Anda di halaman 1dari 12

A.

Pendahuluan
Korupsi di Indonesia sudah tergolong membudaya. Membudaya karena
telah rusak, tidak saja keuangan negara, dan potensi ekonomi negaraa, tetapi
juga telah meluluhlantahkan pilar-pilar sosio budaya, moral, politik, tatanan
hukum, dan keamanan nasional. Oleh karena itu, pola pemberantasan tidak bisa
hanya oleh instansi tertentu dan tidak juga tidak bisa dengan pendekatan
parsial. Pemberantasan korupsi harus dilaksanakan secara komprehensif dan
bersama-sama dengan lembaga penegak hukum, lembaga masyarakat, tokoh
agama, dan individu anggota masyarakat.
Tidak kejahatan korupsi telah mewabah dan menjamur serta menjadi suatu
penyakit yang telah menggerogoti hampir disetiap lini kehidupan. Berbagai
macam kasus korupsi yang dapat kita telusuri seperti kasus penggelapan dana
Wisma Atlit, kasus Bank Century, dan kasus mafia perpajakan dan peradilan
yang kian tidak kunjung usai dalam pemberantasannya.
Kemudia yang menjadi pertanyaan sekarang, mengapa tindak kejahatan
korupsi amat sukar untuk diberantas? Ada beberapa penyebab terjadinya
korupsi di Indonesia antara lain yaitu: Pertama, sisteem penyelenggaraan
negara yang keliru. Kedua, tidak adanya kesejahteraan. Ketiga, pejabat yang
serakah. Keempat, hukum yang lemah. Kelima, hukuman yang ringan kepada
para koruptor. Keenam, pengawasan yang tidak efektif. Ketujuh, tidak adanya
keteladanan pemimpin. Kedelapan, budaya masyarakat yang kondusif korupsi
(Abu Fida, 2006: xv)
Dari tujuh penyebab di atas, dapat dipahami bahwa keteladanan pemimpin
menjadi faktor penting dalam pemberantasan korupsi. Pemimpin yang
memiliki integritas pribadi yang berbudi pekerti mulia dapt tercermin dari
meneladani sifat dan akhlak Rasulullah Saw. Sesuai dengan tujuan Rasulullah
Saw diutus kepermukaan bumi adalah untuk menyempurnakan akhlak.
Integritas pribadi Rasulullah Saw merupakan panutan dan sebagai tolak
ukur diri untuk lebih memperbaiki sikap dan jiwa seperti jiwa dan budi pekerti
Rasulullah Saw yang amat agungdan mulia, serta menjadi pandangan hidup
bagi seluruh umat manusia agar terhindar dari segala bentuk penyimpangan

1
dan perbuatan-perbuatan tercela yang di haramkan oleh agama dan tidak
dibenarkan oleh huum.
Oleh karena itu jika ingin tercipta suatu bangsa dan negara yang baik dan
bersih perlu adanya upaya membina dan memperbaiki sikap dan jiwa, sehingga
dengan adanya perjuangan dan pengorbanan yang diimplementasikan dalam
upaya meningkatkan kualitas SDM yang berkarakter serta dapat menjadi tolak
ukur bagi negara lain. Jika karakter jiwa dan sikap pribadi manusia sudah baik
Insya Allah upaya untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang baik (good
goverment), bersih, adil, jujur, dan sejahtera akan tercipta dan negara ini akan
terbebas dari segala bentuk penyimpangan yang dapat merugikan bangsa dan
negara.
Berpijak dari pemikiran di atas, maka tulisan ini bermaksud untuk
menemukan solusi yang tepat dan relevan untuk memberantas penyakit korupsi
di ndonesia. Dapaun rumusan masalah yang diajukan dan diterapkan untuk
dapat membentuk, membina, dan menjadi senjata ampuh untuk membangun
pribadi Islami dalam konteks pemberantasan korupsi di Indonesia?

B. Metode Membina Pribadi Islami yang Berakhlakul Karimah


Dalam upaya menanamkan nilai-nilai pribadi yang islami utnuk mencapai
kesempurnaan akhlakul karimah perlu adanya metode yang dapat menjadi
tolak ukur dalam membina akhlakul karimah. Adapaun metode pembinaan
akhlakul karimah adalah sebagai berikut: Pertama, al-gharizah (pembinaan
sejumlah instink). Al-Gharizah adalah sejumlah kemauan yang dapat
mendorong usaha mencapai puncaknya tanpa memerlukan pemikiran endalam
(Abu Fida, 2002: 15). Manusia memiliki instink (naluri) yang sudah dibawa
sejak lahir seperti instink membela diri, instink kecenderungan bersatu dengan
kelompok, dan instink memiliki rasa takut, serta instink ketuhanan yang ada di
dalam diri.
Kedua, al-adat (pembiasaan). Kebiasaan adalah pekerjaan yang dilakukan
secaa berulang-ulang sehingga melakukannya akan menjadi mudah.
Pembiasaan sebagai salah satu metode atau jalan untuk memperbaiki dan

2
mendidik perilaku atau akhlak seseorang sehingga menjadi kebiasaan atau
tabaiat yang dapat membentuk kekuatan yang positif yang dapat
mencerminkan perilaku yang berakhlakul karimah.
Ketga, al-iradah (membina kemauan). Iradah adalah kekuatan yang
memiliki daya gerak yang mampu membangkitkan manusia. Dalam membina
kemauan pada diri, ada dua dorongan yang mampu mengantarkan manusia
untukberbuat baik dan tidak baik. Irodah dafi’ah merupakan kekuatan yang
mendorong manusia untuk melakukan sesuatu perbuatan. Sedangkan irodah
mani’ah adalah kekuatan yang mampu menahan untuk tidak melakukan
sesuatu perbuatan.
Keempat, al-wiratsah (membina keturunan dan lingkungan). Membina
keturunan merupakan suatu metode untuk membina seorang anak. Pananam
akhlak seharusnya dapat ditanamkan sejak usia dini. Bahkan penanaman
akhlak dapat tertanam ketika masih di dalam rahim sseorang ibu. Seorang anak
akan memiliki budi pekerti yang luhur, jika kedua orang tuanya juga memiliki
kepribadian yang luhur, karena seorang anak akan selalu mengikuti dan
mencontoh tingkah laku kedua orang tuanya.
Oleh karena itu, penanaman akhlak terhadap seorang anak dipengaruhi
oleh kedua orang tuanya. Kondisi psikis dan jiwa seorang anak sangat rentan
sekali, sehingga harus ada pembinaan yang intesif dan istiqomah dalam hal
membina keturunan. Kemudian aspek yang paling dominan dan besar
pengaruhnya pada seorang anak adalah faktor lingkungan. Seorang anak bisa
menjadi baik dan buruk moralnya tergantung pada lingkungan di mana akhlak
itu berkembang. Oleh karena itu, peranan kedua orangtua beserta peran penting
dari masyarakat dapat mempengaruhi perkembangan jiwa dan mental seorang
anak.

C. Membangun Pribadi Islami yang Berakhlakul Karimah


Dalam membangun diri menjadi pribadi yang islami dan berakhlakul
karimah seharusnya dilakukan sejak dini bahkan semenjak penanaman benih

3
di dalam rahim seorang ibu haruslah dengan penanaman moral dan akhlak.
Sehingga moral dan akhlak anak bangsa bisa menerminkan pribadi yang islami
sehingga dapat tercipta suatu negara yang kaffah dan berakhlakul karimah
seperti akhlak dan budi pekerti Rasulullah Saw.
Berdasarkan Sabda Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad:
”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”
(HR. Imam Ahmad).
Adapun firman Allah Swt yang menerangkan tentang pribadi Rasulullah
Saw sebagai suri tauladan yang baik termasuktub dalam surah Al-Ahzab: 21

    


   
  
 
   
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.

Berdasarkan ayat di atas, meneladani akhlak dan budi pekerti Rasulullah


Saw merupakan suatu perbuatan yang baik karena sebagai umatnya haruslah
berupaya dan senantiasa meneladani integritas pribadi Rasulullah Saw
sehingga didalam setiap langkah dan aktifitas selalu mencerminkan perbuatan
yang baik dan benar.
Pada hakikatnya moral dan akhlak memiliki urgensi dan substansi yang
sama mengenai perilaku, sikap, dan jiwa seseorang. Akan tetapi moral (etika)
itu sendiri merupakan norma-norma / budaya yang telah disepakati oleh suatu
masyarakat dalam situasi dan kondisi tertentu. Sedangkan akhlak atau
kepribadian muslim yaitu norma-norma hubungan yang baik antara manusia
dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhannya.
Menurut Al-Ghaszali sebagaimana dikutip oleh Arief (2002: 2),
bahwasanya akhlak adalah gambaran tentang gerakan jiwa yang telah

4
mendarah daging sehingga dapat menimbulkan pekerjaan yang dapat
ditunaikan dengan mudah tanpa pertimbangan atau melalui proses pemikiran.
Sedangkan menurut Ahman Amin (1998: 12), akhlak adalah kemauan yang
dibiasakan sehingga menjadi watak atau akhlaknya. Berdasarkan pendapat para
tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembiasaan (Al-Adat)
merupakan salah satu langkah untuk membina ahlak seseorang kearah yang
lebih baik, sehingga segala bentuk penyimpangan yang tidak bermoral dapat
dihindari.
Oleh sebab itu, upaya untuk menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah
dapt dimlai dari diri pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara yang
dapat membentuk pribadi yang islami yang berlandaskan syariat Islam. Untuk
membentuk syaksiyah Islamiyah dalam diri seseorang ditempuh melalui dua
tahapan. Pertama, mewujudkan atau menanamkan aqidah Islamiyah pada diri
seseorang agar da dijadikan aqidah sebagai pandangan hidupnya. Kedua,
seseorang muslim yang memiliki aqidah Islamiyah kemudian manjadikan
aqdah dalam proses berfikirnya sehingga ia memilki pola fikir yang sesuai
degan pemikiran yang islami (Yusanto dan Jati, 2005: 28).
Oleh karena itu, perlu adanya keharmonisan antara aqidah Islamiyah
dengan pola pemikiran yang Islamiyah pula sehingga dalam melangkah tidak
terjerumus dalam tindakan yang tidak benar atau batil. Praktik korupsi terjadi
karena individu tidak memiliki nilai moral yang dapat mencegah korupsi yang
akan dilakukannya. Oleh karena itu, perlu adanya penanaman nilai-nilai moral
yang terintegrasi menjadi kepribadian yang kokoh. Ada tiga metode untuk
mengitegralisasikan moral dan akhlak pada tiap individu. Pertama, pendekatan
rasionalistik. Kedua, pendekatan spritual. Ketiga, kombinasi antara
rasionalistik dan spritual. Akan tetapi metode yang paling cocok diterapkan
alah metode yang kedua yaitu spritualistik karena sesuai dengan fitrah manusia
untuk berbuat baik, cocok dengan karakter masyarakat Indonesia yang religius,
serta konsep pendekatannya dapat dimasukkan dalam kurikulum pengajaran
nasional.

5
Maka dari itu perlu adanya usaha-usaha untuk menanamkan nilai-nilai
moral dengan pendekatan spritualistik. Dengan adanya pendekatan spritualistik
tersebut, maka dapat pula dilakukan suatu pembinaan pembersihan jasmani
maupun pembersihan rohani atau jiwa (tazkyatun nafs) yang akan
menghasilkan suatu individu yang memiliki integritas pribadi yang islami,
jujur, dan malu untuk melakukan korupsi.
Agama Islam adalah agama yang mayoritas di negeri ini yang memiliki
konsep ajaran yang hanif (lurus) yan sesuai dengan fitrah dan jiwa manusia.
Agama Islam disamping memperhatikan kebersihan raga juga memperhatikan
kebersihan jiwa. Dalam memebersihkan jiwa dari penyakit korupsi haruslah
memerlukan konsep yang tepat dan akurat. Oleh karena itu konsep penyucian
jiwa (tazkyatun nafs) sangatlah tepat untuk mengobati jiwa-jiwa yang sakit
pada diri setiap manusia yang telah menjamur disetiap lini kehidupan, baik jiwa
pribadi, kluarga, masyarakat, maupun jiwa para pemimpin yang terjerumus
dalam segala bentuk penyimpangan dan tindak kejahatan korupsi.
Oleh karena itu, upaya untuk membentengi diri dari perbuatan yang tercela
dapat dimulai dari diri sendiri, kluarga, asyarakat, dan negara. Dengan adanya
upaya pembersihan jiwa maka segala bentuk penyimangan akan bisa terkontrol
dan terkendali dengan senantiasa berusaha memperbaiki diri dan
memperbaharuhi keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
Adapun upaya membersihkan jiwa dari segala bentuk penyimpangan dan
perbuatan tercela adalah; Pertama, membentuk sifat jujur dalam diri. Secara
bahasa jujur adalah menetapkan hukum sesuai dengan realitas. Menurut Syekh
Abdul Qadir Jailani jujur adalah mengatakan yang benar dalam kondisi yang
tidak menguntungkan san tetap bersikap jujur walaupun dalamposisi yang tidak
menyelamatkan jiwanya (Rafi’, 2006: 151).
Kujujuran merupakan darajat kesempuraan manusia tertinggi dan seorang
tidak akan berlaku jujur kecuali dia memilki jiwa yang baik, hati yang bersih,
pandangan yang lurus, sifat yang mulia, lidah yang bersuh, dan hati yang
diliputi dengan keimanan, keberanian, dan kekuatan.

6
Kejujuran termasuk penyempurnaan iman dan pelengkap keislamannya,
karena Allah Swt memerintahkan kepadanya dan memuji orang-orang yang
jujur. Sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. At-Taubah: 119.

 
  
  

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”.

Berpijak dari ayat Al-Qur’an di atas, ketika di dalam diri seseorang telah
tertanam sifat kejujuran maka tinda penyimpangan dan perbuatan-perbuatan
yang tercela yang dapat merusak jiwa disa terkontrol, sehinggak tindak
kejahatan korupsi yang telah merajalela hampir di setiap lini kehidupan, baik
di lembaga-lembaga pemerintahan maupun lembaga swasta.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya penanaman sikap kejujuran sejak dini
sehingga dapat menjadi suatu kebiasaan yang dapat mendrong seorang anak
untuk dapat berkata jujur dan benar. Peranan kedua orangtua dalam membina
akhlak dan jiwa seorang anak sangatlah penting dan menjadi suatu kewajiban
bagi kedua orangtua dalam membina anak-anaknya sehngga tidak terjerumus
dalam hal-hal yang tidak diinginkan atau perbuatan yan tercela. Maka dari itu
peranan orangtua memilki urgensi yang amat penting dalam menciptakan
seorang anak yang shalih dan senantiasa berada dijalan yang benar.
Kemudian hal-hal yang dapat menyebabkan anak dapat menjadi baik dan
tidak baiktergantung kepada di mana lingkungan seorang anak itu berada. Jika
ia berada di dalam lingkungan yang baik dan religius maka ia akan menjadi
seorang anak yang memilki kepribadian yang islami dan shalih, dan jika ia
berada dalam lingkungan yang buruk maka ia akan menjadi anak yang buruk
pula, kerena baik buruknya seorang anak itu tergantung dari bimbingan kedura
orangtuanya ddan lingkungan tempat ia berada untuk melakukan aktifitas
sehari-hari.

7
Ligkungan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan
diri seorang anak, baik metal maupun konsidisi psikologinya karena ketika
anak terlepas dari pantauan kedua orangtuanya faktor lingkunganlah yang
dapat mempengaruhi seorang anak untuk dapat melakukan hal-hal yang positif
dan negatif. Oleh karena itu kedua orangtua haruslah dapat menjadi panutan
dan contoh yang baik bagi anak-anaknya serta dapat selalu memantau anak-
anaknya dalam setiap pergaulannya.
Kedua, membentuk sifat amanah, membentuk sifat amanah wajib bagi
setiap individu muslim, karena amanah adalah kepercayaan yang menjadikan
dia memelihara dan menjaga sebaik-baiknya apa yang diserahkan kepada
dirinya, baik amanah dari Allah Swt maupun dari orang-orang yang
memberikan kepercayaan kepadanya untuk melaksanakan tugas sebagai
seorang pemimpin maupun tugasnya sebagai seorang manusia di muka bumi
(Asyiq dan Kaffah, 2007: 66).
Seorang pemimpin adalh sebagai pembawa amanat Allah Swt, amanat
keadilan dan kemaslahatan segenap rakyat adalah tugas dan kewajiban bagi
seorang pemimpin. Berdasarkan firman Allah Swt yang termaktub dalam surah
An-Nisa ayat 58:

    


  
  
  
  
   
    
  
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
melihat”.

8
Menurut Quraish Shihab (2002: 479) dalam Taafsir Al-Mishbah
bahwasanya amanat adalah sesuatu yang diserahkan kepada pihak lain untuk
dipelihara dan nanti akan diminta oleh pemiliknya. Amanat harus ditunaikan
dengan adil dan penuh tanggung jawab serta ditegakkan tanpa membedakan
agama, keturunan, dan ras. Leh karena itu, jika amanat telah ditegakkan secara
adil dan bijaksana maka negara ini akan terbebas dari tindak penyimpangan
sehingga apa yang dicita-citakan oleh seluruh rakyat dan diinginkan oleh
rakyat dapat terwujud. Pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan yang
berasaskan Islam yang dapat mengantarkan rakyatnya kearah kesejahteraan
dan kemakmuran secara merata, sehingga dapat menjadi suatu negara yang
baldatun thayyibatun warabbun ghafur,
Ketiga, mensyukuri nikmat harta. Syukur adalah ungkapan pujian seorang
hamba kepada sang pemberi nikmat atas segala kebaikan yang telah diberikan
kepadanya. Syukur seorang hamba terdiri atas tita rukun yaitu, secara batin
mengakui nikmat yang telah diberikan kepadanya, secara lisan dan kombinasi
antara lisan dan batin harus diucapkan dan dijadikan sarana untuk mendekatkan
diri serta meningkatkan ketaatan kepada Allah Swt.
Syukur adaah cara yang ampuh membentuk sifat qana’ah dalam diri
manusia. Dengan adanya sifat qana’ah akan timbul sifat-sifat rdha terhadap
anugrah dari Allah yang diberkan kepadanya. Jadi dengan adanya sifat syukur
terhadap nikmat harta yang dimilikinya maka secara otomatis rasa syukur akan
tumbuh dan berkembangan menjadi suatu ketaatan kepada Allawh Swt,
sehingga di dalam menjalani kehidupan sehari-hari selalu mengharapkan ridha
dari Allah Swt baik dalam aspek keduniawian maupun keakhiratan. Sesuai
dengan firman Allah Swt ang temaktub didalam Al-Qur’an surah Ibrahim ayat
7:

   


  
   
 

9
“dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih".

Berdasarkan ayat Al-Qur’an tersebut, jika manusia itu dapat bersyukur


tentang apa yang telah diberikan kepadanya baik nikmat kesehatan, nikmat
umur, dan nikmat harta, maka ia akan memperoleh kebahagiaan di dunia
maupun diakherat kelak. Oleh karenanya, upaya untuk memupuk rasa syukur
didalam jiwa sangatlah penting dengan cara meilhat kepada orang-orang
miskin yang ada dibawah sehingga muncul upaya untuk dapat intropeksi diri
dan saling tolong menolong kepada kebaikan.

D. Kesimpulan
Kehancuran moral dan akhlak suatu bangsa diakibatkan karena tidak
adanya keseimbangan kehidupan duniawi dan ukrawi sehingga realistas
sekarang bangsa ini mengakibatkan degradasi moral dal telah mewabah hampir
disetiap aspek kehidupan. Oleh karena itu perlu adanya upaya penanganan
secara intensif tentang moralitas bangsa ini. Dengan selalu meningkatkan
keimanan seta ketakwaan kepada Allah Swt serta menanamkan sifat-sifat
pribadi yang islami dan berakhlakul karimah serta memiliki sifat jujur dan
amanah kepada apa yang telah di amanatkan kepadanya.
Akhirnya, di penutup tulisan ini penulis merekomendasikan kepada
seluruh rakyat Indonesia untuk dapat berupaya menciptakan Negara Indonesia
yang bersih, jujur, adil, dan sejahterah. Sehingga bangsa ini bisa mapan dalam
menyikapi segala permasalahan yang ada dan bisa menjadi bangsa yang
berkarakter melalui pribadi-pribadi masyarakat Indonesia yang islami.
Wallahu a’alam bish-shawwab!

10
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan terjemahannya.

Bandung: PT. Al-Ma’arif.

Abu Fida’ Abu Rafi’. 2006. Terapi Penyakit Korupsi. Jakarta: Repunlika

Aqish Bil Qisthi. 2005 Kumpulan Sabda Nabi Muhammad Saw. Jakarta: Bintang

Usaha Jaya

Basri Iba Asghary. 1994. Solusi Al-Quran. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Ismail Noor. 20011. Managemen Kepemimpinan Muhammad Saw. Bandung: PT.

Mizan Pustaka

M. Ismail Yusanto dan M. Sigit purnawan Jati. 2005. Membangun Kepribadian

Islam. Jakarta: Khairul Bayan

M. romly Arief. 2002, akhlak Tasawwuf. Jombang: BMT Muamalah Press IKHA

Tebuireng

11
M. asyiq Amrulloh dan Eryvyn. 2003. Amanah vs Kekuasaan. Mataram:

Solidaritas Masyarakat Trasparansi NTB

M. Quraish Shihab. 2007. Secercah Cahaya Ilahi. Bandung: Mizan

M. Quraish Shuhab. 2002. Tafsir Al-Misbah. Tanggerang: Lentera Hati

Mafhum Ahnan dan Anwar Nuris. 2005. Khsnul Khotimah. Surabaya: Terbit

Terang

Tarq Muhammad As-Suwidan dan Faisal Umar. 2005. Kepemimpinan Rasulullah.

Jakarta: Maghfirah Pustaka

12

Anda mungkin juga menyukai