Anda di halaman 1dari 5

PRESENTASI III

PEMEROLEHAN BAHASA ASPEK PSIKOSIONAL

Atik Muhimatun A (16706251028)

A. Pengertian Pemerolehan Bahasa

Istilah pemerolehan dalam bahasa inggris yang berarti acquisition, yaitu proses
penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa
ibunya (native language) sedangkan pembelajaran dalam bahasa inggris yaitu learning yang
berarti proses yang dilakukan dalam tatanan formal yaitu belajarar di kelas dan di ajar oleh
seorang guru. Dengan demikian, proses dari anak yang belajar menguasai bahasa ibunya
pemerolehan, sedangkan proses dari orang (umumnya dewasa) yang belajar di kelas adalah
pembelajaran. Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di
dalam otak kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
Pemerolehan bahasa (Language Acquisition) adalah proses manusia mendapatkan
kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan
komunikasi. Kapasitas ini melibatkan berbagai kemampuan seperti sintaksis, fonetik, dan
kosakata yang luas. Bahasa yang diperoleh bisa berupa vokal seperti pada bahasa lisan atau
manual seperti pada bahasa isyarat. Pemerolehan bahasa biasanya merujuk pada pemerolehan
bahasa pertama yang mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa ibu mereka dan bukan
pemerolehan bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak
atau orang dewasa.

B. Sejarah Kajian Pemerolehan Bahasa

Sejarah pemerolehan bahasa berawal dari zaman abad 7 sebelum Masehi, Raja
Mesir psammetichus I, Ia mempunyai teori bahwa apabila anak di pisahkan dari lingkunga
bahasa manusia, kata yang akan di ucapkannya adalah kata yang berasal dari bahasa
makhluk tertua didunia. Lalu Ia menyuruh bawahannya untuk mengisolasi dua orang
anaknya untuk mengetahui bahasa apa yang akan dikuasai anak-anak itu. Sebagai raja
mesir dia mengharapkan bahasa yang keluar dari anak-anak itu adalah bahasa Mesir,
namun kata pertama yang dikatakan dari anak tersebut bukalah bahasa ara melainkan
nahasa phrygian. Ia akhirnya menyimpulkan bahwa bahasa phrygian lebih kuno dari yang
bahasa Mesir.
Ingram (1989) membagi perkembangan studi tentang pemerolehan bahasa menjadi
tiga tahap: periode buku harian, periode sampel besar, dan periode kajian longitudinal.
Periode buku harian adalah dari tahun 1876 sampai tahun 1926. Pada masa ini
kajian pemerolehan bahasa anak dilakukan dengan peneliti mencatat apa pun yang
diujarkan oleh anak dalam suatu buku harian. Tulisan H. Taine pada tahun 1876 yang
dalam bahasa Inggrisnya berjudul "On the Acquisition of Language by Children" adalah
tulisan pertama mengenai pemerolehan bahasa anak.
Periode sampel besar adalah dari tahun 1926 sampai tahun 1957. Periode ini
berkaitan dengan munculnya aliran baru yaitu behaviorisme yang mana peran lingkungan
sangan besar dalam perkembangan bahasa anak.dengan adanya alran ini maka metode
kuatitatif dianggap sebagai metode yang benar.
Periode kajian longitudinal, menurut Ingram, dimulai dengan munculnya buku
Chomsky Syntactic Structures (1957) yang merupakan titik awal dari tumbuhnya aliran
mentalisme atau nativisme pada ilmu linguistik. Aliran yang berlawanan dengan
behaviorisme ini menandaskan adanya bekal kodrati yang dibawa pada waktu anak
dilahirkan. Bekal kodrati inilah yang membuat anak di mana pun juga memakai strategi
yang sama dalam memperoleh bahasanya.

C. Metode Penelitian dalam Memperoleh Bahasa


Dengan kemajuan teknologi, data diperoleh dengan merekam ujaran maupun
tingkah laku anak saat berujar, baik secara visual maupun auditori. Untuk bahasa
Indonesia, Dardjowidjojo telah mengikuti perkembangan cucunya dari lahir sampai
umur lima tahun (Dardjowidjojo 2000).
Data rekaman untuk berbagai bahasa di dunia telah dikumpulkan pada tahun 1985
dalam koleksi yang dikenal dengar nama CHILDES - Child Language Exchange Data
System.
Metode yang lain adalah metode wawancara. Metode itu berguna untuk mengecek
atau mengecek ulang sesuatu yan ingin diketahui oleh peneliti. Kadang-kadang
peneliti terkejl karena anak tidak menjawab apa yang ditanyakan.
Metode ketiga yang dapat dipakai adalah eksperimen. Metode ini dipakai kalau
peneliti ingin jawaban terhadap suatu masalah. Desain penelitian dapat longitudinal
atau cross-sectional.
Bahasa sebagai suatu sistem mengisyaratkan adanya kaidah yang mengatur
suatu bahasa. Bahasa bersifat dinamis dengan pengertian bahwa bahasa itu
berkembang sesuai dengan perkembangan penutur bahasa. Sehingga bahasa dapat
pula dilihat sebagai tingkah laku antar personal. Setiap pembicara menampakkan
keperibadiannya salah satunya melalui bahasa. Sebagai suatu sistem bahasa
menampakkan wujudnya dalam bunyi dan simbol-simbol.
Sebagai suatu tingkah laku antarpersonal, bahasa dapat dilihat melalui
komunikasi pada situasi tertentu. Misalnya apabila sesorang bertanya dan lawan
bicara menjawab dengan memuaskan ini berarti bahwa komunikasi berhasil baik.
Sebaliknya, kalau sesorang memberikan perintah kepada lawan bicara dan lawan
bicara diam saja maka komunikasi tidak berhasil. Dengan demikian apabila ingin
mengetahui suatu bahasa tertentu, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
mendengarkan tuturan penutur bahasa yang bersangkutan. Berdasarkan pandangan
psikolinguistik, tuturan dapat dilihat dari tiga tingkatan, yakni a) struktural, b)
intensional, dan c) motivasioal (Foos dan Hakes, 1978: 100)

D. Universal Bahasa
Pandangan Chomsky terhadap konsep universal bahasa mengatakan bahwa
bila suatu entitas mengandung unsur-unsur hakiki tertentu, maka unsur-unsur itu pasti
ada pada entitas itu dimana pun juga. Sebagai contoh, bila paruh merupakan bagian
dari hakiki dari seekor ayam, ayam dimana pun juga pasti memiliki paruh itu. Kita
tidak harus menyelidiki 1000 ayam untuk mengambil kesimpulan seperti itu.
Dengan landasan seperti ini Chomsky hanya membedakan dua macam universal,
yakni universal substantif dan universal formal. Universal substantif berupa unsur
atau elemen yang membentuk bahasa. Jadi, nomina, verba, dan adjektiva, misalnya
contoh dari universal substantif.
Universal formal berkaitan dengan cara bagaimana universal substantif itu diatur.
Pengaturan elemen-elemn ini berbeda dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Karena
itulah, mskipun pada dasarnya bahasa itu sama, wujud lahiriahnya berbeda-beda.
Menurut Chomsky (1999: 34), manusia mempunyai faculties of the mind, yakni,
semacarn "kapling-kapling intelektual" dalarn benakJotaknya. Salah satu kapling itu
adalah untuk bahasa. Kapling kodrati yang dibawa sejak lahir itu oleh Chomsky
dinarnakan Language Acquisition Device, LAD, yang telah diterjemahkan menjadi
Piranti Pemerolehan Bahasa, PPB (Dardjowidjojo 2000: 19). PPB menerima masukan
dari lingkungan di sekitarnya dalarn bentuk kalimat yang tidak semuanya apik (well-
formed).

E. Kontroversi antara Nurture dan Nature

Manusia di manaa pun juga pasti akan dapat menguasai, atau lebih tepatnya
memperoleh, bahasa asalkan dia tumbuh dalam suatu masyarakat. Proses pemerolehan
ini merupakan suatu hal yang kontroversial di antara ahli bahasa. Mereka memper-
masalahkan apakah pemerolehan itu bersifat nurture atau nature. Mereka yang
menganut aliran behaviorisme mengatakan bahwa pemerolehan bahasa itu bersifat
nurture, yakni, pemerolehan itu ditentukan oleh alam lingkungan. Menurut aliran ini,
manusia dilahirkan dengan suatu tabula rasa, yakni, semacam piring kosong tanpa
apa pun.

Pada tahun 1959, Chomsky menulis resensi yang secara tajam menyerang teori
Skinner. Pada dasarnya, comsky berpandangan bahwa pemerolehan bahasa itu bukan
didasrkan pada nurture tetapi nature. Anak memperoleh kemampuan untuk berbahasa
seperti dia memperoleh kemampuan untuk berdiri dan berjalan. Anak tidak dilahirkan
sebagai piring kosong, tabula rasa, tetapi dia telah dibekali dengan sebuah alat yang
dinamakan piranti pemerolehan bahasa. Piranti ini bersifat universal, artinya anak
mana pun memliki piranti ini. Ini terbukti adanya kesamaan antara satu anak dengan
anak yang lain dalam proses pemerolehan bahasa mereka. Nurture, yakni, masukan
yang berupa bahasa hanya akan menentukan bahasa mana yang akan diperoleh anak,
tetapi prosesnya itu bersifat kodrati (innate) dan inner-directed.
Contoh yang menggmbarkan bahwa nature dan nurture saling berhubungan,di
Los Angeles, California, ada seorang anak perempuan bernama Ginie(di jadikan objek
penelitian), Giie ditemukan tahun 1970, disekap oleh orang-tuanya dalam kamar yang
kecil di gudang belakang rumah selama 13 tahun. Dia diberi makan tapi tidak pernah
di ajak bicara. Ayahnya yang benci anak kecil dan suaranya sering menyiksanya
sementara ibunya tidak berani berbuat apa pun. Setelah ditemukan dan kemudian
dilatih berbahasa selama delapan tahun, Ginie tetap tidak dapat berbahasa seperti
manusia lainnya.
Dari contoh tesebut tampak bahwa nature maupun nurture diperlukan untuk
pemerolehan bahasa. Nature diperlukan karena tanpa bekal kodrati makhluk tidak
mungkin dapat berbahasa. Nurture juga diperlukan karena tanpa adanya input dari
alam sekitar bekal yang kodrati itu tidak akan terwujud.

F. Bahasa Ibu Vs Bahasa Sang Ibu

Untuk menghindari perbedaan persepsi, perlu diketahui pengertian dari bahasa


ibu dn bahasa sang ibu. Bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai atau
diperoleh anak. Sebagai contoh jika anak Indonesia lahir dan dibesarkan di Boston
dan dari kecil dia memakai bahasa inggris maka bahasa inggris alah bahasa ibu dia.

Sedangkan bahasa sang ibu adalah bahasa yang dipakai oleh orang dewasa
pada waktu berbicara dengan anak yang edang dalam proses pemeroleh bahasa
ibunya. Ciri-ciri bahasa sang ibu : (a) kalimatnya pendek-pendek contohnya hanya
memanggil nama anaknya, (b) nada suaranya biasanya tinggi, (c) intonasinya agak
berlebihan, (d) laju ujaran agak lambat, (e) banyak redundasi atau pengulangan, dan
(f) banyak memakai kata sapaan.

Referensi

Ingram, David. 1989.First language acquisition: method, description, and


explanation. Cambridge : Cambridge University Press

Dardjowidjojo, Soejono. 2003. Psikolinguistik : Pengantar Pemahaman Bahasa


Manusia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Anda mungkin juga menyukai