HADIST GHARIF
Dianjukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Studi Hadist
Disusun Oleh:
KELOMPOK 14
TP.2021
KATA PENGANTAR
Seluruh puji untuk Allah Tuhan semesta alam, shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad saw beserta keluarga, teman, serta segala pengikutnya sampai akhir zaman. Atas berkat
karunia- Nya, kami telah menyusun makalah yang bertajuk“Hadist Gharif”.
Makalah ini kami susun guna menuntaskan tugas kelompok dari mata kuliah Studi hadist dengan
dosen(Dr. Sukiyat, M. Ag) . Dalam penyusunannya, kami mengambil sumber dari sebagian artikel dan
jurnal yang terdapat di internet.Pembaca hendaknya bisa melihat sebagian kekuranganserta kesalahan
penyusunan dalam makalah ini, oleh sebab itu kami mengharapkan anjuran serta kritik dari para
pembaca demi revisi di masa mendatang.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih pada segala pihak yang turut menolong dalam
penyelesaian makalah ini sehingga bisa terselesaikan tepat waktu.Akhir kata, mudah-mudahan
makalah ini jadi suatu yang berguna untuk syiar Islam.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………….....1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………1
C. Tujuan…………………………………………………………...............................................1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………..2
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hadits jika ditinjau dari segi kualitasnya ( banyaknya jumlah perawi yang menjadi sumber keberadaan
suatu hadits ). Ada perbedaan pendapat tentang pembagian hadits. Para ahli ada yang
mengelompokkan menjadi tiga, yaitu hadits mutawatir, masyhur, dan ahad. Dan ada yang membagi
hanya menjadi dua, yaitu hadits mutawatir dan ahad. Diantaranya Abu Bakar Al-Jassas. Untuk
pendapat yang mengelompokkan hadits menjadi dua bagian. Diikuti oleh sebagian besar ulama' ushul
dan ulama kalam. Mereka menganggap hadits masyhur sebagai bagian dari hadits ahad.
Sedangkan dari sampainya kepada kita dapat dibagi menjadi dua bagian. Yaitu hadits mutawatir. Jika
hadits itu memiliki beberapa jalan yang tidak terbatas jumlahnya. Dan hadits ahad , jika hadits itu
memiliki beberapa jalan yang terbatas jumlahnya. Dari doa hadits tersebut, masing-masing terbagi lagi
menjadi beberapa bagian. Untuk hadits mutawatir dibagi menjadi mutawatir lafdzi dan mutawatir
maknawy. Sedangkan hadits ahad dibagi menjadi tiga yaitu hadits masyhur, hadits aziz, dan hadits
gharib.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian tentang hadits gharib yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi secara individual,
adakalanya terjdi dalam setiap tingkatan dari tingkat-tingkatan sanad, atau dalam tingkat-tingkatan
sanad, walaupun dalam tingkat saja. Dan tidak mempengaruhi tambaahan lain dalam sisa tingkat-
tingkatan sanad tersebut, karena yang dipedomi adalah untuk yang paling sedikitnya.
1. Menurut Bahasa
Berarti al-munfarid ( menyendiri ) atau al-ba'id-an aqaribihi ( jauh dari kerabatnya ).
2. Menurut Istilah
Hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi sendiri, atau satu orang rawi. Dalam Taujihun Nadhan
diterangkan, bahwa hadits gharib adalah : “hadits yang tersendiri seorang perawinya di suatu tempat
didalam sanad” .
Al Qasthalani berkata: “hadits gharib itu adalah: “hadits yang hanya diriwayatkannya, atau
diriwayatkan ziadahnya, seperti Azzuhri” .
sebagian ulama menta'rufkannya sebagai berikut: “Hadits gharib, yaitu: yang bersendiri perawinya
dalam meriwayatkannya, dari orang-orang yang kumpul haditsnya karena kuat ingatan dan
kedilannya, seumpama Az-zuhri dan yang seumpamanya".
Adapun menurut Musthalah, gharib itu ditujukan kepada: “ suatu hadits yang diriwayatkan hanya
dengan satu sanad ”. Tegasnya, satu hadits yang seorang rawi bersendiri dalam meriwayatnya, yaitu
tidak ada orang lain menceritakanya, melainkan dia.
Contoh : “iman itu ada enampuluh cabang lebih, dan malu itu satu cabang dari iman”.
Hadits tersebut ada diriwayatkan oleh imam-imam Bukhori, Muslim, Abu Dawud, dan lainnya. Kita
bandingkan dengan susunan sanad dari Bukhari dan Muslim tentang hadits tersebut.
bukhari muslim
1. Nabi SAW 1. Nabi SAW
2. Abu Hurairoh 2. Abu Hurairah
3. Abdullah bin Dinar 3. Abu Sholih
Dalam kedua sanad tersebut didapati Abu Hurairoh, Abu Shalih, dan Abdullah bin Dinar. Ini
menunjukkan bahwa semua itu berarti sati sanad. Sehingga dari pengertian-pengertian diatas, dapat
diambil kesimpulan bahwa hadits gharib adalah hadits yang diriwayatkan seorang rawi, mandiri. Bisa
disetiap thabaqat-nya dari seluruh thabaqat sanadnya, atau disebagaian thabaqat sanad, malahan bisa
pada satu thabaqat saja. Adanya jumlah rawi lebih dari seorang pada thabaqat lainnya tidak merusak
hadits gharib.
2
B. JENIS-JENIS HADITS GHARIB
Dilihat dari aspek tempat menyendirinya perawi, hadits gharib di bagi menjadi dua :
Artinya : “hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi saja dari seluruh perawi-perawi yang
lain”.
Yang pertama dengan asal sanad disini adalah tabii bukan shahabi. Namun setelah ulama menetapkan
bahwa asal sanad ini mencakup shahabi. Contoh hadits gharib mutlak :
Artinya : “kekerabatan dengan jalan memerdekakan, sama dengan kekerabatan dengan jalan
keturunan, tidak boleh dijual dan tidak boleh dihibahkan” .
Hadits ini diterima dari Nabi oleh Ibnu Umar dan dari Ibnu Umar hanya Abdukllah bin Dinar saja yang
meriwayatkan. Abdullah bin Dinar adalah seorang Tabi'i, seorang hafidh yang kokoh ingatanya.
4) Munkar, yaitu: jika di tentang oleh orang yang lebih kuat dari Anda, sedang diapun adalah orang
yang lemah.
5) Matruk, yaitu: jika dia tertuduh dusta walaupun tgidak ditentang oleh orang lain.
Sebagian ulama memberikan nama lain bagi hadits gharib, yaitu hadits Fard, dan mereka menganggap
keduanya adalah sinonim, namun sebagian ulama yang lain membedakan antara kedua nama tersebut,
dan menjadikan keduanya berbeda.
Hanya saja al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menganggap keduanya sinonim (dua kata yang
maknanya sama) baik dari sisi bahasa maupun istilah, tetapi beliau berkata: ”Sesungguhnya ulama ahli
istilah (ahli dalam memberikan definisi) membedakan antara keduanya dari sisi banyak dan sedikitnya
pemakaian . Maka mereka memberikan nama hadits Fard untuk hadits al-Fard al-Muthlaq dan hadits
Gharib untuk al-Fard an-Nisbi.” (Nuzhatun Nazhar)
4
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Hadits gharib adalah hadits yang diriwayatkan seorang rawi, individual. Bisa disetiap Tabaqatnya
dari seluruh tabaqat sanatnya. Atau disebagian sanad tabaqat, malahan bisa di tabaqat saja . adanya
jumlah baku lebih dari seorang pada tabaqat lainnya tidak merusak hadits gharib karena yang
dijjadikan sebagai patoakn adalah yang paling minimal.
2. Ditinjau dari aspek tempat menyendirinya perawi, hadits gharib dibagi menjadi dua:
A. Hadits Gharib muhtlak ( fardhu mutlak )
B. Hadits gharib nisbi ( fard nisbi )
Ditinjau dari segi segi letak kegharibannya, hadits gharib dibagi menjadi dua :
A. Hadits gharib matan dan sanad.
B. Hadits gharib matan, bukan sanad.
DAFTAR PUSTAKA