Anda di halaman 1dari 6

PSIKOLINGUISTIK

Beberapa Hipotesis Pemerolehan Bahasa

Anisah Mutiara Salvadillah


3B
PBSI
Hipotesisis Pemerolehan Bahasa

Proses pemerolehan bahasa pada seorang anak merupakan masalah


yang sangat menarik dikaji dalam bidang psikolinguistik. Pemerolehan
bahasa (language aquisition) berhubungan dengan proses penerimaan
bahasa dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa
pertama atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa harus dibedakan
dengan pembelajaran bahasa (language learning). Pembelajaran bahasa
mengacu pada proses pemerolehan bahasa anak saat mereka
mempelajari bahasa kedua, setelah mereka memperoleh bahasa
pertamanya.
Beberapa hipotesis yang berhubungan
dengan pemerolehan bahasa, antara lain:

1. Hipotesis nurani
2.Hipotesis tabularasa
3.Hipotesis kesemestaan kognitif
1. Hipotesis Nurani
Hipotesis nurani lahir dari beberapa pengamatan yang dilakukan para pakar
terhadap pemerolehan bahasa anak-anak (Lenneberg, 1967, Chomsky 1970).
Di antara hasil pengamatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Semua anak yang normal akan memperoleh bahasa ibunya apabila
‘diperkenalkan’ dengan bahasa ibunya dan tidak diasingkan dari kehidupan
bahasa ibunya.
2. Pemerolehan bahasa tidak ada hubungannya dengan kecerdasan.
Pemerolehan bahasa terjadi secara merata baik untuk anak cerdas maupun
tidak cerdas.
3. Kalimat yang didenganr anak seringkali tidak gramatikal, tidak lengkap dan
sedikit jumlahnya.
4. Bahasa tidak bisa diajarkan terhadap makhluk lain
5. Proses pemerolehan bahasa anak-anak erat kaitannya dengan proses
pematangan jiwa anak.
6. Struktur bahasa yang rumit, kompleks, dan bersifat universal mampu
dikuasai anak-anak dalam waktu singkat yaitu dalam waktu tiga atau empat
tahun saja.
2. Hipotesis Tabularasa
Hipotesis ini dikemukakan oleh John Locke, seorang tokoh empirisme, yang
menyatakan bahwa manusia waktu dilahirkan seperti kertas kosong. Kemudian,
teori ini disebarkan oleh Watson seorang tokoh aliran behaviourisme.
Menurut teori tabularasa, semua pengetahuan bahasa manusia yang tampak
dalam perilaku berbahasa adalah merupakan hasil dari integrasi peristiwa-
peristiwa linguistik. Hal ini sejalan dengan aliran behaviourisme yang
menganggap pengetahuan linguistik dibentuk dengan pembelajaran S-R
(Stimulus - Respons). Cara pembelajaran S-R yang terkemuka antara lain
pelaziman klasik, pelaziman operan, dan mediasi.
3. Hipotesis Kesemestaan Kognitif
Hipotesis yang diperkenalkan oleh Piaget ini telah digunakan sebagai
dasar untuk menjelaskan proses-proses pemerolehan bahasa kanak-
kanak. Menurut teori kesemestaan kognitif, bahasa diperolah
berdasarkan struktur-struktur kognitif deriamotor. Struktur-
struktur ini diperoleh kanak-kanak melalui interaksi dengan benda-
benda atau orang-orang disekitarnya
1. Antara usia 0 sampai 1,5 tahun kanak-kanak mengembangkan pola-
pola aksi dengan cara bereaksi terhadap alam sekitarnya;
2. Setelah struktur aksi dinuranikan, maka kanak-kanak memasuki
tahap representasi kecerdasan, yang terjadi antara usia 2 tahun
sampai 7 tahun;
3. Setelah tahap representasi kecerdasan, dengan representasi
simboliknya berakhir, maka bahasa anak-anak semakin berkembang
dan dengan mendapat nilai-nilai sosialnya.

Anda mungkin juga menyukai