggal tahun
379 H. penyusun dua sunan.

§ pemberian lampiran kitab terdahulu, antara lain adalah al-kitany kemudian al-akfany lalu al-irady dan
yang lainnya.

Diantara kitab-kitab terkenal dalam cabang ilmu hadis ini ialah al-Isti’ab fi Ma’rifah al-ashab karya Ibnu
Abdul Bar (w. 463 h), al-Isabah fi Tamyiz as-Sahabah dan Tahdzib At-Tahdzib karya Ibnu Hajar Al-
Asqalani, serta Tahdzib Al-Kamal karya Abul Hajjaj Yusub Bin Az-Zakki Al- Mizzi (w. 742 h).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

· Ilmu al-jarh wa at-ta’dil merupakan cabang ilmu hadis yang mengkaji hal-hal yang menyangkut
pada diri perawi baik berupa cacat atau adilnya seorang perawi yang sangat berpengaruh terhadap
kualitas hadis yang diriwayatkannya. Ilmu al-jarh wa at-ta’dil ini bisa diartikan sebagai ilmu untuk
menetapkan periwayatan seorang perawi apakah bisa di terima atau ditolak melalui hasil jarh dan ta’dil
dari para ahli hadis.

· Ilmu al-jarh wa at-ta’dil bermanfaat untuk menetapkan apakah periwayatan seorang perawi itu
dapat diterima atau harus ditolak sama sekali. Apabila seorang rawi dinilai oleh para ahli sebagai
seorang perawi yang cacat, periwayatannya harus ditolak, dan apabila seorang rawi dipuji sebagai
seorang yang adil, niscaya periwayatannya diterima, selama syarat-syarat yang lain untuk menerima
hadis dipenuhi.

· Dalam tingkatan aplikasi ilmu ini, ada dinamika yang muncul terkait dengan otoritas pen-jarh
maupun pen-ta’dil. juga para ulama berbeda pendapat mengenai standar untuk menghukumi perawi
sebagai yang di-jarh atau di-ta’dil.

· Ilmu Tarikh ar-Ruwah yaitu pengertian tentang sejarah kelahiran rawi, pemerolehan riwayat dari
para syaikh, pencarian hadis ke berbagai kota dan wafatnya rawi.

· Ilmu Tarikh ar-Ruwah penting untuk melacak kualitas rawi dilihat dari sejarahnya. dengan meneliti
sejarah rawi, maka keabsahan hadis dapat dipertanggungjawabkan. setelah melalui pelacakan rawi,
maka akan diketahui apakah periwayatan seorang rawi syah atau ditolak.

DAFTAR ISI

As-Shalih, Subhi. Ulum Al-Hadits Wa Musthalahuhu, Penerjemah: Tim Pustaka Firdaus. Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1993.

Abdurrahman, Muhammad Dkk. Metode Kritik Hadis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Kholis, Nur. Pengantas Studi Al-Qur’an dan Al-Hadits. Yogyakarta: Teras, 2008.

Suparta, Munzier. Ilmu Hadis, Cet. VII. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011.

Shalahudin, M. Agus Dkk. Ulumul Hadis. Bandung: CV Pustaka Setia, 2008.


Thahhan, Mahmud. Taisir Musthalah Hadis, Penerjemah: Zainul Muttaqin. Yogyakarta: Titian Ilahi Press,
1997.

[1] A. Warson Munawwir, Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997),
hlm. 180

[2] M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 157

[3] Ibid

[4] Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta: Rajawi Press, 2011) cet. Ke-7 hlm. 31

[5] M. Abdurrahman dkk, Metode Kritis Hadis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 56

[6] A. warson, Ibid hlm. 905

[7] Munzier, ibid, hlm. 31

[8] M. Agus, Ibid, hlm. 158

[9] Ibid, hlm. 32

[10] Nur Kholis, Pengantar Studi Al Qur’an dan Al-Hadits, (Yogyakarta: Teras, 2008) hlm. 244-245

[11] M. Agus, Ibid, hlm.159

[12] ibid, hlm. 160.

[13] ibid, hlm. 162.

[14] ibid, hlm.166

[15] Ibid. hlm. 163

[16] Munir Baalbaki dan Ruhi Baalbaki, Kamus Almaurid Arab-Inggris-Indonesia, (Surabaya: Halim Jaya,
2006), hlm. 165 dan 392.

[17] Mahmud Al-Tahhan, Taisir Musthalah Hadis, ( Beirut: Darul Tsaqafah Islamiyah), cet. VII hlm. 259.

[18] Nur Kholis, ibid, Hlm. 244

[19] ibid.

[20] Mahmud Al-Tahhan, ibid.

[21] Munzier, ibid. hlm. 34-35

[22] Mahmud Thahhan, Ibid., h. 259-260

Anda mungkin juga menyukai