Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH STUDI HADIST

HADIST GHARIF

Dianjukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Studi Hadist

Dosen Pembimbing : Dr. Sukiyat, M. Ag

Disusun Oleh:

KELOMPOK 14

IMAM AZ-ZIKRI (12130111371)


RONALDI PUTRA (12130112907)

PRODI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU

TP.2021
KATA PENGANTAR

Seluruh puji untuk Allah Tuhan semesta alam, shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad saw beserta keluarga, teman, serta segala pengikutnya sampai akhir zaman. Atas berkat
karunia- Nya, kami telah menyusun makalah yang bertajuk“Hadist Gharif”.

Makalah ini kami susun guna menuntaskan tugas kelompok dari mata kuliah Studi hadist dengan
dosen(Dr. Sukiyat, M. Ag) . Dalam penyusunannya, kami mengambil sumber dari sebagian artikel dan
jurnal yang terdapat di internet.Pembaca hendaknya bisa melihat sebagian kekuranganserta kesalahan
penyusunan dalam makalah ini, oleh sebab itu kami mengharapkan anjuran serta kritik dari para
pembaca demi revisi di masa mendatang.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih pada segala pihak yang turut menolong dalam
penyelesaian makalah ini sehingga bisa terselesaikan tepat waktu.Akhir kata, mudah-mudahan
makalah ini jadi suatu yang berguna untuk syiar Islam.

Pekanbaru, 22 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….1

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………….....1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………1

C. Tujuan…………………………………………………………...............................................1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………..2

A. Pengertian Hadist Gharib…………………………………………………………………….2

B. Jenis-jenis Hadist Gharib……………………………………………………………………..3

C. Hukum Hadist Gharib………………………………………………………………………...3

D. Nama Lain Hadist Gharib…………………………………………………………………….4

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………...

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hadits jika ditinjau dari segi kualitasnya ( banyaknya jumlah perawi yang menjadi sumber keberadaan
suatu hadits ). Ada perbedaan pendapat tentang pembagian hadits. Para ahli ada yang
mengelompokkan menjadi tiga, yaitu hadits mutawatir, masyhur, dan ahad. Dan ada yang membagi
hanya menjadi dua, yaitu hadits mutawatir dan ahad. Diantaranya Abu Bakar Al-Jassas. Untuk
pendapat yang mengelompokkan hadits menjadi dua bagian. Diikuti oleh sebagian besar ulama' ushul
dan ulama kalam. Mereka menganggap hadits masyhur sebagai bagian dari hadits ahad.

Sedangkan dari sampainya kepada kita dapat dibagi menjadi dua bagian. Yaitu hadits mutawatir. Jika
hadits itu memiliki beberapa jalan yang tidak terbatas jumlahnya. Dan hadits ahad , jika hadits itu
memiliki beberapa jalan yang terbatas jumlahnya. Dari doa hadits tersebut, masing-masing terbagi lagi
menjadi beberapa bagian. Untuk hadits mutawatir dibagi menjadi mutawatir lafdzi dan mutawatir
maknawy. Sedangkan hadits ahad dibagi menjadi tiga yaitu hadits masyhur, hadits aziz, dan hadits
gharib.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa arti hadist gharib?

2. Apakah jenis-jenis hadist gharib?

3. Bagaimana hukum hadist gharib?

4. Apa nama lain hadist gharib?

C. TUJUAN

1. Mengetahui apa itu hadist gharif

2. Mengetahui tujuan hadist gharif

1
BAB II
PEMBAHASAN

A . PENGERTIAN HADITS GHARIB

Pengertian tentang hadits gharib yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi secara individual,
adakalanya terjdi dalam setiap tingkatan dari tingkat-tingkatan sanad, atau dalam tingkat-tingkatan
sanad, walaupun dalam tingkat saja. Dan tidak mempengaruhi tambaahan lain dalam sisa tingkat-
tingkatan sanad tersebut, karena yang dipedomi adalah untuk yang paling sedikitnya.

1. Menurut Bahasa
Berarti al-munfarid ( menyendiri ) atau al-ba'id-an aqaribihi ( jauh dari kerabatnya ).

2. Menurut Istilah

Hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi sendiri, atau satu orang rawi. Dalam Taujihun Nadhan
diterangkan, bahwa hadits gharib adalah : “hadits yang tersendiri seorang perawinya di suatu tempat
didalam sanad” .
Al Qasthalani berkata: “hadits gharib itu adalah: “hadits yang hanya diriwayatkannya, atau
diriwayatkan ziadahnya, seperti Azzuhri” .
sebagian ulama menta'rufkannya sebagai berikut: “Hadits gharib, yaitu: yang bersendiri perawinya
dalam meriwayatkannya, dari orang-orang yang kumpul haditsnya karena kuat ingatan dan
kedilannya, seumpama Az-zuhri dan yang seumpamanya".

Adapun menurut Musthalah, gharib itu ditujukan kepada: “ suatu hadits yang diriwayatkan hanya
dengan satu sanad ”. Tegasnya, satu hadits yang seorang rawi bersendiri dalam meriwayatnya, yaitu
tidak ada orang lain menceritakanya, melainkan dia.
Contoh : “iman itu ada enampuluh cabang lebih, dan malu itu satu cabang dari iman”.

Hadits tersebut ada diriwayatkan oleh imam-imam Bukhori, Muslim, Abu Dawud, dan lainnya. Kita
bandingkan dengan susunan sanad dari Bukhari dan Muslim tentang hadits tersebut.
bukhari muslim
1. Nabi SAW 1. Nabi SAW
2. Abu Hurairoh 2. Abu Hurairah
3. Abdullah bin Dinar 3. Abu Sholih

4. Bukhari 4. Abdullah bin Dinar


5. Sulaiman bin Bilal
6. Abu Amir
7. Abdun bin Humaid

Dalam kedua sanad tersebut didapati Abu Hurairoh, Abu Shalih, dan Abdullah bin Dinar. Ini
menunjukkan bahwa semua itu berarti sati sanad. Sehingga dari pengertian-pengertian diatas, dapat
diambil kesimpulan bahwa hadits gharib adalah hadits yang diriwayatkan seorang rawi, mandiri. Bisa
disetiap thabaqat-nya dari seluruh thabaqat sanadnya, atau disebagaian thabaqat sanad, malahan bisa
pada satu thabaqat saja. Adanya jumlah rawi lebih dari seorang pada thabaqat lainnya tidak merusak
hadits gharib.
2
B. JENIS-JENIS HADITS GHARIB

Dilihat dari aspek tempat menyendirinya perawi, hadits gharib di bagi menjadi dua :

1. Hadits Gharib Mutlak ( fardhu mutlak )


Yaitu jika gharib ( kesendirianya ) terdapat pada asal sanad, dengan kata lain hadits yang
diriwayatkan oleh rawi secara sendiri pada awal sanadnya.

Artinya : “hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi saja dari seluruh perawi-perawi yang
lain”.
Yang pertama dengan asal sanad disini adalah tabii bukan shahabi. Namun setelah ulama menetapkan
bahwa asal sanad ini mencakup shahabi. Contoh hadits gharib mutlak :

Artinya : “kekerabatan dengan jalan memerdekakan, sama dengan kekerabatan dengan jalan
keturunan, tidak boleh dijual dan tidak boleh dihibahkan” .

Hadits ini diterima dari Nabi oleh Ibnu Umar dan dari Ibnu Umar hanya Abdukllah bin Dinar saja yang
meriwayatkan. Abdullah bin Dinar adalah seorang Tabi'i, seorang hafidh yang kokoh ingatanya.

2. Hadits Gharib Nisbi ( fardhu nisbi )


Yaitu hadits yang kegharibannya berada dipertengahan sanadnya, artinya semula diriwayatkan oleh
lebih dari seorang rawi dalam sanadnya kemudian secara mandiri diriwayatkan oleh satu orang rawi
dari mereka para perawi tersebut.
Artinya : “hadits yang dilihat fard mengingat suatu sifat yang tertentu ( yakni tentang sesuatu sifat
tertentu )”.
Contoh hadits ghari nisbi :
Hadits malik dari Az-Zuhri dari Anas ra, “Sesungguhnya Nabi SAW makah sementara diatas
kepalanya alat penutup”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Malik Az-Zuhri.
Contoh hadits lain gharib nisbi tentang kota atau tempat tinggal tertentu :
ِ ‫ا اتِ َح ِة ْال ِكتَا‬
)‫ب ا (رواه ابو داود‬
Artinya : “kami diperintahkan oleh Rasul SAW agar membaca surat Al-Fatihah dan surat yang mudah
( dari al-Qur'an )”. (HR.Abu Dawud)
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad Abu Al Walid Al-Tayalisi, Hammam, Qatadah,
Abu Nadrah, Dan berkata. Semua rawi ini berasal dari Basrah dan tidak ada yang meriwayatnya dari
kota lain.
Jenis-jenis Gharib nisbi :
Terdapat berbagai jenis gharib yang memungkinkanya termasuk hadits gharib nisbi, bukan gharib
mutlak karena dinisbikan kepada sesuatu tertentu :
1) Kegharibanya dinisbikan kepada rawi yang tsiqah ( terpercaya ) seperti pernyataan mereka, “tidak
diriwayatkan oleh seorang pun rawi tsiqah kecuali si fulan” .
2) Ke-Gharibanya karena diriwayatkan oleh rawi tertentu seperti pernyataan mereka . “Diriwayatkan
secara menyendiri oleh fulan dar fulan”, meskipun diriwayatkan dari arah lain selain dia”.
3) Ke-gharib-anya pada penduduk negeri tertentu atau penghuni tertentu. Seperti pernyataan mereka,
“diriwayath secara menyendiri oleh penduduk makkah” atau “oleh penduduk syam”.
4) Ke-gharianya karena diriwayatkannya oleh penduduk negeri tertentu dari penduduk negeri tertentu
pyla. Seperti pernyataan mereka. “diriwayatkan secara menyendiri oleh penduduk syam dari penduduk
khijaz”.

C. HUKUM HADITS GHARIB


Hadits Gharib mempunyai beberapa hukum ( Nilai ):
1) Shahih, yaitu: jika perawi mencapai dlabith yang sempurna dan tidak ditentang oleh perawi yang
lebih kuat dari Anda.
2) Hasan, yaitu: jika dia mendekati derajat yang diatas dan tidak terjerat oleh orang yang lebih rajin
daripadanya.
3) Syadz, yaitu: jika ditentang oleh orang yang lebih kuat dari milikmu, sedangkan dia adalah orang
yang kepercayaan.
3

4) Munkar, yaitu: jika di tentang oleh orang yang lebih kuat dari Anda, sedang diapun adalah orang
yang lemah.
5) Matruk, yaitu: jika dia tertuduh dusta walaupun tgidak ditentang oleh orang lain.

D. NAMA LAIN DARI HADITS GHARIB

Sebagian ulama memberikan nama lain bagi hadits gharib, yaitu hadits Fard, dan mereka menganggap
keduanya adalah sinonim, namun sebagian ulama yang lain membedakan antara kedua nama tersebut,
dan menjadikan keduanya berbeda.
Hanya saja al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menganggap keduanya sinonim (dua kata yang
maknanya sama) baik dari sisi bahasa maupun istilah, tetapi beliau berkata: ”Sesungguhnya ulama ahli
istilah (ahli dalam memberikan definisi) membedakan antara keduanya dari sisi banyak dan sedikitnya
pemakaian . Maka mereka memberikan nama hadits Fard untuk hadits al-Fard al-Muthlaq dan hadits
Gharib untuk al-Fard an-Nisbi.” (Nuzhatun Nazhar)
4
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Hadits gharib adalah hadits yang diriwayatkan seorang rawi, individual. Bisa disetiap Tabaqatnya
dari seluruh tabaqat sanatnya. Atau disebagian sanad tabaqat, malahan bisa di tabaqat saja . adanya
jumlah baku lebih dari seorang pada tabaqat lainnya tidak merusak hadits gharib karena yang
dijjadikan sebagai patoakn adalah yang paling minimal.
2. Ditinjau dari aspek tempat menyendirinya perawi, hadits gharib dibagi menjadi dua:
A. Hadits Gharib muhtlak ( fardhu mutlak )
B. Hadits gharib nisbi ( fard nisbi )
Ditinjau dari segi segi letak kegharibannya, hadits gharib dibagi menjadi dua :
A. Hadits gharib matan dan sanad.
B. Hadits gharib matan, bukan sanad.

3. Hadits gharib memiliki beberapa hukum ( nilai ).


A. Shahih
B. Haram
C. Syadz
D. Munkar
E. Matruk

DAFTAR PUSTAKA

- Kitab: Taisir fi Musthalah Hadits, oleh Syeikh Mahmud ath-Thahhan.


5

Anda mungkin juga menyukai