Untuk menelusuri filsafat Yunani, perlu dijelaskan terlebih dahulu asal kata
filsafat. Sekitar abad IX SM atau paling tidak tahun 700 SM di
Yunani, Sophia diberi arti kebijaksanaan; sophia juga berarti kecakapan.
Kata philosophos mula-mula dikemukakan dan dipergunakan oleh Heraklitos (540-
480 SM), sementara ada yang mengatakan bahwa kata tersebut mula-mula dipakai
oleh Pythagoras (580-500 SM). Namun pendapat yang lebih tepat adalah pendapat
yang mengatakan bahwa Heraklitos-lah yang menggunakan istilah tersebut.
Menurutnya, philosophos (ahli filsafat) harus mempunyai pengetahuan luas
sebagai pengejawantahan daripada kecintaannya akan kebenaran dan mulai benar-
benar jelas digunakan pada kaum sofis dan sokrates yang memberi
arti philosophein sebagai penguasaan secara sistematis terhadap pengetahuan
teoritis.Philosophia adalah hasil dari perbuatan yang
disebut philosophein, sedangkan philosophosadalah orang yang
melakukan philosophein. Dari kata Philosophia inilah akhirnya timbul kata-
kata philosophie (Belanda, Jerman, Perancis), philosophy (Inggris), dan dalam
bahasa Indonesia disebut filsafat atau falsafat.
Kita melihat bahwasanya sekarang ini Eropa merupakan sentral atau gudang ilmu
pengetahuan, maka dalam sejarah perkembangan ilmu terbukti bahwa sumbangsih
dunia timur bagi kemajuan ilmu pengetahuan hingga sekarang ini sangatlah besar.
Banyak penemuan yang terjadi di dunia timur yang baru dikembangkan
belakangan di dunia barat. Namun perkembangan pemikiran secara teoritis
senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani.
Oleh karena itu, periodesasi perkembangan ilmu yang disusun mulai dari
peradaban Yunani kemudian diakhiri pada penemuan-penemuan pada zaman
kontemporer. Sehubungan dengan hal-hal yang telah diuraikan di atas, penyusun
mencoba mengkaji tentang perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Yunani
kuno yang kami ambil dari beberapa referensi yang ada.
Zaman Yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada
masa ini orang memiliki kebebasan mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya.
Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap
menerima begitu saja, melainkan menumbuhkan sikap yang senang menyelidiki
sesuatu secara kritis.
Sikap kritis inilah yang menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir-ahli
pikir terkenal sepanjang masa. Pada masa ini Filsafat lebih bercorak
“kosmosentris”, artinya para filsuf pada waktu itu mengarahkan perhatian mereka
terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan asal mula terjadinya alam
semesta. Mereka berupaya mencari jawaban tentang prinsip pertama (arkhe) dari
alam semesta, oleh karena itu mereka lebih dikenal dengan julukan “Filsuf-Filsuf
Alam”.
Thales berasal dari Miletus, ia mendapat gelar Bapak Filsafat karena dialah orang
yang bermula-mula berfilsafat. Gelar itu diberikan karena ia mengajukan
pertanyaan yang amat mendasar yang jarang dipertanyakan orang, juga orang pada
zaman sekarang, yaitu mengenai “Apa sebenarnya asal-usul alam semesta ini?”,
pertanyaan ini sangat mendasar, terlepas apapun jawabannya. Namun yang
penting adalah pertanyaan itu dijawabnya dengan pendekatan rasional, bukan
dengan pendekatan mitos atau kepercayaan. Ia mengatakan asal alam adalah air,
karena air adalah unsur terpenting bagi setiap makhluk hidup. Air dapat berubah
menjadi benda gas dan padat seperti uap dan es, dan bumi ini juga berada di atas
air.
Heraklitos berasal dari Ephesos, Asia kecil. Ia berpendapat bahwa tiap-tiap benda
terdiri dari hal-hal yang saling berlawanan dan yang berlawanan itu tetap
merupakan kesatuan. Baginya tidak ada sesuatu pun yang bersifat tetap. Tidak ada
yang benar-benar ada karena semuanya menjadi berubah. Perubahan dapat
dinyatakan dengan dua cara: pertama, seluruh kenyataan merupakan arus sungai
yang mengalir, kedua, seluruh kenyataan adalah api. Ucapannya yang terkenal
adalah “Engkau tidak dapat turun dua kali ke dalam sungai yang sama” dan “Panta
rhei kai uden menei” yang artinya semuanya mengalir dan tidak ada sesuatu pun
yang tetap.
Jadi Heraklitos dalam melihat alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah.
Sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin.
Itu berarti bahwa bila kita hendak memahami kehidupan kosmos, kita harus
menyadari bahwa kosmos itu dinamis. Segala sesuatu saling bertentangan dan
dalam pertentangan itulah kebenaran.
Itulah sebabnya ia mempunyai kesimpulan bahwa yang mendasar dalam alam
semesta ini adalah bukan bahannya, melainkan aktor dan penyebabnya, yaitu api.
Api adalah unsur yang paling asasi dalam alam karena api dapat mengeraskan
adonan roti dan disisi lain dapat melunakkan es. Artinya api adalah aktor pengubah
dalam ala mini, sehingga api pantas dianggap sebagai simbul perubahan itu sendiri.
Benar tidaknya suatu pendapat diukur dengan logika, dari pandangan ini dia
mengatakan bahwa alam tidak bergerak, tetapi diam karena alam itu satu, yaitu ada
dan yang ada itu satu. Dia menentang pendapat Heraklitos yang mengatakan
mengatakan bahwa alam selalu bergerak. Gerak alam yang terlihat menurut
Parmenides adalah semu, sejatinya alam itu diam.
Pythagoras adalah kelahiran Pulau Samos, Ionia. Ia dikenal sebagai filsuf dan juga
ahli ukur. Ia mengembalikan segala sesuatu kepada bilangan. Semua realitas dapat
diukur dengan bilangan (kuantitas). Karena itu, dia berpendapat bahwa bilangan
adalah unsure pertama dari alam dan sekaligus menjadi ukuran. Kesimpulan ini
ditarik dari kenyataan bahwa realitas alam adalah harmoni antara bilangan dan
gabungan antara dua hal yang berlawanan.
Kalau segala-galanya adalah bilangan, itu berarti bahwa unsur bilangan merupakan
juga unsur yang terdapat dalam segala sesuatu. Unsur-unsur bilangan itu adalah
genap dan ganjil, terbatas dan tak terbatas. Demikian juga seluruh jagad raya
merupakan suatu harmoni yang mendamaikan hal-hal yang berlawanan. Artinya,
segala sesuatu berdasarkan dan dapat dikembalikan pada bilangan.
Jasa Pythagoras ini sangat besar dalam pengembangan ilmu, terutama ilmu pasti
dan ilmu alam. Ilmu yang dikembangkan di kemudian hari sampai hari ini sangat
tergantung pada pendekatan matematika. Galileo menegaskan bahwa alam ditulis
dalam bahasa matematika. Dalam filsafat ilmu, matematika merupakan sarana
ilmiah yang terpenting dan akurat karena dengan pendekatan matematika-lah ilmu
dapat diukur dengan benar dan akurat. Di samping itu, matematika dapat
menyederhanakan uraian yang panjang dalam bentuk simbul, sehingga lebih cepat
dipahami.
Setelah berakhirnya masa para filosof alam, maka muncul masa transisi, yakni
penelitian terhadap alam tidak menjadi focus utama, tetapi sudah mulai menjurus
pada penyelidikan pada manusia. Filosof alam ternyata tidak dapat memberikan
jawaban yang memuaskan, sehingga muncullah kaum “sofis”. Kaum sofis ini
memulai kajian tentang manusia dan menyatakan bahwa manusia adalah ukuran
kebenaran.
C. Para Tokoh Filosuf yang Muncul pada Masa Transisi dan yang
Menjadikan Manusia sebagai Tolok Ukur Kebenaran
Ilmu juga mendapat ruang yang sangat kondusif dalam pemikiran kaum sofis
karena mereka memberi ruang untuk berspekulasi dan sekaligus merelatifkan teori
ilmu, sehingga muncul sintesa baru. Dalam filsafat ilmu, pandangan relative
tentang kebenaran menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses mencari ilmu.
Karena itu, ilmu itu terbatas, tetapi proses mencari ilmu tidak terbatas. Namun para
filosof setelah kaum sofis tidak setuju dengan pandangan tersebut seperti Socrates,
Plato dan Aristoteles.
Socrates adalah anak seorang pemahat yang bernama Sophoniscos dan seorang
bidang yang bernama Phainarete. Ia meninggal karena dihukum minum racun.
Socrates berpendapat bahwa ajaran dan kehidupan adalah satu dan tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, dasar dari segala penelitian
dan pembahasan adalah pengujian diri sendiri.
Plato adalah salah seorang murid dan teman Socrates, ia memperkuat pendapat
gurunya dengan cara menulis ide-ide Socrates. Menurutnya, esensi itu mempunyai
realitas dan realitasnya ada di alam idea. Kebenaran umum itu ada bukan dibuat-
buat bahkan sudah ada di alam idea.
Puncak kejayaan filsafat Yunani terjadi pada masa Aristoteles. Aristoteles adalah
murid Plato dan penasihat serta guru Iskandar Agung. Aristoteles lahir pada tahun
384 SM di Stagira, sebuah kota di Thrace. Ayahnya meninggal tatkala ia masih
sangat muda. Ia diambil oleh Proxenus, dan orang ini memberikan pendidikan
yang istimewa kepadanya. Tatkala Aristoteles berumur 18 tahun, ia dikirim ke
Athena dan dimasukkan ke akademi Plato.
Logika Aristoteles ini juga disebut dengan logika deduktif yang mengukur valid
atau tidaknya sebuah pemikiran.
Dalam bidang fisika, Aristoteles membagi gerak pada dua macam, yaitu gerak
aksidental dan gerak substansial.
Aristoteles yang pertama kali membagi filsafat pada dua hal yang teoritis dan
praktis. Yang teoritis mencakup logika, metafisika dan fisika. Sedangkan yang
praktis mencakup etika, ekonomi dan politik. Pembagian ilmu inilah yang menjadi
pedoman juga bagi klasifikasi ilmu dikemudian hari. Aristoteles dianggap sebagai
bapak ilmu karena dia mampu meletakkan dasar-dasar dan metode ilmiah secara
sistematis.
Filsafat Yunani yang rasional itu boleh dikatakan berakhir setelah Aristoteles
menuangkan pemikirannya. Akan tetapi sifat rasional itu masih digunakan selama
berabad-abad sesudahnya, sampai sebelum filsafat benar-benar memasuki dan
tenggelam pada abad pertengahan. Namun jelas, setelah periode Socrates, Plato
dan Aristoteles mutu filsafat semakin merosot. Kemunduran filsafat itu sejalan
dengan kemunduran politik pada waktu itu, yaitu sejalan dengan terpecahnya
kerajaan Macedonia menjadi pecahan-pecahan kecil imperium besar yang
dibangun oleh Alexander the Great kemudian Alexander meninggal dunia.
REFERENSI
Ilmu pengetahun pada era Yunani kuno mengalami kemunduran serta tanggung
jawab manusia yang melemah karena pengaruh negatif para filosof aliran sofisme.
Berawal dari hal itu muncul keprihatinan moral dari para filosof yang selanjutnya
membangun pondasi falsafahnya sehingga kembali kepercayaan masyarakat
terhadap ilmu pengetahuan. Berbagai pandangan filosof Yunani merupakan
motivasi kuat untuk membangkitan kembali ilmu pengetahuan yang telah semakin
lemah dan dangkal oleh pengaruh filsafat kaum sofis yang merelativitaskan segala
sesuatu.
Meskipun ada tokoh-tokoh sebelumnya, filosof pada zaman Yunani kuno berawal
dari socrates, dia dilahirkan di Athena pada tahun 470 S.M. Socrates dikenal
sebagai orang yang berbudi luhur mempunyai kearifan dan kebijaksanaan. Masa
Socrates bertepatan dengan masa kaum sofis. Oleh karena itu pokok pembahasan
filsafat Socrates hampir sama dengan pokok pembahasan kaum sofis bahkan ada
orang yang memasukkan Socrates kedalam golongan kaum sofis. Tetapi ini tidak
benar, karena ada perbedaan yang nyata antara pendapat Socrates dan pendapat
kaum sofis itu.
Pada saat itu Socrates belum sampai pada suatu sistem filosofi, yang memberikan
nama klasik kepada filosofi itu. Dia baru membuka jalan dan baru mencari
kebenaran dan dia belum sampai menegakkan suatu sistem pandangan. Tujuannya
terbatas hingga mencari dasar yang baru dan kuat bagi kebenaran dan moral.
Sistem ajaran filsafat kuno baru dibangun oleh Plato dan Aristoteles, berdasarkan
ajaran Socrates tentang pengetahuan dan etika serta filosofi alam yang berkembang
sebelum Socrates.
BIOGRAFI SOCRATES
Socrates dilahirkan di Athena ( 470 S.M ). Dia bukan keturunan bangsawan atau
orang berkedudukan tinggi. Melainkan anak dari seorang pemahat bernama
Sophroniscus dan ibunya seorang bidan bernama Phaenarete. Setelah ayahnya
meninggal dunia, Socrates manggantikannya sebagai pemahat. Tetapi akhirnya dia
berhenti dari pekerjaan itu dan bekerja dalam lapangan filsafat dengan dibelanjai
oleh seorang penduduk Athena yang kaya.
Di masa mudanya Socrates mendapat pendidikan normal dibidang sains, musik dan
gimnastik. Semua ini merupakan subjek pelajaran yang berlaku umum dalam
priode Yunani kuno. Dia dikenal juga sebagai pematung dan beberapa karyanya
pernah ditampilkan disalah satu tempat di jalan menuju ke Acropolis di Athena.
Socrates mempunyai kepribadian yang sabar, rendah hati, yang selalu menyatakan
dirinya bodoh. Meskipun dia orang yang berilmu, tapi dia dalam memilih orang
yang jadi istri bukan dari golongan orang baik-baik dan pandai. Socrates Xantippe
menikah dan memiliki tiga orang anak: Lamprocles, Sophroniscos dan Menexene.
Selama hidupnya dia mengambil bagian pada tiga kampanye militer: pada awal
perang Peloponesis, antara 432-429 SM, di 424 SM dalam pertempuran di Delion
dan di 422 dalam ekspedisi Amphipolis.
Masa Socrates bertepatan dengan masa kaum sofis. Karena itu pokok pembahasan
filsafat Socrates hampir sama dengan pokok pembahasan kaum sofis. Tetapi ada
perbedaan yang nyata antara pendapat Socrates dan pendapat kaum sofis itu.
Dengan sekuat tenaga Socrates menentang ajaran para sofis. Dia membela yang
benar dan yang baik sebagai nilai obyektif yang harus diterima dan dijunjung
tinggi oleh semua orang. Dalam sejarah umat manusia, Socrates merupakan contoh
istimewa dan selaku filosof yang jujur juga berani. Karena populernya, Socrates
yang tidak pernah bergambar, tergambar wajahnya dengan sejelas-jelasnya di
muka tua dan muda berbagai keturunan. Dari gambarnya yang tergambar dalam
jiwa setiap orang itu kemudian orang membuat patungnya yang serupa sekali
dengan wajahnya yang sebenarnya.
Pada tahun 399 M, usia 37 tahun dia diadili di pengadilan Athena dan dituntut
hukuman mati dengan tuduhan dia telah meracuni pikiran-pikiran kaum muda
dengan ajaran-ajarannya serta ketidak percayaannya pada ketuhanan (dewa-dewa),
oleh para penuntutnya : Meletos, Anytos, dan Lycon. Socrates menolak Lysias,
pengacara dan membela dirinya. Dia telah tinggal di penjara selama 30 hari dan
selama waktu ini menerima kunjungan dari teman-temannya. Mereka mengusulkan
dia rencana melarikan diri, tetapi Socrates menolaknya. Tidak sedikitpun Socrates
takut dengan hukuman yang diterimanya, bahkan seorang temannya, muridnya
maupun tentara yunani saat itu, meminta Socrates untuk menarik kata-kata dan
pemikirannya. Namun ternyata Socrates justru memilih mati daripada
mengkhianati kebenaran yang sudah diyakininya karena Bagi Socrates, mati dalam
keyakninan lebih bernilai daripada mengorbankan keyakninan itu sendiri. Socrates
berdedikasi jam terakhir hidupnya untuk percakapan dengan teman-temannya pada
tema keabadian jiwa. Dia telah mandi dan sebelum matahari terbenam ia minum
cangkir dengan racun dan kata-kata terakhirnya adalah: “Criton, aku berutang
Asclepios satu ayam, jangan lupa untuk memberikannya”. Socrates meninggal
pada tanggal 7 Mei 399 SM.
PEMIKIRAN SOCRATES
Bagi Socrates, filosifi bukanlah isi, bukan hasil, dan bukan juga ajaran yang
berdasarkan dogma yang tidak bisa dibantah, melainkan fungsi yang hidup.
Filosofinya mencari kebenaran, dia tidak mengajarkan, melainkan membantu
mengeluarkan apa yang tersimpan di dalam jiwa orang. Oleh karena itu,
metodenya disebut maieutik; menguraikan. Dalam mencari kebenaran, Socrates
menggunakan hobinya, yakni selalu bertanya. Dia bertanya sana-sini, kemudian
dipahaminya dengan baik apa yang telah dia pertanyakan. Maka jalan yang
ditempuhnya dengan metode induksi dan definisi. Induksi menjadi dasar definisi.
Induksi yang dimaksud socrates adalah dengan membandingkan secara kritis.
Tentu yang dibandingkan adalah hasil dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dia
kumpulkan. Menurut Socrates, orang yang berpengetahuan dengan sendirinya
berbudi baik. Apabila budi adalah tahu, berdasarkan timbangan yang benar, maka
jahatnya dari orang yang tidak mengetahui karena tidak mempunyai pertimbangan
atau penglihatan yang benar. Namun jika kita melihat pada era sekarang, ternyata
tidak hanya yang tidak tahu saja yang jahat, yang tahu pun bisa lebih jahat dari
yang tidak tahu karena mereka bisa memanipulasi dan mencari-cari celah dari apa
yang telah dia ketahui. Justru kejahatan dari orang-orang yang berpengetahuan
inilah yang lebih berbahaya.
Dengan mengajukan definisi itu Socrates telah dapat menghentikan laju dominasi
relatifisme kaum sofis. Jadi, kita bukan hidup tanpa pegangan, kebenaran sains dan
agama dapat dipegang bersama sebagainya, diperselisihkan sebagainya. Dan orang
Athena mulai kembali memegang kaidah sains dan kaidah agama mereka.
Menurut filsafat Socrates segala sesuatu kejadian yang terjadi di alam adalah
karena adanya “ akal yang mengatur ” yang tidak lalai dan tidak tidur. Akal yang
mengatur itu adalah Tuhan yang pemurah. Dia bukan benda, hanya wujud yang
rohani semata – mata. Pendapat Socrates tentang Tuhan lebih dekat kepada akidah
tauhid. Dia menasehatkan supaya orang menjaga perintah – perintah agama, jangan
menyembah berhala dan mempersekutukan Tuhan.
Tujuan filosofis Socrates ialah mencari kebenaran yang berlaku untuk selama-
lamanya. Di sini berlainan pendapatnya dengan guru-guru sofis, yang mengajarkan
bahwa semuanya relative dan subyektif dan harus dihadapi dengan pendirian yang
skeptis. Socrates berpendapat, bahwa kebenaran itu tetap dan harus dicari.
Dalam mencari kebenaran itu, ia tidak mencari sendiri, melainkan setiap kali
berdua dengan orang lain, dengan jalan Tanya jawab. Orang ke dua itu tidak
dipandangnya sebagai lawannya, melainkan sebagai kawan yang diajak bersama-
sama mencari kebenaran. Kebenaran harus lahir dari jiwa kawan berdialog itu
sendiri. Dia tidak mengajarkan, melainkan menolong mengeluarkan apa yang
tersimpan di dalam jiwa orang itu. Oleh sebab itu metodenya disebutMaieutik,
menguraikan.