Anda di halaman 1dari 21

MENGENAL ABU ZUR’AH UBAIDULLAH

BIN ABD AL-KARIIM AL-RAZI SEBAGAI


KRITIKUS MU’TADILUN

Aulia Shabrina Rabbani


UIN Sunan Ampel Surabaya
Email: auliashabrin4@gmail.com

Anta Hafiz Andalusi


UIN Sunan Ampel Surabaya
Email: antahafiz8@gmail.com

Anggun Qurrata ‘Aini


UIN Sunan Ampel Surabaya
Email: ainianggunqurrota@gmail.com

Abstract: Hadith criticism is an attempt to test the


validity of the matan and hadith chains. The hadith
criticism consists of two parts, namely sanad criticism and
matan criticism. Sanad criticism is an assessment of the
truth of a relationship or lineage of narrators, starting
from the mukharij or the last narrator, to the companions
who received hadith directly from the Prophet SAW. One
of the steps in the criticism of the sanad is to examine the
narrators starting from the biographies, jarh wa ta'dil,
methods of transmission, and so on. It is the hadith critics
who give good and bad judgments or defects in the
narrators. However, every hadith critic scholar certainly
has their own views and their assessment of the narrators.
Al-Dhahabi divides the attitude of hadith scholars in
assessing the quality of hadith narrators into three
categories, namely mutasyadid (strict), mu'tadil
Tafaqquh: Jurnal Penelitian dan kajian keislaman
Volume 9, Nomor 2, Desember 2021 ; p-ISSN 2338-3186; e-ISSN 2549-1873; 185-200
(moderate), and muasahil (loose). In this article, we will
focus on the critic of hadith among the mu'tadilun, namely
Abu Zur'ah al-Razi. Abu Zur'ah al-Razi is one of the
people who is known for his strong memorization, has
many written works, and is an expert in the field of jarh
wa ta'dil.

Keywords: Hadith Criticism, Mu'tadilun, Abu Zur'ah al-


Razi

PENDAHULUAN
Seluruh ulama hadis dan umat Islam sepakat bahwa sumber hukum
Islam yang kedua adalah Hadis, setelah Al-Qur'an 1. Sebagai umat
Muslim seharusnya mengenal tentang hadits dan ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan hadits. Salah satu ilmu yang perlu kita pelajari ialah
ilmu mengenai sanad hadis. Seorang penuntut ilmu hadis belum
dianggap sempurna, jika belum mendalami ilmu-ilmu yang
berhubungan dengan sanad, di samping ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan matan hadis. Mengingat hadis Nabi Muhammad SAW sampai
kepada kita melalui jalan para periwayat, maka merekalah yang
merupakan pusat utama dalam rangka mengetahui kesahihan hadis
atau tidak.
Salah satu ilmu berkaitan sanad dan matan hadis ialah kritik hadis.
Kritik hadis adalah upaya menguji keabsahan matan dan mata rantai
hadis. Adapun kritik hadis terdiri dari dua bagian yaitu kritik sanad
dan kritik matan. Kritik sanad adalah penilaian terhadap kebenaran
suatu hubungan atau silsilah para perawi, mulai dari mukharij atau
perawi terakhir, hingga para sahabat yang menerima hadis langsung
dari Nabi SAW. Salah satu langkah dalam kritik sanad ialah meneliti
1
Idri, HADIS & ORIENTALIS Perspektif Ulama Hadis dan Para Orientalis tentang
Hadis Nabi (Depok: KENCANA, 2017), 69.
Volume … , Nomor …. , Desember 2021
2
para perawi mulai dari biografi, jarh wa ta’dil, metode
periwayatannya, dan sebagainya. Jarh wa ta’dil sendiri merupakan
ilmu yang membahas tentang penilaian baik dan buruk atau cacat
perawi. Penilaian atau kritik tadi, dilakukan oleh para kritikus hadis.
Dalam memberikan penilaian terhadap suatu hadis, tentu setiap
ulama kritikus hadis memiliki pandangan masing-masing. Begitupun
dengan penilaian mereka terhadap para perawi yang meriwayatkan
hadis. Setiap kritikus tidak semua sama dalam menilai perawi hadis. 2
Banyak sekali terjadi perbedaan pandangan (mazhab) ulama dalam
mengkritik perawi. Perbedaan pandangan yang terjadi akan
mengasilkan penilaian yang berbeda tentunya.
Al-Dhahabi membagi sikap ulama hadis dalam menilai kualitas
periwayat hadis menjadi tiga kategori, yaitu mutasyadid (ketat),
mu’tadil (moderat), dan mutasahil (longgar).3 Kritikus mutasyadid
merupakan kritikus hadis yang seperti mudah untuk men-jarh
periwayat hadis dan sangat berhati-hati dalam menyatakan keadilan
bagi periwayat hadis, mereka sangat ketat dalam mengkritik perawi
hadis.4 Kritikus mu'tadilun merupakan kritikus yang tergolong tidak
terlalu ketat dan tidak memudahkan pula dalam menilai para
periwayat hadis. Mereka bersikap moderat dalam menilai seorang
periwayat hadis.5 Dan kritikus mutasahil merupakan kritikus yang

2
Ahmad Irsyad al-Faruq, (2018), Metode Jarh wa al-Ta’dil Kelompok
Muthashaddid dan Mutasahil (Telaah Pemikiran Yah}ya> ibn Ma‘i>n dan al-
Turmudhi> Perspektif Sosiologi Pengetahuan), Diya> al-Afka>r, 6(1), 180.
3
Muh}ammad al-T}a>hir al-Jawa>bi>, al-Jarh} wa al-Ta’di>l bayna al-
Mutashaddidi>n wa al-Mutasahili>n (Tunisia: al-Da>r al-‘Arabiyah li al-
Kutub,1997), 449.
4
Jubaedah, Skripsi: Peringkat Kritikus Hadis; Studi Kasus atas Ibn Abi> Ha>tim
al-Ra>zi> dan Al-Dzahabi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011), 17.
5
Siti Mujibatun, (2013), Paradigma Ulama Dalam Menentukan Kualitas Hadis,
AL-FIKR, 17(1), 213.
Volume … , Nomor …. , Desember 2021
3
mudah dalam memberikan penilaian adil terhadap seorang perawi dan
kelonggarannya dalam menilai kesahihan hadis.
Pembahasan kali ini akan berfokus pada ulama kritikus hadis
kalangan mu’tadilun. Beberapa ulama yang tergolong mu’tadilun
diantaranya adalah; Ahmad bin Hanbal, al-Bukhari, Abu Zur’ah, 6 dan
Ibn ‘Adi. Abu Zur’ah juga termasuk kritikus hadis pada abad ketiga
hijriyah.7 Pada materi kali ini, penulis akan membahas mengenai
biografi, rihlah ilmiyah, guru, rekan, dan muridnya. Serta karya-karya,
penilaian ulama terhadap Abu Zur’ah, dan pemikiran Abu Zur’ah
terkait kritik hadis. Artikel ini menggunakan metode penelitian yang
bersifat kualitatif dan jenis penelitian yang digunakan adalah
kepustakaan atau library research. Dimana penulis mengambil
sumber rujukan dari kitab karya Abu Zur’ah al-Razi dan kitab atau
sumber rujukan lainnya yang mendukung.

PEMBAHASAN
Biografi Abu Zur’ah al-Razi
Nama lengkapnya adalah Ubaidullah Abdul Karim bin Yazid bin
Faruh bin Dawud, Abu Zur’ah al-Razi, Mawla Ayyash bin Mutarrif
bin Ubaidullah bin Ayyash bin Abi Rabi’ah al-Qurashi, al-Makhzumi.
Ia dikenal dengan nama Abu Zur’ah al-Razi dan kunyah nya ialah Abu
Zur’ah. Nama al-Razi sendiri dinisbatkan kepada kota asalnya Rayy.
Kini kota Rayy merupakan ibu kota dari Syahrestani Ray, Provinsi
Tehran, Iran. Terdapat perbedaan tahun lahir beliau, Al-Hakim
berkata: Saya mendengar Abdullah bin Muhammad bin Musa, saya
6
Amru> ‘Abd al-Mun’im Salim, Taysi>r Dira>sah al-Asani>d lil Mubtadi’i>n,
(t.t: Da>r al-D}iya>’, t.th), 86.
7
Ahmad Isnaeni, Perilaku Bid’ah dan Pengaruhnya dalam Al-Jarh Wa Al-Ta’dil
(Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta, 2016), 136.
Volume … , Nomor …. , Desember 2021
4
mendengar Ahmad bin Muhammad bin Sulaiman Al-Razi Al-Hafiz,
mengatakan: Abu Zur’ah lahir pada tahun 194 H. Dan Khalil bin
Aybak Al-Safadi berkata: Dia lahir pada tahun 190 H, lalu berkata
tahun 200 H. Namun para ulama banyak yang mengatakan bahwa Abu
Zur’ah al-Razi lahir pada tahun 200 H, seperti Al-Khatib. Al-Khatib
meriwayatkan melalui sanadnya kepada Abu Zur'ah, bahwa ia berkata:
"Saya lahir pada tahun dua ratus.
Gerakan ilmiah di kota Ray berdampak besar pada Abu Zur’ah
dalam pencapaian pendidikannya, terutama karena ia dibesarkan
dalam keluarga yang tertarik dan peduli pada ilmu. Abu Zur`ah mulai
mencari hadits sejak usia dini, dan ayahnya biasa membawanya ke
majelis para ulama, seperti al-Dashtaki dan lainnya. Suatu ketika Abu
Zur’ah bercerita tentang dirinya sendiri: “Kami biasa datang pagi-pagi
sekali ke pertemuan hadits untuk mendengar ilmu dari para syekh,
suatu hari saya datang lebih awal dan ketika itu saya masih remaja,
saya bertemu dengan syekh yang memakai pacar, yang saya sendiri
lupa siapa dia. Lalu dia menyapa saya, jadi saya membalas salamnya,
dan dia berkata kepada saya, “Wahai Abu Zur’ah, Anda akan
mendapatkan kehormatan dan dikenal”.8
Kisah Wafatnya Abu Zur’ah al-Razi
Setelah kehidupan yang penuh dengan perjalanan, mencari hadits,
menyebarkan dan meriwayatkannya, serta menghimbau para penuntut
ilmu untuk mengikuti Sunnah Rasulullah, kematian mendatanginya
sebagai akibat dari penyakit yang telah dideritanya selama beberapa
waktu. Dan lidahnya mengulangi zikir Allah, mengingat kerinduan

8
Abu> ‘Umar Muh{ammad ibn ‘Ali>al-Azhari>, Su’a>la>t al-Bardha’i> li Abi>
Zur’ah al-Ra>zi> (Kairo: al-Fa>ru>q al-H{adi>thah li al-T{aba>’ah wa al-Nashr,
2009), 10.
Volume … , Nomor …. , Desember 2021
5
yang meyakinkan untuk bertemu Tuhannya. Dan dia berkata, "Ya
Tuhan, aku rindu melihat-Mu, dan jika Dia berkata kepadaku, 'Dengan
amal apa engkau merindukanku?' Aku berkata: Dengan rahmat-Mu,
ya Tuhan.”
Abu Zur’ah memberikan contoh yang bagus tentang kecintaannya
pada Sunnah Nabi dan keinginannya untuk menyampaikannya. Abu
Ja’far Al-Tashtari berkata: Kami mendatangi Abu Zurah di Masyahran
(kota terletak di Iran), saat itu beliau sedang sakaratul maut. Saat itu
ada Abu Hatim, Muhammad bin Muslim, Mundzir bin Syadzan dan
sejumlah ulama lainnya juga berada di sisi beliau.” Abu Ja’far
meneruskan, “Lantas Para ulama tersebut menyebut-nyebut hadis
yang berkaitan dengan talqin.
Kata Abu Ja’far, “Mereka pun malu dan segan untuk mentalqin
Abu Zurah. Maka Mereka mencari cara lain dengan berkata, “Mari
kita bacakan hadisnya (agar Abu Zurah juga ikut membacanya).” Lalu
Muhammad bin Muslim membacakan sanad hadisnya. Namun tidak
lengkap (untuk memancing Abu Zurah agar meneruskan sanad
tersebut lalu membacakan teks hadisnya). Demikian pula yang
dilakukan Abu Hatim. Sedangkan yang lainnya diam.
Tatkala mendengar mereka membacakan sanad hadis tersebut, Abu
Zurah sadar bahwa mereka sedang berusaha mentalqinnya. Sehingga
beliau mulai membacakan sanad hadis itu. Padahal beliau dalam
keadaan sakaratul maut.
Kata Abu Zur’ah, “Bundar telah menceritakan kepada kami, dari
Abu Ashim, dari Abdul Hamid bin Ja’far, dari Saleh bin Abi ‘Arib,
dari Katsir bin Murrah Al Hadhrami, dari Mu’adz bin Jabal
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Bahwa rasulullah shallallahu alaih

Volume … , Nomor …. , Desember 2021


6
wasallam bersabda, “Barangsiapa yang akhir dari ucapannya laa ilaaha
illallahu, maka ia masuk surga.“
“Kemudian Abu Zurah tutup usia (setelah membacakan hadis
tersebut).” Ujar Abu Ja’far. Abu Hatem menambahkan: “Rumah itu
menjadi dipenuhi dengan suara tangisan orang-orang yang hadir. Dia
meninggal, pada hari Senin, dan dimakamkan pada hari Selasa, bulan
Dzul-Hijjah, pada tahun dua ratus enam puluh empat.9
Rihlah Ilmiyah Abu Zur’ah al-Razi
Abu Zur'ah al-Razi memulai perjalanan dalam mencari ilmu pada
usia dini, sebagaimana al-Hakim al-Nisaburi menyebutkan bahwa Abu
Zara'ah berangkat dari Rayy, ketika berusia tiga belas tahun. Dia
tidak meninggalkan Rayy, sampai dia belajar dari para syekh di
negaranya. Dia berkata tentang dirinya sendiri: “Aku menulis di Rayy
sebelum aku pergi ke Irak dari sekitar tiga puluh syekh, termasuk
'Abdullaah ibn al-Jarah, 'Abdul Aziz ibn al-Mughira, 'Abd al-Samad
ibn Hassan, Ja'far ibn 'Issa, Bishr ibn Yazid, Salamah ibn Bashir,
Ubayd ibn Ishaq, dan dia menyebutkan banyak syekh lainnya.” Pada
perjalanan pertama ini ia mendengar dari Abu Na'im al-Fadl ibn
Wakiin pada tahun 214 H, dan Abu Na'im meninggal pada tahun 218
H.
Perjalanan keduanya dianggap sebagai salah satu perjalanan
terpanjang, dan mungkin yang paling penting, dia memulainya dari
tahun 227 H hingga awal tahun 232 H. Dia mengunjungi banyak pusat
ilmiah , di kota dan desa. Abu Zur’ah memulainya dengan berangkat
haji, kemudian ia pergi ke Mesir. pada awal kedatangan nya di Mesir
ia belum memutuskan untuk tinggal atau tidak. Ketika di Mesir ia

9
Ibid, 36-37.
Volume … , Nomor …. , Desember 2021
7
melihat banyaknya ilmu dan banyaknya manfaat, dan akhirnya abu
Zurah memutuskan untuk tetap tinggal. ia tinggal di Mesir selama
lima belas bulan. Setelah ia memutuskan untuk tinggal, Abu Zur’ah
diarahkan ke orang yang paling berpengetahuan di Mesir dengan
kitab-kitab al-Syafi’i. Setelah menetap di Mesir, Abu Zur’ah pergi ke
Syam, lalu ke jazirah. Pada umur 30 tahun akhir, Abu Zur’ah kembali
ke Kufah dan tinggal di sana. Setelah itu ia datang ke Basra, dan
menulis tentang Shayban dan Abdul A’la.
Pada perjalanannya yang ketiga Abu Zur’ah menetap di Suriah,
Irak, dan Mesir selama empat tahun enam bulan. Abu Zur’ah
melakukan perjalanan ke banyak desa dan kota dekat Rayy. Di antara
perjalanan tersebut, ia melakukan perjalanannya ke desa Wahbin,
Afrindin, Qazvin, Sawah, dan ke Nishabur.10
Guru, Rekan, dan Murid Abu Zur’ah al-Razi
1. Guru-guru
a. Muh}ammad bin H>}anbal bin Hilal bin Asad Al-Shaiba>ni
b. Ah}mad bin Abdullah bin Yunus Al-Tamimi Al-Yarbui
c. Ah}mad bin Manai bin Abdul Rahma>n Al-Baghawi
d. Ibra>him bin Al-Munz|``ir bin Abdullah Al-Asadi Abu Isha>q
Al-H}azami
e. H}assan bin Saja>’i bin Raja>’i Al-Balh}i
f. Zuhair bin Harb bin Syada>d
g. Said bin Mansur bin Khu>rasa>ni
h. Sulaima>n bin H}arb Al-Azdi Al-Wa>sh}i Al-Basri Al-Qa>di
i. Abdullah bin Muh}ammad bin Abi Shaybah Abu Bakar Al-
Ha>fiz

10
Ibid, 10-12.
Volume … , Nomor …. , Desember 2021
8
j. Abdullah bin Maslama bin Qaanab
2. Rekan-rekan
a. Muh}ammad bin Isma>il bin Ibra>him Abu Abdillah al
Bukha>ri
b. Muslim bin H}ajja>j bin Muslim Abu al Husain an Naisya>buri
c. Muh}ammad bin Muslim bin Usma>n bin Abdullah ar Ra>zi
d. Muhammad bin Idris bin Mundzir bin Dawu>d al Handzali Abu
H}a>tim ar Ra>zi
e. Sulaima>n bin Dawu>d bin As’as al Azdi
3. Murid-murid
a. Ah}mad bin Shuaib bin Ali bin Sina>n bin Bah}r Abu Abd al-
Rahma>n al-Nisa>’i.
b. Ah}mad bin Ali bin Al-Mutsanna bin Yahya bin Issa Al-
Tamimi
c. Ah}mad bin Muh}ammad bin Al-Bara>’i
d. Ibra>him bin Isha>q Abu Isha>q Al-H}arbi Al-Ha>fiz
e. Al-Rabi’ bin Sulaima>n bin Abd al-Jaba>r bin Ka>mil al-
Mura>di
f. Said bin Amr Al-Azdi Abu Usma>n Al-Barzai
g. Sa>lih} bin Muhammad bin Amr bin Habib Abu Ali al-Asadi
h. Abdullah bin Ah}mad bin Muh}ammad bin H}anbal bin Asad
Al-Sayba>ni
i. Abdullah bin Ziya>d bin Wa>sl Abu Bakar Al-Naisa>buri Al-
Ha>fiz
j. Abd al-Rahma>n bin Abi Ha>tim bin Idris al-Ra>zi
k. Abdul Malik bin Muh}ammad bin ‘Adi
l. Ali bin Al-H}ussein bin Al-Junaid

Volume … , Nomor …. , Desember 2021


9
m. Muh}ammad bin Isa bin Sura
n. Muh}ammad bin Yazid Al-Rabai
o. Ya’qub bin Isha>q bin Ibra>him bin Yazid11
Karya-karya Abu Zur’ah al-Razi
Abu Zur’ah memiliki banyak keutamaan yang lebih dari yang bisa
disebutkan, dan dalam tulisannya tidak ada yang menyamainya.
Adapun di antara karya-karya ini yang paling terkenal dan dihormati
adalah:
1. Taqdimah al-Ma’rifat li Kita>b al-Jarh} wa al-Ta’dil
2. al-Jarh} wa al-Ta’dil
3. Illal al-Ha}dith
4. Al-Mara>sil
5. Baya>n Khata’ al-Bukha}ri fi Ta>rikh al-Kabir
6. Al-Tafsir
7. Al-Radd ‘ala al-Jahmiyi
8. ‘I’lam al-Nubuwwah
9. Al-D}huafa>’ wa al-Kaza>bin wa al-Matrukin min Asha>bi al-
Hadis.
10. Kita>b ‘Asa>mi al-D}hu’afa>’i
11. ‘Ajwibatuhu ‘ala As’ilah al-Bardha’i fi al-Thiqati
12. Kitab al-‘Illal, dan masih banyak lagi12
Penilaian Ulama terhadap Abu Zur’ah al-Razi
Terdapat beberapa pandangan ulama terhadap Abu Zur’ah:
1. Ishaq bin Rahawayh berkata, “Setiap hadits yang tidak diketahui
oleh Abu Zur’ah al-Razi tidak memiliki asal usul”

11
Ibid, 17-22.
12
Ibid, 29.
Volume … , Nomor …. , Desember 2021
10
2. Ahmad bin Sulaiman Al-Rahawi berkata, “Tidak ada yang lebih
kucintai selain Abu Zur’ah”
3. Abu Abdullah bin Sakin al-Zanjani berkata, “Aku memasuki Mesir
dan Syam, dan melihat para sahabat al-Syafi’i. Dan aku memasuki
Basra dan Kufah, dan aku melihat orang-orang terkemuka. Apa
yang aku lihat pada mereka seperti Abu Zur’ah; alim, religius dan
seorang hafiz.”13
4. Abdullah bin Ahmad bin Hanbal bertanya pada ayahnya: “wahai
ayah, siapa saja yang kuat hafalanya?” Ayahku berkata: Wahai
anak ku, kami memiliki penghafal dari orang-orang Khurasan, dan
mereka unggul. Mereka adalah Muhammad bin Ismail, yaitu
Bukhari. Ubaidullah bin Abdul Karim, yaitu Razi. Abdullah Abdul
Rahman, yaitu Samarqandi. Dan Hassan bin Shuja, yaitu Balkhi.”
5. Abu Abdullah Muhammad bin Muslim bin Wara berkata: “Saya
bersama Ishaq bin Ibrahim di Nisabur, dan seorang pria dari Irak
berkata: Saya mendengar Ahmad bin Hanbal berkata: terdapat
tujuh ratus ribu hadits telah dicatat, dan pemuda ini yang berarti
Abu Zur`ah, menghafal enam ratus ribu.
6. Al-Hadrami berkata: “Saya mendengar Abu Bakar bin Abi
Shaybah, dan dikatakan kepadanya: Siapakah penghafal yang
pernah kamu lihat?” Dia berkata: “Saya belum pernah melihat
orang yang menghafal lebih dari Abu Zur’ah al-Razi.”
Dilihat dari penilaian dan pandangan para ulama, bahwa Abu
Zur’ah al-Razi adalah salah satu orang yang hafalannya kuat pada
masanya. Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad bin Suleiman Al-Tushari
berkata: “ Saya mendengar Abu Zur’ah mengatakan: Saya memiliki di

13
Ibid, 25.
Volume … , Nomor …. , Desember 2021
11
rumah saya apa yang saya tulis lima puluh tahun yang lalu. saya
belum melihatnya sejak saya menulisnya. Namun, saya ingat setiap
kalimat, di buku mana itu, di kertas mana itu, di halaman mana itu,
pada baris mana itu.”
Abu Zur’ah pernah berkata: Telingaku tidak mendengar apa-apa
tentang ilmu, tetapi hatiku memahaminya. Suatu hari aku sedang
berjalan di pasar Bagdad dan aku mendengar dari kamar suara
penyanyi wanita. Aku langsung meletakkan jariku di telinga, karena
takut hatiku akan menyadarinya.”14
Pemikiran Abu Zur’ah dalam Kritik Hadis
Abu Zur’ah fasih dalam semua seni yang berhubungan dengan
sunnah Nabi, baik itu yang berkaitan dengan narasi atau pengetahuan.
Ibnu Abi Hatim berkata, “Saya mendengar Ayahku dan Abu Zur'ah
mengatakan bahwa dalil mursal tidak bisa digunakan sebagai dalil,
dan dalil tidak bisa ditegakkan kecuali dengan riwayat yang shahih
dan sanadnya bersambung.”
Dalam kitab Asami al-Dhuafa wa al-Mutakalim fihim, terdapat
poin-poin penting yang dapat diambil, yakni:
1. Abu Zur’ah memasukkan dalam bukunya (382) orang-orang dari
kalangan yang lemah atau yang dia bicarakan.
2. Abu Zur’ah tidak menyebutkan kata-kata jarh di sebagian besar
perawi, dan tepatnya dia menggunakan kalimat jarh pada 38
perawi.
3. Istilah-istilah jarh yang digunakan oleh Abu Zur'ah adalah:

14
Ibid, 13-15.
Volume … , Nomor …. , Desember 2021
12
‫ كان‬،‫ كان قدريًا‬،‫ كان يرى األرجاء‬،‫ مرجي‬،‫ آفة من اآلفات‬،‫منكر احلديث‬

‫ خيتلفون يف‬،‫ مل يكن من أهل احلديث مل يثبت حديثه‬،‫ كان خارجيًا‬،‫يرى القدر‬

،‫ كذاب‬،‫ فالن فالن ال يصح‬،‫ تركوه‬،‫ فيه ضعف‬،‫ يف حديثه اضطراب‬،‫حديثه‬

‫ليس بشيء‬.
4. Dalam mendiskreditkan sejumlah perawi, dia mengandalkan
ucapan beberapa imam, seperti ucapan Yahya bin Sa’id Al-Qattan,
contoh nya: “Yahya bin Sa’id tidak meriwayatkan darinya”, dan
Abu Zur’ah juga mengutip kata-kata Ayyub Al-Sakhtiani dalam
mendiskreditkan Fadl Al-Raqashi, di mana dia berkata: “Dan jika
Fadl al-Raqashi terlahir bisu, itu lebih baik baginya.”
5. Orang-orang yang Abu Zur’ah sebutkan dalam kitabnya, bagian
pertama dari mereka memiliki riwayat dalam kitab-kitab sunnah.
Bagian kedua tidak meriwayatkan dalam kitab kitab sunnah,
melainkan kitab selainnya. Dan beberapa dari mereka tidak
terkenal dalam mencari hadits.
6. Dia menambahkan dalam bukunya orang-orang lemah sebanyak
310 perawi, yang tidak dia sebutkan dalam jawaban atas pertanyaan
Al-Bardha’i.
7. Metodenya mirip dengan Imam Al-Bukhari dalam bukunya Al-
Doufa Al-Saghir, dan dia juga setuju dengannya di beberapa
perawi. Terkadang abu Zur’ah mengutip perkataan dari imam yang
sama yang dikutip oleh Al-Bukhari, dan tidak setuju bersamanya
dalam menghakimi banyak perawi. Dan persetujuan mereka untuk
menjarh para perawi ini adalah karena pengaruh mereka pada

Volume … , Nomor …. , Desember 2021


13
pendekatan yang sama di sekolah tempat mereka belajar jarh wa
tadil.15
Lafaz Jarh yang Digunakan Abu Zur’ah kepada Perawi
Abu Zur’ah menggunakan banyak ungkapan jarh dan pen-dhaif-an
yang berbeda, beberapa dari ungkapan yang ia berikan mengikuti para
imam jarh dan ta’dil dari para syekhnya, dan orang-orang sebelumnya,
seperti Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma’in, Ali bin Al-Madini, Abu
Dawud Al-Tayalisi, Yahya bin Sa’id Al-Qattan, Shu’bah dan lainnya.
Abu Zur’ah mungkin berbeda dengan mereka di beberapa perawi.
Dalam menjarh dan mentadil seorang perawi, Abu Zur’ah
menyelidikinya dengan teliti dan tidak sembarangan. Al-Hafiz al-
Dhahabi sangat menyukai kata-kata Abu Zur'ah dalam al-Jarh dan al-
Ta’dil, menunjukkan bahwa dia memiliki ketakwaan dan
pengalamannya. Adapun beberapa lafaz jarh yang diungkapkan Abu
Zur’ah, diantaranya:
Lafaz urutan ‫ ليس ب ذاك الثبت‬،‫ ليس ب ذاك الق وى‬،‫ في ه ض عف‬،‫ض عيف‬
pertama
،‫ يع رف وينك ر‬،‫ ك ان رديء احلف ظ‬،‫ في ه لني‬،‫فني احلديث‬

،‫وأم ا يف نفس ه فال ب أس وه ؤالء ال رواة يكتب ح ديثهم‬

‫وينظر فيه اعتبارًا‬


Lafaz urutan ‫ منك ر‬،‫ منك ر احلديث‬،‫ لني وليس ب القوي‬،‫ليس بق وي‬
kedua
‫ واهي احلديث واهي احلديث كل‬,‫احلديث اختلط قبل موته‬

15
Sa’di> ibn Mahdi> al-Ha>shimi>, Abu> Zur’ah al-Ra>zi> wa Juhu>duh fi al-
Sunnah al-Nabawiyyah (Madinah: Maktabah Ibn al-Qayyim li al-Nashr wa al-
Tawzi>’, Cet. Ke-2, 1989), 302-303.
Volume … , Nomor …. , Desember 2021
14
‫حديث ه واه‪ ،‬واهي احلديث ح دث حبديثني منك رين‪ ،‬واه يف‬

‫احلديث فاض ل متعب د‪ ،‬واهي احلديث ال أعلم ح دث عن ه‬

‫كب ري أح د إال من ال ي دري احلديث‪ ،‬وهن أم ره‪ ,‬يف حديث ه‬

‫اضطراب‪ ،‬منكر واهي احلديث‪ ،‬منكر احلديث يهم كثريًا‬


‫‪Para perawi ini seperti orang-orang dari peringkat‬‬
‫‪pertama, hadits mereka ditulis, dan hadits mereka‬‬
‫‪dipertimbangkan, tetapi mereka lebih rendah‬‬
‫‪dalam periwayatan hadis.‬‬
‫‪Lafaz‬‬ ‫‪urutan‬‬ ‫عيف احلديث حيدث عن فالن‬ ‫عيف احلديث‪ ,‬ض‬ ‫ض‬
‫‪ketiga‬‬
‫بأح اديث مقلوب ة‪( ,‬ض عيف احلديث‪ ،‬حيدث عن فالن‬

‫مبن اكري(‪ ,‬ض عيف احلديث ح دث حبديث باط ل‪ ،‬خمل ط‬

‫اض عيف احلديث‪ ،‬ليس بش يء وه و ض عيف‪ ,‬جمه ول ال‬

‫أعرف ه إال يف ك ذا‪ ...‬منك ر احلديث ج دًا‪ ،‬ينك ر كث ريًا‪،‬‬

‫ضعيف جدًا‪ ،‬واهي احلديث جدًا‪،‬وهن أمره جدًا‪ ،‬واه مبرة‪،‬‬

‫ليس بشيء واهي احلديث‪ ،‬واهي احلديث جدًا ال سيما إذا‬

‫ح دث عن فالن فيق ع ض عف على ض عف‪ ،‬ولع ل (ليس‬

‫بشيء) تساويها مجلة (ال يسوى فلسًا(‬

‫‪Volume … , Nomor …. , Desember 2021‬‬


‫‪15‬‬
‫‪Perawi ini lebih sedikit dari peringkat kedua,‬‬
‫‪hadits‬‬ ‫‪mereka‬‬ ‫‪tidak‬‬ ‫‪disajikan,‬‬ ‫‪tetapi‬‬
‫‪dipertimbangkan.‬‬
‫‪Lafaz‬‬ ‫‪urutan‬‬ ‫ليس بثق ة‪ ،‬ال حيدث عن ه بش يء‪ ،‬منك ر احلديث ال يكتب‬
‫‪keempat‬‬
‫حديث ه‪ ,‬ذاهب مال ك‪ ،‬ال تكتب وا عن ه‪ ،‬ال يكتب حديث ه‪ ،‬ال‬

‫يكتب عن ه‪ ،‬م رتوك احلديث‪ ،‬ترك وه‪ ،‬ال ينبغي أن حيدث‬

‫عنه أضرب على حديثه‪ ،‬ترك الناس حديثه‪ ،‬ذاهب احلديث‬

‫ك ذاب‪ ,‬س كتوا عن ه‪ ،‬ك ان يتهم بالك ذب‪ ،‬واهي احلديث‪,‬‬

‫احلديث‪.‬‬ ‫منكر‬
‫‪Hadits dari perawi ini tidak sah dan tidak dapat‬‬
‫‪ditulis‬‬
‫‪Lafaz‬‬ ‫‪urutan‬‬ ‫يروي أحاديث موضوعة‪ ,‬يروي أباطي ل‪ ,‬حيدث بأحاديث‬
‫‪kelima‬‬
‫أباطي ل‪ ،‬آف ة اآلف ات‪ ،‬حيدث بأح اديث ليس ت هلا أص ول‪,‬‬

‫كان ال يتعمد ولكن كان يوضع له احلديث فيقرؤه‪ ،‬كان‬

‫يض ع األح اديث للن اس‪ ،‬يض ع احلديث‪ ،‬زن ديق‪ ،‬ي روي‬

‫أحاديث مفتعلة وأحاديث موضوعة‪.‬‬


‫‪Abu Zur’ah mengkritik beberapa perawi ini‬‬
‫‪karena keyakinan mereka atau pengikut mereka‬‬
‫‪dari beberapa sekte bid’ah. Penting untuk‬‬

‫‪Volume … , Nomor …. , Desember 2021‬‬


‫‪16‬‬
menyatakan pendapat para ulama tentang hal ini
sebelum mencantumkan lafaz jarh urutan kelima
ini, kepada mereka yang di jarh.16

Contoh perawi hadis yang dipercaya dan dikritik Abu Zur’ah:


1. Al-Hakam bin Abdullah bin Ishaq Al-Araj Al-Basri. Ibnu Abi
Hatim berkata: Abu Zaraa ditanya tentang dia? Dia berkata: “bashri
thiqah.” Dia berkata lagi bahwa dia Layyin.
2. Khattab bin Al-Qasim Al-Harrani Abu Umar Qadi Harran, Ibnu
Abi Hatim berkata: Abu Zaraa ditanya tentang dia? Dia berkata:
“Qadi Harran thiqah, dan Sa’id Al-Bardha’i melaporkan atas
otoritas Abu Zur’ah bahwa dia mengatakan tentang dia: Munkar
hadits, dikatakan bahwa dia bercampur sebelum kematiannya.
3. Abdullah bin Abdullah bin Aweys bin Malik bin Abi Amer Al-
Asbahi, Abu Aweys Al-Madani, Ibnu Abi Hatim berkata: Abu
Zara’ah ditanya tentang dia? Dan dia berkata, “Saleh Sadduq,
seolah-olah dia layyin”.
4. Abd al-Rahman bin Thabit bin Thawban al-Ansi, Abu Abdullah al-
Dimashqi al-Zahid, Ibn Abi Hatim berkata: Abu Zara’a ditanya
tentang dia? Dia berkata: “Laba’sa bih.” Dia juga mengatakan
bahwa ia Layyin”
5. Muhammad bin Dinar Al-Azdi, lalu Al-Tahi, Abu Bakar bin Abi
Al-Furat Al-Basri. Ibnu Abi Hatim berkata: Abu Zar’ah ditanya
tentang dia, dan dia berkata: Sadooq. Al-Bardha’i mengutip otoritas
Abi Zur’ah bahwa dia mengatakan tentang dia bahwa dhaiful hadis
jiddan (sangat lemah Hadisnya)

16
Ibid, 293-295.
Volume … , Nomor …. , Desember 2021
17
6. Mubarak bin Fadalah bin Abi Umayyah Abu Fadalah Al-Basri,
Ibnu Abi Hatim berkata, Abu Zaraa ditanya tentang dia? Dia
berkata, “Dia banyak bicara, jadi jika dia mengatakan dia memberi
tahu kami, maka dia dapat dipercaya.”
7. Najih bin Abd al-Rahman al-Sindi, Abu Ma’shar al-Madani, Ibn
Abi Hatim berkata: (Ayahku dan Abu Zur’ah ditanya tentang Abu
Ma’shar al-Madini? Mereka berkata: Dia jujur. Abu Zur’ah
berkata: Dia jujur dalam hadits dan tidak kuat).17
Metode yang Digunakan Abu Zur`ah dalam Menjamin
Keabsahan Hadits
Terkadang dalam menjustifikasi hadis, Abu Zur’ah memilih salah
satu riwayat daripada yang lain, dengan mengatakan (hadits) ini dan
itu adalah contoh yang paling benar. Ia juga menghadirkan hadits
yang muttasil. Sehingga dia dapat menilai yang mursal (yang tidak
bersambung sanadnya).
Dalam menjelaskan hadits, Abu Zur’ah mengatakan bahwa “Fulan
berangan-angan” atau “itu sangkaan fulan”. Ia juga mengatakan (hadis
mungkar). Dimana hadits mungkar adalah hadits yang diriwayatkan
oleh perawi yang lemah (dhaif). Terkadang dia menjelaskan hadits
dengan mengatakan: “Si fulan melakukan kesalahan.”, “ini hadis
mauquf”, “tidak kuat atau si Fulan tidak kuat”, “Fulan bermasalah
dalam hadisnya.”, dan (‫“ )باطل‬tidak sah”. Dia juga menjelaskan hadits
dengan mengatakan (‫“ )واه‬lemah”. Dan atas riwayat perawi yang
lemah, juga dengan mengatakan (‫“ )واه‬lemah”. Contohnya: ‫حديث واه‬
‫( جدًا‬Hadis yang sangat lemah), ‫الراوي فالن واه كما في الحديث رقم‬
٢٦٢٨ (perawi fulan lemah, sebagaimana dalam hadits No. 2628)

17
Ibid, 966-969.
Volume … , Nomor …. , Desember 2021
18
Apabila menjelaskan hadits yang diriwayatkan dari banyak jalur,
Abu Zur’ah mengatakan (‫“ )فالن أحفظ‬dihafalkan si Fulan”, maka
riwayat yang lain dibenarkan. Jika seseorang menyebutkan kepada
Abu Zar`ah salah satu jalur hadits, maka dia memilih salah satunya
dengan mengatakan (‫“ )حديث فالن أشبه‬hadis si Fulan lebih mirip”.
Atau dalam hadis ia mengatakan, “Hadits si Fulan”, maka riwayat ini
diikuti riwayat lainnya. Menurutnya, hadits dapat dibenarkan jika
terbukti keotentikan teksnya dan hadits tersebut didukung oleh hadis
yang lain. Hadis yang dapat dijadikan hujjah ialah hadis marfu’, hadis
mauquf bisa naik ke marfu’ asalkan ada hadis lain yang bisa
menaikkannya menjadi marfu’.18
Penutup
Abu Zur’ah al-Razi merupakan kritikus hadis kalangan mu’tadilun
(moderat). Nama lengkapnya adalah Ubaidullah Abdul Karim bin
Yazid bin Faruh bin Dawud. Ia telah belajar hadis sejak usia muda,
hingga ketika dewasa ia telah melakukan banyak perjalanan ilmiah
dalam mempelajari hadis. Banyak sekali guru, rekan, dan muridnya.
Salah satu rekan Abu Zur’ah al-Razi ialah imam al-Bukhari, dimana
kedua ulama ini merupakan ulama hadis kalangan mu’tadilun.
Metodenya mirip dengan imam al-Bukhari. Abu Zur’ah banyak setuju
dengan al-Bukhari di beberapa perawi, dan ia banyak pula mengutip
perkataan dari imam yang sama yang dikutip oleh Al-Bukhari, dan
tidak setuju bersamanya dalam menghakimi banyak perawi. Hal ini
bisa terjadi karena pengaruh mereka pada pendekatan yang sama di
sekolah tempat mereka belajar jarh wa tadil.

18
Ibid, 249-255.
Volume … , Nomor …. , Desember 2021
19
Abu Zur’ah al-Razi telah menulis banyak karya terkait jarh wa
ta’dil, sehingga banyak sekali pendapat yang ia kemukakan dalam
kitab-kitabnya itu. Seperti yang telah dijelaskan diatas, ia banyak
menkritiki para perawi hadis dengan berbagai macam lafaz jarh. Tidak
hanya menjarh para perawi, Abu Zur’ah juga menta’dil para perawi.
Dan dalam kitabnya, ia memiliki metode yang digunakan dalam
menjamin keabsahan hadis.

Daftar Pustaka

Abu> ‘Umar Muh{ammad ibn ‘Ali> al-Azhari>, Su’a>la>t al-


Bardha’i> li Abi> Zur’ah al-Ra>zi> (Kairo: al-Fa>ru>q al-
H{adi>thah li al-T{aba>’ah wa al-Nashr, 2009).
al-Faruq, Ahmad Irsyad. (2018), Metode Jarh wa al-Ta’dil Kelompok
Muthashaddid dan Mutasahil (Telaah Pemikiran Yah}ya> ibn
Ma‘i>n dan al-Turmudhi> Perspektif Sosiologi Pengetahuan),
Diya> al-Afka>r, 6(1).
al-Ha>shimi>, Sa’di> ibn Mahdi>. Abu> Zur’ah al-Ra>zi> wa
Juhu>duh fi al-Sunnah al-Nabawiyyah (Madinah: Maktabah
Ibn al-Qayyim li al-Nashr wa al-Tawzi>’, Cet. Ke-2, 1989).
al-Jawa>bi>, Muh}ammad al-T}a>hir. al-Jarh} wa al-Ta’di>l bayna
al-Mutashaddidi>n wa al-Mutasahili>n (Tunisia: al-Da>r
al-‘Arabiyah li al-Kutub,1997).
Amru> ‘Abd al-Mun’im Salim, Taysi>r Dira>sah al-Asani>d lil
Mubtadi’i>n, (t.t: Da>r al-D}iya>’, t.th).
Idri. HADIS & ORIENTALIS Perspektif Ulama Hadis dan Para
Orientalis tentang Hadis Nabi (Depok: KENCANA, 2017).

Volume … , Nomor …. , Desember 2021


20
Isnaeni, Ahmad. Perilaku Bid’ah dan Pengaruhnya dalam Al-Jarh Wa
Al-Ta’dil (Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta, 2016).
Jubaedah, Skripsi: Peringkat Kritikus Hadis; Studi Kasus atas Ibn
Abi> Ha>tim al-Ra>zi> dan Al-Dzahabi, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2011).
Mujibatun, Siti. (2013), Paradigma Ulama Dalam Menentukan
Kualitas Hadis, AL-FIKR, 17(1).

Volume … , Nomor …. , Desember 2021


21

Anda mungkin juga menyukai