Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengertian Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang dari sifat tersebut
timbul suatu perbuatan dengan mudah tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan. (al-Imam al-
Ghazali)

Kata akhlak berasal dari kata khuluk yang dalam bahasa arab artinya watak, kelakuan, tabiat,
perangai, budi perketi, tingkah laku dan kebiasaan.
Secara terminologis pengertian akhlak terbagi kedalam beberapa definisi, yaitu sebagai berikut:

1. Menurut Imam Al-Ghazali


Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang
dan mudah, tampa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

2. Menurut Ibrahim Anis


Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan nya lahirlah macam-macam perbuatan yang
baik atau yang buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.

3. Menurut Karim Zaidan


Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan
pertimbangannya, baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya.

Jadi, kesimpulannya bahwa akhlak atau khuluq adalah:

Sifat yang tertanam dalam jiwa manusia sehingga dia akan muncul secara spontan, bila mana diperlukan,
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari
luar.

B. Ruang lingkup akhlak

Ruang lingkup akhlak dalam pandangan islam sangatlah luas sepanjang sikap jiwa atau hajat manusia,
mulai dari hajat yang terkecil sampai hajat yang terbesar.

Muhammad Abdullah Daras membagi ruang lingkup akhlak menjadi 5 bagian, diantaranya:

1. Akhlak pribadi (Al-Ahklaq Al-Fardiyah). Terdiri dari: a. Yang diperintahkan (Al Awanir) b. Yang


dilarang (An-Nawahi) c. Yang dibolehkan (Al Mubahal) dan d. Akhlak dalam keadaan darurat (Al-
Mukholafah bi-al Idhtbirar).

2. Akhlak berkeluarga (Al-Akhlaq Al-Usrawiyah). Terdiri dari: a. kewajiban timbal balik orang tua dan
anak (Wajibal nahwa al-Usbul wa-Alfuru’) b. kewajiban suami istri (Wajibal Baina al- Azwaja) dan c.
kewajiban terhadap karib kerabat (Wajibal nahwa al- aqarib).
3. Akhlak bermasyarakat (Al-Akhlaq Al-Ijtima’iyah). Terdiri dari: a. Yang dilarang (Al- Mahzurrat) b.
Yang diperintahkan (al- Awamir) dan c. kaedah-kaedah adab (Qowaid al- Adab).

4. Akhlak bernegara (Akhlaq ad-Daulah). Terdiri dari: a. Hubungan antara pemimpin dan rakyat (Al-
Alaqah baina ar- Rais wa as- Sya’b) b. Hubungan luar negeri (al- Alaqat al Kharijiyyah).
5. Akhlak beragama (al- Akhlaq ad- Diniyah). Yaitu kewajiban terhadap Allah Swt. (Wajibat nahwa
Allah).

Dari beberapa uraian diatas Yunahar Ilyas berpendapat bahwa ruang lingkup akhlak itu sangat luas,
mencakup seluruh asfek kehidupan, baik secara vertikal dengan Allah Swt. maupun secara horizontal
sesama makhluk Tuhan.

Dan Yunahar Ilyas pun membagi ruang lingkup akhlak menjadi 6 bagian, diantaranya:

1. Akhlak terhadap Allah Swt.


2. Akhlak terhadap Rasulullah Saw.
3. Akhlak terhadap diri sendiri.
4. Akhlak dalam keluarga.
5. Akhlak bermasyarakat.

Itulah beberapa pengertian dan ruang lingkup akhlak, dan dapat juga ditambah pembagian  seperti diatas
yaitu, bersifat mulia, mengikat dan universal.

B. Perbedaan Akhlak, Moral, dan Etika

1. Akhlak: standar penentuan Al-Quran dan Hadits

2. Moral: besifat lokal/khusus

3. Etika: lebih bersifat teoritis/umum Perbedaaan antara etika, moral, dengan akhlak adalah terletak pada
sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk
berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan akhlak berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum
di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik buruk itu adalah Al-
Quran dan Hadits.

Akhlak Mulia
Pengertian akhlak mulia bisa diartikan sebagai perbuatan yang terpuji dan Islami. Kata mulia yang berada
di belakang kata akhlak dalam hal menempati posisi sebagai sifat. Merupakan perbuatan yang dilakukan
dengan mudah, disengaja, mendarah-daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam. Akhlak
dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika atau moral, walaupun etika dan moral itu
diperlukan dalam rangka menjabarkan akhlak yang berdasarkan agama (akhlak Islami).

Pengertian akhlak, moral dan etika dipahami demi terciptanya keadaan masyarakat sejahtera, teratur,
aman, damai, dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriah. Hal demikian disebabkan karena etika
terbatas pada sopan santun antara sesama manusia saja, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku
lahiriah. Jadi ketika etika digunakan untuk menjabarkan akhlak Islami, itu tidak berarti akhlak Islami
dapat dijabarkan sepenuhnya oleh etika atau moral.
Macam Macam Akhlak / Pembagian Akhlak

 Sebenarnya, berdasarkan beberapa pengertian akhlak diatas, saya juga masih terbilang pusing untuk
membatasinya menjadi satu atau dua macam akhlak saja, oleh karena itu, lebih membaginya menjadi
beberapa macam bagian besar akhlak itu sendiri yaitu:
1. Macam Macam Akhlak Berdasarkan Arahnya
2. Macam Macam Akhlak Berdasarkan kualitasnya

Sebelum kita sebutkan beberapa macam akhlak diatas, sumber atau asal dari akhlak perlu anda ketahui
yaitu dalam beberapa sumber dituliskan bahwa akhlak berasal dari Agama (Sepertinya lebih mengarah ke
akhlak yang baik), ada juga yang menuliskan berdasarkan perilaku yang diulang ulang (dapat berarti
kebiasaan) artinya bersumber dari lingkungan sosial. Ada juga yang menambahkan bahwa sumber akhlak
juga dari moral (Tetapi sepertinya, tetap sepertinya lebih banyak melahirkan akhlak baik, kecuali pada
beberapa bangsa, ataupun kepercayaan adat yang mistis seperti menganut animisme ataupun satanis).

1. Macam Macam Akhlak Berdasarkan Arahnya

Seperti yang disebutkan pada beberapa pengertian akhlak diatas, bahwa terdapat dua arah dari akhlak
yaitu  pertama, akhlak kepada Allah swt. dan kedua, akhlak kepada ciptaan-Nya. Akhlak kepada Allah
swt artinya perilaku yang dilakukan oleh manusia atau individu kepada Allah swt. baik itu baik ataupun
buruk, Adapun untuk mengetahui akhlak tersebut baik ataupun buruk, dapat ditentukan berdasarkan
ketentuan dalam Al-Qur’an dan As Sunnah.
Macam macam akhlak berdasarkan arahnya yang kedua adalah kepada ciptaan-Nya. Dijelaskan diatas
bahwa abiotik dan biotik. Segala sesuatu yang ada adalah ciptaan-Nya. Oleh karena itu, dapat dibagi
kepada sesama manusia, akhlak terhadap hewan, akhlak terhadap tumbuhan, akhlak terhadap lingkungan,
akhlak terhadap negara, akhlak terhadap keluarga, dan banyak lagi macam akhlak terhadap makhluk
ciptaan-Nya.

2. Macam Macam Akhlak Berdasarkan Kualitasnya

Hal ini sudah jelas, yaitu terbagi atas dua macam yaitu akhlak baik dan akhlak buruk. Akhlak baik atau
Al-Hamidah secara sederhana adalah perbuatan yang memberikan anda pahala sedangkan akhlak buruk
atau Adz-Dzamimah berarti perbuatan yang memberikan anda dosa. Hal ini sudah tentu diterangkan oleh
kitab kitab suci Agama.
Akan tetapi bagaimana apabila ada perbuatan yang tidak diterangkan dalam kitab suci tertentu. Mudah,
untuk membedakan bahwa akhlak tersebut baik atau buruk maka dapat dilihat dari tujuan dari perbuatan
tersebut, proses yang dilakukan dalam berbuat dan akibat yang terjadi dari perbuatan tersebut.

C. Akhlak Kepada Allah Swt

Akhlak terhadap Allah Swt merupakan salah satu sikap atau perbuatan yang hendaknya dijalankan oleh
setiap manusia sebagai seorang hamba, kepada Tuhan sebagai Sang Pencipta. Dan sebagai titik tolak
akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah.

Adapun berakhlak terhadap Allah Swt dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya sebagai
berikut:
Takwa, ialah mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Muttaqin adalah orang-
orang yang memelihara diri mereka dari azab dan kemarahan Allah Swt di sunia dan di akherat.

Buah dari takwa ialah:

1. Mendapatkan sikap furqon.

2. Mendapat limpahan berkah dari langit dan dari bumi.

3. Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan

4. Mendapatkan rezki tanpa diduga-duga

5. Mendapatkan kemudahan dalam segala urusan

6. Menerima pengampunan dosa serta mendapatkan pahala yang besar.

B. Cinta dan ridho, ialah: kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan seseorang
terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan penuh semangat dan rasa kasih saying.

Cinta adalah fitrah yang dimiliki setiap orang Islam. Mencintai Allah Swt lebih utama, baru kemudian
mencintai Rasul, kemudian baru mencintai orang tua dan anak.

C. Ikhlas, ialah: berasal dari bahasa Arab yang artinya bersih, jernih, murni, tidak bercampur. Ikhlas ialah
beramal semata-mata mengharapkan ridho Allah. Ikhlas juga artinya tanpa pamrih.

D. Khauf dan Raja’ ialah: takut dan harap adalah sepasang sikap batin yang harus dimiliki secara
seimbang oleh setiap muslim. Bila salah satu dominan dari yang lainnya akan melahirkan pribadi yang
tidak seimbang. Dominan khauf menyebabkan sikap pesimisme dan putus asa, sementara dominan Raja’
menyebabkan seseorang lalai dan lupa diri serta merasa aman dari azab Allah. Yang pertama adalah sikap
orang kafir dan yang kedua adalah sikap orang yang merugi.

Khauf adalah kegalauan hati yang membayangkan sesuatu yang tidak disukai yang akan menimpanya,
atau membayangkan hilangnya sesuatu yang disukai.

Raja’ atau harap adalah memautkan hati kepada sesuatu yang disukai pada masa yang akan datang.

E. Tawakkal, adalah membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah, dan
menyerahkan keputusan segala sesuatu pada Allah.

Orang yang beriman dan bertawakkal tidak akan takut menghadapi masa depan, tidak kaget dengan
segala kejutan, hatinya tenang dan tentram karena yakin akan keadilan dan rahmat Allah. Tawakkal juga
harus diiringi dengan ikhtiar.

F. Syukur, adalah memuji si pemberi nikmat atas kebaikan yang telah dilakukannya. Syukur seorang
hamba berkisar atas 3 hal: yaitu apabila ketiganya tidak berkumpul, maka tidak dinamakan bersyukur.
Pertama mengakui nikmat dalam batin, kemudian membicarakannya secara lahir, dan menjadikannya
sebagai sarana untuk taat kepada Allah. Jadi syukur itu berkaitan dengan hati, lisan dan anggota badan.
G. Muraqabah, ialah menjaga, mengawal, menanti, dan mengamati, semua pengertian kata raqabah ialah
pengawasan karena apabila seseorang mengawasi sesuatu dia akan mengamati, menantikan, menjaga dan
mengawasi. Jadi muraqabah ialah pengawasan.

H. Taubat, ialah kembali. Orang yang bertaubat kepada Allah adalah orang yang kembali dari sesuatu
menuju sesuatu,kembali dari sifat-sifat yang tercela menuju sifat-sifat yang terpuji, kembali dari larangan
Allah menuju perintahNya, kembali dari maksiat menuju kepada taat dll.

Taubat ada lima dimensi yaitu:

1. Menyadari kesalahan.

2. Menyesali kesalahan.

3. Memohon ampun kepada Allah Swt.

4. Berjanji tidak akan mengulanginya.

5. Menutupi kesalahan masa lalu dengan amal saleh.

Akhlak Kepada Sesama Manusia

Akhlaq memiliki kedudukan utama, bahkan menjadi puncak kesempurnaan manusia.


Sedangkan yang dimaksud dengan sesama manusia adalah manusia lain atau bukan dirinya sendiri.
Sehingga yang dimaksud dengan akhlak sesama manusia adalah tindakan yang disengaja dilakukan oleh
muslim terhadap sesama manusia baik itu prtbuatan yang baik maupun perbuatan yang buruk.
Akhlak yang baik adalah segala tingkah laku bterpuji yang memberikan kesenangan, kepuasan,
kenikmatan sesuai dengan yang diharapkan dan dapat dinilai positif oleh orang yang mengininkannya.
Adapun akhlak yang buruk dapat berarti kebalikan dari akhlak yang baik. 

Bentuk-bentuk akhlak Terpuji Sesama Manusia

1. Menyebarkan salam
Rasulullah SAW bersabda :
“ Kalian tidak masuk surga sehingga kalian beriman, dan kalian tidak beriman sehingga kalian saling
mencintai. Maukah kuberitahukan sesuatu kepada kalian, jika mengerjakannya kalian saling mencintai ?
Sebarkanlah salam.” (HR. Muslim)
Karna dengan menyebarkan salam maka akan menimbulkan adanya rasa saling mengenal di dalam diri
setiap insan.
2. Memberi bantuan harta dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Rasulullah SAW bersabda :
“ Barangsiapa berada dalam kebutuhan saudaranya, maka Allah berada dalam kebutuhannya, dan
barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dari oarng Muslim dari berbagai kesusahan dunia, maka
Allah menghilangkan darinya satu kesusahan dari berbagai kesusahan pada hari kiamat.”
Salah satu dari sekian kewajiban seseorang terhadap orang lain adalah kewajiban saling membantu
terhadap persoalan yang dihadapi oleh orang lain, sehingga dapat menimbulkan adanya kepedulian sosial
yang berujung timbulnya keselarasan hidup
3. Menjenguknya jika ia sakit
Rasulullah SAW bersabda :
“ Jenguklah orang yang sakit, berikanlah makanan kepada orang yang kelaparan serta bebaskanlah
kesukaran orang yang mengalami kesukaran.” (Diriwayatkan Bukhari)
Sebagai makhluk sosial tentunya perasaan peduli terhadap apa yang sedang menimpa orang lain
merupakan tindakan yang sangat penting, tak terkecuali ketika orang lain itu sedang sakit, dengan kita
menjenguknya berarti kita telah menunjukkan adanya rasa empati dan simpati dalam diri kita. 
4. Mengunjunginya karena Allah
Rasulullah SAW bersabda :
“ Barangsiapa menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka ada penyeru
yang menyerunya, ‘Semoga engkau bagus dan bagus pula perjalananmu, serta engkau mendiami suatu
tempat tinggal di surga’.” (HR. Ibnu Majah dan At-Tirmidzi)
Yang dimaksud dengan mengunjungi karena Allah adalah; seorang manusia dengan orang lain itu saling
mengingatkan agar tetap selalu berjalan dijalan yang benar, yakni jalan Allah.
5. Memenuhi undangannya jika dia mengundangmu
Rasulullah SAW bersabda :
” Hak orang Muslim atas Muslim lainnya ada lima : Menjawab salam, mengunjungi yang sakit,
mengiring jenazah, memenuhi undangan, dan menjawab orang yang bersin.” (HR. Asy-Syaikhani)
Tambahan dari HR. Muslim “apabila ia minta nasihat, maka berilah dia nasihat”
Dengan adanya seorang manusi itu memenuhi undangan saudaranay atau tetangganya, maka dia sudah
menunjukkan rasa tanggung jawab dan dapat dipercaya kepada orang lain.
6. Tidak menyebut-nyebut aibnya dan menggunjingnya, secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. 
Rasulullah SAW bersabda :
“ Setiap Muslim atsa Muslim lainnya haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.”
Karna dengan seseorang itu melakukan perbuatan-perbuatan diatas, maka dapat dipastikan akan timbul
adanya permusuhan diantara keduanya.
Selain hal-hal diatas, seorang muslim juga dilarang untuk menjauhi akahlak tercela. Yaitu peringai atau
tingkah laku pada tutur kata yang tercerminkan pada diri manusia, cenderung melekat dalam bentuk yang
tidak menyenangkan orang lain. 
Akhlak manusia secara fitrah itu baik namun dapat berubah menjadi akhlak yang tercela apabila manusia
itu lahir dari keluarga yang tabiatnya kurang baik, lingkungannya buruk, pendidikan tidak baik, dan
kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik sehinggan menghasilkan akhlak yang buruk.
Seauatu dikatakan buruk apabila membuat orang lain menjadi tidak senang dengan apa yang
diperbuatnya, tidak memberi kepuasan dan kenikmatan terhadap sesuatu yang dibuatnya, juga tidak
sesuai dengan yang diharapkan, sesuatu yang dinilai negativ oleh orang lain. Imam ghazali pernah berkata
sifat-0sifat tercela debngan sifat-sifat mukhikat ini yakni segala tingkah laku manusia yang dapat
membawanya kepada ke binasaan. 

C. Bentuk-bentuk akhlak Tercela Sesama Manusia


1. Zhalim
Zhalim artinya perkataan atau perbuatan yang tidak menaruh belas kasihan, tidak adil dan kejam terhadap
sesama manusia maupun mahkluk Allah lainnya. Allah berfirman, yang artinya: Dan barangsiapa di
antara kalian berbuat zhalim, niscaya Kami rasakan kepadanya adzab yang besar. (QS. Al-Furqan: 19).
Rasulullah SAW bersabda yang artinya:vbTakutlah kepada doa orang yang dizhalimi karena doanya tidak
mempunyai dinding pembatas dengan Allah (Muttafaq Alaih).
2. Dengki
Dengki artinya menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) karena iri hati. (Q.S. An Nisa: 54 dan Az
Zukhruf : 32). Sifat dengki terdiri dari dua macam yaitu; a. dengki dengan maksud mengharapkan
musnahnya nikmat harta, ilmu, kedudukan, dan kekuasaan dari orang lain. Sebagai gantinya, ia berharap
mendapatkan semua itu. b. Dengki dengan maksud mengharapkan musnahnya semua nikmat diatas dari
orang lain, kendati ia tidak mendapatkannya.
3. Menipu
Orang muslim beribadah kepada Allah Azza Wajalla dengan memberi nasehat kepada setiap orang
muslim, dan hidup dengan ibadah seperti itu. Oleh kaena itu, ia tidak menipu seorang pun, tidak
melanggar janji, dan tidak berkhianat.(Q.S Al Ahzab : 10 dan 58, Q.S Fathir: 43 
4. Memutus Persaudaraan
Rasulullah SAW bersabda :
”tidak akan masuk surga orang yang memutuskan tali persaudaraan” (HR. Bukhori) 

Daftar Pustaka :

http://www.altundo.com/akhlak-terhadap-allah-swt

https://muslim.or.id/4233-prioritas-utama-akhlaq-kepada-allah.html

http://www.academia.edu/12029663/AKHLAK_SESAMA_MANUSIA

Anda mungkin juga menyukai