Anda di halaman 1dari 16

BELAJAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN PROSEDUR SERTA

TEKNIK DIAGNOSA KESULITAN BELAJAR

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi
Pembelajaran Semester Ganjil 2021/2022

Dosen Pengampu :
Akhmad Syah Roni Amanullah, S.Sos., M.Pd.

Oleh :
Putri Nur Mula Sari

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM TARBIYATUT THOLABAH
(IAI TABAH)
KRANJI PACIRAN LAMONGAN
NOVEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat


dan hidayah-Nya kepada Penulis, sehingga Penulis mampu merampungkan salah
satu tugas yang berbentuk makalah sebagai salah satu persyaratan untuk
menempuh mata kuliah Psikologi Pembelajaran.
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan penyajian data.
Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari sumbangsih orang-orang terdekat
Penulis, karena itu dengan tulus Penulis sampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pembelajaran semester III IAI
TABAH Kranji Parican Lamongan yang telah membimbing penulis
dengan penuh kesabaran.
2. Para Pegawai perpustakaan IAI TABAH Kranji Paciran Lamongan yang
telah membantu kami untuk menemukan referensi yang akurat.
3. Teman-teman sekelas semester III prodi PGMI fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAI TABAH Kranji Paciran Lamongan yang selalu
mengarahkan dan mengingatkan penulis jika penulis terdapat kekurangan.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun
tidak mustahil dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Hal
itu dikarenakan kelemahan dan keterbatasan kemampuan Penulis semata. Saran
dan kritik yang konstruktif tetap kami harapkan dari audien/peserta diskusi yang
budiman. Akhirnya semoga makalah ini membawa manfaat tidak hanya bagi
Penulis namun juga bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Lamongan, 15 November 2022

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1


A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan Makalah ...................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3


A. Metode dan Prinsip Belajar Prespektif Al-Qur’an .................................. 3
B. Prosedur dan Teknik Diagnosa Kesulitan Belajar ............................... …10

BAB III PENUTUP .................................................................................. 12


A. Kesimpulan ............................................................................................ 12
B. Saran ...................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan, fungsi sosial, sebagai
bimbingan, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan
serta membentuk disiplin hidup. Dalam pembelajaran, ada proses kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik, guru, pengajar dan pelajar.
Para pakar pendidikan mengkonsepsikan pembelajaran dengan transfer
pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) dari guru kepada murid.
Maka pembelajaran merupakan kegiatan yang sangat penting
dalam pendidikan. Kualitas pembelajaran ditentukan oleh efektifitas
interaksi antara pendidik dan peserta didik. Karena interaksi yang
efektiflah yang menjadi prasyarat kualitas suatu pembelajaran. Agar tujuan
pendidikan yang dimaksud dapat tercapai sesuai harapan, dalam proses
pendidikan, terdapat sistem yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lainnya. Apabila sistem ini baik, kualitas dan hasil pendidikan akan baik.
karena pendidiklah yang mengatur prinsip, pendekatan, metode, strategi
maupun media pembelajaran yang akan digunakan.
Pendidikan Islam dengan merujuk kepada Al-Qur’an memberikan
referensinya akan prinsip serta metode pembelajaran yang harus
diimplementasikan oleh guru sebagai pendidik dan pengajar.
Dalam pembelajaran tentunya tidak lepas dari kesulitan belajar
yang dialami individu atau siswa yang belajar dapat diidentifikasi melalui
faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor
kesulitan belajar yang berasal dari dalam diri siswa dan juga faktor dari
luar, sebagai salah satu faktor penunjang keberhasilan aktivitas atau
perbuatan belajar. Ketidakberhasilan dalam proses belajar mengajar untuk
mencapai suatu ketuntasan materi tidak dapat dilihat hanya pada satu
faktor saja, akan tetapi banyak faktor yang terlibat dan mempengaruhi
dalam proses belajar mengajar. Faktor yang dapat dipersoalkan adalah:
siswa yang belajar, jenis kesulitan yang dihadapi dan kegiatan-kegiatan

1
dalam proses belajar. Jadi, yang terpenting dalam kegiatan proses
diagnosis kesulitan belajar adalah menemukan letak kesulitan belajar dan
jenis kesulitan belajar yang dihadapi siswa agar pengajaran perbaikan
(learning corrective) yang dilakukan dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien. Proses belajar merupakan hal yang kompleks, di mana siswa
sendiri yang menentukan terjadi atau tidak terjadinya aktivitas atau
perbuatan belajar. Dalam kegiatan-kegiatan belajarnya, siswa menghadapi
masalah-masalah secara intern dan ekstern. Jika siswa tidak dapat
mengatasi masalahnya, maka siswa tidak dapat belajar dengan baik.
Untuk itu, kajian ilmu pendidikan Islam yang berbasis Alquran
patut terus dikembangkan. Dengan cara demikan, perkembangan dan
peningkatan kualitas pendidikan Islam dapat dilakukan secara
berkesinambungan sesuai dengan tuntutan zaman.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Saja Metode dan Prinsip Belajar Perspektif Al-Qur’an?
2. Bagaimana Prosedur dan Teknik Diagnosa Kesulitan Belajar?

C. Tujuan
1. Untuk Memahami Metode dan Prinsip-Prinsip Belajar
Perspektif Al-Qur’an
2. Untuk Memahami Prosedur serta Teknik Diagnosa Kesulitan
Belajar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode dan Prinsip Belajar Perspektif Al-Qur’an


1. Pengertian Belajar Perspektif Al-Qur’an
Definisi belajar pada asasnya adalah sebuah tahap perubahan pada
perilaku setiap siswa yang realtif positif dan menetap sebagai hasil
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Sedangkan dalam Perspektif Agama (Islam), belajar untuk
memperoleh pengetahuan yang menggunakan memori dan sensori itu
hukumnya wajib.1
Kata-kata kunci, seperti ya’qulun, yatafakkarun, yubshirun,
yasma’un, dan sebagainya yang terdapat dalam Al-Qura’an,
merupakan bukti betapa pentingnya penggunaan fungsi ranah cipta dan
karsa manusia dalam belajar dan meraih ilmu pengetahuan.2
Berikut ini kutipan firman-firman Allah dan Hadist Nabi SAW,
baik yang secara eksplisit maupun implisit mewajibkan orang untuk
belajar agar memperoleh ilmu pengetahuan.

ِ ‫قُ ْل ه َْل يَ ْستَ ِوى ٱلَّذِينَ يَ ْعلَ ُمونَ َوٱلَّذِينَ ََل يَ ْعلَ ُمونَ ۗ إِنَّ َما يَتَذَ َّك ُر أُولُوا ٱ ْْل َ ْل َب‬
a. ‫ب‬

Artinya: Allah berfirman, apakah sama orang-orang yang


mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?
Sesungguhnya, hanya orang-orang yang berakallah yang mampu
menerima pelajaran. (Qs. Al-Zumar: 9)
Dalam ayat ini Allah berusaha menekankan perbedaan
orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu. Hal ini
menunjukkan bahwa kedudukan orang yang berilmu itu berbeda

1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Terbaru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2017), 112.
2
Andi Thahir, Psikologi Belajar (Pengantar dalam Memahami Psikologi belajar), (Bandar
Lampung: LP2M, 2014), 195.

3
dengan orang yang tidak berilmu. Orang yang berilmu itu
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi. Dan hanya orang-orang
yang mempunyai akallah yang bisa menerima pelajaran. Jadi orang
yang tidak berakal susah untuk bisa menerima pelajaran yang
diajarkan.3

b. ‫ْس لَكَ بِ ِهۦ ِع ْلم‬ ُ ‫َو ََل ت َ ْق‬


َ ‫ف َما لَي‬
Artinya: Allah berfirman, Dan janganlah kamu membiasakan diri
pada apa yang tidak kamu ketahui. (Qs. Al-Isra: 36)
Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa kita sebagai umat
manusia janganlah membiasakan diri untuk tidak mengetahui,
dalam hal ini jangan sampai kita terbiasa tidak tahu pada hal-hal
yang seharusnya kita bisa mencari tahunya, sehingga kita tahu.
Tentu saja caranya yaitu dengan belajar.4

c. Dalam hadist riwayat Ibnu ‘Ashim dan Thabrani, Rasulullah SAW


bersabda, Wahai sekalian manusia, belajarlah! Karena ilmu
pengetahuan hanya didapat melalui belajar ...(Qadhawi, 1989)
Dalam hadist ini Rasulullah memerintahkan kita untuk
belajar. Karena semua ilmu dan pengetahuan itu hanya bisa
didapatkan dari belajar. Jadi, agar kita berilmu maka kita harus
belajar.5
2. Metode Belajar Perspektif Al-Qur’an
a. Metode Membaca
Disandarkan pada ayat pertama turun yaitu surat Al alaq,
artinya: "Bacalah denngan menyebut nama tuhaan mu,Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah .Bacalah danTuhan
mulah yang maha pemurah,yang mengajarkan manusia dengan

3
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Terbaru, 99.
4
Andi Thahir, Psikologi Belajar (Pengantar dalam Memahami Psikologi belajar), 195-196.
5
Andi Thahir, Psikologi Belajar (Pengantar dalam Memahami Psikologi belajar), 196.

4
perantarra kalam.Dia mengajarkan manusia apa yang tidak ia
ketahuinya.
Perintah membaca dalam ayat diatas disebut sebanyak dua
kali, Pertama dikhususkan kepada Nabi Muhammad saw dan kedua
untuk umat manusia, karena membaca dalam hal ini dalam bukan
hanya membaca buku, akan tetapi lebih dari itu, yaitu membaca
keadaan, situasi dan kondisi masyarakat (peradaban) pada masa itu
terminologi kalam dalam ayat di atas , Allah memperjelas makna
hakiki membaca yaitu sebagai alat belajar.6
b. Metode Peniruan (lmitasi)
Dalam QS. Al-Maidah ayat 31:
“Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di
bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana
seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil:
“Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti
burung gagak ini. Lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku
ini?”. Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang
menyesal”
Melihat tabiat manusia yang cenderung untuk meniru dan
belajar banyak dari tingkah lakunya lewat peniruan. Maka, teladan
yang baik sangat penting artinya dalam pendidikan dan pengajaran.
Nabi Muhammad SAW. sendiri menjadi suri tauladan bagi para
sahabatnya, dari beliau mereka belajar bagaimana mereka
melaksanakan berbagai ibadah.7
c. Pengalaman Praktis/ Trial and Error dan Berpikir
Dalam QS. Al-Ankabut ayat 20:
Katakanlah: “Berjalanlah di (muka) bumi. Maka perhatikanlah
bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya.

6
Andi Thahir, Psikologi Belajar (Pengantar dalam Memahami Psikologi belajar), 199.
7
M. Quraish Shihab, Al-Qur’an dan Maknanya. (Jakarta: Lentera Hati, 2010).

5
Kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Seseorang yang hidup tidak akan luput dari sesuatu yang
bernama problem, bahkan manusia juga dapat belajar dari problem
tersebut, sehingga memiliki pengalaman praktis dari
permasalahannya. Situasi-situasi baru yang belum diketahuinya
mengajak manusia berfikir bagaimana menghadapi dan bagaimana
harus bertindak. Dalam situasi demikian, manusia memberikan
respons yang beraneka ragam. Kadang mereka keliru dalam
menghadapinya, tetapi kadang juga tepat. Dengan demikian
manusia belajar lewat “Trial and Error”, (belajar dari mencoba dan
membuat salah) memberikan respons terhadap situasi-situasi baru
dan mencari jalan keluar dari problem yang dihadapinya.8
d. Metode Ceramah
Dalam QS. Yusuf : 3
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan
berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. Kami menceritakan
kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran
ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami
mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum
mengetahui”.
Pada masa lalu hingga sekarang metode selalu kita jumpai
dalam setiap pembelajaran. Akan tetapi bedanya terkadang metode
ini di campur dengan metode lain, misalnya setelah guru ceramah
lalu guru bertanya/ mendiskusikan hasil belajarnya kembali.9

3. Prinsip-Prinsip Belajar Perspektif Al-Qur’an


a. Motivasi
Dalam QS. Al-Mujadilah ayat 11, yang artinya:

8
Abdul Mannan Muntaha, Tafsir Al-Qur’an Tematis, (Jember: LP2SM “Gita Bahana”, 1993).
9
Andi Thahir, Psikologi Belajar (Pengantar dalam Memahami Psikologi belajar), 199.

6
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Pada ayat diatas sungguh memberikan sugesti positif dan
jaminan yang Sang Pencipta, Allah SWT berikan agar manusia
tidak tenggelam dalam kehinaan yang diakibatkan oleh kebodohan
yang ia derita. Ayat yang menggelorakan semangat untuk
penguasaan terhadap ilmu yang mesti dikuasai dengan kelebihan
yang Allah SWTanugerahkan kepada setiap individu yang berbeda.
b. Pengulangan
Dalam QS. An-Naml ayat 60, yang artinya:
"Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang
menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan
air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu
sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon_pohonnya? Apakah
disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya)
mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran)”
Peristiwa turun air hujan dari langit yang berulang kali
berdasarkan ketentuan yang Allah SWT tetapkan menggambarkan
akan pentingnya pengulangan dalam pembelajaran. Hendaknya
pengulangan dalam pembelajaran menjadi sebuah kelaziman dan
keharusan untuk menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk
meningkatkan berbagai kemampuan peserta didik.10
c. Perhatian
Dalam QS. Al-Qaaf ayat 37 yang artinya:

10
ZAD Al-Mufassirin, Vol.4 No. 1, 2022 : 82-109.

7
“Sesunggugnya apa yang demikian benar-benar terdapat suatu
kebenaran dan suatu paringatan bagi orang -orang yaang
berakal”,
Perhatian merupakan faktor penting dalam belajar, tanpa
adanya perhatian dari guru maka akan sia-sia. Bahkan dalam kajian
teori belajar terungkap bahwa tanpa adanya perhatian takmungkin
terjadi belajar.11
d. Partisipasi Aktif
Dalam QS. Al-Baqarah ayat 25 yang artinya :
‘Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman
dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga
yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi
rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan:
"Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka
diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya
ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya’
Pada frase ‘ mereka yang beriman dan berbuat baik....’
menjelaskan bahwa orang_orang yang beriman akan melakukan
berbagai kebajikan dan produktif dalam berbuat baik. Karena
mereka mengetahui bahwa aktif dan produktif dalam melakukan
dengan kebaikan akan mendatangkan berbagai keuntungan yang
akan mereka raih. Dalam konteks pendidikan proses pembelajaran
yang melibatkan keaktifan guru sebagai pendidik dan pengajar
serta partisipasi siswa dalam belajar akan meningkatkan prestasi
belajar. Dimiyati dan Mudjiono mengatakan bahwa ”belajar hanya
dialamioleh peserta didik sendiri, peserta didik adalah penentu
terjadinya atau tidak terjadi proses belajar.12
e. Pembagian Waktu Belajar
Dalam QS. Al-Isra’ ayat 107 yang artinya:
11
Gage dan Berliner, Educational Psyghology, (Chicago: Rand MC Nally: Collage Publishing
Company, 1984), 335.
12
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jkarta: Rineka Cipta, 2009), 144.

8
(Katakanlah) kepada orang-orang kafir Mekah ("Berimanlah
kalian kepadanya atau tidak usah beriman) ungkapan ini dimaksud
sebagai ancaman buat mereka (Sesungguhnya orang-orang yang
diberi pengetahuan sebelumnya) sebelum diturunkan Alquran
mereka adalah orang-orang yang beriman dari kalangan ahli kitab
(apabila Alquran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur
atas muka mereka sambil bersujud.").
Perencanaan waktu sangat krusial dalam mempengaruhi
pencapaian terget pembelajaran Ketersediaan waktu erat kaitannya
dengan keberhasilan siswa dalam memahami materi pelajaran.
Abdulloh Padang berpendapat bahwa tidak ada satu cara yang
paling efektif untuk mengelola waktu terbaik dalam kegiatan
mengajar. Yang paling baik adalah guru ataupun siswa
mencobakan dan menjadwalkan waktu yang sesuai pola kerja
sendiri hingga merasa nyaman pada pengelolaan waktu tersebut.13
Dan tugas guru harus mempertimbangkan kategori instruksional.
f. Mengubah Tingkah Laku dan Meningkatkan Pengetahuan
Pendidikan dan pembelajaran adalah changes of behavior.14
Dalam QS. Al-Baqarah ayat 219 yang artinya:
"Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.
Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan
beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar
dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang
mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan".
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya
kamu berfikir.
Ayat diatas dalam konteks pendidikan dan pembelajaran
menjadi petunjuk bahwa perubahan tingkah laku merupakan tujuan

13
Abdulloh Padang, “Manajemen Waktu Belajar”, bahan disajikan pada Character Development
Training bagi Mahasiswa Bidik Misi UNM, 2013
14
Suyono & Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar, (Bandung: PT.
Rosdakarya, 2014), 9.

9
belajar dan pembelajaran. Pembelajaran yang efektif akan
mengubah kebiasaan ke hal yang lebih baik, peka terhadap kondisi
sosial, lebih terampil dalam menjalani kehidupan seiring dengan
meningkatnya ilmu pengetahuan yang ia peroleh.

B. Prosedur dan Teknik Diagnosa Kesulitan Belajar


1. Pengertian Diagnosa Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar (Learning Difficulty) adalah suatu kondisi dimana
kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria
standar yang telah ditetapkan.15
Jadi, Diagnosis kesulitan belajar adalah keputusan (penentuan)
mengenai hasil dari pengolahan data. Tentu saja keputusan yang
diambil itu setelah dilakukan analisis terhadap data yang diolah.
Diagnosis kesulitan belajar dapat berupa hal-hal sebagai berikut.
1. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak didik yaitu berat
dan ringannya tingkat kesulitan yang dirasakan anak didik.
2. Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber
penyebab kesulitan belajar anak didik.
3. Keputusan mengenai faktor utama yang menjadi sumber penyebab
kesulitan belajar anak didik.
Karena diagnosis adalah penentuan jenis penyakit dengan meneliti
(memeriksa) gejala-gejalanya atau proses pemeriksaan terhadap hal
yang dipandang tidak beres, maka agar akurasi keputusan yang diambil
tidak keliru tentu saja diperlukan kecermatan dan ketelitian yang
tinggi. Untuk mendapatkan hasil yang meyakinkan itu sebaiknya minta
bantuan tenaga ahli dalam bidang keahlian mereka masing-masing.16

15
Afi Parnawi, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2019), 96-97.
16
Syarifan Nurjan, Psikolog Belajar, (Ponorogo, Wade Group, 2015), 199.

10
2. Prosedur dan Teknis Diagnosa Kesulitan Belajar (DKB)
Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru,
antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener & Senf (1982)
sebagaimana yang dikutip Wardani (1991) sebagai berikut.
- Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang
siswa/siswi ketika mengikuti pelajaran.
- Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa/siswi khususnya
yang diduga mengalami kesulitan belajar.
- Mewawancarai orang tua atau wali siswa/siswi untuk mengetahui
hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
- Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk
hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa/siswi. .
- Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada
siswa/siswi yang diduga mengalami kesulitan belajar.
Secara umum, langkah-langkah tersebut dapat dilakukan dengan
mudah oleh guru kecuali langkah ke-5 (tes IQ). Untuk keperluan tes
IQ, guru dan orang tua siswa dapat berhubungan dengan klinik
psikologi. Dalam hal ini, yang perlu dicatat ialah apabila siswa/siswi
yang mengalami kesulitan belajar itu ber-IQ jauh di bawah normal
(tuna grahita), orang tua hendaknya mengirimkan siswa tersebut ke
lembaga pendidikan khusus anak-anak tuna grahita (sekolah luar
biasa), karena lembaga/sekolah biasa tidak menyediakan tenaga
pendidik dan kemudahan belajar khusus untuk anak-anak abnormal.17

17
Syarifan Nurjan, Psikolog Belajar, (Ponorogo: Wade Group), 200.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam Perspektif Agama (Islam), belajar untuk memperoleh
pengetahuan yang menggunakan memori dan sensori itu hukumnya wajib.
Tercantum dalam Qs. Al-Zumar ayat 9, Qs. Al-Isra’ ayat 36, Hadits.
Dalam pembelajaran tidak terlepas dari prinsip-prinsip serta
metode-metode diantaranya: 1. Metode Membaca 2. Metode Peniruan 3.
Pengalaman Praktis / Trial and Terror dan Berpikir 4. Metode Ceramah.
Prinsip-prinsipnya antara lain: 1. Motivasi 2. Pengulangan 3. Perhatian 4.
Partisipasi Aktif 5. Pembagian Waktu Belajar 6. Mengubah Tingkah Laku
dan Meningkatkan Pengetahuan.
Pembelajaran tidak selamanya berjalan mulus, sehingga ada
prosedur serta teknis diagnosa dalam belajar diantaranya: identifikasi
kasus, identifikasi masalah, remedial, dan evaluasi.

B. Saran
Sebagai tenaga pendidik , guru atau calon guru maka kita
diharuskan berpedoman kepada Alquran dalam pembelajaran selain itu
juga harus berpedoman dengan aturan tepat sesuai instruksi atasan. Selain
itu saat kita mengajar kita tidak hanya mampu mengajarkan materi saja
namun harus mampu memahami serta memecahkan kesulitan-kesulitan
yang dihadapi oleh siswa-siswi dengan membaca pedoman yang ada
sehingga pembelajaran dapat efektif dan dapat terselesaikan Jika ada
masalah dalam kesulitan belajar.

12
DAFTAR PUSTAKA

Berliner dan Gage. 1984. Educational Psyghology. Chicago: Rand MC NAlly:


Collage Publishing Company.

Hariyanto dan Suyono. 2014. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep
Dasar. Bandung: PT. Rosydakarya.

Mudjiono dan Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Muntaha, Abdul Manan. 1993. Tafsir Al-Qur’an Tematis. Jember: LP2SM “Gita
Bahana”.

Nurjan, Syarifan. 2015. Psikolog Belajar. Ponorogo: Wade Group.

Padang, Abdullah. 2013. Manajemen Waktu Belajar. Charter Develpoment


Training bagi Mahasiswa Bidik Misi UNM.

Shihab, M. Quraish. 2010. Al-Qur’an dan Maknanya. Jakarta: Lentera Hati.

Syah, Muhibbin. 2017. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Terbaru.


Bandung: PT. Remaja Rosydakarya Offset.

Thahir, Andi. 2014. Psikologi Belajar (Pengantar dalam Memahami Psikologi


Belajar). Bandar Lampung: LP2M.

ZAD Al-Mufassirin. Vol.4 No. 1, 2022 : 82-109.

13

Anda mungkin juga menyukai