Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PADA


KURIKULUM 2013

MATA KULIAH : BAHASA INDONESIA


NAMA : CANDRA JUNIKA

NIM : 233211092
KELAS : 1C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN KRISTEN
INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI (IAKN)
PALANGKA RAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmatnya
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan
sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Lelly Sepniwati, S.Pd.,M.Hum sebagai
dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah membantu memberikan arahan
dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan saya. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan

Palangka Raya, 8 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1Latar Belakang ....................................................................................... 1.2

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2

1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 3

BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................... 4

2.1 Pendidikan agama Kristen ................................................................... 4.5.6

2.2 Pengertian dan batasan evaluasi .......................................................... 7.8.9

2.3 Pengertian kurikulum 2013 .................................................................. 8.9


2.4 Evaluasi pendidikan agama Kristen pada kurikulum 2013
..................................................................................................................... 10.11
.12.13.14.15
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 16

3.1 Kesimpulan............................................................................................ 16.17

3.2 Saran...................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Evaluasi Pembelajaran merupakan salah satu kompetensi dasar yang
harusdimiliki oleh seorang guru dalam menjalankan tanggung jawabnya
sebagaipendidik. Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggung jawab
seorangguru dalam pembelajaran, yaitu mengevaluasi pembelajaran termasuk
didalamnya melaksanakan penilaian hasil belajar. Kompetensi tersebut
mencakupinstrumen penilaian kemampuan guru dimana salah satu indikatornya
adalah melakukan evaluasi pembelajaran. Hal ini selaras dengan Undang-
UndangRepublik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Pasal 58)yang menjelaskan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik
dilakukan oleh pendidik untukmemantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil
belajar peserta didik secaraberkesinambungan.

Era globalisasi dewasa ini yang disertai perkembangan informasi,komunikasi,


dan teknologi yang begitu cepat menjadikan pendidikan menjadipusat
perhatian. Selain itu, pendidikan menjadi keharusan yang mesti
ditempuh.Melihat kondisi ini, menjadikan kompetensi guru dalam melakukan
evaluasipembelajaran juga menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Terlebih
dalamkaitannya dengan kualitas dan keberhasilan proses pembelajaran
yangdilaksanakan di kelas. Terhadap situasi ini, Supardi menegaskan bahwa
untuktercapainya pendidikan yang berkualitas diperlukan guru yang
profesional,berkualitas, dan memenuhi kompetensi-kompetensi yang
dipersyaratkan."

Berdasarkan pandangan Supardi di atas, menjadi guru yang profesionaldan


memiliki kompetensi adalah tuntutan yang tidak terelakkan pada eradigitalisasi
masa kini. Termasuk di dalamnya kompetensi dan kemampuan gurudalam
mengevaluasi pembelajaran. Berkaitan dengan peran strategis guru
ini,menunjukkan bahwa peran guru dalam melaksanakan evalusi

1
pembelajaranbukanlah pekerjaan yang mudah atau gampangan.Namun
sebaliknya,melaksanakan evaluasi pembelajaran adalah keharusan dan
memerlukanperhatian serta penanganan yang serius.

Kompetensi guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran eratkaitannya


dengan pengembangan keprofesian guru. Seperti yang diungkapkanoleh
Wirman Kasmayadi, Kumaidi, dan Sumarno. Mereka menjelaskan
bahwapengembangan keprofesian berkelanjutan guru secara personal
berorientasi padapemeliharaan, peningkatan, atau perluasan kompetensi. Guru
harus belajar secaraberkelanjutan agar dapat memperbarui pengetahuan dan
keterampilannya dengan belajarstrategi, teknik, dan metode baru untuk
memenuhi tantangan kelas baru, memperbaiki diridan mengubah sekolah
menjadi masyarakat belajar, serta dapat merespon perubahanpendidikan.
Gagasan pengembangan keprofesian guru ini menunjukkan bahwaguru sangat
penting dalam mengembangkan kompetensi diri.

Pemahaman yang baik akan konsep evaluasi pembelajaran sangat pentingbagi


guru. Apabila konsep ini tidak dapahami dengan baik, maka akan
munculpermasalahan dan kekeliruan dalam melaksanakannya. Berikut ini
beberapaproblematika dalam memahami konsep evaluasi pembelajaran baik
secara teoritismaupun praktis. Pertama, secara teoritis. Secara teoritis masih
muncul beberapaperbedaan pemahaman tentang istilah evaluasi pembelajaran.
Misalnya saja, adayang memahami istilah evaluasi, pengukuran, dan penilaian
adalah memilikimakna yang sama. Seperti yang diungkapkan oleh Suharsimi
Arikunto sebagaiberikut: "Sementara orang memang lebih cenderung
mengartikan ketiga katatersebut sebagai suatu pengertian yang sama sehingga
dalam penggunaannyahanya tergantung dari kata mana yang siap untuk
diucapkan dan sementara.
1.2 Rumusan Masalah
1.Bagai mana evaluasi dalam pembelajaran pendidikan agama Kristen

2
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan Rumusan masalah diatas maka tujuan dari pembuatan makalah ini
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi dalam pembelajaran pendidikan
agama kristen

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan agama Kristen


A. Pengertian Pendidikan Agama Kristen

Teori dan praktik Pendidikan Agama Kristen berkaitan erat dengan


pengembangan kreativitas dan kompetensi para guru PAK. Untukmengajarkan
agama kristen terutama dalam lembaga sekolah dan jemaat(gereja) di era atau
abad baru dewasa ini. Ada tiga lembaga yangmelaksanakan PAK yaitu keluarga,
gereja dan sekolah. Dalam PAK, tugaspendidik diserahkan kepada satu atau
semua lembaga secara tersebar. Secaraetimologis, istilah pendidikan dalam bahasa
Indonesia, diterjemahkan daribahasa Inggris yakni Education, yang sebenarnya
dari bahasa Latin yaituducere yang berarti membimbing (to lead) dan di awali
dengan kata e berartikeluar.' Oleh karena itu, pendidikan artinya suatu tindakan
atau proses untukmembimbing keluar dari suatu keadaan tertentu menuju ke
keadaan yanglebih baik.

Pemahaman Pendidikan dilihat berdasarkan perkembangan zaman dan sesuai


dengan waktu, adapula perspektif masa lampau yakni salah satu tugas penting
pendidikan adalah menjamin pengetahuan sebagai warisan masa lampau yang
dapat terpelihara dan dimungkinkan tersedia bagi kehidupan masa kini, sedangkan
perspektif masa kini adalah proses atau aktivitas yang sedang berlangsung pada
masa sekarang untuk mendapatkan dan atau menemukan sesuatu. Pada
hakikatnya, masa kini merupakan sumber pengetahuan pada dirinya sendiri. Pada
akhirnya perspektif masa depan adalah penunjuk arah ke mana usaha (pendidikan)
akan dibawa atau di tuju.

Berdasarkan pandangan di atas, pendidikan memiliki tiga dimensiwaktu yaitu


perspektif masa lampau, masa kini dan masa depan. Pada ketigadimensi ini, saling
berkaitan satu dengan lainnya karena perspektif masalampau menjadi bekal bagi
perspektif masa kini dan perspektif masa kini bisamenjadi pedoman untuk menuju
ke perspektif masa depan. Tujuan pendidikan
berdasarkan perkembangan zaman dan waktu, pendidikan memiliki tujuanyang
pasti, yaitu membimbing keluar untuk menjadi lebih baik.

Pendidikan dalam arti membimbing keluar memang merupakanaktivitas yang di


arahkan ke masa depan, menuju horizon yang melampauiketerbatasan manusia

4
masa kini. Sehingga asumsi penting untuk dimensiwaktu ini adalah kita ingin dan
hendak mencapai masa depan yang berguna.Oleh karena itu, proses pendidikan
yang kita lakukan merupakan hal yangvital dan perlu dilakukan dalam aktivitas
pendidikan, yakni transformasi ataupembaharuan dari masa lampau ke masa kini
menuju masa depan.

Sementara itu pengertian pendidikan dari Groome yang mengacu padaLawrence


Cremin yang mendefinisikan pendidikan sebagai usaha yang sadar,sistematis dan
berkesinambungan untuk mewariskan, membangkitkan ataumemperoleh baik
pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keterampilanketerampilan atau kepekaan-
kepekaan maupun hasil apapun dari usahatersebut.4

Setelah kita memahami pengertian pendidikan kita akan membahaskaitannya


dengan agama. Sejauh pendidikan bertujuan untuk menggerakkanmanusia untuk
melampaui keterbatasan masa kini menuju realisasikemungkinan dan potensi
secara penuh, kita dapat mengatakan bahwa semuapendidikan, setidaknya secara
implisit, adalah suatu pencarian atau upayapencapaian terhadap yang transenden.
Seorang tokoh Kristen, David Tracymengakui bahwa tidak ada satu definisi
tunggal mengenai fenomena manusia

yang dapat dibuat dan mencakup isi yang umum yang dapat di sepakati
semuapihak yang disebut sebagai agama.Namun kita dapat mendefinisikan agama
sebagai upaya pencarianterhadap yang transenden, dimana hubungan seorang
dengan suatu dasarkeberadaan yang mutlak dibawa ke dalam kesadaran sehingga
agama di beriekspresi (perwujudan). Pada hakikatnya, setiap orang mempunyai
kesadaran

religius, yakni kesadaran akan adanya kodrat supranatural. Kesadaran terhadap


relasi dengan yang supranatural tentunya di beri wujud dalam bentukyang
bermacam-macam. Dengan pemahaman seperti itu, pendidikan agamadapat
dikatakan sebagai suatu usaha yang sengaja untuk memahami danmenghayati
dimensi kehidupan yang transenden.

Dengan adanya pendidikan, kata agama merujuk padakebersamaannya dengan


semua usaha pendidikan yaitu suatu ikatan yangpenting untuk dipertahankan.
Pendidikan yang baik perlu mempertahankanpendidikan yang mengutuhkan
manusia (holistic) yang mencakup aspekkognitif, afektif dan tingkah laku, karena
dengan begitu kita akan menyadaribahwa arti pendidikan itu sebetulnya jauh lebih
luas daripada sekedar usahapersekolahan."

5
Agama dapat dibicarakan secara umum, namun dalam kenyataannya,agama
mendapatkan ekspresi/perwujudan pada manivestasi histori yangbersifat khusus
karena secara harafiah tidak ada agama secara umum. Jikapendidikan agama
dilakukan oleh dan dari tradisi agama tertentu, tradisiagama itulah yang
sebetulnya menamai dan mencirikan pendidikan agamatersebut. Dengan demikian
jika pendidikan agama dilakukan oleh persekutuanagama Kristen dan dari
perspektif agama Kristen, istilah yang tepat untukmenyebutnya adalah pendidikan
agama kristiani. Jadi makna kata Kristendalam istilah Pendidikan Agama Kristen
(PAK) adalah pendidikan agamatersebut dilakukan oleh persekutuan iman Kristen
dan dari perspektifkristiani.956

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan AgamaKristen


adalah proses mendidik atau membimbing keluar dari masa lampaudan berproses
pada masa kini sehingga mampu menuju ke masa depan yangberguna dalam
pembangunan dan pengembangan iman kristiani dari pendidikmaupun peserta
didik1
2.2 Pengertian dan batasan evaluasi
Evaluasi secara etimologis berasal dari bahasa inggris yaitu darikata evaluation
yang berarti penilaian atau penaksiran (Hamalik, 2004)dalam bahasa Arab
evaluasi berasal dari kata al-Taqdir yang berartipenilaian (Munawwir, 2002).
Dengan demikian maka evaluasipembelajaran, diartikan sebagai penilaian dalam
bidang pendidikan ataupenilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
kegiatan pendidikandan pembelajaran (Munawwir, 2002).

Secara terminologis pengertian evaluasi, dikemukakan oleh paraahli, memiliki


rumusan yang berbeda-beda. Menurut Kourilski dalamHamalik, evaluasi adalah
tindakan tentang penetapan derajat penguasaanatribut tertentu oleh individu atau
kelompok (Hamalik, 2002). MenurutPercival evaluasi adalah serangkaian
kegiatan yang dirancang untukmengukur keefektifan sistem mengajar dan belajar
sebagai suatukeseluruhan. Anne Anastasi berpendapat evaluasi bukan sekedar
menilaisuatu aktivitas secara spontan dan insidentil melainkan merupakankegiatan
untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarahberdasarkan atas
tujuan yang jelas (Annastasi, 1978). Sedang menurutSumadi Suryabrata evaluasi
memerlukan penggunaan informasi yangdiperoleh melalui pengukuran maupun
dengan cara lain untukmenentukan pendapat dan membuat keputusan-keputusan
pendidikan.

1
Ruwi Hastuti, “Pendidikan Agama Kristen Dalam Keluarga Sebagai Pusat Bermisi,” Jurnal
Antusias 2, no. 4 (2013): 48–59.

6
Pendapat dan keputusan tentu akan dipengaruhi oleh kesan pribadi dansistem nilai
yang ada pada sipembuat keputusan (Suryabrata, 1983).

Dari beberapa pendapat para ahli tentang evaluasi dapat dipahamibahwa evaluasi
adalah merupakan kegiatan mengukur dan menilai suatuaktivitas yang dilakukan
secara terencana agar dapat terukur tujuan yangtelah ditetapkan. Evaluasi dalam
halbisa bermakna kualitatif dan bisa

pula berarti kuantitas.

Selanjutnya pengertian evaluasi pendidikan dirumuskan oleh paraahli sebagai


berikut:

1. Menurut Anas Sujono (2003) evaluasi pembelajaran adalah proseskegiatan


untuk menentukan kemajuan pendidikan dibandingkan dengantujuan yang telah
ditentukan. Dan juga usaha untuk memperolehinformasi berupa umpan balik bagi
penyempurnaan pendidikan.

2. Menurut Oemar Hamalik (2002) evaluasi pembelajaran adalahkomponen dalam


sistem pendidikan dan merupakan bagian dariimplementasi kurikulum dan
berfungsi untuk menilai unsur-unsur yangrelevan pada urutan perencanaan dan
pelaksanaan pendidikan.

3. Menurut Ngalim Purwanto (1994) evaluasi pembelajaran


adalahpenaksiran/penilaian terhadap pertumbuhan dan kemajuan murid-muridke
arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam

kurikulum..Slameto (2001) evaluasi pembelajaran adalah kegiatan


mengumpulkandata seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang berkaitan
dengankapabilitas peserta didik, guna mengetahui sebab akibat dan hasil

belajar peserta didik yang dapat mendorong dan mengembangkan

7
kemampuan belajar.Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
evaluasidalam pembelajaran adalah:

1. Merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dengan cermat


2. Kegiatan yang dimaksud merupakan bagian intnegral dari
pendidikan,sehingga arah dan tujuan evaluasi harus sejalan dengan
tujuanpendidikan.

3.Evaluasi dalam pembelajaran harus memiliki dan berdasarkan kriteria

keberhasilan yaitu keberhasilan dari belajar peserta didik, mengajarguru dan


program pembelajaran

4.Evaluasi merupakan suatu tes maka evaluasi dilaksanakan sepanjangkegiatan


program pendidikan dan pembelajaran.

5.Evaluasi bernilai positif yaitu mendorong dan mengembangkankemampuan


belajar peserta didik, kemampuan mengajar guru sertapenyempurnaan program
pembelajaran.

6. Evaluasi merupakan alat bukan tujuan yang digunakan untuk menilaiapakah


proses perkembangan telah berjalan semestinya. Dan apakahtujuan pendidikan
telah tercapai dengan program dan kegiatan-kegiatanyang telah dilakukan.

7.Evaluasi adalah bagian yang sangat penting dalam suatu sistem, yaitusistem
pembelajaran untuk mengetahui apakah sistem itu baik atau tidak.
2.3 Pengertian kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang terintegrasi, yaitu sebuah
kurikulum yang mengintegrasikan Skill, Theme, Concepts, And Topic baik dalam
bentuk Within Sigle disciplines, Acrous several disciplines and Within and
Acrous Learners. dengan kata lain bahwa kurikulum 2013 ialah kurikulum yang
terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai sebuah sistem atau
pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk
memberikan pengalaman yang bermakna dan luas kepada peserta didik.

8
Dalam sejarah, kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan
yang dilakukan pengembangan, revisi dan penyempurnaan. Kurikulum 2013 telah
berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, seperti
yang disampaikan oleh Mulyasa (2014:55) yang mengatakan bahwa ada tiga
konsep tentang perkembangan Kurikulum 2013, yaitu :

Kurikulum sebagai suatu substansi kegiatan pembelajaran yang berisi rumusan


tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal dan evaluasi
pembelajaran.
Kurikulum 2013 sebagai suatu sistem dari sekolah, pendidikan bahkan
masyarakat.
Kurikulum sebagai suatu bidang studi untuk mendalami dan mengembangkan
ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum tersebut”.
Kurikulum 2013 menghadirkan pembelajaran yang mengacu pada tiga ranah
kompetensi yaitu, sikap, pengetahuan dan keterampilan. Kurikulum 2013
menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindakan secara
utuh dari guru kepada siswa, melainkan membutuhkan proses pembelajaran secara
langsung/ilmiah untuk menyampaikan informasi sehingga dapat memberikan
makna dalam belajar. Siswa adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk
secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan.

Kurikulum 2013 dihadirkan untuk membangun siswa yang siap mengahadapi


perkembangan zaman di masa mendatang. Dimana dibutuhkan keterampilan-
keterampilan yang mendasar untuk dimiliki, diantaranya adalah keterampilan
dalam berpikir kritis. Dalam teori Greenstein dalam Machanal (2012) yang
menyatakan bahwa bentuk keterampilan abad 21 adalah berpikir kritis,
keterampilan menyelesaikan permasalahan, keterampilan berpikir yang kreatif,
metakognisi, keterampilan dalam berkomunikasi, keterampilan berkolaborasi,
keterampilan berliterasi serta keterampilan untuk memahami kehidupan dan
pekerjaan. Berpikir kritis menjadi dasar bagi keterampilan lainnya dikarenakan
berhubungan dengan kemampuan individu dalam mengembangkan pola pikirnya.
Dengan pemahaman tersebut, Kurikulum 2013 diharapkan mampu
mengaplikasikan keterampilan-keterampilan untuk membekali siswa di masa
mendatang2

2
Hairunisa Jeflin and Hade Afriansyah, “Pengertian Kurikulum, Proses Administrasi Kurikulum
Dan Peran Guru Dalam Administrasi Kurikulum” (2020).

9
2.4 Evaluasi pendidikan agama Kristen pada kurikulum 2013
Berikut ini ringkasan penjelasan PAK dalam Kurikulum 2013 yang
dikeluarkanoleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 2013.19
Dijelaskan bahwa tiapruang lingkup PAK, yaitu PAK di gereja, PAK dalam
keluarga dan PAK di sekolah danperguruan tinggi memiliki ciri khas masing-
masing. Adapun PAK di sekolah lebihterfokus pada pemahaman akan nilai-nilai
kristiani dan perwujudannya dalamkehidupan Allah Tritunggal dan karya-karya-
Nya serta nilai-nilai. Hal ini pentingmengingat PAK merupakan bagian integral
sistem pendidikan Indonesia dengansendirinya membawa sejumlah konsekuensi
antara lain harus bersinggungan denganpergumulan bangsa dan negara. Oleh
karena itu, melalui pendekatan nilai-nilai imandiharapkan anak-anak Kristen
bertumbuh sebagai anak Kristen Indonesia yang sadarakan tugas dan
kewajibannya sebagai warga gereja dan warga masyarakat yangbertanggung
jawab.

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka pembelajaran PAK di


sekolahdiharapkan mampu menghasilkan sebuah proses transformasi
pengetahuan, nilai, dansikap. Hal itu memperkuat nilai-nilai kehidupan yang
dianut oleh siswa terutama dengandipandu oleh ajaran Iman Kristen, sehingga
siswa mampu menunjukkan kesetiaannyakepada Allah, menjunjung tinggi
nasionalisme dengan taat kepada Pancasila dan UUD Pembahasan isi kurikulum
selalu dimulai dari lingkup yang paling kecil, yaitu diri

peserta didik sebagai ciptaan Allah, kemudian keluarga, teman, lingkungan di


sekitarpeserta didik, masyarakat di lingkungan sekitar dan bangsa Indonesia serta
dunia secarakeseluruhan dengan berbagai dinamika persoalan. Pola pendekatan ini
secara konsistennampak pada jenjang SD sampai SMA/SMK.Materi dan
metodologi pengajaran PAK serta disiplin ilmu psikologi
membantuperkembangan psikologis peserta didik dengan baik. PAK disusun
sedemikian rupa

dengan tidak melupakan karakteristik perkembangan psikologis peserta didik.


MateriPAK disesuaikan dengan kebutuhan psikologis peserta didik, sehingga
tujuan materidapat dicapai secara maksimal. Metodologi pun hendaknya
memperhatikan karakteristikpeserta didik, sehingga tumbuh kembang anak secara
kognitif, afektif, psikomotorik, danspiritual anak terjadi dengan baik. Dalam
istilah lain disebut Cipta, Rasa, dan Karsa.Tujuan yang ingin dicapai melalui PAK
yang dilaksanakan di sekolah-sekolahadalah terjadinya transformasi dan
internalisasi nilai-nilai kristiani bagi para pesertadidik. Dengan kata lain PAK

10
merupakan pendidikan nilai, sehingga diharapkanmelaluinya terjadi perubahan
dan pembaruan baik pemahaman maupun sikap danperilaku. Baik pendidikan
agama maupun pengajaran agama yang bersifat dogmatis-etissesungguhnya
merupakan tanggung jawab keluarga dan gereja. Transformasi daninternalisasi
nilai-nilai kristiani bagi para peserta didik juga dapat difasilitasi oleh parapendidik
PAK. Dengan kata lain PAK merupakan pendidikan nilai, sehingga
diharapkanmelaluinya terjadi perubahan dan pembaruan, baik tentang pemahaman
maupun sikap

dan perilaku.Pemaparan PAK pada kurikulum 2013 di atas menunjukkan


bahwapengejewantahan nilai-nilai kristiani dalam kehidupan sehari-hari menjadi
poin pentingyang mesti diperhatikan oleh guru. Pengejewantahan nilai-nilai
kristiani tersebutdiharapkan tercermin dalam sikap dan perilaku peserta didik
ketika berada di tengahtengah masyarakat. Untuk itu, kajian-kajian evaluasi
pembelajaran yang dilaksanakanoleh guru PAK diharapkan juga mengacu pada
tuntutan nilai-nilai kristiani yang tertuangdalam Kurikulum 2013.Guru PAK
dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran sesuai tuntutan

Kurikulum 2013, sekiranya perlu juga memahami hakikat dari kurikulum


itusendiri. Berikut ini beberapa keterangan terkait Kurikulum 2013. Pertama,
cirikhas Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 memiliki ciri khas sebagai berikut:20
1)Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi (sikap, keterampilan,
danpengetahuan) yang terkait satu dengan yang lain serta memiliki kompetensi
dasar yangdiikat oleh kompetensi inti tiap kelas. 2) Konsep dasar pembelajaran
mengedepankanpengalaman individu melalui observasi (meliputi menyimak,
melihat, membaca,mendengarkan), bertanya, asosiasi, menyimpulkan,
mengkomunikasikan, menalar, danberani bereksperimen yang tujuan utamanya
adalah untuk meningkatkan kreativitasanak didik. Selain itu proses pembelajaran
juga diarahkan untuk membiasakan anakdidik beraktivitas secara kolaboratif dan
berjejaring untuk mencapai suatu kemampuanyang harus dikuasai oleh anak didik
pada aspek pengetahuan (kognitif) yang meliputidaya kritis dan kreatif,
kemampuan analisis dan evaluasi. Sikap (afektif), yaitureligiusitas,
mempertimbangkan nilai-nilai moralitas dalam melihat sebuah masalah,mengerti
dan toleran terhadap perbedaan pendapat. Keterampilan (psikomotorik)meliputi
terampil berkomunikasi, ahli dan terampil dalam bidang kerja. 3)
Pendekatanpembelajaran adalah student centered artinya proses pembelajaran
berpusat padasiswa/anak didik, guru berperan sebagai fasilitator atau pendamping
dan pembimbing siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu dikenal sebagai
active and cooperative learningyaitu dalam proses pembelajaran siswa harus aktif
untuk bertanya, mendalami, danmencari pengetahuan untuk membangun
pengetahuan mereka sendiri melaluipengalaman dan eksperimen pribadi dan
kelompok, metode observasi, diskusi,presentasi, melakukan proyek sosial dan
sejenisnya. Bersifat contextual, yaitupembelajaran harus mengaitkan dengan

11
konteks sosial di mana anak didik/siswa hidup,yaitu lingkungan kelas, sekolah,
keluarga, dan masyarakat. Melalui pendekatan inidiharapkan dapat menunjang
capaian kompetensi anak didik secara optimal. 4) Penilaianuntuk mengukur
kemampuan pengetahuan, sikap, dan keterampilan hidup siswa yangdiarahkan
untuk menunjang dan memperkuat pencapaian kompetensi yang dibutuhkanoleh
anak didik di abad ke-21. Dengan demikian, penilaian yang dilakukan
sebagaibagian dari proses pembelajaran adalah penunjang pembelajaran itu
sendiri. Denganproses pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka sudah
seharusnya penilaian jugadapat dikreasi sedemikian rupa hingga menarik,
menyenangkan, tidak menegangkan,dapat membangun rasa percaya diri dan
keberanian siswa dalam berpendapat, sertamembangun daya kritis dan kreativitas.

Kedua, aspek positif Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 memiliki aspek-


aspekpositif, di antaranya:2¹ 1) Aspek Konsep Dasar, yaitu menyikapi
dokumenpenyempurnaan kurikulum 2013, secara konseptual kurikulum 2013
dicanangkan denganmemperhatikan kondisi ekonomi, politik, sosial, dan budaya,
serta pesatnyaperkembangan IPTEKS yang melanda seluruh lini kehidupan
individu sampai padakehidupan berbangsa dan bernegara. Jadi sepantasnya
dilakukan penyempurnaankurikulum. 2) Aspek Orientasi, yaitu secara konseptual
terjadinya peningkatan dankeseimbangan antara kompetensi sikap (attitude),
keterampilan (skill) dan pengetahuan(knowledge), serta tidak melepaskan diri
nilai-nilai budaya, baik yang ada secarakedaerahan, maupun kebudayaan secara
nasional. 3) Aspek Daya Saing, yaitupenyempurnaan kurikulum dimaksudkan
untuk meningkatkan kompetensi untuk dapatmeningkatkan kualitas pendidikan
Indonesia yang berada pada "peringkat bawah"dalam dunia internasional. Hal ini
sejalan dengan amanat UU No 20 tahun 2003sebagaimana tersurat dalam
penjelasan pasal 35: kompetensi lulusan merupakankualifikasi kemempuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilansesuai dengan
standar nasional yang telah disepakati. Hal ini sejalan pula denganpengembangan
KBK dan KTSP. 4) Pendekatan Tematik Integratif yang akandikembangkan tentu
sangat menarik untuk diperbincangkan. Sudah tidak ada lagikonsepsi mata
pelajaran, sebab mata pelajaran sudah terintegrasi di dalam tema-tema.Jadilah
temalah yang menentukan bukan lagi satuan-satuan mata pelajaran.

Ketiga, kekurangan Kurikulum 2013. Guru PAK juga perlu memahamibeberapa


kekurangan dari Kurikulum 2013 sehingga mengalami revisi. Berikutini
dikemukakan beberapa kekurangan kurikulum 2013, yakni:2² 1) Penyempurnaan
dankurikulum 2013 terkesan tergesa-gesa tanpa dibarengi dengan perencanaan
danpemikiran yang bulat. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa alasan, yakni:
(1) KTSPyang digulirkan Tahun 2006, yang belum sempat dilaksanakan dengan
tuntas, tiba-tibadengan bergantinya menteri berganti pula kurikulum; dan (2)
penyediaan buku ajar ataubuku pelajaran dalam waktu yang relatif pendek. Dapat
dibayangkan hasil sebuahpekerjaan yang dikerjakan tergesa-gesa, hal ini paradox

12
dengan motto kurikulum 2013yang berbasis "science", dan jika dicermati buku-
buku yang diproduksi secara sentralistik, tidak sesuai dengan perbedaan
kemampuan, keahlian, dan perbedaan karakteristikmasing-masing sekolah. 2)
Secara konseptual muatan kurikulum, sosialisasi, danimplementasinya, terdapat
muatan yang tidak seimbang antara penguasaan keilmuandengan tuntutan untuk
membangun sikap dan karakter peserta didik. Kurikulumdirancang dengan
mengaitkan seluruh bidang keilmuan dengan keagamaan, danditambah lagi
dengan penguasaan pendidikan moral dan karakter. Hal ini, tentuberdampak pada
kurangnya penguasaan kemampuan keilmuan dan terjadinya beberapapersoalan
tentang perbedaan penjelasan secara keilmuan dengan religi. Kondisi ini

memerlukan pemahaman yang mendalam.Uraian hakikat Kurikulum 2013 di atas


dapat menjadi pertimbanganbuat guru PAK di dalam merancang dan
melaksanakan evaluasi pembelajaran.Terutama terkait konsep peserta didik
sebagai pusat pembelajaran dankreatifitas guru PAK di dalam mengejewantahkan
nilai-nilai kristiani dalamdiri peserta didik.

3. Polemik dan Rekomendasi Implementasi Evaluasi Pembelajaran danKerikulum


2013

Problematika yang dibahas pada pendahuluan tulisan ini mengungkapkan


bahwaada dua aspek yang menjadi pokok permasalahan. Aspek tersebut terkait
permasalahanteoritis dan praktis. Aspek teoritis mempersoalkan munculnya
beberapa perbedaandalam memahami istilah evaluasi pembelajaran. Permasalahan
konsep ini penting untukdiselesaikan. Untuk itu, pemapakan secara teoritis
hakikat dari evaluasi pembelajarandan Kurikulum 2013 diharapkan dapat
membantu guru-guru PAK dalam memahami

kedua konsep tersebut. Sehingga tidak keliru dalam memahami dan


melaksanakannya.Berikutnya adalah permasalahan aspek praktis. Aspek praktis
mempersoalkanguru-guru PAK dalam mengaplikasikan dan mengejewantahkan
evaluasi pembelajaranbelum sesuai dengan ketentuan dan kaidah yang berlaku
pada Kurikulum 2013. Uraianteoritis yang membahas hakikat evaluasi
pembelajaran dan Kurikulum 2013 di atasdiharapkan menjadi pencerah dalam
melaksanakan evaluasi pembelajaran. Terlebihterkait proses pembelajaran yang
menjadikan peserta didik menjadi pusat pembelajaran.Sasaran utamanya pun
terkait penanaman nilai-nilai kristiani dalam sikap dan perilakupeserta didik.
Maka pelaksanaan evaluasi pun mengacu pada tujuan tersebut, yaitumencakup
perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik.

13
Poin penting berikutnya yang perlu diperhatikan oleh seorang guru PAK
dalammengimplementasikan evaluasi PAK dalam Kurikulum 2013 adalah
memahami denganbaik penggunaan instrumen evaluasi dalam proses
pembelajaran PAK. Instrumenevaluasi merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur penilaian hasil belajar pesertadidik. Menurut teori Benjamin S. Bloom,
hasil belajar terdiri atas tiga bagian, yaitu ranahkognitif, afektik, dan
psikomotorik.23

Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah


kognitifmenggunakan teknik tes. Sementara untuk mengukur ranah afektif dan
psikomotorikmenggunakan teknis non-tes. Keterangan ini diulas oleh Nana
Sudjana. Ia menjelaskanbahwa hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai
oleh tes, baik melalui bentuk tesuraian maupun tes objektif, tetapi juga dapat
dinilai oleh alat-alat nontes atau bukan tes.24Instrumen tes adalah suatu teknik
atau cara yang digunakan dalam rangkamelaksanakan kegiatan pengukuran, yang
di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas
yang harus dikerjakan atau dijawab oleh pesertadidik.5 Sedangkan instrumen non-
tes ialah suatu teknik atau cara pengukuran perubahansikap dan pertumbuhan
peserta didik,26

Instrumen evaluasi tes dan non-tes hasil belajar peserta didik terdapat
berbagaijenis. Jenis instrumen tes terdiri atas tes bentuk uraian dan tes bentuk
objektif.27 Tesbentuk uraian mencakup: uraian terbatas dan uraian bebas. Uraian
terbatas merupakanupaya peserta didik mengemukakan hal-hal tertentu sebagai
batas-batasnya. Walaupunkalimat jawaban peserta didik itu beraneka ragam, tetap
harus ada pokok-pokok pentingyang terdapat dalam sistematika jawabannya
sesuai dengan batas-batas yang telahditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.
Sedangkan uraian bebas ialah peserta didikbebas untuk menjawab soal dengan
cara dan sistematika sendiri. Peserta didik bebas

mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuan.Selanjutnya ialah tes bentuk


objektif. Tes objektif menuntut peserta didik untukmemilih jawaban yang benar di
antara kemungkinan jawaban yang telah disediakan,memberikan jawaban singkat,
dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belumsempurna. Tes bentuk
objektif terdiri atas: benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, danmelengkapi
atau jawaban singkat.

Jenis instrumen non-tes terdiri atas: observasi, wawancara, skala sikap, daftar
cek,skala penilaian, angket, dan studi kasus.28 Jenis observasi adalah suatu
prosespengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional

14
mengenaiberbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam
situasi buatanuntuk mencapai tujuan tertentu. Alat yang digunakan dalam
melakukan observasidisebut pedoman observasi. Dalam evaluasi pembelajaran,
observasi dapat dapatdigunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta
didik, seperti tingkah lakupeserta didik pada waktu belajar, berdiskusi,
mengerjakan tugas, dan lain-lain.

Jenis non-tes wawancara adalah salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes
yangdilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak
langsungdengan peserta didik.Wawancara langsung adalah wawancara yang
dilakukan secaralangsung antara pewawancara atau guru dengan orang yang
diwawancarai atau pesertadidik tanpa melalui perantara. Wawancara tidak
langsung adalah pewawancara atauguru menanyakan sesuatu kepada kepada
peserta didik melalui perantaraan orang lainatau media, tidak menemui langsung
kepada sumbernya.

Jenis non-tes skala sikap yaitu suatu kecenderungan tingkah laku untuk
berbuatsesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia
sekitarnya, baikberupa orang-orang maupun berupa objek-objek tertentu. Jenis
non-tes daftar cek adalahsuatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang
akan diamati. Daftar cek dapatmemungkinkan guru sebagai penilai mencatat tiap-
tiap kejadian yang betapun kecilnya,tetapi dianggap penting. Manfaat daftar cek
bagi guru antara lain: membantu guru untukmengingat-ingat apa yang harus
diamati, dan dapat memberikan informasi kepadastakeholder.

Jenis non-tes skala penilaian adalah suatu penilaian fenomena-fenomena


yangdisusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Jenis non-tes
angket yaitu alatuntuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi,
pendapat, dan paham dalamhubungan kausal yang dilaksanakan secara tertulis
dalam bentuk pertanyaan ataupernyataan. Sedangkan jenis non-tes studi kasus
adalah studi yang mendalam dan komprehensif tentang peserta didik, kelas atau
sekolah yang memiliki kasus tertentu.Misalnya, peserta didik yang sangat cerdas,
sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal ataukesulitan dalam belajar. Penekanan
studi kasus ialah pada diagnosis masalah-masalahpeserta didik dan memberikan
rekomendasi untuk mengatasinya 3

3
Rinto Hasiholan Hutapea and S PAK, “Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Pada
Kurikulum 2013” (2019).

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
. Pembahasan dalam tulisan ini mengungkapkan bahwa ada dua aspek utama
yangdisoroti dalam hal tahapan pelaksanaan evaluasi pembelajaran pada
Kurikulum 2013. Aspektersebut adalah aspek teoritis dan praktis. Dalam
tahapan awal yaitu aspek teoritis guruguru PAK diharapkan memahami dengan
baik hakikat dari evaluasi pembelajaran danhakikat Kurikulum 2013.
Pemahaman ini penting, karena pemahaman yang baik dan tepatakan hakikat
evaluasi pembelajaran dan Kurikulum 2013 akan menolong dan
memudahkanguru PAK dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran dalam
proses pembelajaran di kelas.Namun sebaliknya, jika guru PAK tidak
memahami dengan baik hakikat evaluasipembelajaran dan hakikat Kurikulum
2013 dapat dipastikan guru PAK akan mengalamikesulitan dalam merancang
dan melaksanakan evaluasi pembelajaran di kelas. Dengandemikian, secara
praktis, guru PAK yang memahami hakikat evaluasi pembelajara danhakikat
Kurikulum 2013 akan memudahkan guru PAK dalam merancang dan
melaksanakan.evaluasi pembelajaran di kelas.

Prinsip penting berikutnya adalah berkaitan dengan tahapan praktis,


yaitupelaksanaan evaluasi pembelajaran. Penjelasan dan pembahasan teoritis
dalam tulisan inimengungkapkan bahwa tahapan utama dan pertama dalam
pelaksanaan evaluasipembelajaran PAK adalah dengan memahami hakikat
dari evaluasi pembelajaran itu sendiri.Kemudian memahami dengan baik
hakikat dari Kurikulum 2013 yang digunakan dalamsuatu proses pembelajaran.
Pemahaman yang baik akan kedua hakikat ini menjadi dasarkeberhasilan
dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran PAK di sekolah. Di samping
itu,dalam hal mengimplementasikan dan melaksanakan evaluasi pembelajaran
sesuaiKurikulum 2013 ialah memahami dengan baik penggunaan instrumen
evaluasi tes dan nontes sebagai teknik penilaian dan pengukuran hasil belajar
peserta didik. Inilah beberapatahapan penting yang perlu diperhatikan dan

16
dicermati oleh seorang guru PAK dalammelaksanakan evaluasi pembelajaran
PAK.
B. Saran
(Saran berisikan masukan terkait hal yang diteliti dengan realitas sekarang
dan hal apa saja yang menurut Anda dapat menjadi langkah selanjutnya dari
penelitian atau penulisan yang telah dilakukan.)

17
DAFTAR PUSTAKA

Hastuti, Ruwi. “Pendidikan Agama Kristen Dalam Keluarga Sebagai Pusat


Bermisi.” Jurnal Antusias 2, no. 4 (2013): 48–59.
Hutapea, Rinto Hasiholan, and S PAK. “Evaluasi Pembelajaran Pendidikan
Agama Kristen Pada Kurikulum 2013” (2019).
Jeflin, Hairunisa, and Hade Afriansyah. “Pengertian Kurikulum, Proses
Administrasi Kurikulum Dan Peran Guru Dalam Administrasi Kurikulum”
(2020).

18

Anda mungkin juga menyukai